TINJAUAN TENTANG PENTINGNYA KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA WAY NAPAL DI DESA WAY NAPAL KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG PENTINGNYA KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA WAY NAPAL DI DESA WAY NAPAL KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Melya Wati

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahuai dan menganalisis Tinjauan Tentang Pentingnya Kedudukan anak laki-laki pada masyarakat adat Lampung Saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subyek yang diteliti warga Way Napal yang mempunyai anak laki-laki dan yang yang tidak mempunyai anak laki-laki dengan sampel 40 orang. Analisis data menggunakan rumus interval dan rumus persentase.

Hasil penelitian menunjukkan kedudukan anak laki-laki dalam keluarga Lampung sebagai ahli waris diperoleh 17 responden atau 42,5% berkategori berperan. Kemudian sebagai pemimpin keluarga sebanyak 18 responden atau 45% responden berkategori berperan. Kemudian sebagai pengayom keluarga besar sebanyak 19 responden atau 47,5% responden termasuk berkategori berperan. Selanjutnya sebagai tokoh adat sebanyak 22 responden atau 55% responden berkategori berperan.

Dengan demikian kedudukan anak laki-laki sebagai ahli waris memang wajib dan telah menjadi hukum adat Lampung saibatin. Sedangkan sebagai pemimpin keluarga laki-laki mempunyai hak penuh atas keluarganya dan bertanggungjawab atas adik-adiknya. Kemudian sebagai pengayom keluarga besar laki-laki harus mampu menjadi contoh yang baik untuk keluarga besarnya dan mampu bertanggungjawab terhadap keluarga besarnya. Selanjutnya sebagai tokoh adat laki-laki dituntut untuk memimpin marganya apabila bapaknya telah meninggal dunia dan wajib bagi keluarga kerajaan.


(2)

TINJAUAN TENTANG PENTINGNYA KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA WAY NAPAL DI DESA

WAY NAPAL KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN

LAMPUNG BARAT Oleh

MELYA WATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi PPKn

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

TINJAUAN TENTANG PENTINGNYA KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA WAY NAPAL DI DESA

WAY NAPAL KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

Oleh

MELYA WATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui pada tanggal 15 Mei 1989. Merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Bustanul Arif dan Ibu Dahlia Wati. Penulis dibesarkan dengan rasa kasih sayang oleh kedua orang tua penulis, orang tua penulis beralamat di perumahan Bukit Kemiling Permai Blok T No.68 Kemiling Bandar Lampung.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh antara lain :

1. Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK Darma Wanita) Pesisir Tengah Krui yang penulis selesaikan pada tahun 1996

2. Sekolah Dasar Negeri 2 (SD N 2) Way Suluh Krui Lampung Barat yang penulis selesaikan pada tahun 2001

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (SMP N 1) Pesisir Tengah Krui Lampung Barat, yang penulis selesaikan pada tahun 2004

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMA N 1) Pesisir Tengah Krui Lampung Barat, yang penulis selesaikan pada tahun 2007

Kemudian pada tahun 2007 penulis diterima menjadi salah satu Mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

MOTTO

Segala kesalahan kegagalan kesedihan kepahitan dan pengalaman

jadikan pondasi kokoh dan cermin bagi masa depan yang sukses dan

bahagia

(Melya Wati)

Lebih baik sedikit ilmu bermanfaat bagi orang lain daripada segudang ilmu hanya untuk menyombongkan diri


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si ……….

Sekretaris : Hj. Arnida Warganegara, SH ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT dan segala ketulusan hati, ku persembahkan karya sederhana ini kepada :

Ayah dan Bundaku tercinta atas segala kasih sayang dan sejuta ketulusan dalam sujud dan tahajutnya selalu mendoakan keberhasilanku,

Kakak-kakakku dan keluargaku tercinta yang selalu berdoa dan memberikan bantuan demi mewujudkan cita-citaku,

Seseorang yang kelak menjadi imamku yang dengan kasih sayang dan perhatiannya selalu memberikan motivasi demi terwujudnya impian dan harapanku

Untuk keluarga besarku yang aku cintai yang terus Mendoakanku demi keberhasilanku

Sahabat-sahabatku yang tetap kompak dalam kebersamaan Mencapai masa depan yang sukses

seluruh teman- teman angkatan 2007 yang selalu bersama dalam suka duka


(15)

Judul Skripsi : TINJAUAN TENTANG PENTINGNYA KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA WAY NAPAL DI DESA WAY NAPAL KECAMATAN KRUI SELATAN

KABUPATEN LAMPUNG BARAT Nama Mahasiswa : MELYA WATI

No. Pokok Mahasiswa : 0743032025 Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Holilulloh, M.Si Hj. Arnida Warganegara, SH NIP 19610711 198703 1 003 NIP 19470501 197603 2 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. Drs. Holilulloh, M.Si.


(16)

SANWACANA

Asalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Tinjauan Tentang Pentingnya Kedudukan Anak Laki-Laki Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin Marga Way Napal Di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat“. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafaat di hari akhir, pada keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang taat hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam menyelesaikan studi, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis dan penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(17)

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

8. Ibu Hj. Arnida Warganegara.SH selaku pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi dan arahan pada penulis.

9. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.P.d selaku Pembahas Utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis.

10.Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.P.d selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

11.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn khususnya serta para pendidik di Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis. 12.Bapak Bazwar selaku peratin Desa Way Napal dan semua marga adat Way Napal

yang telah membantu saya dan memberikan izin penelitian serta memberikan bimbingan selama proses skripsi ini.

13.Teristimewa untuk kedua orang tuaku Ayahku Bapak Bustanul Arif dan Ibuku tercinta Dahlia Wati yang telah mendidik, membesarkan dan tak henti-hentinya mendoakan bagi keberhasilanku.

14.Kakak-kakak ku wo Yanti, udo Lin, cngah Eva, cudo Tanti, cik Neti, cik Lis, cik Irun dan abang Doni (Alm) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam hidupku, mendoakan dan menunggu keberhasilan ku


(18)

15.Udo Depri Fitra tercinta yang turut memberikan doa, rasa sayang, perhatian serta dukungan kepadaku.

16.Teman- teman terbaikku Yunita puspita sari (cikngah nita), Eftika (cikngah ef), Leni (cqing), Dewi (tiwul), Mba Pauline (my Lopely), Intan(gembul), putri (bebeq), Dina (Lidhi), Rita (icha), Santi.

17.Teman- teman FKIP Pkn senasib dan seperjuangan Vanes, Putri, Riri, Sandika, Mesi, Merli, Fatma, Erda, Ivan, Abang her, Ade, Yogi, Riyaldi, Revi, Yuri, Rumaini, Heri, Slamet, Febra, Andri, Topiq, Sri, Aprius, Hastian, Happy serta semua teman-teman angkatan 2007 baik reguler maupun nonreg terimakasih atas doa dan dukungannya untukku.

18.Kak Ali dan Kak Susilo yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta semangat bagi terselesainya karya sederhana ini.

19.Keponakanku yang lucu-lucu Fitri, Evi, Aan, Ilham, Tomi, Silvi, Dinda, Jemi, Deatia, Daniel, Rafi, Delissia, Raysa, Dafa, David terimakasih atas cinta kalian semuanya. 20.Sahabat-sahabat PPLku di SMA GAJAH MADA Bandar Lampung Umeh, Riska,

Devi, Ceria, Santi, Putri, Anita, Lidia, Anissa dan Vanes yang telah memberikan semangat dan doa untuk keberhasilan demi masa depan.

21.Semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(19)

(20)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat peneliti simpulkan bahwa, kedudukan laki-laki dalam keluarga Lampung Saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat dikatakan sangat berperan penting dalam keluarga maupun marganya.

Hal tersebut disebabkan karena masyarakat menyadari bahwa Adat Lampung menganut garis keturunan laki-laki atau patrilinial yang menyebabkan kedudukan laki-laki dalam keluarga Lampung menjadi sangat dominan bila dibandingkan dengan kedudukan perempuan di dalam keluarga Lampung baik dalam hal pembagian warisan, kepemimpinan keluarga, pengayoman keluarga besar sampai kepada peran atau kedudukan laki-laki sebagai tokoh adat di dalam masyarakat. Walaupun dari hasil penelitian ada juga yang menilai laki-laki tidak berperan di dalam keluarga Lampung hal ini dikarena mereka menganggap bahwa zaman sudah maju dan modern sehingga mereka sudah mengakui adanya persamaan derajat atau kedudukan antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada lagi perbedaan khusunya di dalam pembagian warisan, akan tetapi masyarakat adat lampung saibatin khususnya di Desa


(21)

89

Way Napal tetap berpegang teguh dengan aturan-aturan adat yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kedudukan laki-laki tetap menjadi sentral pokok dalam keluarga lampung.

