PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS LAMPUNG
PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
R. DICKY WIRAWAN LISTIANDOKO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(2)
ABSTRACT
COMPARISON RELATIONSHIP OF STRESS WITH AN IRREGULER MENSTRUATION CYCLE ON THE STUDENTS OF FACULTY OF MEDICINE YEAR 2009 AND YEAR 2010 LAMPUNG UNIVERSITY
By
R. DICKY WIRAWAN LISTIANDOKO
Stress is a set of physiological changes that occur due to the body exposed to hazard threats. When stress occurs, a set of physiological changes occurs, one through the HPA axis. This action begins with the perception of a threatening situation, quick action on the hypothalamus to produce the hormone cortisol and causing some hormonal imbalances including reproductive hormones and occurs a state of irregular menstrual cycles. In this period, the stress often experienced by each individual because of the inability to anticipate external threats. This research was conducted to determine the relationship of stress with an irregular menstrual cycle on the students of Faculty of Medicine, Unila year 2009 and year 2010.
The research was conducted using the analytical method with cross sectional design. The population in this study is the students of the Faculty of Medicine, year 2009 and year 2010, and the total sample used was 149 students. At the very least, 23 respondents were excluded and reduce the number of samples into 126 respondents, 61 respondents from year 2009 and 65 respondents from year 2010. The study was conducted in November to December 2012. Data obtained from questionnaires that’ve been distributed to respondents. The computer program SPSS 15.0 helps the processing of the data.
(3)
The results from year 2009 showed that 67,5% of respondents with stress, had irregular menstrual cycle. Other results from year 2010 showed that 61,8% with stress had irregular menstrual cycles. Based on the results of chi square test, we found a significant relationship with the irregularity of the menstrual cycles in which the p value is 0.027 (<0.05) from students year 2009 and from students year 2010 the p value is 0,034 (<0,05)
It is expected that the respondents who are in conditions of stress to perform stress coping, changing life style and repairing nutrition intake to recover the balance of the body to reduce the worst outcome.
(4)
ABSTRAK
PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
R. DICKY WIRAWAN LISTIANDOKO
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis yang terjadi akibat tubuh terpapar bahaya ancaman. Pada kondisi stres terjadi respon fisiologi tubuh, salah satunya melalui HPA aksis. Tindakan ini dimulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengancam, aksi yang cepat pada hipotalamus sehingga dihasilkan hormon kortisol menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal termasuk hormon reproduksi dan terjadi suatu keadaan siklus menstruasi yang tidak teratur. Di masa ini, stres sering dialami oleh setiap individu karena adanya ketidakmampuan dalam mengantisipasi ancaman eksternal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Unila Angkatan 2009 dan 2010.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2009 dan Angkatan 2010, total sampel yang digunakan berjumlah 149 mahasisiswi yang berpartisipasi pada penelitian ini dimana 72 orang berasal dari angkatan 2009 dan 77 orang berasal dari angkatan 2010, dimana 23 responden dieksklusi sehingga jumlah sampel yang diteliti 126 responden. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012. Data diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Teknik pengolahan data diolah dengan bantuan komputer (SPSS 15.0).
(5)
Hasil penelitian yang dilakukan di angkatan 2009 menunjukkan 67,5 % responden dengan stres didapati mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, dan pada angkatan 2010 menunjukkan 61,8% responden yang mengalami stres juga mengalami siklus mentruasi yang tidak teratur. Berdasarkan hasil uji chi square, dijumpai hubungan yang signifikan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dimana p value 0,027 (<0,05) pada mahasiswi kedokteran unila angkatan 2009, dan didapatkanp value0,034 (<0,05).
Diharapkan kepada responden yang berada pada kondisi stres untuk melakukan coping stress, mengubah gaya hidup, serta memperbaiki asupan nutrisi untuk mengembalikan keseimbangan tubuh sehingga tidak terjadi efek yang lebih buruk.
(6)
PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
R. DICKY WIRAWAN LISTIANDOKO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(7)
Judul Skripsi :PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama Mahasiswa :R. DICKY WIRAWAN LISTIANDOKO Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011070
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO
dr. Ari Wahyuni
…NIP 197402262001122002
NIP 198406102009122004
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Sutyarso, M.Biomed
NIP 19570424 198703 1 001
(8)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :
dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO
_____________Sekretaris :
dr. Ari Wahyuni
_____________Penguji
Bukan Pembimbing :
dr. Jenny Maria Carolina, S., SpKJ
_____________2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Sutyarso, M.Biomed
NIP 19570424 198703 1 001(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 25 Maret 1991,
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan DRS. RM. Bambang
Padmo Listiandoko dan Nurlela Listiandoko SH .
Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Sari Teladan tahun
1996 sampai tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Beringin Raya tahun 1997
sampai tahun 2003, dan meraih Juara Umum dalam Lomba 5 Mata pelajaran.
Selanjutnya meneruskan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar
Lampung tahun 2003 sampai tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2006 sampai tahun 2009, dan sempat 3 kali
mewakili SMA nya di ajang tingkat Nasional
Tahun 2009, Penulis diterima sebagai mahasiswa angkatan ke-8 Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Penulis juga mengikuti organisasi Forum Studi Islam (FSI) Ibnu
Sina Kedokteran Unila sebagai anggota bidang Kaderisasi selama periode
kepengurusan tahun 2010, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kedokteran
(10)
MOTTO
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan.” (QS. An Nahl, 16:53)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. As-Syarh, 94:5-6)
Harta yang paling berharga adalah keluarga Istana yang paling indah adalah keluarga Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga (Arswendo Atmowiloto)
Setialah kepada yang benar, lalu perhatikan apa yang akan terjadi
(Mario Teguh)
Primum non nocere (IBNU SINA)
(11)
SEBUAH PERSEMBAHAN UNTUK KEDUA ORANG TUAKU
DAN KAKAK- ADIKKU TERSAYANG
(12)
SANWACANA
Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tak lupa shalawat serta salam teruntuk Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu
menjadi suri tauladan sampai akhir zaman.
Skripsi dengan judul”PERBANDINGAN HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI YANG TIDAK TERATUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 DAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS LAMPUNG” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
3. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO sebagai pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, memberikan ilmu, bimbingan, dorongan, bantuan, saran,
kritik, arahan serta nasihat yang bermanfaat, sehingga Penulis dapat
(13)
4. dr. Ari Wahyuni sebagai pembimbing pendamping yang telah meluangkan
waktu, memberikan kritik, saran, masukan, serta nasihat yang bermanfaat
bagi penyelesaian skripsi ini.
5. dr. Jenny Maria Carolina, S., SpKJ sebagai pembahas yang telah memberikan
saran, kritik, nasihat, dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
6. dr. Syazili Mustafa selaku Dosen Pembimbing Akademik selama Penulis
menjalankan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah
meluangkan waktu untuk bimbingan dalam hal-hal perkuliahan maupun
akademik.
7. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. (Pakde ku Tersayang) dan Bude Mega,
terima kasih atas perhatian yang selama ini diberikan kepada penulis selama
ayah penulis dinas luar kota.
8. Papaku Tercinta, DRS. RM Bambang Padmo Listiandoko. Papa nomor satu
di dunia, Papa paling hebat di dunia. Terima kasih atas motivasi, semangat
dan dukungan yang terus mengalir yang di berikan kepada penulis.
9. Mamaku Tercinta, Nurlela Listiandoko SH. Mama terbaik sepanjang masa.
Terima kasih atas Cinta Kasih, dan Rasa Sayang abadi yang mama berikan
kepada Penulis.
10. Kakakku, R. Chandra Jaya Listiandoko. Terima kasih telah Menjadi kakak
yang selalu bisa di andalkan, terima kasih atas pengetahuannya, dan selalu
menjadi “Perpustakaan Berjalanku” dan memberi “Pencerahan” sewaktu
penulis menemukan kesulitan
11. Adikku, R. Edwin Savero Listiandoko, terima kasih atas “keajaiban” dari
(14)
12. Ratu Erika Sarah, terima kasih atas pengertiannya, do’a, dukungan dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan penelitian dan menempuh
pendidikan di Fakultas Kedokteran Unila
13. dr. Iswandi darwis, Mbak Novi, Mbak Nur, dan Hanif Fakhruddin. Terima
kasih atas kerjasama nya selama penulis Menjadi Asisten Dosen Farmakologi
di Universitas Lampung dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Bandar
Lampung
14. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak berjasa selama ini.
15. Sahabat Seperjuanganku di Kedokteran Unila Tetra Arya Saputra, Fahmi
Aulia, Riyan Wahyudo, Ryan Falamy, Tri Agung Sanjaya, Syahrul Hamidi
dan teman teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, banyak
hal yang telah kita lewati kawan.
16. Sahabat-sahabat yang membantu menyebarkan kuesioner, Ramayang Estiti
Nestowo, Nurul Hidayah, Ressi Ana Maisuri, Tetra Arya Saputra, Nurul
Hidayah tanpa kalian kuesionernya tidak akan terbagi dalam waktu yang
bersamaan.
17. Untuk Nurul hidayah, Ressi Ana Maisuri, Erin Imaniar, Febrina Dwiyanti,
Nadia Ayu Shepia terima kasih atas bantuan dan nasihatnya.
18. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2009, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Banyak hal yang telah kita lalui bersama, semoga makin kompak.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
(15)
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi seluruh civitas akademika serta masyarakat pembacanya. Amin.
Bandar Lampung, November 2012 Penulis
(16)
I
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Kerangka Pemikiran ... 7
1. Kerangka Teori ... 7
2. Kerangka Konsep ... 8
F. Hipotesis... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stres ...……….…... 9
1.Definisi Stres..………... 9
2.Klasifikasi Stres……... 10
3. Sumber Stres (Stressor)………... 10
4. Penggolongan Stres………. 13
5. Respon Psikologis Stres..……… 14
(17)
7. Respon Fisiologis Stres……….. 16
8.CopingStres……… 17
B. Menstruasi... 19
1. Definisi Menstruasi... 19
2. Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi... 28
3. Siklus Menstruasi Yang Tidak Teratur... 30
C. Anatomi Dan Faal Sistem Reproduksi Wanita………. 32
1. Alat Genitalia Wanita Bagian Luar……….……...……... 32
2. Alat Genitalia Wanita Bagian Dalam……… 32
D. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Yang Tidak Teratur.…... 33
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian………. 34
1. Waktu Penelitian ………. 34
2. Tempat Penelitian……… 34
C. Alat Penelitian ………... 35
D. Populasi dan Sampel Penelitian... 35
1. Populasi Penelitian... 35
2. Sampel Penelitian... 35
E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... 36
F. Variabel Penelitian... 36
G. Sumber Pengumpulan Data………...………. 37
1. Data Primer……….. 37
2. Data Sekunder……….. 37
H. Definisi Operasional... 38
I. Tahap Kerja... 40
(18)
K. Pengolahan Data………... 41
L. Analisis Data………... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 43
B. Gambaran Subyek Umum Penelitian... 43
1. Analisis Univariat... 44
2. Analisis Bivariat... 50
C. Pembahasan... 54
D. Keterbatasan Penelitian... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 62
B. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA... 64
LAMPIRAN... 67
Lampiran 1. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Subyek Penelitian... 68
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner... 69
(19)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik Mahasiswa FK angkatan 2009 berdasarkan tingkat stres... 44
2. KarakteristikMahasiswa FK angkatan 2010 berdasarkan tingkat stres…….. 46
3. Karakteristik Mahasiswa FK angkatan 2009 berdasarkan siklus menstruasi.. 48
4. Karakteristik Mahasiswa FK angkatan 2010 berdasarkan siklus menstruasi.. 49
5. Tabulasi Silang Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Kedokteran angkatan 2009... 51
6.Tabulasi Silang Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada
(20)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori... 7
2. Kerangka Konsep... 8
3. Fase Perkembangan Folikel... 19
4. Siklus Menstruasi dan Perubahan Hormon………... 27
5. Distibusi Tingkat Stres Pada Mahasiswi Kedokteran Angkatan 2009……… 45
6. Distibusi Tingkat Stres Pada Mahasiswi Kedokteran Angkatan 2010…...… 47
7. Distribusi Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Kedokteran 2009……… 48
(21)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba
untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel,
2009) Orang-orang modern dihadapkan pada paradoksikal dari stres tersebut,
dimana di satu pihak stres merupakan bagian penting dari hidup kita dalam
memberikan semangat untuk bekerja, hidup, dan berkembang. Sebaliknya,
stres juga merupakan akar dari sekian banyak masalah-masalah sosiologikal,
medis, dan ekonomi. Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak
penyakit. Salah satunya adalah dapat menyebabkan gangguan pada menstruasi
(Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004).
Menstruasi merupakan proses yang kompleks dan harmonis dari serebrum,
hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, kelenjar tiroid,
prostaglandin, dan serotonin (Wknjosastro, 1994). Namun, variasi dari siklus
menstruasi dan gangguan menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006)
Beberapa studi, menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah
dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan
(22)
2
menstruasi yang abnormal berdasarkan evaluasi medis, terdapat 9-13 % wanita
usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991), pada
populasi di US menunjukkan 19% wanita usia 18-55 tahun mengalami
gangguan dengan menstruasinya (Strine, 2005), dan juga dari hasil penelitian
di India, mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9%
mengalami menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Pelajar mahasiswi lebih
sering menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah, seperti dismenorea,
menoragia, menstruasi tidak teratur (Hillard, 2005).
