Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

PEMANFAATAN ECENG GONDOK FERMENTASI TERHADAP KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA
LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
LUSIYANA WANTI SIHITE 090306041
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN ECENG GONDOK FERMENTASI TERHADAP KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA
LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
SKRIPSI Oleh:
LUSIYANA WANTI SIHITE 090306041
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN ECENG GONDOK FERMENTASI TERHADAP KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA
LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
SKRIPSI Oleh:
LUSIYANA WANTI SIHITE 090306041/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Program Studi

: Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih
: Lusiyana Wanti Sihite : 090306041 : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Ketua

Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal ACC:


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
LUSIYANA WANTI SIHITE, 2014: “Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi Terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NEVY DIANA HANAFI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian eceng gondok fermentasi dengan Mikroorganisme lokal (Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp) dan Trichoderma harzianum terhadap bobot karkas dan bobot non karkas domba lokal jantan lepas sapih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan Nopember 2013 menggunakan 20 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan rataan bobot badan 7,87±2,18 kg. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0: konsentrat + 100% rumput, P1: konsentrat + 40% rumput + 60% eceng gondok fermentasi MOL, P2: konsentrat + 40% rumput + 60% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum, P3: konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi MOL, P4: konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum. Parameter yang diteliti adalah bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak, bobot non karkas dan persentase non karkas.
Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot karkas (kg) P0: 3,06, P1: 2,93, P2: 3,12, P3: 3,12 dan P4: 2,76. Rataan persentase karkas (%) P0: 32,56, P1: 31,22, P2: 31,37, P3: 31,16 dan P4: 29,64. Rataan persentase lemak subkutan (%) P0: 3,25, P1: 2,75, P2: 2,80, P3: 3,10 dan P4: 3,08. Rataan persentase lemak pelvis (%) P0: 0,18, P1: 0,19, P2: 0,0,19, P3: 0,20 dan P4: 0,24. Rataan persentase lemak ginjal (%) P0: 0,58, P1: 0,76, P2: 0,62, P3: 0,61 dan P4:0,68. Rataan bobot non karkas (kg) P0: 4,65, P1: 4,31, P2: 4,60, P3: 4,38 dan P4: 3,82. Rataan persentase non karkas (%) P0: 49,71 P1: 45,92, P2: 46,92, P3: 44,49 dan P4: 45,58. Hasil analisis statistik menunjukkan pemanfaatan eceng gondok fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak subkutan, persentase lemak pelvis, persentase lemak ginjal, bobot non karkas dan persentase non karkas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan eceng gondok fermentasi tidak berpengaruh untuk menaikkan bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak subkutan, persentase lemak pelvis, persentase lemak ginjal, bobot non karkas dan persentase non karkas
Kata kunci: Karkas, Lemak, Non Karkas, Eceng Gondok Fermentasi, Domba lokal jantan.
 
 
 
 
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

LUSIYANA WANTI SIHITE, 2014: The utilization of Water Hyacinth

Fermentation of Carcass and Non Carcass Local ram sheep weaning. Under


supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and NEVY DIANA HANAFI.

.

The research aimed to examine the effect of water hyacinth fermentation

with local microorganisms (Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp)

and Trichoderma harzianum against non carcass weight and carcass weight of

local ram sheep weaning . The experiment was conducted at the Animal Biology

Laboratory Animal Husbandry Program Agricultural Faculty, North Sumatra

University in August to November 2013 using 20 local ram sheep weaning with an

average initial body weight of 7,87± 2,18 kg. The parameters studied were

carcass weight, carcass percentage, fat percentage, non carcass weight and non


carcass percentage. The design used in the study was a completely randomized

design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment consists of P0:

concentrate + 100 % grass, P1: concentrate + 40% grass + 60% water hyacinth

fermentation MOL, P2: concentrate + 40% grass + 60% water hyacinth

fermentation of Trichoderma harzianum, P3: concentrate + 100% water hyacinth

fermentation MOL, P4: concentrate + 100% water hyacinth fermentation of

Trichoderma harzianum.