Dimana dalam setiap pengambilan keputusan laki-laki berhak penuh, seperti halnya dalam masyarakat marga Way Napal tokoh adat sangat berperan penting dalam mengatur kehidupan marganya untuk kepentingan bersama. Menurut hukum Islam laki-laki adalah seorang pemimpin dan tidak ada perempuan yang menjadi pemimpin. Dalam hal ini laki-laki memang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan kedudukan perempuan.

B. Saran

Hasil penelitian yang dilakukan dan penarikan kesimpulan, maka menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Kepada para keluarga Lampung yang ada di Desa Way Napal agar dapat terus mempertahankan adat budaya Lampung sebagai budaya warisan nenek moyang. Sehingga adat budaya Lampung bisa terus berkembang dan tidak musnah ditelan zaman serta tidak menjadi tamu dirumah sendiri. 2. Kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian adat budaya Lampung, agar tetap terjaga dimasa sekarang dan masa akan datang.

3. Kepada para generasi muda agar menanamkan rasa cinta terhadap adat budayanya sendiri dengan tetap menjaga dan menggunakan adat istiadat


(22)

90

budaya Lampung dalam kehidupan sehari-hari, mempelajari kembali adat budaya Lampung sehingga adat budaya Lampung bisa tergali dan tetap lestari

4. Kepada pemerintah diharapkan untuk memberikan perhatian lebih jauh mengenai pengembangan dan pelestarian adat budaya Lampung sehingga masyarakat bisa lebih mencintai adat istiadat dan budayanya sendiri.


(23)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan yang hidup tersebar disekitar 17.000 gugusan pulau-pulau, mulai dari Sabang di sebelah Barat, sampai ke kota Merauke di sebelah Timur. Salah satu suku bangsa Indonesia adalah Lampung.Daerah Lampung berubah menjadi Propinsi setelah memisahkan diri dari Propinsi Sumatera Selatan pada tanggal 18 Maret 1964 berdasarkan UU No. 14 tahun 1964 Daerah Lampung merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan "Sang Bumi Ruwa Jurai" atau "Rumah Tangga Dua (asal) Keturunan yaitu penduduk pendatang dan penduduk Lampung asli. Penduduk pendatang sebagian besar berasal dari Jawa dan Bali.Secara garis besar, suku bangsa Lampung dapat dibedakan menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Peminggir atau Saibatin.

Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Namun,pada dasarnya kedua kelompok adat ini memiliki persamaan unsur budaya tertentu. Masyarakat Lampung adat Pepadun ditandai dengan upacara adat untuk mengambil gelar kedudukan adat yang menggunakan alat upacara yang disebut pepadun. Pepadun merupakan singgasana yang digunakan dalam setiap upacara pengambilan gelar adat.Upacara ini disebut


(24)

2

Cakak Pepadun. Masyarakat ini umumnya mendiami daerah pedalaman, seperti daerah Abung, Way Kanan atau Sungkai, Tulang Bawang, dan Pubian. Secara kekerabatan, masyarakat ini terdiri dari empat klen besar yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kerabat yang disebut buay. Masyarakat Lampung beradat Saibatin disebut juga masyarakat peminggir karena pada umumnya mereka berdiam didaerah-daerah pantai atau pesisir, berbeda dengan masyarakat Pepadun yang umumnya berdiam didaerah pedalaman ( Pernong, Edwarsyah. http // www. Suku Lampung. Google. Com: 28 Juli. 2011).

Kedua adat ini mempunyai perbedaan-perbedaan. Salah satu perbedaan pelaksanaan adat pepadun dan saibatin antara lain terlihat pada saat pengambilan gelar dimana pada adat pepadun untuk mengambil gelar seseorang harus melaksanakan upacara adat (gawi) cakak (naik) pepadun dengan cara pemotongan kerbau sedangkan pada adat saibatin gelar hanya dapat diberikan berdasarkan silsilah garis keturunan dan tidak dapat dibeli melalui upacara adat (Pernong, Edwarsyah. http // www. Suku Lampung. Google. Com: 28 Juli. 2011).

Berikut ini beberapa hal mengenai adat saibatin antara lain :

a. Tentang kebumian ; Pada dasarnya orang Lampung Saibatin krui berdasarkan garis keturunan lurus dari atas pemekonan (menurut keturunan jurai lurus). Hanya anak laki-laki tertua dari keturunan yang paling tua yang bisa menjadi raja (pemimpin) saibatin.

b. Tentang tata cara pemberian adok / gelar Saibatin ; Penerimaan, pengakuan dan pemberian nama yang di sahkan oleh raja atau Saibatin punyimbang marga.


(25)

3

c. Tentang pergantian punyimbang ; Menurut Saibatin prinsipnya, yakni berdasarkan aliran darah terdekat.

d. Tentang azas ; Azasnya berdasarkan persamaan derajat dan hak dan musyawarah mufakat bagi sesama marga tanpa melihat saibatinnya lama atau baru.

e. Tentang paksi ; Paksi sebagai Badan Pengelola adat urusan pemekonan atau marga.

f. Tentang Sesat (Lamban Gedung) ; Sesat merupakan sebuah bangunan tempat dilaksanakannya upacara adat yang selalu didampingi oleh kayu ara ( pohon ara ) dengan bentuk yang mirip kerangka pagoda, sesat harus ada sebagai tempat musyawarah para saibatin punyimbang marga dan punyimbang adat. g. Tentang kebatinan punyimbang ; Punyimbang artinya orang yang dituakan

karena ia pewaris dalam keluarga kerabat atau marga saibatin.

Pandangan hidup orang Lampung disebut dengan Pi-il Pesenggiri. Istilah Pi-il mengandung rasa atau pendirian yang dipertahankan, sedangkan pesenggiri mengandung arti nilai harga diri. Jadi Pi-il Pesenggiri arti singkatnya adalah rasa harga diri. Pi-il Pesengiri itu mengandung komponen seperti :

1. Pesenggiri ; Mengandung arti sikap perilaku pantang menyerah dan perbuatan yang dapat menjaga atau menegakkan nama baik martabat secara perorangan maupun kelompok kerabat agar tetap dipertahankan, apa saja termasuk nyawanya demi untuk kepentingan pesenggiri tersebut.

2. Juluk buadek ; Mengandung arti suka dengan nama baik dan gelar yang terhormat.


(26)

4

3. Nemui nyimah ; Mengandung arti ramah-tamah, suka menerima tamu, dan berbaik hati, sopan santun dengan semua pihak, baik terhadap orang luar klen, maupun dengan siapa saja yang berhubungan dengan mereka.

4. Nengah nyappur ; Mengandung arti ikut terlibat dalam kegiatan di masyarakat, terutama dengan orang yang sejajar kedudukan adatatau dengan orang yang lebih tinggi.

5. Sakai sembayan ; Mengandung arti suka tolong menolong, gotong royong, bahu membahu dan saling memberi terhadap sesuatu yang diperlukan orang lain.

Dikarenakan adanya Pi-il itu maka segala sesuatu yang menyangkut kehormatan kerabat, misalnya dalam menghadapi acara lamaran perkawinan karena jujur besar dapat diatasi secara bersama oleh para anggota kerabat dalam bentuk materil dan immateril. Walaupun disana sini sudah nampak ada hal-hal yang luntur dalam pelaksanaan, namun dalam rumah lingkup kerabat yang kecil sifat-sifat itu masih tetap dipertahankan ( Pernong, Edwarsyah. http // www. Suku Lampung. Google. Com: 28 Juli. 2011).