Siklus menstruasi yang tidak teratur ini berimplikasi terhadap kesehatan
wanita, sebagaimana banyak wanita dengan riwayat menstruasi tidak teratur di
kemudian hari mengalami penyakit DM (Diabetes Melitus) tipe 2 (Solomon,
dkk, 2001), penyakit kardiovaskular (Solomon dkk, 2002), osteoporosis
(Kaplan dan Manuck, 2004), dan infertilitas (Rowland dkk, 2002).
Pada saat sekarang ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan hubungan
antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi wanita
(Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004). Berdasarkan data wawancara
dari beberapa studi, menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang abnormal ini
berhubungan dengan stres psikologi (Hatch, 1999; Fenster dkk, 1999; Newton
dkk, 2006; Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil penelitian beberapa studi juga
menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan
beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus
(23)
3
Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar perawat di Kusyu
University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi tidak teratur
akibat stress (Onimura dan Yamaguchi, 1996), wanita pertama sekali dipenjara
dilaporkan sebanyak 30% mengalami menstruasi tidak teratur akibat stres
(Allsworth dkk, 2007), wanita yang menderita gangguan psikitri dilaporkan
sebanyak 22,1% mengalami menstruasi tidak teratur (Barron dkk, 2008),
kemudian penelitian di Jepang, terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami
menstruasi tidak teratur (Yamamoto dkk, 2009).
Selain itu pula, penelitian yang pernah dilakukan pada mahasiswi angkatan
2007 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menunjukkan
sebanyak 23,7% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi yang tidak teratur
akibat stres.
Karena penelitian-penelitian seperti ini sebelumnya telah banyak dilakukan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di
kalangan mahasiswi Fakultas Kedokteran Unila angkatan 2009. selain itu pula
peneliti tertarik membandingkan hubungan stres dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur pada mahasiswi fakultas kedokteran UNILA angkatan 2010
dikarenakan dari segi usia, angkatan dibawah 2010 mayoritas masih berusia di
bawah 20 tahun. Sedangkan yang kita ketahui, bahwa tingkat kematangan
organ reproduksi wanita adalah pada saat wanita tersebut menginjak usia 20
(24)
4
B. Rumusan Masalah
Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses
deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang
keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). Siklus
Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya
(Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari
(Wiknjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari
dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi
sesaat setelahmenarchedan sesaat sebelummenopause(Baso,1999).
Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55
tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil
penelitian pelajar/mahasiswi lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang
bermasalah seperti menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal
berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaschy, 2007).
Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat
menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi
(Desti,2010).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk
mengetahui lebih lanjut dan peneliti tertarik untuk membuktikan kebenaran
hasil penelitian-penelitian tersebut tentang hubungan stres dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi fakultas kedokteran UNILA
(25)
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan hubungan stres dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNILA angkatan
2009 dan angkatan 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi kondisi psikologis mahasiswi Fakultas
Kedokteran UNILA angkatan 2009 dan angkatan 2010.
b. Untuk mengetahui tingkat stres yang paling banyak dialami mahasiswi
Fakultas Kedokteran UNILA angkatan 2009 dan angkatan 2010 .
c. Untuk mengetahui prevalensi menstruasi yang teratur di kalangan
mahasiswi Fakultas Kedokteran UNILA angkatan 2009 dan angkatan
2010.
d. Untuk mengetahui prevalensi siklus menstruasi yang tidak teratur di
kalangan mahasiswi Fakultas Kedokteran UNILA angkatan 2009 dan
(26)
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang sebenarnya
mengenai, hubungan stres dalam mempengaruhi siklus menstruasi pada
mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010 sehingga dapat
bermanfaat bagi:
1. Bagi peneliti, untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri,
sehingga kedepannya peneliti mampu melaksanakan penelitian-penelitian
selanjutnya yang lebih baik lagi.
2. Bagi subjek yang diteliti, dapat dijadikan sebagai masukan kepada subjek
yang diteliti bahwa ternyata stres berdampak kepada siklus bulanan
reproduksi wanita.
3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
khususnya wanita-wanita usia reproduksi mengenai hubungan stres
(27)
7
E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori (Guyton, 2007) Stressor pada remaja
Stress
Respon Psikologis
Sistem Pernapasan dan Kardiovaskuler
Siklus Menstruasi Respon
Fisiologis
Respon Perilaku
Sistem Pencernaan dan Perkemihan
Sistem
Endokrin dan Reproduksi
Gangguan Tidur
(28)
8
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka
kerangka konsep pada penelitian ini adalah
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Ada hubungan bermakna antara stres dengan terjadinya siklus menstruasi
yang tidak teratur di kalangan mahasiswi Fakultas Kedokteran Unila
angkatan 2009
2. Ada hubungan bermakna antara stres dengan terjadinya siklus menstruasi
yang tidak teratur di kalangan mahasiswi Fakultas Kedokteran Unila
(29)
(30)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Definisi Stres
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya
ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan psikogis
yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik
dan psikologis ini disebut sebagai stressor (pengalaman yang menginduksi respon stres)
(Pinel, 2009).
Stres dapat didefenisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai stimulus, sebagai
respon, dan sebagai interaksi. Sebagai stimulus, apabila fokus pada lingkungan, misalnya
memiliki pekerjaan dengan tingkat stres tinggi. Sebagai respon, apabila fokus pada reaksi
terhadap stressor, misalnya ketika seseorang mengucapkan kata stres sewaktu berada pada
kondisi tertekan “ saya merasa stres ketika harus memberikan pidato”. Sebagai interaksi,
hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen
aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stressor melalui tingkah laku, kognisi dan
strategi emosi (Brannon dan Feist, 2007)
(31)
Stuart dan Sundeen (1998) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
1) Stres ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat
membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan
yang akan terjadi.
2) Stres sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3) Stres berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan
perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu
tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan.
3. Sumber Stres (Stressor)
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi
stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan
dalam sistem biologis.Stress reaction acute(reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi
akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam
atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan
(32)
Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa berasal dari
diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam
bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres psikologis, yaitu :
1. Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3
AKPER program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami, tidak
punya biaya dan sebagainya. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
2. Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat
hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini
biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar pernikahan, di
satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan
finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan
dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena
masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang
(33)
sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.
3. Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang
berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu
rangking satu, atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
4. Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.
4. Penggolongan Stres
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas
persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu :
a. Distress(stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai
suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.
Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul
keinginan untuk menghindarinya.
(34)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stressuntuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
5. Respon Psikologis Stres
Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi, (Sarafino, 1994) :
1. Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor
berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi juga
dapat berpengaruh dalam stres.
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan
emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah.
