Resiliensi Pasien yang Mengalami Penyakit Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

Universitas Sumatera Utara Jadwal Tentatif Penelitian

No AktivitasPeneliti an September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Januari Februari 2016

Maret 2016

April 2016

Mei Juni Juli

2016 2016 2016 2016

MingguKe- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuanjudulp

enelitian 2 Menyusun Bab 1

3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3

5 Menyusun Bab 4 6

Menyerahkan proposal penelitian

7 Ujiansidang

proposal 8 Revisi proposal

penelitian 9 UjiValiditas&Re

liabilitas 10 Pengumpulan

data 11 Analisa data

12 Ujian

Sidangskripsi 13 Revisi

14 Mengumpulkan


(2)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Assalamualaikum wr. wb

Selamat pagi/ siang/ sore Bapak/ Ibu yang saya hormati

Saya Mahmul Rivai Siregar mahasiswa Fakultas Keperawatan USU yang sedang

melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ Resiliensi

Pasien yang Mengalami Penyakit Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan”

memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi didalam penelitian ini.

Bapak/ ibu diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, sesuai dengan petunjuk pengerjaan yang akan dijelaskan selanjutnya. Bapak/ ibu hanya perlu menjawab dengan jujur, sesuai dengan keadaan diri masing-masing. Hasil dari kuesioner dan data pribadi Bapak/ ibu bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Bapak/ Ibu diharapkan untuk menjawab dengan teliti dan jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan agar memudahkan pengolahan data.

Partisipasi dan bantuan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini amatlah penting dan berharga bagi saya. Saya mengucapkan terima kasih telah meluangkan waktu atas partisipasi yang Bapak/ Ibu berikan.

Hormat Saya

Mahmul Rivai Siregar 121101004


(3)

(4)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4

DATA PRIBADI Kode Responden

Usia/ Jenis Kelamin : /

Pendidikan Terakhir / Pekerjaan : /

Status : (Menikah / Belum menikah)

Jenis Penyakit yang diderita :

Lama terdiagnosa : Kurang dari 6 bulan / Lebih dari 6 bulan

*

1. Berilah tanda cek (√) pada kolom yang disediakan dengan keterangan sebagai

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

berikut :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya bersemangat melakukan kegiatan bersama anggota kelompok.


(5)

Universitas Sumatera Utara

keadaan diri Anda. Semua jawaban yang Anda berikan adalah benar jika sesuai dengan diri Anda.

3. Teliti ulang setiap jawaban, agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.

No. Item SS S TS STS

1. Saya suka berbincang-bincang dengan orang lain

2. Saya akan melakukan apapun untuk menggapai keinginan

saya

3. Saya merasa masalah yang menimpa saya merupakan

hukuman bagi saya

4. Saya merasa setiap orang pasti mempunyai masalah

5. Saya mampu melakukan pekerjaan yang orang lain bisa

lakukan

6. Saya memikirkan masa depan saya kedepan

7. Saya berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan saya

8. Kegagalan selalu menimpa saya

9. Saya bertekad untuk tetap menggapai rencana yang telah

saya buat

10. Saya yakin pada diri saya sendiri dapat menyelesaikan

setiap masalah yang datang

11. Saya merasa memiliki keterbatasan

12. Saya merasa masalah tidak menghambat rencana saya

13. Pengalaman sangat berharga bagi saya

14. Saya lebih suka mengerjakan pekerjaan sendiri tanpa

meminta bantuan orang lain

15. Saya suka berdoa ketika masalah menimpa saya

16. Saya merasa bangga dengan kondisi saya saat ini

17. Saya merasa diri saya unik

18. Jika keinginan saya tidak tercapai, saya mencari alternatif

lain


(6)

Universitas Sumatera Utara

20. Saya tidak bisa melakukan semua pekerjaan yang ditugaskan kepada saya

21. Saya tidak memiliki manfaat kepada orang lain 22. Saya suka terus menerus merenungkan masalah yang

datang kepada saya

23. Saya membuat agenda kegiatan setiap hari

24. Saya melakukan kegiatan seperti membaca ketika saya sendiri


(7)

(8)

(9)

Universitas Sumatera Utara VALIDITY INDEKS

Koefisien Validitas isi - Aiken’s

S = R - Lo

Lo = angka penilaian validitas terendah ( 1 ) C = angka penilaian validitas tertinggi ( 4 ) R = angka yang diberikan oleh penilai n = jumlah penilai ahli

Penilai Pernyataan Skor (R)

S (R-Lo)

Validity Indeks

V = ∑ S / n ( c-1)

A

Item 1 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 2 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 3 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 4 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 5 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 6 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 7 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 8 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 9 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 10 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 11 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 12 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 13 3 2 V= 2/1(3) = 0,67

Item 14 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 15 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 16 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 17 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 18 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 19 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 20 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 21 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 22 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 23 4 3 V= 3/1(3) = 1

Item 24 3 2 V= 2/1(3) = 0,67

Item 25 4 4 V= 3/1(3) = 1

V= 0,9736


(10)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 7

Distribusi frekuensi dan Persentase Resiliensi Responden per Item Pernyataan

No. Item (F) SS

(%) S (F) (%) TS (F) (%) STS (F) (%)

1. Saya suka berbincang-bincang dengan

orang lain 16 26,7 32 53,3 7 11,7 5 8,3

2. Saya akan melakukan apapun untuk

menggapai keinginan saya

13 21,7 41 68,3 4 6,7 3 3,3

3. Saya merasa masalah yang menimpa

saya merupakan hukuman bagi saya

8 13,3 7 11,7 20 33,3 25 41,7

4. Saya merasa setiap orang pasti

mempunyai masalah 14 23,3 44 73,3 2 3,3 0 0

5. Saya mampu melakukan pekerjaan

yang orang lain bisa lakukan

12 20,0 38 63,3 7 11,7 3 5,0

6. Saya memikirkan masa depan saya

kedepan 14 23,3 36 60 9 15 1 1,7

7. Saya berusaha sendiri untuk

memenuhi kebutuhan saya

8 13,3 44 73,3 8 13,3 0 0

8. Kegagalan selalu menimpa saya 2

3,3 11 18,3 24 40 23 38,3

9. Saya bertekad untuk tetap menggapai

rencana yang telah saya buat

9 15 45 75 5 8,3 1 1,7

10. Saya yakin pada diri saya sendiri

dapat menyelesaikan setiap masalah yang datang 11 18,3 43 71,7 6 10 0 0

11. Saya merasa memiliki keterbatasan 5

8,3 14 23,2 27 45 14 23,3

12. Saya merasa masalah tidak

menghambat rencana saya

14 23,3 37 61,7 7 11,7 2 3,3

13. Pengalaman sangat berharga bagi saya 30

50 28 46,7 2 3,3 0 0


(11)

Universitas Sumatera Utara

No. Item (F)SS

(%) S (F) (%) TS (F) (%) STS (F) (%)

14. Saya lebih suka mengerjakan

pekerjaan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain

12 20 27 45 17 28,3 4 6,7

15. Saya suka berdoa ketika masalah

menimpa saya 29 48,3 31 51,7 0 0 0 0

16. Saya merasa bangga dengan kondisi

saya saat ini

13 21,7 39 65 5 8,3 3 5

17. Saya merasa diri saya unik 4

6,7 43 71,7 12 20 1 1,7

18. Jika keinginan saya tidak tercapai,

saya mencari alternatif lain

6 10 43 71,7 10 16,7 1 1,7 19. Tertawa bisa menurunkan kecemasan

saya 27 45 11 18,3 21 35 1 1,7 20. Saya tidak bisa melakukan semua

pekerjaan yang ditugaskan kepada saya 2 3,3 12 20 18 30 28 46,7 21. Saya tidak memiliki manfaat kepada

orang lain 0 0 4 6,7 16 26,7 40 66,7 22. Saya suka terus menerus merenungkan

masalah yang datang kepada saya

17 28,3 16 26,7 15 25 12 20 23. Saya membuat agenda kegiatan setiap

hari 7 11,7 34 56,7 12 20 7 11,7 24. Saya melakukan kegiatan seperti

membaca ketika saya sendiri

23 38,3 26 43,3 4 6,7 7 11,7 25. Saya merasa hidup saya tidak

bermakna 0 0 2 3,3 13 21,7 45 75


(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Universitas Sumatera Utara Reliability

RELIABILITY

/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 It em_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16

Item_17 Item_18 Item_19 Item_20 Item_21 Item_22 Item_23 Item_24 Item_25 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.817 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item_1 77.50 68.056 .305 .813

Item_2 77.50 64.500 .759 .793

Item_3 77.70 64.233 .437 .807

Item_4 76.80 71.067 .394 .811


(17)

Universitas Sumatera Utara

Item_6 77.50 62.500 .671 .793

Item_7 77.10 70.989 .313 .812

Item_8 77.50 67.167 .524 .803

Item_9 77.40 67.156 .485 .805

Item_10 77.10 67.211 .546 .803

Item_11 78.10 65.656 .473 .804

Item_12 77.50 72.278 .067 .824

Item_13 76.70 71.789 .402 .812

Item_14 77.60 66.267 .449 .806

Item_15 76.80 74.400 -.073 .822

Item_16 77.50 73.389 -.007 .827

Item_17 77.50 71.833 .133 .819

Item_18 77.70 66.011 .511 .803

Item_19 77.00 70.222 .284 .813

Item_20 77.70 77.567 -.278 .839

Item_21 77.80 67.511 .249 .820

Item_22 77.10 64.767 .625 .797

Item_23 78.20 66.622 .607 .801

Item_24 76.90 68.989 .601 .805


(18)