Adat Saibatin berazaskan persamaan derajat dan hak antar marga Saibatin serta musyawarah dan mufakat dalam persidangan punyimbang yang sederajat. Semua keputusan yang dihasilkan merupakan kemufakatan bersama para punyimbang yang terdiri dari para paksi atau tamunggung yang mewakili. Sedangkan apabila terjadi permasalahan atau suatu kasus didalam kebumian/kepunyimbangan pemekonan, maka diadakan musyawarah antarpaksi (tamunggung) yang dipimpin oleh punyimbang marga dan yang berhak memutuskan adalah punyimbang marga


(27)

5

yang disetujui oleh paksi-paksi tersebut. Dan tiap punyimbang bebas bertindak kedalam dan keluar tiuh atau keluar sumbai dengan persetujuan bersama dan izin dari punyimbang lainnya. Tegasnya Adat Saibatin berazaskan musyawarah mufakat antar marga Saibatin dalam menciptakan hidup rukun dan damai di dalam masyarakat ( sumber: wawancara punyimbang adat pada tanggal 25 juli 2011). Masyarakat suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin, pada dasarnya sangat rukun dan damai antar marga saibatin. Marga Saibatin sangat berpegang teguh terhadap agama yang dianutnya karena agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat antar marga Saibatin. Masyarakat Saibatin menganut sistem kekeluargaan Patrilinial Murni dan masih percaya bahwa benda-benda kuno atau antik mempunyai kekuatan sakti, misalnya alat perlengkapan adat seperti alam geminser dan awan geminser, yaitu alat upacara adat Saibatin yang dianggap mempunyai ketinggian dan keagungan Saibatin. Selain itu dapat juga dilihat pada upacara adat “ngeni gelakh atau pemberian adok” (memberikan nama pada Saibatin) yang biasanya dilaksanakan bersama dengan upacara resepsi perkawinan. Dalam upacara tersebut dapat dilihat dari kegiatan membangun bangunan adat seperti lunjuk, yaitu bangunan upacara martabat, yang selalu didampingi oleh kayu ara (pohon ara) dengan bentuk yang mirip seperti kerangka pagoda (sumber: wawancara punyimbang adat pada tanggal 25 juli 2011).

Dikalangan masyarakat adat dipeminggir, alat perlengkapan adat yang kuno seperti alam geminser yang dibuat dari bahan kayu berukir-ukir berbentuk kotak segi empat yang dihiasi kain tapis atau benang emas, begitu juga dengan talam telapah yaitu menginjak talam sebanyak 12 biji yang dianggap bisa memberikan


(28)

6

kekuatan dan ketinggian seorang raja Saibatin yang mampu membawa wibawa nya sebagai pemimpin punyimbang. Oleh karena nya Saibatin Dari zaman nenek moyang Saibatin sangat percaya dengan hal-hal yang mistik seperti mengadakan upacara nyumbai lawok yang dianggap bisa menghilangkan marabahaya atau upacara tolak bala (sumber: wawancara punyimbang adat pada tanggal 25 juli 2011).

Orang Lampung masih percaya pada kesaktian dukun, baik dukun yang melakukan kegiatannya menurut ajaran agama Islam maupun menurut ajaran kepercayaan lama maupun menurut ajaran kepercayaan lama yang bersifat ke Hinduan, apa yang disebut pantang atau pamali dan tulah dalam perbuatan dan akibat perbuatan masih berpengaruh dalam fikiran masyarakat. Demikian misalnya dalam adat perkawinan sebagai tolak balak atau sebagai usaha menghindari bawaan yang tidak baik, maka terhadap gadis yang diambil secara sebambangan atau selarian- kawin lari ketika naik kerumah pihak bujang calon suaminya diharuskan merendamkan kakinya dimuka pintu kedalam penabuk kukut atau alat perendam kaki yaitu bejana ang berisi air bercampur kembang tujuh warna (sumber: wawancara punyimbang adat pada tanggal 25 juli 2011). Begitu pula untuk membuang buwil (keburukan) seorang bujang atau gadis yang sukar mendapat teman hidup atau susah mendapatkan jodoh, ataupun yang akan melakukan perkawinan, dilakukan acara belimau yaitu mandi air jeruk nipis dengan dibacakan do’a oleh dukun. Dengan cara demikian insya Alloh yang bersangkutan akan terhindar dari gangguan setan dan iblis.


(29)

7

Sebagai tolak balak kedatangan hujan, agar upacara adat dapat berlangsung tanpa gangguan hujan, maka dimuka rumah atau pada penjuru sahibul hajat dipasang cabe dan bawang merah yang ditusuk dengan lidi. Begitu pula dilaksanakan ziarah kemakam orang tua atau kakek-nenek yang telah meninggal, atau datang kekeramat tertentu guna mendapat berkah restu bagi mereka yang melakukan perkawinan.

Penantian waktu perkawinan kadang-kadang dilakukan dengan perhitungan waktu dan hari bulan yang baik, misalnya dalam bulan sapar dianggap tidak baik untuk melakukan perkawinan. Kebanyakan pada masyarakat adat Saibatin perkawinan dilangsungkan pada saat hari raya idul fitri dan idul adha karena dianggap oleh masyarakat adalah waktu yang baik. Berbagai macam pantanganpun mengenai perkawinan pun tetap dilaksanakan. Misalnya pantang kawin ngakuk kelama (kelama berarti anak dari saudara laki-laki ibu nya) atau mengambil gadis anak kelama, pantang kawin mendahului kakak yang disebut “ngelangkau” atau “ngelangkah”. Jika kawin mengambil kelama maka si gadis dari pihak kelama harus dinaikkan lebih dahulu keloteng rumah, agar tidak tulah, dan kalau kawin mendahului kakak, maka yang melangkahi harus memberi sesuatu sebagai denda berupa uang atau pakaian bahkan emas (alat pelangkau) pelangkah kepada yang dilangkahinya. Dalam artian melangkahi kakak-kakak nya yang belum kawin (sumber: wawancara punyimbang adat pada tanggal 25 juli 2011).

Selanjutnya juga dipantangkan untuk kedua mempelai yang baru kawin selama empat puluh hari sudah terjadi perselisihan, maka berarti selama berumah tangga tidak akan tenteram. Begitu pula selama empat puluh hari mempelai wanita


(30)

8

dilarang keluar rumah sendiri atau berjalan bersama suami, kecuali dalam rangka acara adat misalnya “niyuh atau ngelama” (berkunjung tidur) ketempat wanita setelah beberapa hari perkawinan berlangsung.

Pada masyarakat Lampung Saibatin sekurang-kurangnya ada tiga tingkat kehidupan dengan suatu upacara adat yaitu :

1. Masa kelahiran dan kanak-kanak diadakan upacara yang disebut selamatan adat.

2. Masa berlangsungnya upacara perkawinan dengan disahkannya gelakh Saibatin (pemberian adok atau nama yang resmi kepada kedua mempelai tersebut). 3. Masa naik jabatan yang diwariskan oleh orang tua nya karena ayah nya

meninggal dunia, jadi dia (anak laki-laki) sebagai pemimpin baru ataupun melanjutkan kepemimpinan ayah nya.

Masyarakat Lampung Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir atau Lampung peminggir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:

1. Paksi Pak Sekala Berak (Lampung Barat) 2. Keratuan Melinting (Lampung Timur) 3. Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan) 4. Keratuan Semaka (Tanggamus)

5. Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan) 6. Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten).

sistem kekerabatannya tercermin dalam sistem dan perkawinan adat serta upacara-upacara adat Saibatin yang berlaku atas dasar musyawarah dan mupakat


(31)

9

punyimbang adat, dimana anak laki-laki tertua dari keturunan punyimbang memegang kekuasaan adat. Kedudukan warisan telah bergeser seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, tetapi di dalam suku Lampung tetap memegang warisan berdasarkan hukum waris adat. Penulis dalam hal ini meneliti jumlah Keluarga Lampung Saibatin di Desa Way Napal Dusun 1,2 dan 3 yang mempunyai anak laki-laki dan tidak mempunyai anak laki-laki. Untuk itu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah keluarga Lampung Saibatin di Desa Way Napal Kec.Krui Selatan Kab.Lampung Barat

Sumber : dari Desa Way Napal

Laki-laki sebagai penerus silsilah keturunan menjadi sentral pokok dalam keluarga lampung. Bila dalam keluarga lampung belum mempunyai keturunan laki-laki, maka keluarga tersebut masih merasakan ketimpangan-ketimpangan. Terutama dalam hukum adat misalnya, dalam kekeluargaan, perkawinan dan pewarisan. Perempuan bukannya tidak mempunyai peran, tetapi tidak dituntut untuk melakukan hal-hal tersebut, dalam masyarakat Adat Lampung sendiri ada jalan keluarnya yaitu dengan cara mengadakan perkawinan Jeng Mirul ; Perkawinan Tegak Tegi (Menjadikan suami dari anak perempuan sebagai penerus adat dan warisan) bahkan kadang-kadang

No. Keluarga Lampung Saibatin Way Napal

Yang Memiliki Anak Laki-Laki

Yang Tidak Memiliki Anak

Laki-Laki 1. Dusun I 56 Keluarga 5 Keluarga 2. Dusun 2 70 Keluarga 2 Keluarga 3. Dusun 3 73 Keluarga 4 Keluarga


(32)

10

keluarga akan memberikan atau menganjurkan pada anak laki-lakinya untuk menikah lagi dengan kerabat dari istri mudanya akan mendapatkan keturunan laki-laki.