The results showed the average carcass weight (kg) P0: 3.06, P1:2.93,

P2: 3.12, P3: 3.12 and P4: 2,76 respectively. Average percentage of carcass (%)

P0: 32.56, P1: 31.22, P2: 31.37, P3: 31.16 and P4: 29,64 respectively. Average


subcutaneous fat percentage (%) P0:3.25, P1: 2.75, P2: 2.80, P3: 3.10 and

P4: 3,08 respectively. Average pelvic fat percentage (%) P0: 0.18, P1: 0.19,

P2: 0.19, P3: 0.20 and P4: 0,24 respectively . Average percentage of kidney fat

(%) P0: 0.58, P1: 0.76, P2: 0.62 , P3: 0.61 and P4 : 0,68 respectively. Average non

carcass weight (kg) P0: 4.65, P1: 4.31, P2: 4.60, P3: 4.38 and P4: 3,82

respectively. Average non carcass percentage (%) P0: 49.71, P1: 45.92, P2: 46.92,

P3: 44.49 and P4: 45,58 respectively. Statistical analysis showed utilization of

water hyacinth fermentation with local microorganisms and Trichoderma

harzianum no significant effect on carcass weight, carcass percentage,

subcutaneous fat percentage, pelvic fat percentage, kidney fat percentage, non


carcass weight and non carcass percentage . The conclusion of this study is the

utilization of water hyacinth fermentation had no significant effect to increase

carcass weight, carcass percentage, subcutaneous fat percentage, pelvic fat

percentage, carcass weight and non carcass percentage. .

Keywords: Carcass, Fat, Non Carcass, Fermented Water Hyacinth, A Local Ram Sheep.
 
 
 
 

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandumaan pada tanggal 30 Maret 1992 dari Ayah Sirjhon Sihite dan Ibu Nurtiara br Pandiangan. Penulis merupakan Puteri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Doloksanggul dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) menjabat sebagai anggota bidang INFOKOM periode 2011-2012, anggota Ikatan Mahasiswa Humbang Hasundutan USU (IMHU), anggota Persatuan Muda Mudi Pandumaan (PERSMADUMA) menjabat sebagai BPH periode 2011-2013 dan penulis pernah menjadi asisten praktikum Perencanaan dan Evaluasi Proyek Peternakan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Sipiso-piso Desa Situnggaling, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo bulan Juli sampai Agustus 2012.
           
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua penulis yang telah mendidik dan memberi dukungan baik berupa moril maupun material penulis selama ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc dan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si selaku komisi pembimbing dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS dan Bapak Ir. R. Edhy Mirwandhono, M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis, serta tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian dan juga kepada Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Peternakan.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK .......................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR TABEL............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4 Hipotesis Penelitian............................................................................................. 4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal....................................................................................................... 5 Asal Usul Domba Lokal...................................................................................... 5 Pertumbuhan Domba Lokal. ............................................................................... 6 Sistem pencernaan Domba.................................................................................. 6 Potensi dan Produktivitas Domba ...... ................................................................ 7 Pakan Domba ...... ............................................................................................... 8 Hijauan ................................................................................................................ 9 Konsentrat.................................................................... ....................................... 10 Bahan Penyusun Konsentrat.................................................................... ........... 11
Bungil Inti Sawit........................................................................ ............. 11 Dedak......................................................... ............................................. 11 Bungkil Kedelai....................................................................................... 12 Bungkil Kelapa........................................................................................ 13 Urea ......................................................................................................... 14 Molases .................................................................................................. 14 Mineral .................................................................................................... 15 Garam.................................................................................................................. 16 Fermentasi ........................................................................................................... 16 Mikroorganisme Lokal........................................................................................ 17 Rhizopus sp.............................................................................................. 18 Saccharomyces sp ................................................................................... 19 Lactobacillus sp....................................................................................... 20 Trichoderma harzianum...................................................................................... 21 Eceng Gondok..................................................................................................... 22 Karkas ................................................................................................................. 24 Lemak.................................................................................................................. 26
Universitas Sumatera Utara