Universitas Sumatera Utara FREQUENCIES VARIABLES=Jenis_kelamin Usia Pendidikan_terakhir Pekerjaan Status Diagnosa Lama_terdiagnosa Hasil_Resiliensi

/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Jenis_ke

lamin Usia

Pendidikan_t

erakhir Pekerjaan Status

Diagnos a

Lama_terdi

agnosa Hasil_Resiliensi

N Valid 60 60 60 60 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.42 1.90 2.63 2.68 1.87 4.33 1.98 2.52

Median 1.00 2.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 3.00

Mode 1 2 3 3 2 1 2 3

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 3 4 5 2 17 4 3

Frequency Table

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 35 58.3 58.3 58.3

Perempuan 25 41.7 41.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 18 30.0 30.0 30.0

41-60 30 50.0 50.0 80.0


(19)

Universitas Sumatera Utara

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 18 30.0 30.0 30.0

41-60 30 50.0 50.0 80.0

61-80 12 20.0 20.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pendidikan_terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 9 15.0 15.0 15.0

SMP 15 25.0 25.0 40.0

SMA 25 41.7 41.7 81.7

S1 11 18.3 18.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak bekerja 17 28.3 28.3 28.3

Mahasiswa 3 5.0 5.0 33.3

Wiraswasta 29 48.3 48.3 81.7

PNS 4 6.7 6.7 88.3

Pensiun 7 11.7 11.7 100.0

Total 60 100.0 100.0


(20)

Universitas Sumatera Utara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Penyakit Ginjal Kronis 25 41.7 41.7 41.7

Penyakit Jantung Koroner 10 16.7 16.7 58.3

Kanker payudara 5 8.3 8.3 66.7

Tumor otak 2 3.3 3.3 70.0

Diabetes mellitus 2 3.3 3.3 73.3

Lupus 1 1.7 1.7 75.0

Tumor pankreas 1 1.7 1.7 76.7

Kanker ovarium 1 1.7 1.7 78.3

Tumor mediastinum 1 1.7 1.7 80.0

Kanker prostat 1 1.7 1.7 81.7

Kanker paru 5 8.3 8.3 90.0

Leukimia 1 1.7 1.7 91.7

Pembengkakan limfa 1 1.7 1.7 93.3

Effusi pleura 1 1.7 1.7 95.0

Kanker testis 1 1.7 1.7 96.7

Penyakit Trofoblas Ganas 1 1.7 1.7 98.3

Kanker tulang 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Hasil_Resiliensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid rendah 4 6.7 6.7 6.7

sedang 21 35.0 35.0 41.7

tinggi 35 58.3 58.3 100.0


(21)

Universitas Sumatera Utara KR JK U PT P S JPD LD Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Total

1 1 1 3 2 1 1 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 97

2 2 1 2 1 2 1 1 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 2 2 4 4 77

3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 1 4 4 4 71

4 1 3 3 5 2 2 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 84

5 1 3 3 5 2 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 72

6 1 1 2 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 71

7 2 2 1 1 2 1 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 1 3 2 4 77

8 2 1 4 1 2 1 1 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 2 4 4 2 4 3 4 81

9 2 1 2 1 2 1 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 92

10 2 1 1 3 2 1 2 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 1 2 3 3 73

11 1 2 4 5 2 1 3 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 82

12 1 1 3 1 2 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 92

13 1 2 2 3 2 1 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 1 1 4 84

14 1 1 3 1 2 1 1 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 83

15 1 2 3 5 2 1 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 88

16 2 3 2 1 2 1 3 4 3 3 3 1 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 83

17 1 2 4 4 2 1 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 85

18 1 2 1 3 2 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 83

19 1 3 3 5 2 1 4 4 4 4 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 88

20 1 2 3 4 2 1 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 78

21 1 2 4 3 2 1 1 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 80

22 1 1 3 3 2 1 2 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 77

23 2 2 3 1 2 3 4 3 3 1 3 2 3 3 4 3 3 2 4 4 1 3 3 3 3 2 2 3 1 2 1 2 64

24 2 3 2 1 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 2 3 72

25 2 1 1 2 1 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 83

26 2 2 4 3 2 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 4 72

27 2 3 1 3 2 5 2 1 3 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 1 4 4 4 3 1 4 69

28 2 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 48

29 2 1 2 1 2 2 2 4 4 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 83

30 2 2 2 3 2 1 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 80

31 2 2 3 3 2 4 1 1 2 1 3 1 2 2 3 2 3 1 1 2 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 3 45

32 2 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 1 2 3 3 69

33 1 1 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 1 3 3 74

34 1 2 3 3 2 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 81

35 1 2 4 3 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 81

36 1 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 1 3 3 4 70

37 1 1 3 2 1 3 1 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 89

38 1 2 4 3 2 5 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 81

39 1 3 1 3 2 7 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 3 3 1 2 1 3 1 2 1 2 2 3 1 1 1 3 45

40 1 1 4 4 1 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 2 1 4 4 78

41 1 2 1 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 3 1 1 2 2 2 3 1 1 1 3 47

42 1 1 2 3 2 8 1 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 1 4 4 4 73

43 1 2 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 59

44 1 2 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 72

45 2 2 4 4 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 4 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 64

46 2 3 2 1 2 1 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 4 4 3 3 4 74

47 1 3 4 5 2 2 1 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 91

48 1 2 3 3 2 2 1 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 80

49 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 1 3 3 3 74

50 1 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 82


(22)

Universitas Sumatera Utara

51 1 3 1 5 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 85

52 1 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 4 3 85

53 1 2 3 3 2 3 1 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 4 83

54 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 1 4 4 3 4 4 83

55 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 1 3 3 4 74

56 2 1 3 3 2 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 74

57 2 2 1 1 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 80

58 2 2 4 3 1 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3 4 4 82

59 2 2 3 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 4 74

60 2 2 2 1 2 3 1 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 74

Keterangan : KR = Kode Responden ;

JK = Jenis Kelamin: 1= Laki-laki 2= Perempuan • U = Usia: 1= 20-40 tahun

2= 41-60 tahun 3= 61-80 tahun

Q1-Q25= Pernyataan Kuesioner

PT = Pendidikan terakhir: 1=SD 2= SMP 3= SMA 4= S1

S= Status: 1 = Belum Menikah 2 = Menikah

P = Pekerjaan: 1=Tidak bekerja 2= Mahasiswa 3= Wiraswasta 4= PNS 5= Pensiun

JPD = Jenis Penyakit yg diderita: 1=Penyakit Ginjal Kronis 6= Lupus 2= Penyakit Kardiovaskuler 7= Splenomegali 3= Kanker 8= Effusi pleura 4= Tumor

5= Penyakit endokrin

LD = Lama terdiagnosa: 1= 6-11 bulan

2= 1-3 tahun 3= 3,5-5 tahun 4= >5 tahun


(23)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 13 Anggaran Dana Penelitian

No Nama Kegiatan Biaya

1. Proposal

Penelusuran literatur dari internet Pencetakan literatur dari internet Fotokopi literatur dari buku Pencetakan Proposal

Penggandaan dan penjilidan Proposal

Rp 150.000,-

Rp 50.000,-

Rp 50.000,-

Rp 50.000,-

Rp

50.000,-2. Uji Reliabilitas

Pengumpulan Data

- Izin penelitian

- Transportasi

- Penggandaan lembar observasi dan

lembar persetujuan responden

- Souvenir penelitian

Rp 200.000,- Rp. 225.000,-

Rp 150.000,-

Rp 100.000,-

Rp 200.000,-

3. - Pencetakan skripsi

- Penggandaan dan penjilidan skripsi

Rp 100.000,-

Rp 20.000,-

4. Biaya tak terduga Rp 50.000,-


(24)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 14 Riwayat Hidup

Nama : Mahmul Rivai Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/ 07 Oktober 1994

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jalan Karya Wisata 1 Medan Johor, Medan

Jalan Dr. Payungan Dlt. No. 83 Kelurahan Tobat, Padangsidimpuan, Sumatera Utara

Orangtua

Ayah : Yahya Siregar

Ibu : Dra. Rosnida Nasution

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 200113 Padangsidimpuan 2000-2006

3. Sekolah Menengah Pertama Perguruan Sari Putra Padangsidimpuan 2006-2009

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padangsidimpuan 2009-2012 Riwayat Organisasi :

1. Ketua Bidang PSDMO PEMA FKEP USU Periode 2013-2014 2. Gubernur PEMA FKEP Periode 2014-2015


(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F., Nadzmir., Azmi S., (2015). Gambaran Tingkat Depresi Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di RSUP. DR. M. Djamil Padang: Jurnal Kesehatan Andalas

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Klinik .Jakarta: PT Rineka Cipta

Asiah, M. D. (2005). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Ibu Rumah Tangga Di Desa Rukoh di Kec. Syiah Kuala Banda Aceh. Aceh: FKIP Unsyiah

Becker & Newsom, (2005). Resilience in the Face of Serious Illness Among Chronicaly Ill African American In Later Life. Journal of gerontology Vol. 60B No.4 214-223

Bintang, Y. A., Ibrahim, K., Emaliyawati, E. (2012). Gambaran Tingkat Kecemasan, Stress, dan Depresi Pada Pasien kanker yang Menjalani Kemoterapi di RS kota Bandung.Bandung: FKep Unpad

Brunner & Suddarth (2010). Medical-Surgical Nursing (12th Edition).China. Woltesr

Klowter

Caninsti. (2007). Gambaran kecemasan dan depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.Jurnal Psikologi Vol.1 No.2

Connor, M.K., Davidson, T.R.J. (2003). Development of a new resilience scale: The

connor-davidson resilience scale (Cd-Risc). Journal Depression and anxiety.