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
(35)
berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap
bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial
negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stres juga
dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu.
6.Fight or Flight Responsepada Stres
Walter Canon (1929) memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya. Hans Selye
(1956-1974) menjelaskan general adaptation syndrome (GAS) yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage ( Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinel, 2009).
Alarm reaction, selama alarm, perlawanan tubuh melawan stressor yang diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatetik. Aktivasi sistem-sistem tubuh untuk kekuatan
maksimal dan mempersiapkan mereka untuk respon fight or flight. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas menjadi lebih cepat, darah
diarahkan dari organ dalam berpindah ke otot skelet, kelenjar keringat diaktifkan, dan
aktivitas gastrointestinal menurun. Sebagai respon jangka pendek untuk keadaan
emergensi, reaksi-reaksi fisik ini dapat disesuaikan.
Resistance stage, pada tahap ini, organisme beradaptasi terhadap stressor. Seberapa lama tahap ini tergantung keparahan stressor dan kapasitas organisme. Jika organisme mampu
beradapatasi maka kekuatan melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu
(36)
tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus
akan menyebabkan perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan
bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem
imun sehingga rentan terhadap infeksi.
Exhaustion stage, tahap akhir, kemampuan organisme untuk bertahan habis, dan menghasilkan suatu kerusakan. Karakteristik tahap ini adalah aktivasi parasimpatik dari
sistem saraf otonom. Fungsi parasimpatik abnormal, ,menyebabkan seseorang menjadi
kelelahan, tahap ini sering menghasilkan depresi dan kadang-kadang kematian.
7. Respon Fisiologis Stres
Keadaan stres menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan
persepsi stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang
mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan darurat. Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi simpatetik terhadap
ANS (autonomic nervus system) dari sistem medula adrenal, mengaktifkan medula
adrenal untuk menyekresi epinefrin dan norepinefrin yang mempengaruhi sistem
kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini. Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang cepat pada hipotalamus.
Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini merangsang korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid,
termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber energi tubuh, meningkatkan
kadar gula darah yang berguna untuk energi sel. Kortisol juga sebagai antiinflamasi yang
memberikan perlawanan alami selama respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).
(37)
8.CopingStres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada
bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarous dan koleganya
mengidentifikasi dua dimensicoping(Lazarous dan Folkman, 1984). a)Copingyang berfokus pada masalah (problem focused coping)
Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari
informasi yang relevan dengan solusi.
b)Copingyang berfokus pada emosi( emotion focused coping)
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif
terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan
relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain.
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor
dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial.
Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut,
penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri
secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang
baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan
melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola
stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor
(Sunaryo,2004).
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain (Yulianti;2004,
(38)
1. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik).
Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian otak yang berfungsi
mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
2. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau
adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,serta
manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
3. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang
positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara
aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
4. Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi yaitu relaksasi
otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun
transendensi/keagamaan.
B. Menstruasi
1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah bagian dari proses kematangan. Namun, variasi dari siklus menstruasi
dan gangguan menstruasi sering terjadi (LK Lee dkk, 2006). Siklus menstruasi bervariasi
(39)
hari, dengan rata-rata panjang siklus 28 hari (Cohen, 2003). Panjang siklus menstruasi
ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya. Hari pertama perdarahan dikatakan hari pertama siklus (Wiknjosastro, 1994).
Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium (Ganong,
2001; Guyton, 2006; Sherwood, 1997; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 1994).
Menurut Cohen (2001) siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase, yaitu: fase awal
folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal, dan fase akhir
luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
Gambar 3. Fase Perkembangan Folikel (Guyton 2007)
a. Fase awal folikel
Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa
yakni hari pertama menstruasi dan permulaan perkembangan folikel. Penurunan
estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadinya
pembuahan tehadap ovum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium
(menstruasi) dan perkembangan folikel-folikel baru di ovarium dibawah pengaruh
(40)
meningkat akibat dari menghilangnya efek inhibisi dari hipotalamus (Sherwood,
1997).
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh
selapis sel granulosa dan ovum dengan selubung sel granulosanya disebut folikel
primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dan LH dari kelenjar hipofisis anterior
mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium bersama folikelnya akan
mulai berkembang (Guyton, 2006). Penanda yang jelas pada perkembangan folikel
adalah meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboidal. Pada saat
yang sama, taut rekat yang kecil berkembang antara oosit dan sel granulosa. Taut
rekat ini berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion-ion, dan molekul-molekul,
disamping itu taut rekat ini juga membentuk saluran protein yang dikenal sebagai
connexin yang berguna untuk pertumbuhan dan multiplikasi dari sel granulosa. Multiplikasi sel granulosa ini kira-kira 15 sel yang disebut folikel primer (Speroff
dan Friszt, 2005). Perkembangan menjadi folikel primer dapat berlangsung tanpa
keberadaan FSH dan LH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin
terjadi tanpa kedua hormon ini (Guyton, 2006).
Pada setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu
lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel dan kelenjar yang akan
menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang
kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu membantu
mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina.
b. Fase Akhir Folikel
Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi
(41)
dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah
proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak
sel-sel granulosa. Selain itu, banyak sel-sel berbentuk kumparan yang dihasilkan
dari interstisium ovarium yang berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel
granulosa, membentuk kelompok sel kedua disebut teka. Teka terbagi menjadi dua
yaitu teka interna dan teka eksterna (Guyton, 2006).
Sel granulosa dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam menghasilkan estrogen.
Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga reseptor FSH hanya ada pada sel
granulosa. Pada teka interstisial, yang berlokasi di teka interna memiliki kira-kira
20.000 reseptor LH di membran selnya yang merangsang jaringan teka untuk
menghasilkan androgen yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi
estrogen melalui FSH di sel granulosa (Speroff dan Fritz, 2005). Dibawah pengaruh
estrogen dan FSH terjadi peningktan cairan folikel pada rongga interseluler
granulosa, cairan folikuler ini mengandung estrogen konsentrasi tinggi.
Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam massa sel
granulosa, sehingga sel teka dan sel granulosa akan berproliferasi lebih cepat
dengan laju sekresinya meningkat, dan masing-masing folikel akan tumbuh
menjadi folikel antral.
Dibawah pengaruh estrogen yang tinggi, sel-sel stroma dan sel epitel di
endometrium berploriferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan
mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya
menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat
karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar
(42)
(Guyton, 2006). Ruang di folikel matang. Fase proliferasi ini berlangsung dari akhir
menstruasi sampai ovulasi (Sherwood, 1997).
c. Fase praovulasi dan ovulasi
Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi
pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjadinya ovulasi.
Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk folikel antral meningkatkan diameter
ovum tiga sampai empat kali lipat, menghasilkan peningkatan diameter total
sampai menjadi sepuluh kali lipat atau peningkatan massa sebesar seratus kali lipat
(Guyton, 2006). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada
folikel-folikel yang lain, berkembang menjadi folikel-folikel matang (de Graaf) (Sherwood,
1997). Sebagian besar pentumbuhan ini disebabkan oleh ekspansi antrum yang
drastis, disamping itu juga pertumbuhan dari sel teka, dan sel granulosa. Antrum
menempati sebagian besar di folikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona
pelusida dan selapis sel granulosa, tergeser secara asimetris ke salah satu sisi folikel
yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum
(Guyton, 2006), kemudian menonjol dari pemukaan ovarium, membentuk suatu
daerah tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi.
Folikel- folikel yang lain mulai mengalami atresia (apoptosis), dan hanya satu
folikel yang terus mengalami perkembangan. Folikel ini tumbuh lebih cepat,
menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan
balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan proliferasi
sel granulosa dan sel teka yang menimbulkan produksi estrogen lebih lanjut dan
siklus proliferasi sel yang baru, kombinasi dari FSH dan estrogen menyebabkan
(43)
pada sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus umpan balik positif yang lain,
efek-efek inilah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada folikel tunggal
ini (Guyton, 2006).
Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali meningkat secara lambat,
kemudian secara cepat, mencapai puncak kira-kira 24-36 jam sebelum ovulasi.
Waktu mula lonjakan LH terjadi ketika estrogen mencapai puncak, LH dalam
jumlah besar ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior (Speroff and Fritz,
2005). LH ini mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang
mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan
progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai
menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron
mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis pertamanya.
Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk
ovulasi: (1) Teka eksterna mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang
mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahnya dinding,
menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma.
(2) Secara bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang
belangsung cepat ke dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin
(hormon setempat yang mengakibatkan vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan
folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke
dalam folikel yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Akhirnya kombinasi
dari pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya folikel
(44)
Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3 sampai 4 mm.
Kelenjar endometrium, khususnya di daerah serviks akan menyekresi mucus yang
encer mirip benang. Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis,
membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat
menuju ke dalam uterus (Ganong, 2001).
d. Fase Awal Luteal
Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari, ruptur folikel pada ovulasi
merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel yang
ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat (Sherwood, 1997),
segera terisi darah (Wiknjosastro, 1994). Perdarahan ringan dari folikel ke dalam
rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah
singkat. Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai berploriferasi dan
bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan berwarna
kekuningan, membentuk korpus luteum. Lemak pada sel luteal ini berfungsi
sebagai molekul prekursor steroid (Ganong, 2001).
Sel-sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum
endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon seks
wanita progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron (Guyton,2006).
Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh
estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh darah dan
glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar endometrium secara
aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan pembentukan lapisan
endometrium subur yang mampu menunjang perkembangan mudigah (Sherwood,
(45)
e. Fase Akhir Luteal
Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 hari, estrogen dan progesteron yang
disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap
hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun LH yang
rendah. Selain dari itu sel luteain juga menyekresi sejumlah kecil hormon inhibin
yang juga menghambat sekresi hipofiisis anterior, khususnya sekresi FSH,
mengakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah dan
hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara
menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum terbentuk, yaitu 2
hari sebelum dimulainya menstruasi (Guyton, 2006; Ganong, 2001)
Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan estrogen secara tajam
sehingga menghilangkan rangsangan terhadap endometrium sehingga endometrium
mengalami involusi yakni kira-kira 65% dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam
sebelum menstruasi terjadi, pembuluh darah yang berkelok-kelok yang mengarah
ke lapisan mukosa endometrium akan menjadi vosospastik, mungkin disebabkan
oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang
terdapat dalam jumlah banyak saat ini. Vasospasme dan hilangnya rangsangan
hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya
(46)
Gambar 4. Siklus Menstruasi dan Perubahan Hormon (Guyton 2007)
2. Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi
Proses ovulasi bukan hanya dipengaruhi oleh suatu kerja sama yang harmonis antara
korteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium, melainkan juga dipengaruhi oleh
(47)
Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH (gonadotropin releasing hormone) dengan
cara pulsatil terutama terjadi di dalam mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus
arkuatus. Banyak pusat saraf dalam sistem limbik otak menghantarkan sinyal ke nuleus
arkuatus untuk modifikasi intensitas GnRH dan frekuensi pulsasi. Hipotalamus
menyekresikan GnRH secara pulsatil selama beberapa menit yang terjadi setiap 1 sampai
3 jam. Pelepasan GnRH secara pulsatil menyebabkan pengeluaran LH dan FSH secara
pulsatil juga (Guyton, 2006).
Rangkaian peristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi
estrogen dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus. Estrogen
dan progesteron juga mempengaruhi produksi GnRH spesifik sebagai mekanisme umpan
balik yang mengatur kadar hormone gonadotropik (Price, 2002). Estrogen menghambat
hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan baik negatif. Terhadap hipotalamus,
estrogen bekerja secara langsung menghambat sekresi GnRH akibatnya pengeluaran FSH
dan LH yang dipicu oleh GnRH menjadi tertekan, tetapi efek primernya terhadap hipofisis
anterior yakni menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin, terutama penghasil FSH
(Guyton, 2006). Estrogen memiliki efek yang sangat kuat dalam proses umpan balik
negatif ini, bila terdapat pogesteron maka efek penghambatan akan berlipat ganda.
Melalui umpan balik positif. kadar estrogen yang rendah dan meningkat pada fase awal
folikel menghambat sekresi LH, tetapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi
estrogen pada akhir fase folikel merangsang sekresi LH dan menimbulkan lonjakan LH.
Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja langsung pada hipotalamus untuk
meningkatkan frekuensi denyut sekresi GnRH, sehingga meningkatkan sekresi LH dan
FSH. Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk secara spesifik
(48)
penyebab lonjakan sekresi LH yang jauh lebih besar daipada sekresi FSH pada
pertengahan siklus (Sherwood, 1997).
LH berfungsi memicu perkembangan korpus luteum dan merangsang korpus luteum untuk
mengeluarkan hormon steroid, terutama progesteron. Estrogen konsentrasi tinggi
merangsang sekresi LH, progesteron yang mendominasi fase luteal, dengan kuat
menghambat sekresi FSH dan LH. Proses inhibisi progesteron ini bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan folikel baru sehingga sistem reproduksi dapat dipersiapkan
untuk menunjang ovum yang baru dilepaskan. Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus
luteum akan mengalami regresi yang akhirnya akan menyebabkan penurunan harmon
steroid secara tajam, mengakibatkan lenyapnya efek inhibisi dari hormon FSH dan LH
sehingga sekresi kedua hormon ini meningkat. Di bawah pengaruh kedua hormon ini,
sekelompok folikel baru kembali mengalami proses pematangan (Sherwood, 1997;
Guyton, 2006).
3. Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur
Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan gangguan menstruasi yang terjadi diluar
interval siklus menstrusi normal yang berada pada interval 21-35 hari (Berek, 2002).
Menurut Berek (2002) ada enam jenis gangguan menstruasi yang termasuk kedalam siklus
menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea, polimenorea, menoragia, metroragia,
menometroragia, hipomenorea.
Oligomenorea adalah siklus menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari (Berek, 2002). Pada
siklus ini ditemukan fase proliferasi yang memanjang dari biasa dan kebanyakan pada
kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas baik (Wiknjosastro,
1994).
Polimenorea adalah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 21 hari (Berek, 2002).
(49)
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
pendeknya fase luteal, sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis dan sebagainya (Pernol, 2001)
Menoragia adalah perdarahan menstruasi yang berlebihan yakni kehilangan darah lebih
dari 80 ml dengan periode lebih dari 3 hari. ( Pitkin dkk, 2003), kejadian ini biasanya
disebabkan karena adanya polip endometrium, kanker serviks, produksi estrogen endogen
yang berlebihan, dan pemberian estrogen eksogen (Pernol, 2001).
Metroragia adalah periode perdarahan menstruasi lebih dari 7 hari (Berek, 2002). Kejadian
ini dapat disebabkan oleh luka, karsinoma korpus uteri, peradangan, hormonal, psikis,
neurogen, hipofisis, tumor atau ovarium yang polikistik dan kelainan gizi, metabolik,
penyakit akut maupun kronis (Pernol, 2001).
Menometroragia adalah perdarahan yang banyak lebih dari 80 ml (Pitkin dkk, 2003)
dengan periode perdarahan lebih dari 7 hari (Berek, 2003). Kejadian ini penyebabnya
sama dengan metroragia.
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan / atau lebih kurang dari
biasa, dapat disebabkan oleh adanya gangguan di uterus, obstruksi (misalnya pada himen
atau serviks), dan dosis kontrasepsi oral yang tidak semestinya (Pernol, 2001).
Menurut Wiknjosastro (1994), Pernol (2001), dan Berek (2003), siklus menstruasi yang
tidak teratur akibat kondisi psikis yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
(50)
C. Anatomi dan Faal Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian
dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
terletak di perineum. Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari bagian-bagian organ
genitalia wanita.
1. Alat genitalia wanita bagian luar a. Mons veneris / Mons pubis
b. Bibir besar (Labia mayora)
c. Bibir kecil (labia minora)
d. Klitoris
e. Vestibulum
f. Perineum
g. Kelenjar Bartholin
h. Himen (Selaput dara)
i. Fourchette
2. Alat genitalia wanita bagian dalam a. Vagina
b. Uterus
(51)
d. Ovarium
e. Parametrium
D. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur
Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi, (Ferin, 1999; Fenster dkk, 1999; Sanders
dan Bruce, 1999; Atemus dkk, 2001; Breen dan Karsch, 2004; Meczekaski dkk, 2007;
Yamamoto dkk, 2009). Pada keadaan stres terjadi pengaktifan HPA aksis, mengakibatkan
hipotalamus menyekresikan CRH. CRH mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan
sekresi GnRH, ketidakseimbangan CRH memiliki pengaruh terhadap penekanan fungsi
reproduksi manusia sewaktu stres (Chrous, 1998; Hoon Jeong , 1999; Breen dan Karsch,
2004; Nakamura dkk, 2008).
Sekresi CRH ini akan merangsang pelepasan ACTH oleh hipofisis anterior yang selanjutnya ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan kortisol. Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada tikus betina, didapatkan suatu hipotesis bahwa kortisol berperan dalam menghambat sekresi LH oleh pusat aktivitas di otak (Hoon Jeong, 1999). Kortisol menekan pulsatil LH dengan cara menghambat respon hipofisis anterior terhadap GnRH (Breen dan Karsch, 2004). Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini, estrogen dan progesteron memiliki peranan yang penting selama siklus mentruasi yang secara normal terjadi pada wanita setiap bulannya (Wknjosastro, 1994; Sherwood, 1997 Ganong, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Guyton, 2006). Pengaruh hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. (Chrous, 1998; Breen and Karsch, 2004; Guyton, 2006).
(52)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilakukan dengan satu kali pengamatan selanjutnya dilihat apakah terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur.
B. Waktu dan Tempat penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2012. Pengambilan data
dilakukan pada bulan November 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Unila).
(53)
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner yang digunakan kepada para
mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran UNILA
angkatan 2009 dan angkatan 2010
2. Sampel Penelitian
Teknik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keselurahan populasi yang
ada (Hidayat,2007). Pemilihan teknik sampling menggunakan non - probability samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sudigdo,2008).
Metode yang digunakan sample jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel Penelitian 1. Kriteria Inklusi :
(54)
a. Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNILA angkatan 2009 dan angkatan 2010.
b. Telah mengalami siklus menstuasi.
c. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan (informed consent)
2. Kriteria Eksklusi
a. Memiliki riwayat penggunaan obat-obatan hormonal
b. Memiliki riwayat penggunaan obat-obatan psikotropika
c. Memiliki penyakit organ reproduksi
d. Memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur semenjak SMA sampai sekarang
F. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah :
a.Variabel Independen : tingkat stres
b.Variabel Dependen : siklus menstruasi
G. Sumber Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian,
meliputi data stres dan data siklus menstruasi. Data sekunder yaitu data yang diperoleh
(55)
1. Data Primer a. Data stres
Diperoleh dengan angket menggunakan kuesioner yang dilakukan secara random
kepada subjek-subjek dari besar sampel penelitian. Selanjutnya data diolah dan
dibedakan dalam kategori stres dan tidak stres.
b. Data siklus menstruasi yang tidak teratur
Data siklus menstruasi yang tidak teratur diperoleh dengan angket menggunakan
kuesioner yang dilakukan secara random kepada subjek-subjek dari besar sampel
penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya data diolah dan dibedakan
dalam kategori siklus menstruasi teratur dan tidak teratur.
2. Data Sekunder
Data jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Data jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2009
dan angkatan 2010 diperoleh dari dokumentasi data mahasiswa di bagian
kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
H. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
Stres Suatu respon
fisiologis,
psikologis dan
perilaku
Kuesioner Kuesioner
DASS- 41
1.Jumlah skor
(0-14)
dikatakan
tidak stres
(56)
manusia yang
mencoba
untuk
mengadaptasi
dan mengatur
baik tekanan
internal
maupun
eksternal
2. Jumlah skor
(>14) dikatakan stress Siklus menstruasi Jarak waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi berikutnya. Kuesioner Kuesioner pertanyaan 1.Normal
(21–35 hari )
2. Tidak
Normal
(<21hari atau>
35 hari)
(57)
I. Tahap Kerja 1. Tahap Persiapan
Tahap-tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Memberitahukan kepada mahasiswi fakultas kedokteran Unila angkatan 2009 dan
angkatan 2010 bahwa akan diadakan penelitian.
b. Meminta daftar nama mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan
2010 di bagian akademik Fakultas Kedokteran Unila.
c. Menentukan sampel penelitian dengan memakai tekniktotal sampling.