Non Karkas ......................................................................................................... 27 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 29 Bahan dan Alat Penelitian .................................................................................. 29
Bahan ..................................................................................................... 29 Alat ......................................................................................................... 29 Metode Penelitian ............................................................................................... 30 Parameter Penelitian..... ..................................................................................... 31 Bobot Karkas........................................................................................... 31 Persentase Karkas.................................................................................... 31 Persentase Lemak .................................................................................... 31 Bobot Non Karkas................................................................................... 32 Persentase Non Karkas............................................................................ 32 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 32 Pembuatan Kandang................................................................................ 32 Persiapan Domba..................................................................................... 32 Pengacakan Domba ................................................................................. 32 Pemberian Makan dan Minuman ............................................................ 33 Pemberian Obat-obatan ........................................................................... 33 Penimbangan Ternak Domba .................................................................. 33 Pemotongan Ternak Domba.................................................................... 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Karkas........................................................................................... 35 Persentase Karkas.................................................................................... 36 Persentase Lemak Subkutan.................................................................... 38 Persentase Lemak Pelvis ......................................................................... 39 Persentase Lemak Ginjal ......................................................................... 41 Bobot Non Karkas................................................................................... 42 Persentase Non Karkas............................................................................ 44 Rekapitulasi Hasil Penelitian .................................................................. 46 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.............................................................................................. 47 Saran........................................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 48 LAMPIRAN........................................................................................................ 53
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

  No........................................................................................................................ Hal. 1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan........................................ 9 2. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (%) ....................................................... 11 3. Kandungan nutrisi dedak (%) ......................................................................... 12 4. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (%) .......................................................... 13 5. Kandungan nutrisi bungkil kelapa (%) ........................................................... 14 6. Kandungan nilai gizi molases (%) ................................................................. 15 7. Kandungan nilai beberapa mineral (%)........................................................... 16 8. Komposisi zat-zat nutrisi eceng gondok dalam bahan kering (%).................. 24 9. Rataan bobot karkas (kg) ................................................................................ 35 10. Analisis ragam bobot karkas ......................................................................... 35 11. Rataan persentase karkas (%)........................................................................ 37 12. Analisis ragam persentase karkas ................................................................. 37 13. Rataan persentase lemak subkutan (%)......................................................... 38 14. Analisis ragam persentase lemak subkutan................................................... 39 15. Rataan persentase lemak pelvis (%).............................................................. 39 16. Analisis ragam persentase lemak pelvis........................................................ 40 17. Rataan persentase lemak ginjal (%) .............................................................. 41 18. Analisis ragam persentase lemak ginjal ........................................................ 41 19. Rataan bobot non karkas (kg) ....................................................................... 43 20. Analisis ragam bobot non karkas .................................................................. 43 21. Rataan persentase non karkas (%)................................................................. 44 22. Analisis ragam persentase non karkas .......................................................... 45
Universitas Sumatera Utara

23. Rekapitulasi hasil penelitian ......................................................................... 47
         
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
  No........................................................................................................................ Hal. 1. Komposisi bahan pakan ..................................................................................... 53 2. Formula konsentrat ............................................................................................ 54 3. Pembuatan mikroorganisme lokal...................................................................... 55 4. Pembuatan eceng gondok fermentasi dengan mikroorganisme lokal secara anaerob ................................................................................................................ 56 5. Pembuatan eceng gondok fermentasi eceng gondok dengan Trichoderma harzianum............................................................................................................ 57
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
LUSIYANA WANTI SIHITE, 2014: “Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi Terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NEVY DIANA HANAFI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian eceng gondok fermentasi dengan Mikroorganisme lokal (Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp) dan Trichoderma harzianum terhadap bobot karkas dan bobot non karkas domba lokal jantan lepas sapih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan Nopember 2013 menggunakan 20 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan rataan bobot badan 7,87±2,18 kg. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0: konsentrat + 100% rumput, P1: konsentrat + 40% rumput + 60% eceng gondok fermentasi MOL, P2: konsentrat + 40% rumput + 60% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum, P3: konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi MOL, P4: konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum. Parameter yang diteliti adalah bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak, bobot non karkas dan persentase non karkas.
Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot karkas (kg) P0: 3,06, P1: 2,93, P2: 3,12, P3: 3,12 dan P4: 2,76. Rataan persentase karkas (%) P0: 32,56, P1: 31,22, P2: 31,37, P3: 31,16 dan P4: 29,64. Rataan persentase lemak subkutan (%) P0: 3,25, P1: 2,75, P2: 2,80, P3: 3,10 dan P4: 3,08. Rataan persentase lemak pelvis (%) P0: 0,18, P1: 0,19, P2: 0,0,19, P3: 0,20 dan P4: 0,24. Rataan persentase lemak ginjal (%) P0: 0,58, P1: 0,76, P2: 0,62, P3: 0,61 dan P4:0,68. Rataan bobot non karkas (kg) P0: 4,65, P1: 4,31, P2: 4,60, P3: 4,38 dan P4: 3,82. Rataan persentase non karkas (%) P0: 49,71 P1: 45,92, P2: 46,92, P3: 44,49 dan P4: 45,58. Hasil analisis statistik menunjukkan pemanfaatan eceng gondok fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak subkutan, persentase lemak pelvis, persentase lemak ginjal, bobot non karkas dan persentase non karkas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan eceng gondok fermentasi tidak berpengaruh untuk menaikkan bobot karkas, persentase karkas, persentase lemak subkutan, persentase lemak pelvis, persentase lemak ginjal, bobot non karkas dan persentase non karkas
Kata kunci: Karkas, Lemak, Non Karkas, Eceng Gondok Fermentasi, Domba lokal jantan.
 
