15. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
D. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE–10PJ.042008 hanya meliputi tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menguji kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan
atau pencatatan, danatau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan
kegiatan usaha, pekerjaan bebas, danatau keadaan, yang sebenarnya dari Wajib Pajak. Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang diikuti dengan penerbitan surat ketetapan pajak dan Surat Tagihan Pajak.
Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE–116PJ2009 merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melaksanakan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk
menerbitkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak. Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari Wajib Pajak yang
diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dapat dilaksanakan melalui 2 jenis pemeriksaan,
yaitu:
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan
oleh Direktur Jenderal Pajak. 2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak. Kriteria Pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak. Terdapat 2 kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, yaitu:
1. Pemeriksaan Rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak danatau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau
karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP. Pemeriksaan rutin yang pelaksanaannya diprioritaskan merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP.
2. Pemeriksaan berdasarkan risiko risk based audit yang selanjutnya disebut dengan Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis
risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara Komputerisasi atau secara manual.
Pemeriksaan Khusus dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu: a. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up dari bawah ke atas yaitu
Pemeriksaan Khusus berdasarkan hasil analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak yang dilakukan secara manual oleh Kantor Pelayanan Pajak dan disampaikan kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP atasannya untuk mendapatkan persetujuan.
b. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat top down dari atas kebawah yaitu Pemeriksaan Khusus yang dilakukan berdasarkan:
1. Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala kanwil DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan.
2. Hasil analisis risiko secara komputerisasi selama ini disebut Kriteria Seleksi yang berupa skor risiko ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu
serta adanya data dan informasi; atau 3. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
E. Jangka Waktu Pemeriksaan