2. Tahap Penyebaran Kuesioner
Tahap penyebaran dalam kuesioner ini adalah:
a. Memberitahukan kepada mahasiswi fakultas kedokteran Unila angkatan 2009 dan
angkatan 2010 bahwa akan disebarkan kuisioner.
b. Menyebarkan kuesioner kepada mahasiswi fakultas kedokteran angkatan 2009 dan
(58)
1. Memasuki ruang angkatan 2009 dan angkatan 2010, menjelaskan secara
singkat tentang penelitian ini.
2. Membagikan kuesioner kepada mahasiswi yang menjadi responden
penelitian.
3. Mempersilahkan mahasiswi yang tidak menjadi responden untuk keluar
ruangan atau tidak mengganggu mahasiswi yang menjadi responden
penelitian.
4. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dalam waktu 30 menit.
5. Pengumpulan kuesioner. Kuesioner yang telah terkumpul dipastikan
telah terisi dan menghitung jumlahnya.
6. Menutup kegiatan kemudian meninggalkan ruangan.
3. Tahap Pengolahan Data.
J. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner yang digunakan kepada para
mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010.
K. Pengolahan Data
Pada penelitian ini, data yang didapat diolah dan dianalisis menggunakan program
programStatistic Package for Social Science(SPSS 15,0).
Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Chi Square dikarenakan peneliti ingin mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur
dengan variabel yang digunakan pada penilitian ini keduanya berupa skala nominal
(Wahyuni, 2007; Tumbelaka, 2008).
(59)
Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui proporsi frekuensi tingkat stres dan lamanya siklus menstruasi.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing–masing variabel
bebas dengan variabel terikat. Untuk membuktikanya hipotesis penelitian digunakan
ujiChi-Squaremenggunakan data kategori (nominal dan ordinal).
Keterangan :
X2 : Chi Square (Kai Kuadrat)
f0 : Nilai Observasi
Fh : Nilai Harapan
Df : Degree of freedom (Derajat kebebasan) ((b-1) (k-1))
K : Jumlah Kolom
B : Jumlah Baris
Keputusan Uji Chi Square, jika didapat p < a (0,05), artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen . Jika di dapat p > a (0,05), artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
UjiChi-Square
X2=(f0-fh)E2
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Alloy, L.B, Riskind, J.H, and Maros, M.J. 2004.Stress and Pshysical Disorder : Abnormal Psychology. Edisi 9. New York: Mc GrawHill.
Baso, Zohra. 2000.Kesehatan Reproduksi,cetakan ketiga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Breen L.M and Karsch F.J. 2004.Does cortisol inhibite pulsatile Leutinizing
Hormone secretion on hypothalamus or oituitary level? Endocrinology Branon L, Feist J. 2007.Health Psychology.6th Ed. California: Belmon.
Carlson, N.R. 2005Faoundation of Physiological Psycology.6th Ed. MA: Permission Departemen.
Chomaria Nurul. 2009.Tips jitu praktis mengusir stres.Yogyakarta: Diva Press Cohen H. 2003.McGill Medicine Menstrual Cycle Homepage.Muson Medical
Informatic Project.http://211--www.2012.campusmcgill. ca:8889/dir.menstrualcycke.html. [15 November 2012]
Depression Anxiety Stres Scales (DASS), 2010.DASS FAQ (Frequently Asked Questions). Dari:
http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/DASSFAQ.html_14.What_does_
the_stres scale_mea [10 November 2012]
Desmita. 2005.Psikologi perkembangan.Bandung: PT. Rakyat Rosdakarya Desti, Nur. 2010.Hubungan stres dengan pola menstruasi.Surabaya. Fakultas
Kedokteran UNS
Ganong, William.F. 2002.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi20. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur.C. 2007.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Indri, Kemala. 2007.Stres pada remaja.Medan, Fakultas Kedokteran USU Hawari. 2001.Manajemen Stres, cemas dan depresi.Jakarta: FKUI
Hurlock, Elizabeth. 1999.Psikologi perkembangan “suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan”.Jakarta: Penerbit Erlangga
(61)
Jakarta:Erlangga
Kaplan, J.R., Manuck, S.B., 2002.Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri
Klinis. Edisi 7. Jilid 1&2. Jakarta: Binarupa Aksara Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilnu Kedokteran Jiwa.Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
Mu’tadin Z. 2002.Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja. http://www.e-psikologi.com/remaja.htm [07 November 2012]
Needlman.2004.Adolesencestres.http://www.drspock.com/article/0.1510.7961.00. html [12 November 2012]
Neilniven. 2000.Psikologi Kesehatan : pengantar untuk perawat dan profesi kesehatan.Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nepomnaschy, P.A., Sheiner, E., Mastorakos, G., Arck, P.C., 2007.
Stress, Immune Function, and Women’s Reproduction. Ann NY Acad Sci. Nevid Jeffry, Rathus Spencer, Greence Beverly. 2005.Psikologi Abnormal.Edisi
5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Onimura, K., Yamaguchi, K., 1996. The Menstrual Disturbance and Stres in Nursing Students.Memoirs Kusyu U. Sch. Health Sci.
Pardede. 2008.Tumbuh Kembang anak dan Dewasa. Jakarta: Sagung Seto. Pinel, J. P. J. 2009.Biopsikologi.Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarwono S.W. 2007.Psikologi remaja.Edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sherwood, L. 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedoktreran EGC
Speroff, L and Fritz, M.A. 2005.Clinical Gynecologic and Endocrinology and Infertility.7th Ed. Panama: Lippicott Williams and Wilkins.
Sriarti Aat. 2008.Tinjauan tentang stres.
http://digilib.unsri.ac.id/TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf.
Sudigdo Sastroasmoro. 2008.Dasar–dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto
Sumiati, Dinarti, et all. 2009.Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.Jakarta: TIM
Sunaryo. 2004.Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Tri Suwarni. 2009.Hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus haid pada
(62)
Walker J. 2002.Teens in distress series Adolesence stress and depresion.
http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/DA3083.html [10
November 2012]
Wiknjsastro. 2007.Ilmu Kandungan dan Kebidanan.Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Windle M and Mason A. 2004.General of Behavior and emotional problems
among adolesence. Jurnal of emotional and behavioral Yusuf LN, Syamsu. 2004. Psikologi anak dan remaja.Bandung: Remaja Rosdakarya
(1)
I. Tahap Kerja 1. Tahap Persiapan
Tahap-tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Memberitahukan kepada mahasiswi fakultas kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010 bahwa akan diadakan penelitian.
b. Meminta daftar nama mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010 di bagian akademik Fakultas Kedokteran Unila.
c. Menentukan sampel penelitian dengan memakai tekniktotal sampling.