 
 
 

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

LUSIYANA WANTI SIHITE, 2014: The utilization of Water Hyacinth

Fermentation of Carcass and Non Carcass Local ram sheep weaning. Under

supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and NEVY DIANA HANAFI.

.

The research aimed to examine the effect of water hyacinth fermentation

with local microorganisms (Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp)

and Trichoderma harzianum against non carcass weight and carcass weight of

local ram sheep weaning . The experiment was conducted at the Animal Biology


Laboratory Animal Husbandry Program Agricultural Faculty, North Sumatra

University in August to November 2013 using 20 local ram sheep weaning with an

average initial body weight of 7,87± 2,18 kg. The parameters studied were

carcass weight, carcass percentage, fat percentage, non carcass weight and non

carcass percentage. The design used in the study was a completely randomized

design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment consists of P0:

concentrate + 100 % grass, P1: concentrate + 40% grass + 60% water hyacinth

fermentation MOL, P2: concentrate + 40% grass + 60% water hyacinth

fermentation of Trichoderma harzianum, P3: concentrate + 100% water hyacinth

fermentation MOL, P4: concentrate + 100% water hyacinth fermentation of


Trichoderma harzianum.

The results showed the average carcass weight (kg) P0: 3.06, P1:2.93,

P2: 3.12, P3: 3.12 and P4: 2,76 respectively. Average percentage of carcass (%)

P0: 32.56, P1: 31.22, P2: 31.37, P3: 31.16 and P4: 29,64 respectively. Average

subcutaneous fat percentage (%) P0:3.25, P1: 2.75, P2: 2.80, P3: 3.10 and

P4: 3,08 respectively. Average pelvic fat percentage (%) P0: 0.18, P1: 0.19,

P2: 0.19, P3: 0.20 and P4: 0,24 respectively . Average percentage of kidney fat

(%) P0: 0.58, P1: 0.76, P2: 0.62 , P3: 0.61 and P4 : 0,68 respectively. Average non

carcass weight (kg) P0: 4.65, P1: 4.31, P2: 4.60, P3: 4.38 and P4: 3,82

respectively. Average non carcass percentage (%) P0: 49.71, P1: 45.92, P2: 46.92,

P3: 44.49 and P4: 45,58 respectively. Statistical analysis showed utilization of

water hyacinth fermentation with local microorganisms and Trichoderma

harzianum no significant effect on carcass weight, carcass percentage,

subcutaneous fat percentage, pelvic fat percentage, kidney fat percentage, non

carcass weight and non carcass percentage . The conclusion of this study is the

utilization of water hyacinth fermentation had no significant effect to increase

carcass weight, carcass percentage, subcutaneous fat percentage, pelvic fat

percentage, carcass weight and non carcass percentage. .

Keywords: Carcass, Fat, Non Carcass, Fermented Water Hyacinth, A Local Ram Sheep.
 