18:76-82

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Depok: CV Trans Info Media

Fara, Elsha. (2012). Resiliensi Pada Dewasa Awal Berlatar Belakang Budaya Aceh yang Mengalami Bencana Tsunama 2004.Skripsi

George, N. M., (2005). Stress, Psychosocial Factors, and the Outcomes of Anxiety,

Depression, and Substance Abuse in Rural Adolescents.University of Pittsburgh

Goodman R. A. Et. al. (2013). Defining and Measuring Chronic Condition: Imperatives for Research, Policy, Program, and Practise. US: MCC Papers

Grotberg, H. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children. United States of America: Bernard van Leer Foundation


(30)

Universitas Sumatera Utara

Hadiningsih, (2014). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan resiliensi pada Remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiah Surakarta.Skripsi

Harsanto, E., Kumawaty I., Yunike, (2011). Pengalaman Pasien Kanker Payudara yang

Menjalani Perawatan di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Jurnal Kesehatan

(Journal of Health). Vol. 1No.7. Palembang: Poltekes Palembang

Herrmann et al. (2011). What is Resilience? Canadian Journal of Psyciatry;56;5 Proquest Psychology Journal pg. 258

Hurlock, (2007). Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kematangan Emosi pada Wanita Dewasa Madya.Skripsi

Iliescu, A. Cotoi, (2013). Patient’s Adaptation Difficulties to the Hospital Environment. Nurse’s Part in That Transition, Craiova : General Nursing Department, Faculty of Nursing and Midwives, University of Medicine and Pharmacy

Karabulutlu, E, Y., Bilici, M., Cayir, K., Tekin, S. B., Kantarci, R. (2010) Coping, Anxiety, And Depression in Turkish Patients with Cancer. Eur J Gen Med 2010;7(3): 296-302

Kemenkes (2012). Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Malilani, (2015) Pengalaman spiritualitas Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisa. Medan: F. Keperawatan USU

Morton, P. G. et al.(2012). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nasution, S. M. (2011) Resiliensi: Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan. Medan: USU Press

Newman, R. (2005) APA’s Resilience Initiative. Professional Psichology: Research and Practise. Vol. 36, No. 3, 227-22

Oetami, F., Thaha I. L.,Wahiduddin (2014). Analisis Dampak Psikologis Pengobatan

Kanker di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar: FKM Universitas Sultan Hasanuddin Makassar

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC.2005 Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Reivich, K., Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York: Broadway Books


(31)

Universitas Sumatera Utara

Rinaldi, (2010). Resiliensi Pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau dari Jenis Kelamin. Padang: FIP UNP

Rosviantika, N. (2013). Hubungan Antara Health Locus of Control dengan Tingkat Depresi pada Pasien kanker Serviks. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi

Rosyani, C. R. (2012). Hubungan Antara Resiliensi dan Coping Pada Pasien Kanker Dewasa. Depok: Fakultas Psikologi UI, Skripsi

Sarafino, E. P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions (5th ed). USA: John Wiley & Sons, Inc.

Septiyan, A., (2013). Hubungan Mekanisme Koping dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap. Riau: PSIK Universitas Riau

Setiasih, (2012). Hubungan Antara Manfaat Kerja dan Kepuasan Kerja: Surabaya: University of Surabaya

Sholichah, D. R. (2009). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Derajat Depresi pada Penderita Diabetes Mellitus dengan Komplikasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Skripsi

Silitonga, L. D, (2014). Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.Medan:Fakultas Keperawatan USU.Skripsi

Sukadiyanto, (2010). Stress Dan Cara Menguranginya. Yogyakarta: Cakrawala

Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogykarta Th. XXIX No. 1

Sunaryo, (2014). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC

Susanto, (2013). Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan , Kemampuan Coping, dan Resiliensi Remaja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol. 1 (2), 101-, 113

Takari, (2002). Seni dalam Kebudayaan Masyarakat Sumatera Utara. Medan: USU Tama, D. K., (2009). Tingkat Depresi Pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam

Malik.Medan:Fakultas Keperawatan USU.Skripsi

Taylor, S, E.(1995). Health Psychology (8th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies

Taylor & Francais, (2006). Resiliensce in the Chronic Illness Experince. Vol. 14 Issue 2 pg. 187-201

Triwahyuni, P. (2012). Hubungan Antara Resiliensi dengan Stres pada Pasien Penyakit Kronis di Rumah Sakit Advent Bandung: Universitas Advent Indonesia.Skripsi


(32)

Universitas Sumatera Utara

Wagnild, G., Young, H. M. (1993). Development and Psychometric Evaluation of Resilience Scale. Journal of Nursing Measurment Vol. 1 No. 2 1993

Wardani, (2014). Pengaruh Harapan dan Coping Stress Terhadap Resiliensi Care Giver Kanker.Jakarta: Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah.Skripsi

Widakdo & Besral , (2013). Efek Penyakit Kronis Terhadap Gangguan Mental Emosional.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.7 No. 7

Widiyanti, M.((2010). Hubungan antara Depresi, Cemas, dan Sindrom Koroner Akut. Denpasar: Fakultas Kedokteran Udayana

Wijayani, M.,R.(2008). Gambaran Resiliensi Pada Muslimah Dewasa Yang Menggunakan Cadar. Jakarta: FPSI UI.Skripsi

WHO, (2012). Indonesia: WHO Statistical Profile diunduh dari


(33)

Universitas Sumatera Utara BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan fokus penelitian yang akan diteliti. Kerangka dalam penelitian ini menggambarkan resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis. Kerangka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka penelitian resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik

Keterangan :

Resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis

-Tinggi

-Sedang

-Rendah

: variabel yang diteliti : berhubungan


(34)

Universitas Sumatera Utara 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Resiliensi

pasien yang mengalami penyakit kronis

Kemampuan seorang pasien untuk

mengembalikan kekuatan mental dalam dirinya

sehingga dapat bangkit dan menjalani kehidupannya kembali ketika mengalami penyakit kronis

Kuesioner

1. 25-49 :

Rendah

2. 50-74 :

sedang

3. 75-100 :

tinggi


(35)

Universitas Sumatera Utara BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit kronis dengan jumlah populasi sebanyak 580 pasien rawat inap dan rawat jalan pada tanggal 1- 17 desember 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan (Rekam Medis RSUP H. Adam Malik, 2015).

b. Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan accidental sampling. Teknik sampel ini menggunakan metode pemilihan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ditemukan atau dijumpai oleh peneliti sampai dengan jumlah yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011). Besar sampel ditentukan apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi dan jika subjeknya lebih

besar dari 100 dapat diambil antara 10-15 % atau 20-55 % (Arikunto, 2006). Berdasarkan formulasi tersebut peneliti mengambil 10,04% dari jumlah populasi sehingga didapatkan 60 sampel.


(36)

Universitas Sumatera Utara 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa ruangan di RSUP H. Adam Malik, diantaranya unit Penyakit Jantung Terpadu (PJT), ruang hemodialisa, ruang rindu A-1, dan ruang kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2015 – Juni 2016 terhitung sejak pengajuan judul penelitian sampai pengumpulan skripsi. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan 16 Maret sampai 16 April 2016.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan peneliti mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mendapat persetujuan komisi etik penelitian kesehatan (ethical cleareance)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti menemui responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan (informed concern). Responden yang tidak bersedia berhak menolak dan mengundurkan diri tanpa ada

paksaan dari peneliti (autonomy). Kerahasiaan informasi (confidentiality) responden

merupakan masalah etik yang paling utama dalam penelitian ini dengan tidak menuliskan nama pada instrumen (anonymity). Peneliti juga akan menghindari dampak yang dapat merugikan responden selama penelitian berlangsung (non maleficence). Data-data yang diperoleh dari calon responden digunakan untuk kepentingan penelitian saja.


(37)

Universitas Sumatera Utara 4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala resiliensi yang disusun berdasarkan lima aspek resiliensi. Item skala resiliensi diadaptasi dari Resilience Scale

(RS) milik Wagnild dan Young (1993) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti.

Gambaran resiliensi pada pasien yang mengalami penyakit kronis dapat ditinjau secara umum maupun spesifik berdasarkan aspek-aspek resiliensi. Tujuan pengembangan dirancang untuk mengidentifikasi individu tangguh atau mereka yang memiliki kapasitas untuk ketahanan dalam perawatan.

Kuesioner terdiri dari 25 item pernyataan dengan menggunakan skala Likert dimana pernyataan positif (favorable) sebanyak 18 item dan pernyataan negatif (non favorable) sebanyak 7 item dengan pemberian skor masing-masing 1 sampai 4. Menentukan hasil ukur, peneliti menggunakan formula untuk menentukan kelas kategori sebagai berikut : P = rentang/ banyak kelas

= (25x4)-(25x1) / 3 = 75/ 3

= 25

Berdasarkan formulasi tersebut, maka hasil ukur 25-49 berada dalam resiliensi kategori rendah, 50-74 berada dalam resiliensi kategori sedang, dan 75-100 berada dalam resiliensi kategori tinggi.

a. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, jenis penyakit yang diderita, dan lama terdiagnosa. Data demografi responden hanya digunakan untuk menguraikan karakteristik responden.