Tabel 2. Perbedaan Antara Pendapat Ketua Adat Dengan Pendapat Anak Muda Tentang Pentingnya Kedudukan Anak Laki-Laki Dalam Keluarga Lampung Saibatin

Pendapat Ketua Adat Anak Muda

Menurut ketua adat kedudukan anak laki-laki dalam masyarakat adat lampung khususnya lampung saibatin dari masa nenek moyang atau dari jaman dulu sampai saat ini masih berperan penting sebagai pemimpin keluarga dan masyarakat terutama masyarakat di marga way napal.

Menurut anak muda salah satu marga way napal berpendapat bahwa, kedudukan anak laki-laki masih berperan penting dalam kehidupan sehari-hari karena dipengaruhi oleh faktor keturunan dan sudah menjadi aturan hukum adat lampung khususnya lampung saibatin masyarakat marga way napal.

Sumber:dari Punyimbang adat dan marga Way Napal pada tanggal 20 agustus

Sedangkan kedudukan anak laki-laki dipandang dari aspek kewarganegaraan adalah “warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34”.


(33)

11

Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Persamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintah

Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalam bidang hukum dan politik.

2. Persamaan Atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan (ekonomi)

Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.

3. Persamaan Dalam Hal Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul (politik) Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.


(34)

12

Dalam Bab X A tentang hak asasi manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.

4. Persamaan Dalam Agama

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 5. Persamaan Dalam Upaya Pembelaan Negara

Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.

6. Pesamaan Dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli


(35)

13

terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.

7. Persamaan Dalam Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial

Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan.

Mengetahui sejauh mana pentingnya keturunan laki-laki dalam keluarga lampung, penulis bermaksud untuk membahas pentingnya kedudukan anak laki-laki dalam keluarga lampung khususnya dalam kekeluargaan, perkawinan dan pewarisan.

B. Idetifikasi Masalah

Identifikasi masalah dimaksudkan untuk memperjelas beberapa masalah dalam suatu penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka identifikasi masalah adalah :

1. Peran tokoh masyarakat dalam melestarikan adat istiadat daerah Lampung Saibatin.


(36)

14

2. Peran masyarakat dalam menunjang pelestarian adat istiadat Lampung Saibatin.

3. Hubungan kekerabatan dalam masyarakat lampung dalam upaya pelestarian adat istiadat daerah Lampung Saibatin.

4. Kedudukan anak laki-laki dalam masyarakat adat Saibatin di tinjau dari faktor yang mempengaruhinya.

5. Kepedulian generasi muda dalam upaya melestarikan adat istiadat Lampung Saibatin.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah pentingnya kedudukan anak laki-laki pada masyarakat Lampung Saibatin Marga Way Napal.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kedudukan anak laki-laki menurut pandangan hukum adat, hukum Islam dan pandangan sebagai warganegara pada masyarakat adat Lampung Saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.


(37)

15

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meninjau bagaimana pentingnya kedudukan anak laki-laki dalam masyarakat adat Lampung Saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian tinjauan tentang pentingnya kedudukan anak laki-laki pada masyarakat adat Lampung Saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat secara teoritik memperkaya konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya mata kuliah hukum adat.

b. Kegunaan Praktis

1. Sebagai masukan bagi pemerintah agar dinas pendidikan dan kebudayaan hendak nya dapat melestarikan adat budaya lampung khususnya adat saibatin.

2. Sebagai calon guru, hasil penelitian ini berguna sebagai suplemen bahan ajar pada Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang membahas tentang norma dan hukum di Kelas X Sekolah Menengah Atas.


(38)

16

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup pendidikan khususnya mata kuliah Hukum Adat karena mengkaji tentang kedudukan anak laki-laki dalam keluarga Lampung yang berkaitan dengan adat istiadat khususnya daerah Lampung.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kedudukan anak laki-laki pada masyarakat adat saibatin marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah sesuai surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai selesai.


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

Landasan teori yang akan penulis bahas dalam bab ini sangat berguna sekali untuk memperkuat permasalahan serta membantu penulis dalam menetapkan objek penelitian. Wilayah pengambilan data serta untuk memperlancar dan mengarahkan penelitian. (S.Nasution:2002:9) mengatakan: “Dalam science, teori memegang peranan yang sangat penting sekali. Teori sangat pokok dan merupakan dasar bagi science.

A. 1 Lampung Saibatin

Lampung memiliki wilayah seluas 35.376,50 km2 terletak pada garis peta bumi: timur-barat di antara 105o 45' serta 103o 48' bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45' dengan 6o dan 45' lintang selatan. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.


(40)

18

Keadaan alam Lampung di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Sebelum kemerdekaan, Lampung merupakan wilayah yang dipimpin oleh seorang residen dan status daerah sebagai keresidenan (Residentie lampungche districten) dengan beberapa pemerintahan / afdeling (Afdeling teloekbetoeng,

afdeling Metro dan afdeling kotabumi). Desa desa/kota tua/kota lama dengan ciri kehidupan tradisional masih dapat dijumpai seperti sukadana, menggala, kenali, liwa, blambangan umpu, dll. Sebagian dari kota-kota tersebut menjadi ibukata kabupaten. Penduduk Lampung pada awal tahun 2000 berjumlah 7 juta jiwa. Diantara 10 kabupaten/kota jumlah penduduk yang terbanyak terdapat pada Lampung Tengah dengan jumlah 1.901.630 jiwa, sedangkan untuk kepadatan penduduk terdapat dikota Bandar Lampung.

Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta


(41)

19

Pantai Banten ( Imron, Ali.http // www. Asal Usul Lampung. Google.Com: 21 Juli. 2011).

Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau.

Kata Lampung sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Suku Lampung adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir serta Cikoneng di pantai barat Banten. Ada beberapa pendapat mengenai asal usul (nama) ulun Lampung

Pertama, dari catatan musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing, yang diperkuat oleh teori yang dikemukan Hilman Hadikusuma, disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung (Imron, Ali.http // www. Asal Usul Lampung. Google.Com: 21 Juli. 2011).


(42)

20

Kedua, Dr. R. Boesma dalam bukunya, De Lampungsche Districten (1916) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal (Imron, Ali.http // www. Asal Usul Lampung. Google.Com: 21 Juli. 2011).

Ketiga, legenda daerah Tapanuli menyeritakan, zaman dahulu meletus gunung berapi yang menimbulkan Danau Toba. Ketika gunung itu meletus, ada empat orang bersaudara berusaha menyelamatkan diri. Salah satu dari empat saudara itu bernama Ompung Silamponga, terdampar di Krui, Lampung Barat. Ompung Silamponga kemudian naik ke dataran tinggi Belalau atau Sekala Brak. Dari atas bukit itu, terhampar pemandangan luas dan menawan hati seperti daerah yang terapung. Dengan perasaan kagum, lalu Ompung Silamponga meneriakkan kata, "Lappung" (berasal dari bahasa Tapanuli kuno yang berarti terapung atau luas). Dari kata inilah timbul nama Lampung. Ada juga yang berpendapat nama Lampung berasal dari nama Ompung Silamponga itu (Imron, Ali.http // www. Asal Usul Lampung. Google.Com: 21 Juli. 2011).

Keempat, teori Hilman Hadikusuma yang mengutip cerita rakyat. Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduk nya disebut Tumi (Buay Tumi) yang di pimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekarmong. Mereka menganut kepercayaan dinamis, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buai Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam berasal dari Pagaruyung, Sumatera


(43)

21

Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Nyerupa, Umpu Lapah di Way, Umpu Pernong, dan Umpu Belunguh. Keempat umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku Kuntara Raja Niti, nama poyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati (Imron, Ali.http // www. Asal Usul Lampung. Google.Com: 21 Juli. 2011).

Menurut H. Alimin Yafawi (2005 : 3) kata "Saibatin berasal dari kata Sai yang artinya satu dan Batin arti nya hati".