2. Tahap Penyebaran Kuesioner
Tahap penyebaran dalam kuesioner ini adalah:
a. Memberitahukan kepada mahasiswi fakultas kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010 bahwa akan disebarkan kuisioner.
b. Menyebarkan kuesioner kepada mahasiswi fakultas kedokteran angkatan 2009 dan angkatan 2010. Adapun tata caranya adalah:
(2)
1. Memasuki ruang angkatan 2009 dan angkatan 2010, menjelaskan secara singkat tentang penelitian ini.
2. Membagikan kuesioner kepada mahasiswi yang menjadi responden penelitian.
3. Mempersilahkan mahasiswi yang tidak menjadi responden untuk keluar ruangan atau tidak mengganggu mahasiswi yang menjadi responden penelitian.
4. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dalam waktu 30 menit. 5. Pengumpulan kuesioner. Kuesioner yang telah terkumpul dipastikan
telah terisi dan menghitung jumlahnya.
6. Menutup kegiatan kemudian meninggalkan ruangan.
3. Tahap Pengolahan Data.
J. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner yang digunakan kepada para mahasiswi kedokteran Unila angkatan 2009 dan angkatan 2010.
K. Pengolahan Data
Pada penelitian ini, data yang didapat diolah dan dianalisis menggunakan program programStatistic Package for Social Science(SPSS 15,0).
Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Chi Square dikarenakan peneliti ingin mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dengan variabel yang digunakan pada penilitian ini keduanya berupa skala nominal (Wahyuni, 2007; Tumbelaka, 2008).
(3)
Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui proporsi frekuensi tingkat stres dan lamanya siklus menstruasi.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing–masing variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk membuktikanya hipotesis penelitian digunakan ujiChi-Squaremenggunakan data kategori (nominal dan ordinal).
Keterangan :
X2 : Chi Square (Kai Kuadrat) f0 : Nilai Observasi
Fh : Nilai Harapan
Df : Degree of freedom (Derajat kebebasan) ((b-1) (k-1)) K : Jumlah Kolom
B : Jumlah Baris
Keputusan Uji Chi Square, jika didapat p < a (0,05), artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen . Jika di dapat p > a (0,05), artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
UjiChi-Square
X2=(f0-fh)E2
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alloy, L.B, Riskind, J.H, and Maros, M.J. 2004.Stress and Pshysical Disorder : Abnormal Psychology. Edisi 9. New York: Mc GrawHill.
Baso, Zohra. 2000.Kesehatan Reproduksi,cetakan ketiga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Breen L.M and Karsch F.J. 2004.Does cortisol inhibite pulsatile Leutinizing
Hormone secretion on hypothalamus or oituitary level? Endocrinology Branon L, Feist J. 2007.Health Psychology.6th Ed. California: Belmon.
Carlson, N.R. 2005Faoundation of Physiological Psycology.6th Ed. MA: Permission Departemen.
Chomaria Nurul. 2009.Tips jitu praktis mengusir stres.Yogyakarta: Diva Press Cohen H. 2003.McGill Medicine Menstrual Cycle Homepage.Muson Medical
Informatic Project.http://211--www.2012.campusmcgill. ca:8889/dir.menstrualcycke.html. [15 November 2012]
Depression Anxiety Stres Scales (DASS), 2010.DASS FAQ (Frequently Asked Questions). Dari:
http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/DASSFAQ.html_14.What_does_ the_stres scale_mea [10 November 2012]
Desmita. 2005.Psikologi perkembangan.Bandung: PT. Rakyat Rosdakarya Desti, Nur. 2010.Hubungan stres dengan pola menstruasi.Surabaya. Fakultas
Kedokteran UNS
Ganong, William.F. 2002.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi20. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur.C. 2007.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Indri, Kemala. 2007.Stres pada remaja.Medan, Fakultas Kedokteran USU Hawari. 2001.Manajemen Stres, cemas dan depresi.Jakarta: FKUI
Hurlock, Elizabeth. 1999.Psikologi perkembangan “suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan”.Jakarta: Penerbit Erlangga
(5)
Jakarta:Erlangga
Kaplan, J.R., Manuck, S.B., 2002.Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri
Klinis. Edisi 7. Jilid 1&2. Jakarta: Binarupa Aksara Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilnu Kedokteran Jiwa.Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
Mu’tadin Z. 2002.Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja. http://www.e-psikologi.com/remaja.htm [07 November 2012]
Needlman.2004.Adolesencestres.http://www.drspock.com/article/0.1510.7961.00. html [12 November 2012]
Neilniven. 2000.Psikologi Kesehatan : pengantar untuk perawat dan profesi kesehatan.Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nepomnaschy, P.A., Sheiner, E., Mastorakos, G., Arck, P.C., 2007.
Stress, Immune Function, and Women’s Reproduction. Ann NY Acad Sci. Nevid Jeffry, Rathus Spencer, Greence Beverly. 2005.Psikologi Abnormal.Edisi
5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Onimura, K., Yamaguchi, K., 1996. The Menstrual Disturbance and Stres in Nursing Students.Memoirs Kusyu U. Sch. Health Sci.
Pardede. 2008.Tumbuh Kembang anak dan Dewasa. Jakarta: Sagung Seto. Pinel, J. P. J. 2009.Biopsikologi.Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarwono S.W. 2007.Psikologi remaja.Edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sherwood, L. 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedoktreran EGC
Speroff, L and Fritz, M.A. 2005.Clinical Gynecologic and Endocrinology and Infertility.7th Ed. Panama: Lippicott Williams and Wilkins.
Sriarti Aat. 2008.Tinjauan tentang stres.
http://digilib.unsri.ac.id/TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf.
Sudigdo Sastroasmoro. 2008.Dasar–dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto
Sumiati, Dinarti, et all. 2009.Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.Jakarta: TIM
Sunaryo. 2004.Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Tri Suwarni. 2009.Hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus haid pada
(6)
Walker J. 2002.Teens in distress series Adolesence stress and depresion.
http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/DA3083.html [10 November 2012]
Wiknjsastro. 2007.Ilmu Kandungan dan Kebidanan.Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Windle M and Mason A. 2004.General of Behavior and emotional problems
among adolesence. Jurnal of emotional and behavioral Yusuf LN, Syamsu. 2004. Psikologi anak dan remaja.Bandung: Remaja Rosdakarya