(38)

Universitas Sumatera Utara

b. Resilience Scale (RS)

Untuk mengukur resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis menggunakan

Resilience Scale (RS) milik Wagnild dan Young (1993) kemudian dimodifikasi oleh

peneliti. Kuesioner menggunakan skala Likert, yaitu dengan penilaian sebagai berikut: Favorable : Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju; Nilai 2 : Tidak Setuju; Nilai 3 : Setuju; Nilai 4: Sangat Setuju, Non favorable : Nilai 1 : Sangat Setuju; Nilai 2 : Setuju; Nilai 3 : Tidak Setuju; Nilai 4 : Sangat Tidak Setuju.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan validasi isi (content

validity) pada Resilience Scale (RS) milik Wagnild dan Young (1993) sebanyak 25

item yang sudah dimodifikasi oleh peneliti dan divalidasi oleh dosen psikologi perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, yaitu Dr. Wiwik Sulistiyaningsih. Nilai validitas pada kuesioner resiliensi adalah 0,97 maka dapat dikatakan bahwa instrumen telah valid

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma, 2011). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 pasien sesuai dengan sampel penelitian di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Uji reliabilitas kuesioner menggunakan rumus cronbach alpha, dimana untuk dapat


(39)

Universitas Sumatera Utara

digunakan dalam suatu penelitian setidaknya instrumen memiliki nilai reliabilitas diatas 0,80 (Dharma, 2011). Uji reliabilitas ini dibantu dengan teknik komputerisasi. Besar sampel untuk uji reliabilitas penelitian berjumlah 30 pasien yang dilakukan di RS Pirngadi Medan. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner didapatkan nilai 0,810. Maka dapat dikatakan bahwa instrumen sudah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah menerima surat etik penelitian dan surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti selanjutnya mencari calon responden dengan mendatangi unit Penyakit Jantung Terpadu, hemodialisa, kemoterapi, ruang RA, RB, kemudian menjelaskan kepada calon responden dibantu oleh keluarga responden tentang tujuan, manfaat, dan cara mengisi kuesioner. Setelah calon responden bersedia untuk diteliti, responden diminta untuk menandatangani informed consent. Kemudian peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner dengan cara peneliti menyerahkan kuesioner dan diisi oleh responden atau membacakan dan menjelaskan pertanyaan pada kuesioner dan responden hanya menjawab sesuai pertanyaan yang ada. Peneliti memberi kesempatan pada calon responden bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa melalui

beberapa tahap. Pertama melakukan pengecekan kelengkapan data (editing) responden

dan memastikan semua pertanyaan telah diisi. Selanjutnya memberikan kode (coding) untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pemasukan data. Setelah


(40)

Universitas Sumatera Utara

memberikan kode, selanjutnya memastikan data yang telah dimasukkan diperiksa

kembali agar data bersih dari kesalahan (cleaning), baik kesalahan dalam pengkodean

maupun dalam membaca kode. Selanjutnya melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden (tabulating), kemudian dicari besarnya presentase untuk masing-masing jawaban responden, dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(41)

Universitas Sumatera Utara BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 16 April 2016 di ruang Penyakit Jantung Terpadu (PJT), ruang hemodialisa, ruang rindu A-1, dan ruang kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.

5.1.1 Karakteristik demografi responden

Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, jenis penyakit yang diderita dan lama terdiagnosa. Hasil dari penelitian ini mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 35 orang (58,3%), rentang usia 41-60 tahun sebanyak 30 orang (50%), pendidikan terakhir SMA sebanyak 25 orang (41,7%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 29 orang (48,3%), status menikah sebanyak 52 orang (86,7%), jenis penyakit yang diderita mayoritas Penyakit Ginjal Kronis (PGK) sebanyak 25 orang (41,7%), serta lama terdiagnosa antara 1 tahun-3 tahun sebanyak 31 orang (51,7%). Karakteristik demografi responden dapat dilihat lebih lengkapnya pada tabel 5.1.1


(42)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden di ruang Penyakit Jantung Terpadu (PJT), ruang hemodialisa, ruang rindu A-1, dan ruang kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan tahun 2016 (n=60)

5.1 . 2 H a s i l r e s i l i e n si responden

Karakteristik Responden Frekuensi

(F) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 20-40 tahun 41-60 tahun 61-80 tahun Pendidikan terakhir SD SMP SMA S1 Pekerjaan Tidak bekerja Mahasiswa Wiraswasta PNS Pensiun Status Belum menikah Menikah

Jenis penyakit yang diderita Penyakit Ginjal Kronis Penyakit Kardiovaskular Kanker Tumor Penyakit Endokrin Lupus Splenomegali Effusi pleura Lama terdiagnosa 6-11 bulan 1-3 tahun 3,5-5 tahun >5 tahun 35 25 18 30 12 9 15 25 11 17 3 29 4 7 8 52 25 10 15 5 2 1 1 1 18 31 5 6 58,3 41,7 30,0 50,0 20,0 15,0 25,0 41,7 18,3 28,3 5,0 48,3 6,7 11,7 13,3 86,7 41,7 16,6 25,0 8,3 3,3 1,7 1,7 1,7 30,0 51,7 8,3 10,0


(43)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa resiliensi pasien berada pada resiliensi tinggi yaitu sebanyak 35 dari 60 responden (58,3%), sebanyak 21 responden (35%) dengan resiliensi sedang, dan sebanyak 4 responden (6,7%) dengan resiliensi rendah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.2

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan presentase resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik Medan

Resiliensi Frekuensi (F) Presentase (%)

Rendah 4 6,7

Sedang 21 35

Tinggi 35 58,3

5.1.3 Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 35 responden berjenis kelamin laki-laki terdapat 2 responden memiliki resiliensi rendah, 6 responden memiliki resiliensi sedang serta 27 responden memiki resiliensi tinggi, dan 25 responden berjenis kelamin perempuan terdapat 2 responden memiliki resiliensi rendah, 9 responden memiliki resiliensi sedang serta 14 responden memiki resiliensi tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Resiliensi Jumlah

responden

Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki 2 6 27 35

Perempuan 2 9 14 25


(44)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 18 responden berusia 20-40 tahun terdapat 1 responden dengan resiliensi rendah, 6 responden dengan resiliensi sedang, serta 11 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 30 responden berusia 41-60 tahun terdapat 2 responden dengan resiliensi rendah, 9 responden dengan resiliensi sedang, serta 19 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 12 responden berusia 61-80 tahun terdapat 1 responden dengan resiliensi rendah, 6 responden dengan resiliensi sedang, serta 5 responden dengan resiliensi tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1.4.

Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi resiliensi responden berdasarkan usia

Usia Resiliensi Jumlah

responden

Rendah Sedang Tinggi

20-40 tahun 1 6 11 18

41-60 tahun 2 9 19 30

61-80 tahun 1 6 5 12

5.1.5 Hasil resiliensi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa 9 responden dengan pendidikan terakhir SD terdapat masing-masing 2 responden memiliki resiliensi yang rendah dan sedang serta 5 responden memiliki resiliensi yang tinggi. Sebanyak 15 responden dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 1 responden memiliki resiliensi yang rendah, 7 responden dengan resiliensi sedang serta 7 responden memiliki resiliensi yang tinggi. Pada tingkat pendidikan terakhir SMA terdapat 1 responden memiliki resiliensi yang rendah, 10 responden dengan resiliensi sedang serta 14 responden memiliki resiliensi yang tinggi. Pendidikan terakhir S1 sebanyak 11 responden terdapat 2 responden memiliki resiliensi yang sedang serta 9 responden memiliki resiliensi yang tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 5.1.5.


(45)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan

terakhir

Resiliensi

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

SD 2 2 5 9

SMP 1 7 7 15

SMA 1 10 14 25

S1 0 2 9 11

5.1.6 Hasil resiliensi responden berdasarkan pekerjaan

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 17 responden tidak bekerja, 1 responden memiliki resiliensi yang rendah, 7 responden dengan resiliensi yang sedang serta 9 responden dengan resiliensi yang tinggi. Sebanyak 3 responden sebagai mahasiswa dimana 3 responden memiliki resiliensi yang sedang. Pada pekerjaan wiraswasta sebanyak 29 responden terdapat 2 responden memiliki resiliensi yang rendah, 7 responden dengan resiliensi yang sedang serta 20 responden dengan resiliensi yang tinggi. Sebanyak 4 responden bekerja sebagai PNS terdapat masing-masing 1 responden dengan resiliensi rendah dan sedang serta 2 responden dengan resiliensi tinggi, sedangkan 7 responden yang sudah pensiun terdapat 3 responden dengan resiliensi yang sedang dan 4 responden dengan resiliensi yang tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.1.6.

Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi resiliensi responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Resiliensi Jumlah

responden

Rendah Sedang Tinggi

Tidak bekerja 1 7 9 17

Mahasiswa 0 3 0 3

Wiraswasta 2 7 20 29

PNS 1 1 2 4


(46)

Universitas Sumatera Utara

5.1.7 Hasil resiliensi responden berdasarkan status

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 8 responden dengan status belum menikah terdapat 1 responden memiliki resiliensi yang rendah, 2 responden dengan resiliensi sedang serta 5 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 52 responden dengan status menikah terdapat 3 responden dengan resiliensi rendah, 19 responden dengan resiliensi sedang serta 30 responden dengan resiliensi tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan status dapat dilihat pada tabel 5.1.7.

Tabel 5.1.7. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan status

Status Resiliensi Jumlah

responden

Rendah Sedang Tinggi

Belum menikah 1 2 5 8

Menikah 3 19 30 52

5.1.8 Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis penyakit yang diderita

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 25 responden menderita PGK terdapat 6 responden memiliki resiliensi sedang dan 19 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 10 responden menderita penyakit kardiovaskuler terdapat 4 responden memiliki resiliensi sedang dan 6 responden dengan resiliensi tinggi. Pada 15 responden menderita penyakit kanker terdapat 1 responden memiliki resiliensi rendah, 6 responden dengan resiliensi sedang dan 8 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 5 responden menderita penyakit tumor dimana terdapat 1 responden masing-masing memiliki resiliensi rendah dan tinggi sedangkan 3 responden dengan resiliensi sedang. Pada 2 responden menderita penyakit endokrin


(47)

Universitas Sumatera Utara

terdapat 1 responden masing-masing memiliki resiliensi sedang dan tinggi. Pada penyakit lupus dan splenomegali masing-masing 1 responden memiliki resiliensi rendah namun 1 responden dengan effusi pleura dengan resiliensi sedang. Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis penyakit yang diderita dapat dilihat pada tabel 5.1.8.

Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan jenis penyakit yang diderita Jenis penyakit yang

diderita

Resiliensi Jumlah

respoden

Rendah Sedang Tinggi

Penyakit Ginjal Kronis 0 6 19 25

Penyakit kardiovaskular 0 4 6 10

Kanker 1 6 8 15

Tumor 1 3 1 5

Jenis penyakit yang diderita

Resiliensi Jumlah

Responden Rendah Sedang Tinggi

Penyakit endokrin 0 1 1 2

Lupus 1 0 0 1

Splenomegali 1 0 0 `1

Effusi pleura 0 1 0 1

5.1.9 Hasil resiliensi responden berdasarkan lama terdiagnosa

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari 18 responden yang telah terdiagnosa 6-11 bulan lalu terdapat 2 responden memiki resiliensi rendah, 4 responden dengan resiliensi sedang, serta 12 responden dengan resiliensi tinggi. Pada 31 responden yang telah terdiagnosa 1-3 tahun terdapat terdapat 2 responden memiki resiliensi rendah, 14 responden dengan resiliensi sedang, serta 15 responden dengan resiliensi tinggi. Sebanyak 5 responden yang telah terdiagnosa 3,5-5 tahun terdapat 1 responden dengan resiliensi sedang, serta 4 responden dengan resiliensi tinggi, serta 6 responden yang telah terdiagnosa >5 tahun terdapat


(48)

Universitas Sumatera Utara

2 responden dengan resiliensi sedang, serta 4 responden dengan resiliensi tinggi. Hasil resiliensi responden berdasarkan lama terdiagnosa dapat dilihat pada tabel 5.1.9.

Tabel 5.1.9. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan lama terdiagnosa

Lama terdiagnosa Resiliensi Jumlah

responden

Rendah Sedang Tinggi

6-11 bulan 2 4 12 18

1-3 tahun 2 14 15 31

3,5-5 tahun 0 1 4 5

>5 tahun 0 2 4 6

5.1.10 Hasil resiliensi responden per item pernyataan

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa 32 dari 60 responden (53,3%) masih suka berbincang-bincang dengan orang lain, sebaliknya 5 responden (8,3%) mengatakan sangat tidak suka berbincang-bincang dengan orang lain serta 20 responden (33,3%) mengatakan bahwa masalah yang menimpa dirinya bukan merupakan hukuman bagi dirinya. Hasil penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa 36 responden (60%) masih memikirkan masa depannya, namun sebaliknya 1 responden (1,7%) sudah tidak memikirkan lagi masa depannya dan terdapat 43 responden (71,3%) merasa yakin terhadap dirinya sendiri dapat menyelesaikan setiap masalah kehidupan yang menimpa dirinya. Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa sebanyak 39 responden (65%) merasa bangga saat ini, sedangkan 3 responden (5%) merasa sangat tidak bangga dengan kondisinya saat ini. Hasil penelitian ini juga diperoleh data sebanyak 31 responden (51,7%) selalu berdoa


(49)

Universitas Sumatera Utara

ketika masalah menimpa dirinya serta mayoritas responden menganggap dirinya unik (71,7%). Lebih lengkapnya dapat dilihat distribusi frekuensi dan persentase resiliensi responden per item pernyataan pada lampiran 7.

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa gambaran resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronis 35 dari 60 responden berada pada tingkat resiliensi tinggi dengan presentase 58,3%. Wagnild and Young (1993) berpendapat bahwa individu yang memiliki resiliensi yang tinggi mampu berteman dengan dirinya sendiri sehingga merasa nyaman, puas, dan menyadari keunikan dalam dirinya. Nilai resiliensi tinggi menyebabkan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya juga tinggi, namun sebaliknya jika nilai resiliensi rendah maka kemungkinan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya juga akan rendah (Reivich & Shatte, 2002). Sejalan dengan pendapat tersebut, Ratnawati (2012) juga berpendapat bahwa resiliensi tinggi pasien penyakit kronis artinya individu telah berusaha mengkondisikan dirinya untuk bersyukur dan berpikir positif akan penyakit yang menimpanya sehingga tetap semangat dalam menjalani kehidupannya. Mailani (2015) menambahkan bahwa pasien-pasien penyakit kronik selalu berusaha menggunakan strategi-strategi dalam menghadapi penyakitnya. Mereka cenderung lebih mendekatkan diri pada Tuhan, mendapatkan perhatian dari keluarga dan pasangan hidup, mempunyai harapan besar untuk sembuh, dan menerima dengan ikhlas penyakit yang diderita sebagai bagian dari cobaan Tuhan. Hal ini dapat memberikan penguatan dan motivasi bagi pasien untuk tetap menjalani kehidupannya seperti sediakala.


(50)

Universitas Sumatera Utara

Lafromboise (2006, dalam Fara 2012) berpendapat bahwa resiliensi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah gender sebagai faktor individual. Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (58,3%) sedangkan perempuan sebanyak 25 orang (41,7%). Purnomo (2014)

berpendapat bahwa laki-laki cenderung menggunakan problem-focused coping karena

laki-laki biasanya menggunakan rasio atau logika, selain itu laki-laki terkadang kurang emosional sehingga mereka lebih memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi dan langsung menghadapi sumber stres. Perempuan lebih cenderung menggunakan emotion-focused coping karena mereka lebih menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga jarang menggunakan logika atau rasio yang membuat wanita cenderung untuk mengatur emosi dalam menghadapi sumber stres atau melakukan penyelesaian secara religius dimana wanita lebih merasa dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan pria.

Rinaldi (2010) berpendapat bahwa pria sering menggunakan pendekatan penyelesaian masalah dan mempunyai sikap optimis dibandingkan wanita, sedangkan wanita menggunakan pola ketidakberdayaan dibandingkan laki-laki. Laki-laki memiliki keyakinan dalam memecahkan masalah dan percaya pada kemampuannya (kompetensi) untuk menguasai tugas atau situasi yang sulit, lebih positif dibandingkan dengan wanita. Individu dengan tingkat resiliensi yang tinggi (laki-laki) mampu beradaptasi dengan berbagai macam kondisi untuk mengubah keadaan dan fleksibel dalam memecahkan masalah, sedangkan individu dengan tingkat resiliensi yang rendah (perempuan) memiliki fleksibilitas adaptif yang kecil, tidak mampu untuk bereaksi terhadap perubahan keadaan, cenderung keras hati atau menjadi kacau ketika menghadapi


(51)

Universitas Sumatera Utara

perubahan atau tekanan, serta mengalami kesukaran untuk menyesuaikan kembali setelah mengalami pengalaman traumatik (Barend dalam Rinaldi, 2010).

Mayoritas dalam penelitian ini juga didominasi oleh responden dengan kelompok usia 41-60 tahun sebanyak 30 orang (50%). Hurlock (2007) berpendapat bahwa individu dengan rentang usia 41-60 tahun disebut sebagai masa dewasa pertengahan (dewasa madya) dimana pada masa ini akan mulai terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikologis, namun individu pada masa ini telah mampu menentukan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga cukup stabil dan matang secara emosi dalam menghadapi permasalahan hidup terutama penyakit yang dideritanya. Individu yang telah mencapai kematangan emosi akan mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik dengan melihat persoalan secara objektif dan mampu mengambil sikap dan keputusan. Menurut Hurlock (2007) masa ini merupakan masa keberhasilan dari segi keuangan dan sosial termasuk kekuasaan dan prestise. Masa ini juga merupakan masa bahagia bagi sebagian pasangan suami istri, walaupun pada masa ini anak-anak tidak tinggal bersama dengan orang tua lagi, namun justru merasa lebih bahagia karena merasa bebas mencapai karier dan lebih banyak menghabiskan waktu luang bersama pasangan dibandingkan masa dewasa muda sehingga cenderung menanggapi suatu penyakit dengan sikap terbuka terhadap pasangannya.