Sedangkan menurut H.Hilman Hadikusuma. (1985:18) "Saibatin dalam arti sehari - hari adalah kesatuan masyarakat adat yang membentuk suatu marga adat”.

Menurut istilahnya Saibatin berasal dari kata Sai atau satu, yang dimaksudkan adalah persatuan para punyimbang adat dan punyimbang marga untuk permusyawaratan dalam melaksanakan peradilan adat yang dihadiri para pemuka adat setempat. Saibatin sesungguhnya berarti permusyawaratan (peradilan) adat yang diadakan oleh paksi-paksi adat untuk menyelesaikan peristiwa-peristiwa adat yang terjadi dengan rukun dan damai.

Adat saibatin dalam kenyataannya adalah mengakui bahwa segala aturan yang berlaku di dalam masyarakat adat tersebut merupakan hasil musyawarah para punyimbang adat atau punyimbang marga. Asal mula munculnya Adat Saibatin adalah sebagai hasil proses kunjungan ke kerajaan Islam (Banten) dalam rangka belajar ilmu agama. Kunjungan ini dinamakan Siba ( Alimin Syafawi, 2005 :3).


(44)

22

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Lampung Saibatin adalah segala peraturan yang berlaku disuatu tempat berdasarkan permusyawaratan (peradilan) adat yang diadakan oleh perwatin adat atau para paksi-paksi adat dan para pengelola dan pengurus gawi kerajaan yang lainnya. untuk menyelesaikan peristiwa-peristiwa adat yang terjadi dengan rukun dan damai.

A. 2 Beberapa Hal Tentang Adat Lampung Saibatin

a. Tentang Kebumian

Pada dasarnya orang Lampung Saibatin krui berdasarkan garis keturunan lurus dari atas pemekonan (menurut keturunan jurai lurus). Hanya anak laki-laki tertua dari keturunan yang paling tua yang bisa menjadi raja (pemimpin) saibatin dan bertanggungjawab terhadap adek-adek nya dan tidak berlaku bagi saudara-saudara nya yang lebih muda untuk menjadi raja atau punyimbang. Apabila dari anak tertua laki-laki tersebut tidak mempunyai anak laki-laki maka yang berhak menggantikan dia (raja) adalah adek laki-laki dari raja atau punyimbang tersebut.

b. Tentang Tata Cara Pemberian Adok / Gelar Saibatin

Penerimaan, pengakuan dan pemberian nama yang di sahkan oleh raja atau Saibatin punyimbang marga maupun Saibatin punyimbang adat. Dalam adat Saibatin seseorang diberikan adok pada saat seseorang itu menikah atau dalam peresmian pernikahan seseorang dan pelaku nya adalah punyimbang yang beradok suntan atau dalom.


(45)

23

c. Tentang Pergantian Punyimbang

Menurut Saibatin prinsipnya, yakni berdasarkan aliran darah terdekat. Sebagai contoh, anak laki-laki tertua dari keturunan yang paling tua dalam keluarga. Pergantiannya berdasarkan garis keturunan dan tidak bisa ditunjuk sembarangan saja. Maka pergantiannya akan terjadi apabila raja sudah meninggal. Apabila dalam keturunan yang paling tua nya tidak ada ( tidak mendapat keturunan ) maka istri akan dikawinkan pada adik laki-laki dari seorang punyimbang.

d. Tentang Azas

Azasnya berdasarkan persamaan derajat dan hak dan musyawarah mufakat bagi sesama marga tanpa melihat saibatinnya lama atau baru.

e. Tentang Paksi

Paksi sebagai Badan Pengelola adat urusan pemekonan atau marga. Setiap marga saibatin mempunyai 5 paksi, dimana paksi-paksi tersebut disebut tamunggung yang masing-masing mempunyai tugas mengurus semua urusan marganya. Paksi juga mempunyai tanggungjawab dalam rumah saibatin atau wilayah marga saibatin.

f. Tentang Sesat (Lamban Gedung)

Sesat merupakan sebuah bangunan tempat dilaksanakannya upacara adat yang selalu didampingi oleh kayu ara ( pohon ara ) dengan bentuk yang mirip kerangka pagoda, sesat harus ada sebagai tempat musyawarah para saibatin punyimbang marga dan punyimbang adat. Sebagai kelengkapan tiuh adat /


(46)

24

tiuh yang sudah disahkan adalah sesat dan masjid harus ada. Perlengkapan yang harus ada dalam sesat antara lain :

a. Alam geminser, adalah sarana untuk arak –arak terbuat dari kayu yang berbentuk kotak segi empat, yang dihiasi benang emas dan kain tapis, yang digunakan untuk mengurung dan membatasi penganten dengan peserta arak-arakan lainnya pada saat arak-arakan berlangsung.

b. Awan geminser, yaitu sekebat atau sehelai kain putih yang ukuran panjangnya lebih dari 15 meter dan tidak boleh kurang dari 15 meter.Sarana perlengkapan untuk naik tahta kerajaan, yang melambangkan ketinggian dan kehormatan saibatin.

c. Jejalan andak, yaitu kain putih panjang yang dibentangkan untuk melapis jalan yang dilalui oleh anggota arak-arakan. Kain putih atau warna putih bagi masyarakat Lampung melambangkan kehormatan dan kesucian, dengan demikian bahwa yang berada dalam arak-arakan tersebut terdiri dari orang-orang yang terhormat.

d. Payung Agung, yaitu paung besar ang dipasang dimuka rumah atau dilunjuk atau dimuka sesat atau dibawa dalam arak-arakan. Warnanya tiga macam yang masing-masing warna tersebut mempunyai makna tersendiri yaitu : putih (raja dan petinggi kerajaan), kuning (para marga adat) dan hitam (orang biasa).

e. Lalamak, Titi Kuya, Jambat Agung yaitu, Lalamak berupa tikar anyaman daun pandan yang dialas kain panjang dengan dijahitkan. Sedangkan Titi Kuya adalah talam terbuat dari kuningan. Talam ini diletakkan di atas lalamak. Setiap lembar lalamak ditempatkan dua titi kuya. Jambat Agung


(47)

25

adalah selendang tuha atau angguk khusus segi empat yang diletakkan di atas titi kuya. Ketiga peralatan upacara adat ini berfungsi sebagai satu kesatuan dalam menyediakan titian atau alas menapak Saibatin pada saat berjalan memasuki tempat perhelatan setelah selesai upacara arak-arakan. Ketiga alat menjadi satu paket rangkaian, dan biasanya disiapkan lebih dari satu paket sambung menyambung. Tiap alat dipegang sambung menyambung oleh perempuan-perempuan berpasangan, berjajar dan duduk bersimpuh di permukaan tanah. Lalamak-Titi Kuya-Jambat Agung satu rangkaian padu alas langkah SaiBatin. Setelah SaiBatin menapakkan langkah kakinya di atas lapisan tiga alat tersebut, maka perempuan pemegangnya harus membawa alatnya menyambung ke arah depan Saibatin melangkah. Jangan sampai telapak kaki SaiBatin langsung menginjak tanah sampai dengan tempat duduknya. Lalamak, Titi Kuya, dan Jambat Agung adalah gambaran kesetiaan, pengabdian sekaligus kasih sayang masyarakat adat Kepaksian Pernong terhadap Saibatin nya.

g. Tentang kebatinan punyimbang

Punyimbang artinya orang yang dituakan karena ia pewaris dalam keluarga kerabat atau marga saibatin. Dalam marga Lampung Saibatin mempunyai 12 punyimbang adat. Masing-masing punyimbang mempunyai adok atau gelar sesuai dengan lapisan-lapisan dalam marga saibatin. Kebatinan punyimbang disini maksudnya adalah tingkatan gelar yang di peroleh oleh seorang sehingga kebatinan punyimbang dilihat pada tebal lapis saibatinnya yang ditentukan dari jumlah gawi saibatin dari keturunan saibatin yang bersangkutan.


(48)

26

A. 3 Kedudukan Anak Laki-Laki Pada Keluarga Lampung Saibatin

a. Sebagai Ahli Waris

Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang sudah meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya. Pada asasnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan.

Adapun pengertian hukum waris menurut Ali Afandi menyatakan hukum waris adalah “Suatu rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana berhubungan dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya di dalam bidang kebendaan”.

Menurut Wirjono (1990 : 8) pengertian "warisan" ialah bahwa "warisan itu adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup", Pendapat diatas menggambarkan bahwa hukum waris adalah penyelesaian hubungan hukum dalam masyarakat yang memuat ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan baik berwujud maupun tidak berwujud dari pewaris kepada para warisnya yang dapat berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal dunia.