 
 
 

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkembangan usaha domba potong di tanah air saat ini masih dikelola
dengan cara tradisional. Peternakan domba memiliki potensi yang besar seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan kebutuhan protein hewani untuk peningkatan gizi. Daging domba merupakan salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam pemenuhan gizi berupa protein hewani, namun penyediaan daging domba belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan perkembangan populasi domba tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan akan domba dan perkembangan populasi penduduk.
Dalam usaha peningkatan produksi domba, saat ini telah diupayakan dalam manajemen pemeliharaan yang intensif. Diantaranya adalah dengan penggunaan hijauan yang berkualitas baik yang terdiri dari rumput dan legum serta penggunaan pakan tambahan (konsentrat) yang memiliki nilai gizi yang tinggi sehingga bisa mencukupi kebutuhan ternak akan zat nutrisi. Saat ini, pakan tambahan yang biasa dipakai peternak dirasa cukup mahal, sedangkan hijauan yang tersedia saat ini hanya memiliki kandungan protein yang rendah dan tingginya kadar serat kasar yang merupakan masalah utama.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dicari sumber pakan alternatif untuk mengganti pakan utama sebagai pelengkap tambahan yang mempunyai potensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Eceng gondok merupakan salah satu limbah pertanian di Indonesia. Produksi per hektar danau bisa mencapai 125 ton per 6 bulan dalam ukuran
Universitas Sumatera Utara

basah. Sejauh ini, pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan ternak baru belum terlalu banyak digunakan tetapi masih lebih banyak digunakan untuk kompos dan penghasil biogas. Eceng gondok merupakan salah satu pakan alternatif yang dapat dipakai untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak.
Eceng gondok merupakan limbah pertanian yang bernutrisi baik serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun bahan pakan tersebut berkualitas rendah karena rendahnya kandungan nutrisi dan kurang dapat dicerna. Eceng gondok tidak banyak dimakan ternak, biasanya ditumpuk dan dibiarkan mengering. Kalaupun diberikan pada ternak hanya sedikit yang dimakan karena tingkat palatabilitas eceng gondok yang rendah.
Kendala utama dari pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan protein kasar serta kecernaan yang rendah. Eceng gondok sendiri untuk pakan ternak sebetulnya kualitasnya sangat rendah, sehingga harus di olah terlebih dahulu agar kualitasnya meningkat. Kadar nutrisi daun eceng gondok dalam bentuk bahan kering (BK) yaitu memiliki kadar protein kasar 6,31%, serat kasar 26,61%, lemak kasar 2,83%, abu 16,12%, dan memiliki kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,18% (Mangisah et al., 2009). Eceng gondok segar mempunyai kandungan air sebesar 94,09%, dan dalam 100% bahan kering mempunyai kadar protein 11,95% dan serat kasar 37,1% (Sumarsih et al., 2007)
Penggunaan eceng gondok secara langsung atau sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Dengan pengolahan, daya cerna eceng gondok dapat ditingkatkan hingga 60% dan kandungan protein dapat mencapai 6 - 9% .
Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan eceng gondok dipergunakan sebagai pakan untuk ternak ruminansia dengan mengolah eceng gondok tersebut dengan pengolahan yaitu fermentasi menjadi pakan yang lebih bermutu sehingga di dalam pengolahannya dapat bermanfaat untuk meningkatkan bobot badan dan memenuhi kebutuhan gizi ternak ruminansia. Metode fermentasi yang digunakan dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). Mikroorganisme yang dimaksud adalah Rhizopus sp. (ragi tempe), Saccharomyces sp. (ragi tape) dan Lactobacillus sp. (yoghurt). Teknologi ini sederhana karena praktis, selain itu pengolahannya dapat dilakukan dirumah. Hal ini dapat dipahami karena pemakaian mikroorganisme tersebut dengan cara sederhana. Dalam metode ini digunakan mikroorganisme yang baik dan mudah didapat. Sehingga, hasil fermentasi sesuai dengan harapan mampu memperbaiki kandungan nutrisi eceng gondok.
Selain fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme lokal, Trichoderma harzianum juga sering digunakan menjadi bahan fermentator. Trichoderma harzianum banyak dijumpai pada tanaman baik yang sudah lapuk maupun yang masih hidup. Fungi jenis ini mempunyai potensi untuk mengolah selulosa tanaman yang lebih besar. Selulosa dari tanaman dapat berperan sebagai bahan penghasil bioetanol alami dari alam yaitu dari kulit kayu. Jenis fungi ini sudah banyak tersedia secara komersil dan apabila ingin menggunakan dalam jumlah yang banyak tersedia di pasaran secara komersil tetapi jika ingin menggunakan untuk kebutuhan sendiri dapat dilakukan pembiakkan sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) yang difermentasi
Universitas Sumatera Utara