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa pendidikan terakhir responden sebanyak 25 orang (41,7%) adalah tingkat SMA. Menurut Entjang (1985 dalam Asiah, 2005) berpendapat bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pola berpikir individu dimana tingkat pendidikan yang tinggi akan memperluas cara berpikirnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan pengontrolan terhadap stressor akan lebih baik,


(52)

Universitas Sumatera Utara

selain itu individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih baik perkembangan kognitifnya dibandingkan seseorang pendidikan lebih rendah sehingga akan mempunyai penilaian yang lebih realititas dan menjadikan masalah penyakit adalah sesuatu yang mesti dihadapi (Septiyan, 2007). Sejalan dengan pendapat tersebut, Widakdo dan Besral (2013) juga berpendapat bahwa pasien yang berpendidikan lebih tinggi memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih baik sehingga cenderung mampu mengatasi permasalahan hidup, sebaliknya pendidikan yang rendah akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang rendah sehingga mempunyai keterbatasan dalam pola koping terhadap permasalahan-permasalahan yang dialami. Reivich & Shatte (2002) menambahkan bahwa individu yang memiliki pemikiran yang luas akan memiliki fleksibilitas kognitif yang baik sehingga individu yang memiliki fleksibilitas kognitif yang baik akan memiliki resiliensi yang baik pula.

Pekerjaan juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden penderita penyakit kronis bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 29 orang (48,3%). Setiasih (2012) berpendapat bahwa pekerjaan merupakan salah satu ranah kehidupan yang penting bagi individu. Pekerjaan juga berfungsi sebagai sumber identitas, sumber otonomi, memberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitas, sumber tujuan dalam hidup, sumber penghasilan dan rasa aman, serta sumber berbagai aktivitas lainnya, misalnya rekreasi. Individu yang mempunyai pekerjaan berpengaruh positif terhadap kesehatan mental,

dimana subjective wellbeing individu yang mempunyai pekerjaan lebih baik daripada

subjective wellbeing individu yang tidak mempunyai pekerjaan. Individu yang tidak mempunyai pekerjaan menunjukkan bahwa tidak adanya pengalaman untuk


(53)

Universitas Sumatera Utara

memperoleh manfaat kerja sehingga menjadikan subjective wellbeing individu rendah.

Jika tidak memiliki pekerjaan, maka mereka tidak mempunyai pendapatan dan tidak memperoleh akses untuk mendapatkan pengalaman psikologis, sebaliknya dengan memiliki pekerjaan maka individu akan memiliki pengalaman psikologis yang baik. Ditinjau dari status responden, sebanyak 52 orang (86,7%) berstatus menikah. Taylor dan Francis (2006) berpendapat bahwa dukungan pasangan dan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarga. Rachmawati (2009 dalam Siburian, 2011) juga berpendapat bahwa dukungan sosial keluarga dapat memberikan hasil yang positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan pada pasien-pasien penyakit kronis. Dukungan sosial pasangan dan keluarga memiliki pengaruh yang positif atau signifikan dengan resiliensi yang tinggi. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat membuat seseorang bertahan dalam situasi apapun atau dalam ilmu psikologi dikategorikan sebagai manifestasi dari resiliensi. Semakin tinggi dukungan sosial pasangan dan keluarga kepada anggota keluarga yang sakit, maka semakin tinggi resiliensinya (Hadiningsih, 2014).

Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden menderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK) sebanyak 25 orang (41,7%) di RSUP H. Adam Malik. Pasien Penyakit Ginjal Kronis menjadi salah satu angka kunjungan pasien rawat jalan tertinggi di RSUP H. Adam Malik. Jumlah kunjungan pasien perhari mencapai 25-30 pasien untuk menjalani terapi cuci darah, dimana akan membutuhkan waktu 4-5 jam untuk satu kali terapi di ruang hemodialisa (Rekam Medik RSUP HAM, 2016). Menurut penelitian Caninsti (2007) pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisa telah mampu menyesuaikan diri dengan penyakitnya dan beranggapan bahwa dengan


(54)

Universitas Sumatera Utara

menjalani terapi hemodialisa bukan berarti tidak dapat lagi beraktivitas. Strategi spiritualitas yang dilakukan oleh penderita penyakit kronis memberikan semangat dan penguatan bagi dirinya sendiri. Ketika penyakit menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantunya ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Kekuatan spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).

RSUP H. Adam Malik Medan menjadi rumah sakit rujukan utama pasien yang berasal dari berbagai kota/kabupaten di Sumatera Utara dengan berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit kronis untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan lebih lanjut. Pasien yang dominan berasal dari Sumatera Utara tersebut tidak lepas dari komposisi penduduk, budaya yang sangat heterogen, memiliki banyak keanekaraganaman dan toleransi yang tinggi. Penduduk Sumatera Utara mencerminkan peradaban nusantara yang beraneka ragam namun tetap memiliki integritas dan rasa kebersamaan yang tinggi sehingga memunculkan harapan pasien untuk sembuh walaupun dalam kondisi sakit kronis (Takari, 2002). Keanekaragaman budaya yang dianut oleh pasien-pasien juga dapat mempengaruhi status kesehatannya. Menurut Becker dan Newsom (2005) budaya dapat menekankan kepada kemandirian, spiritualitas, dan kelangsungan hidup pasien sehingga akan meningkatkan kemampuan beradaptasi akan penyakit yang dialaminya.


(55)

Universitas Sumatera Utara BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat resiliensi pasien yang mengalami penyakit kronik di RSUP H. Adam Malik Medan berada pada kategori resiliensi tinggi, artinya pasien walaupun dalam kondisi sakit kronis tetapi masih tetap bersyukur dan berpikir positif serta menyadari keunikan dalam dirinya sehingga masih tetap semangat dalam menjalani kehidupannya. Resiliensi tinggi pasien juga ditinjau dari faktor gender, usia, pendidikan, pekerjaan, status, dan jenis penyakit kronis yang diderita pasien juga memberikan pengaruh akan kesehatan psikologis pasien selama menderita sakit kronis.

6.2 Saran

6.2.1 Pasien

Pasien disarankan agar tetap yakin dan optimis dalam menjalani kehidupan dimasa yang akan datang dengan baik, selalu terbuka dan melibatkan keluarga akan masalah ataupun kondisi yang dialami.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Perawat disarankan agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal, melakukan komunikasi yang intensif kepada pasien, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu resiliensi pasien dari dampak psikologis penyakit yang dialaminya.


(56)

Universitas Sumatera Utara

6.2.3 Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan disarankan dapat merancang suatu program intervensi terkait kesehatan jiwa pasien untuk menunjang kemampuan resiliensinya serta memfasilitasi pasien dalam melakukan kegiatan ringan di rumah sakit dengan harapan dapat mengurangi gangguan-gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.


(57)

Universitas Sumatera Utara BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kronis

2.1.1 Definisi Penyakit Kronis

Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama , yakni lebih dari 6 bulan (Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang memiliki durasi penyakit yang lama dan umumnya perkembangannya lambat (WHO, 2012). Anderson (2010, dalam Goodman 2013) menambahkan bahwa kondisi kronis mungkin membutuhkan perawatan medis dalam menangani masalah kesehatannya sehingga membatasi apa yang dapat ia lakukan (Anderson 2010, dalam Goodman 2013).

2.1.2 Karakteristik Penyakit Kronis

Menurut McKenna dan Collins (2010 dalam Goodman et. al. 2013) penyakit kronis pada umumnya memiliki karakteristik seperti berikut ini : a. Penyebabnya belum pasti; b. Multiple faktor resiko; c. Periode laten yang panjang; d. Nyeri berkepanjangan; e. Ketidakmampuan atau gangguan fisiologis

2.1.3 Tipe-tipe Penyakit Kronis

Berdasarkan pada faktor keberbahayaan dan tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan, Dennis Turk, Donald Meichenbaum, dan Myles Genest (dalam Sarafino, 2006) menggambarkan tiga tipe penyakit kronis, yakni:


(58)

36

Universitas Sumatera Utara

a. chronic recurrent pain yang ditandai oleh adanya pengulangan dan episode rasa sakit yang dipisahkan dengan periode tanpa rasa sakit (seperti migrain

dan tension type headache); b. chonic intracable beningn pain yang ditandai

oleh ketidaknyamanan yang dirasakan sepanjang waktu dengan tingkat

bervariasi, namun bukan merupakan kondisi yang berbahaya (seperti nyeri

pinggang kronis); c. chronic progressive pain yang ditandai oleh

ketidaknyamanan berkelanjutan yang merupakan kondisi berbahaya, dimana rasa sakit akan semakin meningkat saat kondisi semakin memburuk seperti rheumatoid arthritis dan kanker (Sarafino, 2006).

2.1.4 Fase-fase Penyakit Kronis

Menurut Brunner & Suddarth (2010) ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu :

a. Fase pra-trajectory, yaitu individu berisiko terhadap penyakit kronis

karena faktor -faktor genetik atau gaya hidup.

b. Fase trajectory, yaitu adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit

kronis. Fase ini sering tidak jelas karena pada fase ini individu sedang dievaluasi dan dilakukan pemeriksaan diagnostik.

c. Fase stabil, yaitu terjadi ketika gejala -gejala dan perjalanan penyakit

terkontrol. Aktifitas dalam kehidupan sehari-hari dapat tertangani oleh penderita dalam keterbatasan penyakit.

d. Fase tidak stabil, yaitu periode ketidakmampuan untuk mengontrol

gejala penyakit atau reaktivasi penyakit serta terdapat gangguan dalam melakukan aktifitas sehari - hari.