(49)

27

Pengaturan kewarisan menurut masyarakat adat Lampung didasarkan pada sistem kewarisan mayoritas laki-laki, artinya anak laki-laki tertua pada saat si pewaris meninggal dunia berhak penuh menguasai seluruh harta warisan orang tuanya. Pengertian berhak penuh disini adalah dalam hal pengaturan dari hasil harta warisan orang tuanya. Dikatakan demikian karena anak laki-laki tertua mempunyai tanggung jawab penuh untuk memelihara, membina dan mempertahankan kehidupan yang layak dari seluruh keluarga, yaitu adik-adik dan orang tua yang hidup, misalnya terhadap adik-adik yang masih belum dapat berdiri sendiri seperti belum berkeluarga, masih sekolah dan sebagainya. Harta pusaka keluarga tetap dipegang dan dikuasai oleh anak laki-laki tertua. Kemungkinan bagi anak laki-laki lain akan mendapat harta warisan akan tergantung dari banyaknya harta panen harian orang tuanya yang pembagiannya diatur oleh laki-laki tertua.

Jadi tegasnya mengenai harta orang tua baik yang merupakan harta pusaka maupun harta pencaharian akan langsung diwariskan pada anak laki-laki tertua. Kemudian bila suatu keluarga terjadi mupus atau punah dan belum dikaruniai anak, maka seluruh harta kekayaan kembali kepada orang tua pihak suami, hal ini sesuai dengan bentuk kawin jujokh. Bila orang tua pihak suami tidak ada lagi maka harta keluarga akan jatuh pada nenek dari suaminya. Jika kedua hal ini tidak ada maka harta tersebut akan jatuh kepada adik laki-laki suami. Demikian sebaliknya, bila adik suami yang mupus maka kakak laki-laki tertuanya yang berhak terhadap warisan.


(50)

28

Dapat dilihat bahwa, walaupun masyarakat Lampung memegang teguh tuntunan dan petunjuk agama Islam dalam perkawinan dan menganggap aturannya mutlak ditaati, namun mengenai pengaturan warisan tidak mengikuti ketentuan waris islam.Dalam masyarakat Lampung anak yang berhak mendapat waris dibedakan menjadi : 1. Anak Kandung

Adalah anak jasad yang dilahirkan dari suatu hubungan perkawinan yang syah menurut ketentuan hukum adat maupun hukum negara ataupun ketentuan agama Islam. Dari sudut status dapat dibedakan antara anak kandung laki dan perempuan biasa dengan anak laki-laki dan perempuan adat. Anak kandung adat adalah anak kandung yang sudah dilakukan upacara adat oleh orang tuanya yang disebut dengan upacara selamatan. Upacara ini dimaksudkan sebagai media pengumuman dan penegasan kepada anggota masyarakat adat bahwa suatu keluarga sudah bertambah anggotanya, disamping itu juga memenuhi perintah petunjuk agama islam. Sedangkan anak yang belum dilakukan upacara selamatan untuk tetap sebagai anak kandung adat. Karena dalam aturan adat Saibatin suatu keturunan yang sedarah tetap sebagai anak kandung adat terutama anak laki-laki tertua. Namun akan lebih baik jika dilakukannya upacara selamatan maka seolah-olah pengawasan terhadap anak kandung adat tersebut dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari telah menjadi tanggung jawab masyarakat adat. Anak kandung adat ini seyoganya yang mewarisi


(51)

29

kedudukan dan harta warisan daripada orang tuanya khususnya anak laki-laki tertua.

2. Anak Angkat

Adalah seorang anak yang bukan hasil keturunan dari kedua orang tua suami istri namun dianggap oleh orang tua angkatnya sebagai anak keturunannya sendiri. Anak angkat tersebut akan diresmikan atau akan ditetapkan sebagai anak orang tua yang mengangkatnya dengan suatu upacara adat tertentu. Pengangkatan anak atau adopsi dalam masyarakat Lampung dapat dilakukan karena suatu keluarga tidak mempunyai anak sama sekali, atau karena suatu keluarga hanya mempunyai anak perempuan saja tidak mempunyai anak laki-laki. Seorang anak angkat dengan status anak angkat adat bisa menjadi pelanjut keturunan dari orangtua angkatnya.

3. Anak Pungut

Adalah anak yang bukan hasil keturunan dari perkawinan kedua orang tua (suami istri) yang dirawat serta dianggap oleh orang tua angkatnya sebagai anak turunannya sendiri. Anak pungut hampir sama dengan anak angkat namun pada anak pungut pelaksanaannya tanpa melalui suatu upacara adat sehingga ia tidak mempunai status adat, karena ia akan menjadi tenaga pekerja dan membantu kegiatan sehari-hari dalam suatu keluarga adat tersebut. Oleh karena itu anak pungut tidak mempunyai hak dalam mewarisi.


(52)

30

4. Anak di Luar Perkawinan

Adalah anak yang dilahirkan dari suatu hubungan perkawinan yang tidak sah atau perkawinan yang terjadi setelah ibunya hamil lebih dahulu. Anak di luar perkawinann ini tetap mempunyai hak waris dari orang tua laki-lakinya karena anak ini adalah anak keturunan sedarah, jadi anak ini tetap bisa menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat adat. Anak yang demikian ini pada masyarakat adat Lampung adalah anak anak yang hina namun tetap dihormatin oleh masyarakat biasa karena anak ini adalah anak kandung adat.

b. Sebagai Pemimpin Keluarga

Sistim kekerabatan masyarakat Lampung berporos pada prinsip keturunan menurut garis bapak (patrilineal) dimana kedudukan anak laki-laki tertua (anak puyimbang) memegang kekuasaan sebagai kepala rumah tanggga yang bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, kerabat dan marga atau masyarakat adatnya. Anak punyimbang adalah punyimbang (pemimpin keturunan) yang berhak dan berkewajiban mengatur hak-hak dan kewajiban adik-adiknya yang pria maupun wanita yang belum menikah dan mengikuti kedudukan suami dalam batas-batas kedudukannya sebagai punyimbang adat dan punyimbang marga adat kekerabatannya.

Terdapat perbedaan kedudukan hak dan kewajiban antara kerabat pria (ayah) dan kerabat wanita (ibu). Yang berfungsi sebagai pengatur adalah pihak laki-laki dan pihak perempuan hanya bersifat membantu.


(53)

31

Misalnya dalam adat perkawinan, maka yang berfungsi dan berperan adalah pihak pria (saudara adik beradik pria) sedangkan pihak wanita (termasuk suaminya) hanyalah bersifat membantu dalam rangka menghormati kedudukan ipar ataupun mertua. Demikian halnya dalam fungsi dan peranannya dibidang adat yang menyangkut adat kekerabatan.

c. Sebagai Pengayom Keluarga Besar

Sistim kekerabatan Lampung yang berpokok pangkal pada satu rumah besar (Lamban balak dan Lamban gedung) anak punyimbang tidak hanya berfungsi sebagai pemimpin keluarga tetapi juga berfungsi sebagai pengayom keluarga. Pengayom keluarga tidak hanya memimpin keluarga dalam adat kekerabatan saja tetapi mencakup keseluruhan fungsi sebagai anak punyimbang adat dan punyimbang marga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap keluarga dan marga adatnya. Misalnya saja sebagai pengganti ayah, anak punyimbang harus membesarkan adik-adiknya, mendidik dan membiayai sekolah adik-adiknya, menanggung beban pengeluaran kehidupan sehari-hari (menafkahi ibu serta adik-adiknya) serta bertanggung jawab membiayai pernikahan adik-adiknya.

d. Sebagai Tokoh Adat

Laki-laki sebagai tokoh adat berkedudukan sebagai simbol dari marga yang diwakili nya, Tokoh adat ini berperan penuh dalam memimpin


(54)

32

upacara-upacara adat, mulai dari upacara perkawinan, upacara kematian dan upacara-upacara adat lainnya. Tokoh adat ini tingkatannya berbeda-beda antara lain :

1. Kerabat Punyimbang Marga

ialah kerabat yang bertindak sebagai penguasa adat, penguasa atas tanah ulayat, pemegang alat perlengkapan dan kekayaan adat. Berlambang warna putih sebagai simbol ketinggian seorang raja Saibatin (payung agung warna putih, warna pakaian serba putih). 2. Kerabat Punyimbang Tiyuh

ialah kerabat yang bertindak sebagai penguasa adat, setingkat kampung penguasa tanah ulayat pemegang alat perlengkapan dan kekayaan adat tingkat kampong.Berlambang warna kuning (payung agung warna kuning, warna pakaian serba kuning).