dengan mikroorganisme lokal dan Trichoderma harzianum terhadap bobot karkas dan non karkas ternak domba lokal jantan lepas sapih. Tujuan Penelitian
Melihat pengaruh pemberian eceng gondok fermentasi dengan mikroorganisme lokal dan Trichoderma harzianum terhadap karkas dan non karkas domba lokal jantan lepas sapih. Hipotesis Penelitian
Pemberian eceng gondok yang difermentasi dengan mikroorganisme lokal dan Trichoderma harzianum dalam pakan berpengaruh positif terhadap karkas dan non karkas domba lokal jantan lepas sapih. Kegunaan Penelitian
Bahan informasi bagi masyarakat peternak domba pada khususnya, instansi pemerintah serta kalangan akademik (mahasiswa, dosen dan para peneliti) mengenai penggunaan limbah pertanian yaitu eceng gondok yang difermentasi sebagai pakan ternak domba terhadap produksi ternak domba dan juga merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan ujian di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Domba Lokal Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau
lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial, karena karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang mempunyai mutu baik. Jenis domba ini banyak juga diusahakan oleh masyarakat dipedesaan sebagai sampingan saja. Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung Indonesia adalah ukuran badan kecil, pertumbuhannya lambat, bobot badan domba jantan 30 kg-40 kg dan domba betina 15 kg-20 kg, warna bulu dan tanda– tandanya sangat beragam, bulunya kasar dan agak panjang, telinganya kecil dan pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk dan ekornya kecil dan pendek (Cahyono, 1998).
Domba lokal atau domba kampung merupakan domba asli Indonesia. Domba ini memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam, dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit (Murtidjo, 1993).
Asal Usul Domba lokal Domba sudah sejak lama diternakkan oleh manusia. Semua jenis domba
memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut yaitu: Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mamalia, Ordo: Artiodactyla, Sub-family: Caprinae, Genus: Ovis aries, Spesies: Ovis mouffon, Ovis orientalis dan Ovis vignei (Blakely dan Bade, 1998).
Universitas Sumatera Utara

Domba yang sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu: 1) Mouflon (Ovis musimon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia kecil. 2) Argali (Ovis ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 m. 3) Urial (Ovis vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia (Murtidjo, 1993).
Pertumbuhan Domba Lokal Seperti pada umumnya, domba mengalami proses pertumbuhan yang
sama, yakni pada awalnya berlangsung lambat, kemudian semakin lama meningkat lebih cepat sampai domba itu berumur 3–4 bulan. Namun, pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lebih lambat pada saat domba itu mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan Sugeng, 2003).
Menurut Soeparno (1994) pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Sementara itu menurut Sugeng (1991) pertumbuhan adalah berkenaan dengan peningkatan bobot hidup sampai mencapai bobot tertentu sesuai dengan kemasakan tubuh.
Sistem Pencernaan Domba Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
kimiawi. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
Universitas Sumatera Utara

sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al., 1991).
Proses pencernaan ternak ruminansia di mulai di ruang mulut. Di dalam ruang mulut, pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva. Dari mulut, pakan masuk ke rumen melalui oesophagus (Siregar, 1994).
Potensi dan Produktivitas Domba Potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan ternak besar lain, yakni: badan domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi, domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan atau tanha yang luas, investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif lebih kecil sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi yang dapat tercapai, modal usaha nutuk ternak domba lebih cepat berputarnya dan domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaannya (Murtidjo, 1992).
Dewasa ini, produktivitas domba lokal masih rendah. Peningkatan produktivitas domba diperlukan dukungan ketersediaan pakan kontinyu dan berkualitas. Hal ini dibuktikan pertambahan bobot badan domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g/ekor/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan pertambahan bobot badan domba lokal mampu mencapai 57-132 g/ekor/hari (Prawoto et al., 2001). Purbowati (2005) menyatakan bahwa domba yang diberi complete feed (17,35% protein kasar) dalam bentuk pelet 5,6%
Universitas Sumatera Utara