(59)

Universitas Sumatera Utara

e. Fase akut, yaitu pada fase ini ditandai dengan adanya gejala -gejala

yang berat dan tidak dapat pulih atau penyakit sudah mencapai komplikasi sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.

f. Fase krisis, yaitu fase yang ditandai dengan situasi kritis atau

mengancam jiwa penderitanya yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.

g. Fase pulih yaitu pulih kembali namun gaya hidup yang diterima

berada dalam keterbatasan karena dibebani oleh penyakit kronis.

h. Fase penurunan, yaitu terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang

disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala – gejala yang datang kembali.

i. Fase kematian, yaitu hari-hari terakhir atau 1 minggu sebelum

kematian. Pada fase ini ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan berakhirnya hubungan individual.

2.1.5 Dampak Psikososial Penderita Penyakit Kronis

Menurut George (2005) mengatakan bahwa psikososial merupakan keadaan pikiran serta perilaku individu atau kelompok. Karabulutlu, Bilici, Cayir, Tekin dan Kantarci (2010) sebelumnya menjelaskan bahwa penderita penyakit kronis bukan hanya memberikan gangguan fisik pada penderitanya namun juga memberikan efek psikososial yang negatif. Hurlock (1996) membagi kelompok umur masa dewasa kedalam 3 periode sesuai dengan perkembangan psikologisnya sehingga diketahui akan respon individu terhadap suatu penyakit, yaitu dewasa awal (20 - 40 tahun), usia pertengahan (40 - 60 tahun), dan usia lanjut (60 –


(60)

Universitas Sumatera Utara

meninggal). Pada masa dewasa awal, individu mengalami perubahan fisik dan psikologis namun masih dalam kondisi stabil, bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut. Dewasa madya (usia pertengahan) 40-60 tahun terjadi penurunan fungsi fisik dan psikologis sehingga pada fase ini mulai muncul gejala-gejala penurunan fungsi tubuh, sedangkan pada usia lanjut 60- meninggal kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun. Dampak psikososial akan penyakit kronis dipandang dari kelompok umur akan selalu bervariasi, hal tersebut diakibatkan adanya penurunan fungsi dan psikologis sehingga mempengaruhi penerimaan individu terhadap suatu penyakit yang dideritanya. Berbagai kondisi psikososial pada penderita penyakit kronis dari berbagai penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pasien Kanker

Kanker menyerang siapa saja dan membahayakan kesehatan seseorang dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa terkontrol dan menyerang jaringan disekitarnya dan menyebabkan kematian. Salah satu penanganan kanker adalah dengan menjalani pengobatan kemoterapi dimana pasien tersebut akan mengalami masalah psikologis sebagai efek dari perjalanan kanker atau efek dari kemoterapi yang dapat memperkecil peluang kesembuhan sehingga memunculkan keinginan penderitanya untuk menghentikan kemoterapi (Bintang, Ibrahim, Emaliyawati, 2012)

Penelitian Oetami, F., Thaha I. L., dan Wahiduddin (2014) pada 25 pasien penderita kanker payudara menjelaskan bahwa pasien kanker


(61)

Universitas Sumatera Utara

payudara mengalami dampak psikologis berupa ketidakberdayaan (68%) dan kecemasan (84%).

b. Pasien Diabetes Mellitus

Perubahan yang besar terjadi pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus. Seseorang yang mengalami diabetes mellitus harus melakukan banyak sekali penyesuaian diri dalam kehidupannya, seperti tidak boleh mengkonsumsi makanan dengan sembarangan, cek gula darah yang rutin, serta treatmen dan pemakaian obat secara rutin (Sholihah, 2009).

Saat seseorang didiagnosis menderita diabetes melitus maka respon emosional yang biasanya muncul yaitu penolakan, kecemasan dan depresi, tidak jauh berbeda dengan penyakit kronis lain. Penderita diabetes melitus memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi, yang berkaitan

dengan treatmen yang harus dijalani dan terjadinya komplikasi serius.

Depresi yang dialami penderita berkaitan dengan treatmen yang harus dijalani seperti diet atau pengaturan makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi obat dan juga olahraga. Selain itu, risiko komplikasi penyakit yang dapat dialami penderita juga menyebabkan terjadinya depresi (Taylor, 1995).

c. Pasien Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit ginjal kronik memiliki dampak yang signifikan pada aspek psikologis. Beberapa penyebab kondisi tersebut adalah akibat efek samping pengobatan, yaitu imobilitas dan kelelahan terkait


(62)

Universitas Sumatera Utara

ketidakmampuan untuk bekerja, disfungsi seksual, takut mati dan ketergantungan pada mesin untuk hidup. Hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis sehingga berujung terjadinya depresi.

Depresi merupakan permasalahan psikiatri terbanyak pada pasien yang menjalani hemodialisis. Gejala depresi terdapat pada 30% pada pasien yang menjalani hemodialisis. Gejala depresi ini berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan penurunan kualitas hidup dari pasien yang menjalani hemodialisis (Amalia, Nadzmir, Azmi, 2015).

d. Pasien Penyakit Jantung

Pada kebanyakan pasien dengan penyakit jantung, depresi merupakan keadaan yang umum terjadi, persisten dan kurang disadari. Gangguan nafsu makan, konsentrasi, tidur, dan energi, depresi yang nyata (dengan mood depresi yang persisten atau anhedonia) merupakan konsekuensi yang tidak normal dari penyakit jantung.

Cemas juga umum terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler akut. Peningkatan level cemas yang dilaporkan sendiri mencapai 20%-50% pada pasien dengan infark miokard akut, dengan seperempatnya mengalami gejala cemas yang sama dengan yang dialami pasien di unit psikiatri (Widiyanti, 2010)


(63)

Universitas Sumatera Utara 2.2 Resiliensi

2.2.1 Definisi Resiliensi

Secara harfiah resiliensi berasal dari kata resile yang berarti bangkit atau bangkit kembali. Definisi mengenai resiliensi kian berkembang dan bervariasi. Pada awalnya, resiliensi dianggap sebagai sifat kepribadian yang bekerja setelah mereka mengalami peristiwa traumatis dalam hidup (Klohnen, 1996 dalam Herrmann et al., 2011).

Salah satu ahli yang melihat resiliensi sebagai sifat adalah Newman (2005), yang menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk beradaptasi saat menghadapi tragedi, trauma, kesulitan, serta stressor dalam hidup yang bersifat signifikan. Resiliensi merupakan konsep yang bersifat multidimensional dimana tidak ada sifat kepribadian atau karakteristik yang disebut sebagai resiliensi. Resiliensi lebih diasosiasikan dengan kemampuan menjaga hubungan dengan orang lain, menjaga pandangan yang optimis terhadap kehidupan, memiliki tujuan, dan mengambil langkah untuk mencapainya hingga mencapai individu yang percaya diri (Luthar & Cichetti, 2000 dalam Newman, 2005).

Henderson & Milstein (2003 dalam Nasution, 2011) juga mendefinisikan resiliensi sebagai suatu kemampuan individu untuk bangkit dari pengalaman negatif, bahkan menjadi lebih kuat selama menjalani proses penanggulangannya. Menurut penilitian Masten (2001 dalam Newman, 2005), tingkah laku yang banyak dikaitkan dengan resiliensi bukanlah tingkah laku yang luar biasa melainkan yang dapat dilakukan oleh semua orang.


(64)

Universitas Sumatera Utara

Bahkan menurutnya, anak-anak yang mengalami kesulitan hidup selama tahap perkembangannya pun masih mampu untuk mengatasi hal tersebut seperti layaknya orang dewasa. Maka pada dasarnya resiliensi dimiliki semua orang bahkan anak-anak.

Kemudian sejalan dengan pandangan diatas, Herrmann et al. (2011), mengatakan bahwa meskipun definisi resiliensi berkembang seiring waktu, namun secara fundamental resiliensi dapat dipahami sebagai adaptasi positif, atau kemampuan untuk menjaga atau mengembalikan kesehatan mental setelah menghadapi hambatan. Menurutnya resiliensi bukanlah suatu hal yang menetap, melainkan suatu hal yang dinamis dan berkembang sepanjang kehidupan manusia, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Wagnild dan Young (1993) sebelumnya juga menemukan bahwa resiliensi merupakan suatu hal yang dinamis, tepat suatu kekuatan dalam diri individu sehingga mampu beradaptasi dalam menghadapi kondisi sulit dan kemalangan yang menimpanya.

Hampir semua manusia mengalami kesulitan dan jatuh dalam perjalanan hidup, namun mereka memiliki ketahanan untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya. Kemampuan untuk bangkit dan terus melanjutkan hidup ini disebut resiliensi. Penelitian Wagnild dan Young (1993) menemukan bahwa resiliensi dapat menjadi faktor protektif dari munculnya depresi, kecemasan, ketakutan, perasaan tidak berdaya, dan berbagai emosi negatif lainnya sehingga memiliki potensi untuk mengurangi efek fisiologis yang mungkin muncul. Selanjutnya, individu yang resilien disebut sebagai individu yang berorientasi


(65)

Universitas Sumatera Utara

pada tujuan dimana hal tersebut akan mendorongnya untuk selalu bangkit dan terus maju ketika menghadapi kesulitan. Ia juga mengetahui kekuatan yang dimiliki dirinya, serta bahwa ia dapat bergantung pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, meskipun harus menyelesaikannya sendiri. Untuk itu, Wagnild dan Young menekankan bahwa semua individu sangat membutuhkan kemampuan yang dapat dikembangkan melalui lima

komponen resiliensi yaitu kebermaknaan, ketenangan hati, ketekunan,

kemandirian dan eksistensi kesendirian.

Definisi yang dikemukakan oleh Wagnild dan Young (1993) seperti yang dipaparkan diatas tidak hanya melihat resiliensi sebagai suatu hal yang dinamis dan dapat dikembangkan sepanjang kehidupan manusia, melainkan juga memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai lima komponen yang mendasari resiliensi itu sendiri.

2.2.2 Bangunan resiliensi

Menurut Nasution (2011) resiliensi memiliki konstruk yang bi-dimensional, yaitu:

a. Mengalami kesengsaraan berkepanjangan, seseorang telah mencapai

resiliensi apabila ia pernah mengalami suatu kejadian yang menyebabkan penderitaan hidup yang berkepanjangan.

b. Perwujudan dari keberhasilan beradaptasi bila berhadapan dengan

resiko seseorang dapat dikatakan telah mencapai resiliensi apabila ia telah berhasil bangkit dari penderitaan hidup yang ia alami.


(66)

Universitas Sumatera Utara

Dimensi tersebut menjelaskan bahwa penjelasan tentang resiliensi selalu melibatkan adanya kesulitan sebagai faktor resiko dan adanya adaptasi positif sebagai reaksi dalam menghadapi resiko.

2.2.3 Komponen Resiliensi

Adapun komponen resiliensi menurut Wagnild dan Young (1993) adalah sebagai berikut :

a. Kebermaknaan (Meaningfulness)

Kebermaknaan merupakan suatu kesadaran hidup memiliki tujuan,

dimana diperlukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Komponen ini adalah yang menjadi dasar dari keempat komponen lainnya sekaligus menjadikan komponen-komponen terpenting dari resiliensi itu sendiri. Hal ini dikarenakan tanpa tujuan akan menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Menurutnya, akan sangat sulit untuk menjalani hidup tanpa tujuan yang baik, karena tujuan tersebut yang akan membantu setiap individu yang mengalami kesulitan ataupun mendorong untuk maju.

b. Ketenangan hati (Equanimity)

Ketenangan hati merupakan suatu perspektif mengenai keseimbangan dan harmoni yang dimiliki individu yang berkaitan tentang hidup berdasarkan pengalaman yang terjadi masa hidupnya. Para individu yang resilien telah memahami bahwa hidup bukanlah sebatas hal yang baik dan buruk. Mereka mampu untuk memperluas perspektifnya sehingga dapat lebih fokus pada aspek positif daripada negatif dari setiap kejadian dalam hidupnya. Selain itu mereka pun telah belajar untuk tidak menunjukkan


(67)

Universitas Sumatera Utara

respon yang ekstreem dan sikap tenang. Hal tersebut menjadikan individu yang resilien sebagai individu yang optimis, karena bahkan pada situasi yang sulit mereka mampu melihat kesempatan untuk tidak menyerah dan menemukan jalan keluar. Baik pengalaman diri sendiri maupun orang lain pun dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran bagi mereka. Dalam komponen ini juga termasuk adanya humor pada individu yang resilien. Mereka mampu menertawai diri sendiri maupun lingkungannya ketika berada pada situasi yang relevan.

c. Ketekunan (Perseverance)

Ketekunan yaitu suatu tindakan untuk bertahan meskipun harus menghadapi tantangan dan kesulitan. Selain itu, memiliki komponen ketekunan juga berarti bahwa seseorang bersedia untuk berjuang untuk menyusun kembali hidupnya dan disiplin terhadap dirinya sendiri. Secara umum, resiliensi melibatkan komponen ketekunan karena pada dasarnya konsep ini merupakan sebuah kemampuan untuk bangkit ketika seseorang telah jatuh. Dalam mencapai tujuan hidup, sering kali kita bertemu dengan hambatan, kesulitan bahkan kegagalan. Kondisi ini sangat mendorong seseorang untuk menyerah. Namun demikian, individu yang resilien akan terus bertahan untuk terus berjuang sampai akhir. Salah satu cara untuk membangun ketahanan ini adalah dengan menekuni rutinitas yang positif dan membuat tujuan realistis dalam hidup.


(1)

6. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

7. Kedua orangtua yang telah memberikan semangat dan motivasi Yahya Siregar dan Dra. Rosnida Nasution beserta saudara-saudari yaitu Kak Desi, Bg. Bana, Bg. Dodi, Kak Yusra atas segala dukungan baik secara moral ataupun materil. 8. Direksi dan staf RSUP Haji Adam Malik Medan atas izin bantuan selama

penelitian

9. Sahabat–sahabat penulis yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan, kepada peneliti sehingga membuat kampus seperti rumah kedua karena penuh dengan keluarga

Terakhir penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga Allah SWT melimpahkan berkahnya demi membalas semua kebaikan mereka. Penulis sangat mengharapkan saran, kritik, maupun masukan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

Medan, 20 Juni 2016


(2)

Universitas Sumatera Utara Daftar Isi

halaman

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

Bab 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penyakit Kronis ... 9

2.1.1 Definisi Penyakit Kronis ... 9

2.1.2 Karakteristik Penyakit Kronis ... 9

2.1.3 Tipe-tipe Penyakit Kronis ... 9

2.1.4 Fase-fase Penyakit Kronis ... 10

2.1.5 Dampak Psikososial Penderita Penyakit Kronis ... 11

2.2 Resiliensi ... 15

2.2.1 Definisi Resiliensi ... 14

2.2.2 Bangunan Resiliensi... 17

2.2.3 Komponen Resiliensi ... 18

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi ... 21

2.2.5 Manfaat Resiliensi ... 22

2.2.6 Tujuh faktor Resiliensi ... 24

2.2.7 Sumber pembentukan Resiliensi ... 31

2.2.8 Pengukuran Resiliensi ... 33

Bab 3. KERANGKA PENELITIAN ... 36

3.1 Kerangka penelitian ... 36

3.2 Definisi operasional ... 37

Bab 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

4.1 Desain penelitian ... 38

4.2 Populasi dan Sampel ... 38

4.2.1 Populasi ... 38

4.2.2 Sampel... 38

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 39

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 39

4.5 Instrumen Penelitian ... 40


(3)

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ... 40

4.5.2 Resilience Scale (RS) ... 41

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

4.6.1 Uji Validitas ... 41

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 41

4.7 Pengumpulan Data ... 42

4.8 Analisa Data ... 43

Bab 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Hasil Penelitian ... 44

5.1.1Karakteristik demografi responden ... 44

5.1.2 Hasil resiliensi responden ... 46

5.1.3 Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis kelamin ... 46

5.1.4 Hasil resiliensi responden berdasarkan jenis usia ... 47

5.1.5 Hasil resiliensi responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 47

5.1.6 Hasil resiliensi responden berdasarkan pekerjaan ... 48

5.1.7 Hasil resiliensi responden berdasarkan status ... 49

5.1.8 Hasil resiliensi responden berdasarkan penyakit yang diderita ... 50

5.1.9 Hasil resiliensi responden berdasarkan lama terdiagnosa ... 51

5.2 Pembahasan ... 52

Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 59

Daftar Pustaka ... 61 Lampiran-lampiran

Lampiran 1. Jadwal tentatif penelitian Lampiran 2. Penjelasan tentang penelitian Lampiran 3. Inform consent

Lampiran 4. Instrumen penelitian Lampiran 5. Etical clearance

Lampiran 6. Lembar persetujuan validitas

Lampiran 7. Hasil resiliensi responden per item pernyataan Lampiran 8. Surat uji Reliabilitas

Lampiran 9. Surat selesai uji Reliabilitas Lampiran 10. Surat pengambilan data Lampiran 11. Output SPSS

Lampiran 12. Master Data

Lampiran 13. Anggaran dana penelitian Lampiran 14. Riwayat hidup

Lampiran 15. Bukti bimbingan


(4)

Universitas Sumatera Utara Daftar Tabel

halaman Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 37 Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden ... 45 Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan presentase resiliensi pasien yang

mengalami penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik Medan ... 46 Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan

jenis kelamin ... 47 Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi resiliensi responden berdasarkan

usia ... 47 Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan

pendidikan terakhir ... 48 Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi resiliensi responden berdasarkan

Pekerjaan ... 49 Tabel 5.1.7. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan status ... 49 Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan jenis penyakit

yang diderita ... 50 Tabel 5.1.9. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan

lama terdiagnosa ... 51


(5)

Tabel a. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan jenis kelamin... 46 Tabel b. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan usia ... 47 Tabel c. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan

pendidikan terakhir ... 48 Tabel d. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan pekerjaan ... 49 Tabel e. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan status ... 49 Tabel f. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan jenis penyakit

yang diderita ... 50 Tabel g. Distribusi frekuensi resiliensi berdasarkan lama terdiagnosa ... 51


(6)

Universitas Sumatera Utara Daftar Skema

halaman Skema 1 Kerangka penelitian resiliensi pasien yang mengalami

penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik ... 36