3. Kerabat punyimbang Adat

ialah kerabat yang bertindak sebagai penguasa adat setingkat kampung, penguasa atas marga kampung, pemegang alat perlengkapan dan kekayaan adat kampung. Berlambang warna kuning (payung agung warna kuning, warna pakaian serba kuning). 4. Kerabat Punyimbang Suku

ialah kerabat yang bertindak sebagai penguasa adat setingkat bagian kampung, bukan penguasa tanah ulayat, pemegang alat


(55)

33

perlengkapan dan kekayaan adat tingkat suku. Berlambang kuning (payung agung warna kuning, warna pakaian juga serba kuning). 5. Golongan Budak di Sebut Beduwa

ialah anggota kerabat yang mengabdi untuk kepentingan kerabat punyimbang, tidak mempunyai hak-hak adat, tetapi berkewajiban melaksanakan tugas-tugas adat berat.Semua urusan adat tergantung pada punyimbang dan hanya pengikut saja bahkan seperti orang biasa.Berlambang warna hitam (memakai payung agung warna hitam sebagai tanda saja).

6. Golongan Orang Asing

Golongan orang pendatang yang tidak menetap dan bukan anggota pada suatu marga Saibatin, sering disebut juga ulun luwah yang tidak memiliki simbol apapun dari marga Saibatin tersebut.

A. 4 Kedudukan Anak Laki-laki Menurut Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Alqur’an, As sunnah atau Al hadis dimana hukum Islam adalah hukum yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari dalam hubungan individu dengan masyarakat dan hubungan manusia dengan Allah.

Adapun kedudukan anak laki-laki ditinjau dari hukum Islam ialah sebagai pemimpin atau imam bagi keluarga maupun masyarakat. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surat an-nisa ayat 34 yang berbunyi “ kaum laki-laki itu


(56)

34

adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatlah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaati mu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (Al-Qur’an surat an-nisa ayat 34).

Seperti yang diriwayatkan dalam pernikahan Nabi Muhammad dan istrinya Siti Khadijah. Dimana Nabi Muhammad adalah seorang laki-laki dari kalangan keluarga tidak mampu atau miskin sedangkan Siti Khadijah istrinya adalah seorang yang kaya raya. Namun, karena Nabi Muhammad adalah suaminya maka Siti Khadijah harus nurut perintah suaminya karena suami adalah pemimpin dalam keluarga dan tidak bisa digantikan oleh perempuan atau istrinya walaupun dia seorang yang kaya raya sekalipun.

A. 5 Kedudukan Anak Laki-laki Menurut Hukum Adat

Pengertian hukum adat menurut Van Vollenhoven diterjemahkan M.R.A. Soehardi menyatakan bahwa, hukum adat adalah “keseluruhan tingkah laku positif di satu pihak mempunyai sanksi (oleh karena itu : “hukum”) dan pihak lain dalam keadaan yang tidak dikondifikasikan (oleh karena itu : “adat”). (Van Vollenhoven, 1981 : 5)


(57)

35

Dalam teori Snouck Hurgronje yang sangat terkenal dengan teori resepsi. Menurut pendapatnya walaupun diterima dalam teori, hukum Islam seringkali dilanggar dalam prakteknya. Dalam masyarakat Islam hukum Islam tidak berlaku yang berlaku adalah hukum adat. Di dalam hukum adat memang telah masuk unsur-unsur hukum Islam, tetapi hukum Islam yang berlaku dalam masyarakat adat, bukan lagi hukum Islam karena telah menjadi hukum adat.

Oleh karena itu, menurut Snouck Hurgronje “hukum Islam tidak perlu dikodifikasikan karena selain pengkodifikasian hukum itu merupakan sesuatu yang bid’ah (pembaruan agama Islam, tanpa berpedoman pada Alquran dan Al-hadis), juga akan menghambat berlakunya hukum Islam”.

Sedangkan menurut hukum adat lampung laki-laki adalah sebagai penerus keturunan yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, anak laki-laki dituntut untuk bisa mengatur keluarga besar dan para kerabatnya. Dikarenakan masyarakat lampung mayoritas agama Islam jadi laki-laki adalah pemimpin bagi keluarga dan pemimpin bagi marga adatnya. Dalam hukum adat lampung saibatin termasuk kedalam hukum adat yang tidak tertulis.

Seperti yang disebutkan oleh Soekanto, Soepomo menyatakan bahwa hukum adat adalah “ hukum yang tidak tertulis dalam peraturan-peraturan legislatif (unstatutory law), meliputi peraturan hidup yang meskipun tidak dikitabkan oleh yang berwajib, tetapi harus dihormati dan didukung oleh rakyat


(58)

36

berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturanp-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.

A. 6 Kedudukan Anak Laki-laki Menurut Ilmu Kewarganegaraan

Warga negara adalah menurut Winarno (2007 : 2) adalah “anggota dari suatu negara yang mempunyai hubungan dengan negara”.

Adapun warga negara menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004) Warga negara adalah “sebagai anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu sendiri”.

Sedangkan kedudukan anak laki-laki dipandang dari aspek kewarganegaraan adalah “warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34”.

Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci tentang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Persamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintah

Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalam bidang hukum dan politik.


(59)

37

2. Persamaan Atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan (ekonomi)

Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.

3. Persamaan Dalam Hal Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul (politik) Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.

Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.

4. Persamaan Dalam Agama

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk


(60)

38

untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 5. Persamaan Dalam Upaya Pembelaan Negara

Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.

6. Pesamaan Dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.

7. Persamaan Dalam Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial

Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara


(61)

39

oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan.

B. Kerangka Pikir

Setelah dilakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir merupakan instrument yang memberikan penjelasan bagaiamana upaya penulis memahami pokok masalah.

Lebih jelas mengetahui gambaran bagaimana tinjauan tentang pentingnya kedudukan anak laki-laki pada masyarakat adat Lampung Saibatin akan disajikan dalam bagan skematik sebagai berikut :

Kedudukan anak laki-laki dalam keluarga Lampung

 Sebagai ahli waris

 Sebagai pemimpin keluarga

 Sebagai pengayom keluarga besar

 Sebagai tokoh adat

Pentingnya Kedudukan Anak Laki-Laki Pada Masyarakat

Adat Saibatin

 Berperan

 Kurang Berperan


(62)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini, penulis mempergunakan metode deskriptif. Metode deskriptif secara harfiah dapat diartikan sebagai penelitian yang dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Hariwijaya dan Triton, (2005 :22) adalah untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena.

Berdasarkan pendapat diatas. Maka penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini sudah tepat, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tinjauan tentang pentingnya anak laki-laki pada masyarakat adat Saibatin Marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

B. Populasi dan Sampel

Dalam hubungan populasi dan sampel Sutrisno Hadi, menjelaskan bahwa sampel atau contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif.artinya yang menggambarkan


(63)

41

keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh marga Saibatin Way Napal di Dusun 1, 2 dan 3 di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 210 keluarga. Sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi dikarenakan populasi lebih dari 100. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardililis “bahwa populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel”.

2. Sampel

Menurut Sumadi Suryabrata ( 2010:37) Tujuan teknik penentuan sampel ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling representatife. Dibawah ini adalah jumlah sampel keluarga Lampung Saibatin yang mempunyai anak laki-laki.