bobot badan menghasilkan PBB harian 164 g/ekor/hari. Santi (2011) juga menyatakan bahwa domba laktasi yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari memiliki pertambahan bobot badan harian anak domba prasapih sekitar 145,045 g/ekor/hari.
Pakan Domba Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi
ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).
Hijauan merupakan pakan berserat sebagai sumber energi. Hijauan umumnya merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar yang relatif tinggi. Ruminansia mampu mencerna hijauan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Adanya mikroorganisme di dalam rumen menyebabkan semakin tinggi populasi mikroorganisme sehingga kemampuan untuk mencerna selulosa tinggi (Siregar, 1994).
Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh, kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki jaringan, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan, penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati, 2007). Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan

Energi

Bobot PBB

DE

ME

badan (Kg/hari) (MKal) (MKal)

(Kg)

10

0,50 1,49 1,22 1,00 1,98 1,62

14

0,50 1,81 1,49 1,00 2,30 1,89

18

0,50 2,14 1,75 1,00 2,62 2,15

20

0,50 2,30 1,88 1,00 2,78 2,28

Ket: PBB (Pertambahan bobot badan)

DE (Digestible energy/ energi tercerna)

ME (Metabolisible energy)

TP (Total protein)

DP (Digestible protein/ protein tercerna)

Sumber: (Haryanto dan Andi, 1993).

Protein TP (Kg)
73,70 102,70 86,90 116,90 93,60 122,60 106,80 135,80

DP (kg)
35,20 54,00 52,00 70,70 68,70 70,70 87,40 95,80

Bahan Kering Total
0,51 0,68 0,62 0,79 0,68 0,84 0,78 0,98

Disamping mempengaruhi produktivitas ternak, pakan juga merupakan

komponen terbesar dalam biaya produksi dapat mencapai 60-80% dari

keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, dalam memproduksi pakan tidak

hanya perlu memperhatikan kualitasnya saja, tetapi harga pakan juga harus

ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak (Siregar, 1994).

Hijauan Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari
tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar, sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari berat badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5–2% dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan atau sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Piliang, 2000). Konsentrat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplit yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai pakan penguat. Mudah dicerna karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada setiap jenis hewan tidaklah sama (Novirma, 1991).
Untuk ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam ransumnya akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15% BK ransum. Oleh karena itu banyaknya pemberian konsentrat dalam formula ransum harus terbatas agar ternak tidak terlalu gemuk. Pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).
Universitas Sumatera Utara

Bahan Penyusun Konsentrat

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari pada

solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari/ pabrik. Bahan pakan ini sangat

cocok terutama untuk pakan konsentrat ternak, namun penggunaannya sebagai

pakan tunggal dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, oleh

karenanya perlu diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya

(Mathius, 2003).

Pemberian bungkil inti sawit yang optimal adalah 1,5% dari bobot badan

untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak domba.

Pertambahan bobot badan harian akan semakin besar jika semakin besar

persentase bungkil inti sawit yang diberikan dalam ransum (Silitonga, 1993).

Kandungan nutrisi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (%)

Nutrisi

Kandungan

Bahan kering (%)

92,68

Protein kasar (%)

15,4

Lemak kasar (%)

2,4

Serat kasar (%)

16,9

TDN (%)

72

Energi (Kal/kg)

2810

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. Departemen Peternakan FP USU 2005

Dedak

Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras

yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan

bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya

kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat asal-usul dedak yang merupakan limbah

Universitas Sumatera Utara

proses pengolahan gabah menjadi beras, wajar jika serat kasar yang dikandung

dedak ini tinggi (Rasyaf, 1992).

Dedak pada musim panen melimpah, sebaiknya pada musim kemarau

berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini

disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau

ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak

(Balitnak, 2010).