Tabel 3: Jumlah dan sebaran Sampel Keluarga yang memiliki anak laki-laki di keluarga Lampung Saibatin di Desa Way Napal

No. Keluarga Lampung Saibatin Way Napal

Yang Memiliki Anak Laki-Laki

Perhitungan Pembulatan 1. Dusun I 56 Keluarga 56 x 20% =11,2 11

2. Dusun 2 70 Keluarga 70 x 20% =14 14 3. Dusun 3 73 Keluarga 73 x 20% = 14,6 15 Jumlah 210 Keluarga 39,8 40


(64)

42

C. Variabel Penelitian

Suatu permasalahan yang diangkat ke dalam sebuah penelitian tentunya sulit untuk bisa dipecahkan atau dijawab, bila mana fenomena-fenomena yang menjadi sasaran objek penelitian tidak dirumuskan secara spesifik. Maka penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi (x) dan variabel terikat sebagai variabel yang dipengaruhi (y), yaitu :

a. Kedudukan anak laki-laki dalam keluarga lampung sebagai variabel bebas (x)

b. Masyarakat adat lampung Saibatin sebagai variabel terikat (y)

D. Definisi Operasional

Penilaiaan tentang tugas dan tanggungjawab dalam hukum adat lampung khusus nya Lampung Saibatin. Penilaian terhadap tugas dan tanggungjawab anak laki-laki dalam masyarakat Lampung Saibatin antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai Ahli Waris

2. Sebagai Pemimpin keluarga 3. Sebagai Pengayom Keluarga besar 4. Sebagai Tokoh Adat.


(65)

43

E. Rencana Pengukuran variabel

Variabel yang diukur adalah besar nya tingkat tanggapan dan tujuan. Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan alat ukur berupa angket yang berisikan besaran tingkat kedudukan anak laki-laki dalam keluarga lampung yaitu :

- Berperan

- Kurang berperan - Tidak berperan

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok a. Angket

Teknik pokok dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan teknik angket. Angket dalam penelitian ini diserahkan kepada para guru yang telah mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan yang mengajar di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

Menurut Muhammad Nazir (1988:403): angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis, dalam setiap tes memiliki tiga alternative jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu:

1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3 2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2 3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1


(66)

44

Dimana :

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1

Untuk mengolah nilai dalam tiap kelompok variable, maka akan diadakanpengkategorian nilai yaitu tinggi, sedang, rendah yang pensekoran nilainya ditentukan oleh banyak item.

3. Teknik Penunjang

a.Teknik Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan berbagai konsep dan informasi yang bersifat teoritis, yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan konsep yang terpilih menjadi rujukan dalam penelitian. Melalui studi pustaka ini bertujuan untuk memperjelas kajian penelitian kearah kajian teoritis secara jelas

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk mendukung keterangan-keterangan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data melalui wawancara ini, dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan lisan secara langsung kepada kepala Desa Way


(67)

45

Napal dan kepada adat dan juga tokoh adat Marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena ini diteliti secara deskriptif dengan mencari informasi mengenai beberapa hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk penguraian, selain itu disajikan dalam bentuk persentasi pada setiap tabel kesimpulan. Rumus persentase yang digunakan adalah :

% 100  

N F P

Keterangan : P = persentase

F = Jumlah jawaban dari seluruh item N = Jumlah perkalian item dengan responden (Muhammad Ali, 1985 : 184 )

Dan untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kriteria sebagai berikut :

76 % - 100 % = Baik 56 % - 75 % = Cukup 40 % - 55 % = Tidak Baik (Suharsimi Arikunto, 1989 : 196).


(68)

46

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menggunakan validitas item soal yang dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan yaitu logical validity dengan cara judgement

yaitu dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada di lingkungan program studi PKn FKIP Unila, Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi atau perbaiakan sesuai dengan keperluan.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :178) bahwa reliabilitas adalah: ”Suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Menyebarkan angket untuk uji cobakan kepada 10 orang di luar responden b. Untuk menguji reliabilitas angket digunakan teknik belah dua atau ganjil dan

genap

c. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment yaitu :


(69)

47 xy r

 

 

                   

N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2 Dimana :

rxy : Hubungan variable X dan Y

X : Jumlah skor distribusi X

Y : Jumlah skor distribusi Y

XY : Jumlah perkalian skor distribusi X dan Y

N : Jumlah responden X dan Y yang mengisi kuesioner

X2: Jumlah kuadrat skor distribusi

Y2 : Jumlah kuadrat skor distribusi ( Mardalis, 2004 : 83)

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angket digunakan rumus Sperman Brown yaitu:

xy

r

 

gg gg r r   1 2 Dimana : xy

r = koefisien seluruh item

rgg = koefisien korelasi ganjil dan genap (Suharsimi Arikunto,2006:180)


(1)

E. Rencana Pengukuran variabel

Variabel yang diukur adalah besar nya tingkat tanggapan dan tujuan. Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan alat ukur berupa angket yang berisikan besaran tingkat kedudukan anak laki-laki dalam keluarga lampung yaitu :

- Berperan

- Kurang berperan - Tidak berperan

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok a. Angket

Teknik pokok dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan teknik angket. Angket dalam penelitian ini diserahkan kepada para guru yang telah mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan yang mengajar di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

Menurut Muhammad Nazir (1988:403): angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis, dalam setiap tes memiliki tiga alternative jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu:

1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3 2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2 3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1


(2)

Dimana :

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1

Untuk mengolah nilai dalam tiap kelompok variable, maka akan diadakanpengkategorian nilai yaitu tinggi, sedang, rendah yang pensekoran nilainya ditentukan oleh banyak item.

3. Teknik Penunjang

a.Teknik Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan berbagai konsep dan informasi yang bersifat teoritis, yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan konsep yang terpilih menjadi rujukan dalam penelitian. Melalui studi pustaka ini bertujuan untuk memperjelas kajian penelitian kearah kajian teoritis secara jelas

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk mendukung keterangan-keterangan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data melalui wawancara ini, dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan lisan secara langsung kepada kepala Desa Way


(3)

Napal dan kepada adat dan juga tokoh adat Marga Way Napal di Desa Way Napal Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena ini diteliti secara deskriptif dengan mencari informasi mengenai beberapa hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk penguraian, selain itu disajikan dalam bentuk persentasi pada setiap tabel kesimpulan. Rumus persentase yang digunakan adalah :

% 100  

N F P

Keterangan : P = persentase

F = Jumlah jawaban dari seluruh item N = Jumlah perkalian item dengan responden (Muhammad Ali, 1985 : 184 )

Dan untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kriteria sebagai berikut :

76 % - 100 % = Baik 56 % - 75 % = Cukup 40 % - 55 % = Tidak Baik (Suharsimi Arikunto, 1989 : 196).


(4)

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menggunakan validitas item soal yang dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan yaitu logical validity dengan cara judgement yaitu dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada di lingkungan program studi PKn FKIP Unila, Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi atau perbaiakan sesuai dengan keperluan.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :178) bahwa reliabilitas adalah: ”Suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Menyebarkan angket untuk uji cobakan kepada 10 orang di luar responden b. Untuk menguji reliabilitas angket digunakan teknik belah dua atau ganjil dan

genap

c. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment yaitu :


(5)

xy r

 

 

                   

N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2 Dimana :

rxy : Hubungan variable X dan Y

X : Jumlah skor distribusi X

Y : Jumlah skor distribusi Y

XY : Jumlah perkalian skor distribusi X dan Y

N : Jumlah responden X dan Y yang mengisi kuesioner

X2: Jumlah kuadrat skor distribusi

Y2 : Jumlah kuadrat skor distribusi ( Mardalis, 2004 : 83)

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angket digunakan rumus Sperman Brown yaitu:

xy

r

 

gg gg r r   1 2 Dimana : xy

r = koefisien seluruh item

rgg = koefisien korelasi ganjil dan genap (Suharsimi Arikunto,2006:180)


(6)

Mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menurut Manase Malo (1986:139) dapat dilihat pada indeks reliabilitas dibawah ini:

0,90 – 1,00 = Reabilitas tinggi 0,50 – 0, 89 = Reabilitas sedang 0,00 – 0,49 = Reabilitas rendah


Dokumen yang terkait

TRADISI KAKICERAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA PUGUNG TAMPAK KECAMATAN PESISIR UTARA LAMPUNG BARAT

3 78 54

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

0 16 54

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

1 14 51

PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

0 10 56

KEDUDUKAN ISTERI DALAM PERKAWINAN JUJUR PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI DESA TIUH BALAK KECAMATAN BARADATU KABUPATEN WAY KANAN

0 25 36

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN WAY KRUI KABUPATEN PESISIR BARAT

3 17 82

PROSES PEMBERIAN GELAR SUTTAN PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT LAMPUNG ABUNG MARGA BELIUK (Studi di Desa Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)

0 7 51

ANALISIS KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PEMBAGIAN HARTA WARIS PADA ADAT LAMPUNG SAI BATIN DI PEKON KERBANG TINGGI PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT PROVINSI LAMPUNG

1 28 85

KEDUDUKAN ANAK TERTUA LAKI-LAKI DALAM ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI KABUPATEN PESISIR BARAT - Raden Intan Repository

0 2 88

BAB II HAKIKAT SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN A. Masyarakat adat Lampung saibatin 1. Konsep masyarakat - MAKNA FILOSOFIS SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Bara

0 0 32