Dedak mempunyai harga absolut yang relatif rendah tetapi kandungan

gizinya tidak mengecewakan. Dedak cukup mengandung energi dan protein, juga

kaya akan vitamin (Rasyaf, 1990). Hal tersebutlah yang menyebabkan dedak

dapat digunakan sebagai campuran formula ransum atau sebagai makanan

tambahan (Rasyaf, 1992). Kandungan nutrisi dedak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrisi dedak (%)

Nutrisi

1

Bahan kering (%)

91,6

Protein kasar (%)

13,5

Serat kasar (%)

13,0

Lemak kasar (%)

0,6

Kalsium (%)

0,1

Sumber: 1. Rasyaf (1990)

2. Rasyaf (1992)

3. Kartadisastra (1994)

Bungkil Kedelai

Kandungan 2 -
13,0 12,0 13,0
-

3 11,10 11,95 11,95 -

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil

kedelai merupakan sumber protein paling yang amat bagus sebab keseimbangan

asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil

kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan

dan penggilingan (Boniran, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%

(Hutagalung dan Chang, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (%)
Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Sumber: Hartadi et al (1990).
Bungkil Kelapa

Kandungan nutrisi 43,8 4,4 1,5 0,32 0,65 2240

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan

minyak kelapa. Bahan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk

meningkatkan karkas (Parakkasi,1995).

Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta

mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah.

Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%.

Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P

meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil

kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus

diimbangi dengan penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak

dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % ,

sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan

asam amino. Kandungan nutrisi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kelapa (%)

Uraian

Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

17

Serat Kasar (%)

15

Lemak Kasar (%)

1,8

Kalsium (%)

0,2

Posfor (%)

0,6

Energi Metabolisme (Kkal/kg)

1540

TDN

79

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Program Studi Peternakan FP USU Medan (2009).

Urea

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagai sumber NPN

(Non Protein Nitrogen) dan mengandung lebih banyak 45% unsur Nitrogen

sehingga pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan

kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi

konsentratnya (Hartadi et al., 1990).

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit resiko

keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk

kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi

molases yang bentuk fisiknya berupa cairan kental dan berwarna hitam

kecoklatan. Walaupun harganya murah, namun kandungan gizi yang berupa

karbohidrat, protein dan mineralnya masih cukup tinggi dan dapat digunakan

untuk pakan ternak walaupun sifatnya sebagai pendukung. Molases dapat

dipergunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk

pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai gula), kadar

mineral cukup dan rasanya disukai. Molases juga mengandung vitamin B

Universitas Sumatera Utara

kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti Cobalt, Boron,

Yodium, Tembaga, Magnesium dan seng sedangkan kelemahannya adalah kadar

Kalium dapat menyebabkan diare juga dikonsumsi terlalu banyak

(Rangkuti et al., 1985). Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases (%)

Kandungan Zat Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%) Kalsium (%) Fosfor (%) Total digestible nutriens (TDN)

Nilai Gizi
67,5a 3,4a 0,38a 0,08a 1,5a 0,02a 56,7b

Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Program Studi Peternakan FP USU Medan(2009)

b. Batubara et al (1993).

Mineral

Mineral merupakan nutrisi yang esensial selain digunakan untuk

memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh

ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis

mineral yang terdapat pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi

hanya 15 jenis mineral yang tergolong esensial untuk ternak ruminansia.

Agar pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen

membutuhkan 15 jenis mineral esensial makro seperti Ca, K, P, Mg, Na, Cl dan S,

4 jenis esensial mikro seperti Cu, Fe, Mn dan Zn dan 4 jenis mineral esensial

langka seperti I, Mo, Co dan Se (Siregar, 2008).

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,

namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.

Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan

darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim

Universitas Sumatera Utara

yang berperan dalam proses metabolisme di dalam makanan

(Setiadi dan Inounu, 1991). Kandungan beberapa mineral dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan beberapa mineral (%)
Uraian Kalsium karbonat Pospor Mangan Iodium Kalium Cuprum Sodium Magnesium Clorida
Sumber: Eka Farma (2005).
Garam

Kandungan 50,00 5,00 0,35 0,20 0,10 0,15 22,00 0,15 1,05

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas

(Pardede dan Asmira, 1997).

Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam

akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam

lebih sering terdapat dalam hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Karena

hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah

bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan

produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Fermentasi Menurut Winarno et al. (1990) fermentasi merupakan proses biokimia
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan pakan tersebut, dimana bahan pakan yang

Universitas Sumatera Utara

mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari asalnya disebabkan karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponenkomponen yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.
Selama proses fermentasi terjadi, bermacam-macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan aakibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentas