PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DENGAN KONDISI EMOSI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI: SEBUAH PENGUJIAN MODEL MEHRABIAN-RUSSELL

(1)

THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL FACTORS ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR WITH EMOTIONAL STATES AS INTERVENING

VARIABLE: A TEST MODEL OF MEHRABIAN-RUSSELL

Oleh

FEBRINA ANNISA FAUZIYAH 20130410217

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL FACTORS ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR WITH EMOTIONAL STATES AS INTERVENING

VARIABLE: A TEST MODEL OF MEHRABIAN-RUSSELL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

FEBRINA ANNISA FAUZIYAH 20130410217

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

Nama : Febrina Annisa Fauziyah Nomor Mahasiswa : 20130410217

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH FAKTOR

LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN

IMPULSIF DENGAN KONDISI EMOSI SEBAGAI VARIABEL

PEMEDIASI: SEBUAH PENGUJIAN MODEL MEHRABIAN-RUSSELL” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 24 Februari 2017


(6)

yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa

yang mereka kerjakan. (Q.S. Al-

An’am : 132)

Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

dikerjakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

diperbuatnya. (Q.S. Al-Baqarah : 286)

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Al-Baihaqi)

Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat.

Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan

mencarinya. (Umar Bin Khattab)

Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai rasa malas dan

semangat sekalipun. (HR. Muslim & Ahmad)

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (B.J Habibie)


(7)

Skripsi ini ku persembahkan:

Untuk almarhum ayah dan ibu ku tercinta

yang selalu memberikan

do’a, perhatian, nasihat dan kasih sayang.

Untuk kakak ku

yang selalu memberikan


(8)

Aku percaya akan Kekuasaan Mu, tak ada yang tak mungkin jika Engkau telah berkehendak, dan Engkau pulalah yang memiliki segala ilmu ini, maka apapun yang

telah ku capai hingga saat ini semuanya atas Kekusaan Mu.

Rasulullah Shallallahu’Alaihu Wasallam, suri tauladan dalam kehidupan ini. Kisah

kehidupan mu, dari masa kanak-kanak hingga akhir hayat mu, sungguh patut untuk dicontoh, penuh dengan pelajaran. Engkau masih tetap mengingat umat mu hingga

akhir hayat mu, semoga aku termasuk dalam umat mu yang menerima syafa’at mu

kelak. Engakaulah pejuang dan pemimpin sejati. Ya Rasulullah… Sungguh aku ingin

bertemu dengan mu. Kedua orang tua ku

Terima kasih ayah, untuk semua yang ayah berikan untuk ku. Nasihat, motivasi, dan pelajaran mengenai bagaimana menghadapi realita bahwa betapa kerasnya dunia ini. Terima kasih ayah karena ayah aku bisa melalui semua ini, walaupun ketika aku

harus kehilanganmu di dunia karena Allah lebih menyayangimu aku hampir memutuskan semangatku, tapi aku ingat akan mimpi-mimpimu untuk anak-anakmu.

Ayah akan selalu hidup dalam hatiku. Terima kasih ayah, you know I love you so much, ayah adalah satu-satunya pahlawan dalam hidup ku, you are my Hero in my life. Terima kasih Ibu ku sayang, wanita terhebat dalam hidupku. terimakasih untuk

semua kasih sayang yang ibu berikan untuk ku, dari aku masih berada di kandunganmu hingga sekarang, terima kasih ibu. Terima kasih udah mau jadi ibu yang senangtiasa menyemangati ku ketika aku dalam keadaan down, terima kasih

telah bersedia menjadi pendengar dan motivator nutuk ku. Terima kasih selalu menemani ku, dengan kasih sayang mu. Aku belajar bagaimana menjadi wanita yang

kuat, hebat, lemah lembut, dan santun sepertimu. I will always love you Mam, always. Semoga Allah mengumpulkan kita kelak sebagai keluarga kembali

di surga-Nya... Kakak ku tercinta

Terima kasih untuk do’a dan dukungan mu, terima kasih kakak ku atas semua

arahan mu dan yang selalu memberikan solusi ketika aku sudah mulai kehilangan arah, paling baik, paling cantik, walaupun kita sering berbeda pendapat,

berbeda-beda, tetapi tetap satu jua (hahaha). Love you my sister...


(9)

saran kepada peneliti untuk menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Seluruh dosen, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada ku dari awal kuliah hingga sekarang.

Terima kasih kepada keluarga besar dari ayah maupun ibu, terima kasih atas do’a

dan dukungannya.

Sahabat-sahabatku Ana, Talisa, Tia, dan Yudha, kalian memberikan warna di setiap langkah ku selama aku kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Semoga persahabatan kita akan tetap terjaga meskipun nantinya kita terpisahkan oleh jarak dan juga tidak hanya persahabatan di dunia, tetapi juga di akhirat. See you on the

top guys...

Teman-teman Manajemen 2013 UMY, khususnya Manajemen kelas F. Terima kasih kawan atas dukungannya. Dukungan teman-teman semua membuat aku semangat dari memulai studi Manajemen ini hingga penyelesaian tugas akhir. Banyak hal yang

dapat ku pelajari dari kalian semua.

Terima kasih untuk Dyah dan Dita yang menjadi tempat bertukar pikiran, saling menghibur dan telah banyak membantu ku ketika mengerjakan skripsi ini. Terima

kasih guys.

Untuk teman-teman se-Perjuangan DPS Ibu Indah angkatan 2013 (Laksita, Intan, Ajeng, Novia, Fitri, Anggita, Chanif, Alfian, Alfin, Yusac,

Rifky, dll), semangat untuk kalian semua guys.

Teman-teman KKN 079 UMY, dusun Semuluh Kidul, desa Ngeposari kecamatan Semanu, Gunung Kidul.

Terima kasih untuk semua responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner dan teman-teman yang membantu menyebarkan kuesioner.

Terima kasih untuk semua pihak-pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan, motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu per


(10)

sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko dengan keadaan emosional sebagai variabel intervening dan perilaku pembelian impulsif sebagai variabel dependen. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matahari Departement Store di Yogyakarta. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 166 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik pengumpulan data field survey. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 17. Analisis pengujian kualitas instrument data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-statistik dan Uji koefisien determinasi (R2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor atmosfer berpengaruh positif signifikan terhadap keadaan emosional dan kesesakan toko berpengaruh negatif signifikan terhadap keadaan emosional, serta keadaan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ketersediaan waktu dan kehadiran orang lain tidak mempengaruhi keadaan emosional.

Kata kunci: Pembelian Impulsif, Faktor Lingkungan, Keadaan Emosional, Model Mehrabian dan Russell


(11)

variable. The independent variable in this study is the time availability, atmospheric factors, presence of others, and perceived crowding with emotional states and mehrabian and russell model as intervening variable, and impulse buying behavior as a dependent variable. The object in this study is Matahari Departement Store in Yogyakarta. In this study, sample of 166 respondent were selected using purposive sampling and using field survey as a technique data collection. The data analysis technique in this research was conducted using multiple linear regression with SPSS 17 software. Analysis of quality testing instrument data in this study using normality test, validity, and reliability testing. The hypothesis used T-Test, F-Test, and Determinant Coefficient Test.

The results of the research showed that the atmospheric factors influences positive significant affect the emotional states and influences negative significant affect the emotional states, and emotional states influence on impulsive buying behavior. The results of another study showed that the time availability and the presence of others does not significant affect the emotional state.

Keywords: Impulse Buying, Environmental Factors, Emotional States, Mehrabian and Russell's Model


(12)

Perilaku Pembelian Impulsif dengan Kondisi Emosi sebagai Variabel Pemediasi: Sebuah Pengujian Model Mehrabian-Russell”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam mengambil keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kedua orang tuaku yang dengan penuh kasih sayang memberikan semangat

dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Retno Widowati, P.A., M.Si., Ph. D. selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Dr. Indah Fatmawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Prodi Manajemen yang telah ikhlas

mengajarkan ilmunya pada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan,

kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Almamaterku

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik ditinjau dari materi, tata bahasa, dan penyusunannya oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya. Sebagai akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua baik bagi penulis pada khususnya maupun orang lain.

Yogyakarta, 31 Januari 2017


(13)

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model ... 12

2. Pembelian Impulsif ... 15

3. Faktor Lingkungan ... 16

B. Hipotesis ... 22

1. Hubungan Ketersediaan Waktu Terhadap Keadaan Emosional ... 22

2. Hubungan Faktor Atmosfer Terhadap Keadaan Emosional ... 23

3. Hubungan Kehadiran Orang Lain Terhadap Keadaan Emosional ... 24

4. Hubungan Kesesakan toko Terhadap Keadaan Emosional ... 25

5. Hubungan Keadaan Emosional Terhadap Pembelian Impulsif ... 26

C. Model Penelitian ... 28

BAB III ... 30

METODE PENELITIAN ... 30

A. Objek/Subjek Penelitian ... 30

B. Jenis Data ... 30

C. Teknik Pengambilan Sampel... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel Bebas (Independent Variable) ... 33

2. Variabel Mediasi (Intervening Variable) ... 36

3. Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 37

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 39


(14)

A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian ... 44

1. Sejarah PT Matahari Department Store Tbk. ... 44

2. Visi dan Misi ... 46

B. Deskripsi Responden ... 47

C. Pengujian Instrumen... 49

1. Uji Normalitas Data ... 49

2. Uji Validitas ... 50

3. Uji Reliabilitas ... 55

D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56

1. Hipotesis Pertama ... 60

2. Hipotesis Kedua ... 60

3. Hipotesis Ketiga ... 60

4. Hipotesis Keempat ... 61

5. Hipotesis Kelima ... 61

E. Pembahasan ... 62

BAB V ... 69

SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 70

C. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(15)

4.4. Hasil KMO and Bartlett's Test ... 52

4.5. Hasil Rotated Component Matrix ... 54

4.6. Hasi Uji Reliabilitas ... 55

4.7. Hasil Regresi Variabel Ketersediaan Waktu, Faktor Atmosfer, Kehadiran

Orang lain, dan Kesesakan toko terhadap Keadaan Emosional ... 57

4.8. Hasil Regresi Variabel Keadaan Emosional terhadap Perilaku Pembelian


(16)

(17)

(18)

(19)

sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko dengan keadaan emosional sebagai variabel intervening dan perilaku pembelian impulsif sebagai variabel dependen. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matahari Departement Store di Yogyakarta. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 166 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik pengumpulan data field survey. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 17. Analisis pengujian kualitas instrument data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-statistik dan Uji koefisien determinasi (R2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor atmosfer berpengaruh positif signifikan terhadap keadaan emosional dan kesesakan toko berpengaruh negatif signifikan terhadap keadaan emosional, serta keadaan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ketersediaan waktu dan kehadiran orang lain tidak mempengaruhi keadaan emosional.

Kata kunci: Pembelian Impulsif, Faktor Lingkungan, Keadaan Emosional, Model Mehrabian dan Russell


(20)

variable. The independent variable in this study is the time availability, atmospheric factors, presence of others, and perceived crowding with emotional states and mehrabian and russell model as intervening variable, and impulse buying behavior as a dependent variable. The object in this study is Matahari Departement Store in Yogyakarta. In this study, sample of 166 respondent were selected using purposive sampling and using field survey as a technique data collection. The data analysis technique in this research was conducted using multiple linear regression with SPSS 17 software. Analysis of quality testing instrument data in this study using normality test, validity, and reliability testing. The hypothesis used T-Test, F-Test, and Determinant Coefficient Test.

The results of the research showed that the atmospheric factors influences positive significant affect the emotional states and influences negative significant affect the emotional states, and emotional states influence on impulsive buying behavior. The results of another study showed that the time availability and the presence of others does not significant affect the emotional state.

Keywords: Impulse Buying, Environmental Factors, Emotional States, Mehrabian and Russell's Model


(21)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, kondisi ekonomi juga ikut mengalami perkembangan. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan berpindahnya para konsumen dari pasar tradisional menuju pasar modern. Salah satu pasar modern yang menjadi pilihan para konsumen adalah ritel. Ritel merupakan rantai distribusi akhir dari suatu produk, karena konsumen yang melakukan pembelian menggunakan produk-produk yang telah mereka beli untuk memenuhi kebutuhannya sendiri bukan untuk dijual kembali (Winarno, 2015).

Dengan pengelolaan yang modern, toko ritel memberikan suasana yang nyaman kepada konsumen diantaranya dengan adanya pengaturan barang di dalam toko, citra toko yang lebih baik maupun program promosi yang lebih menarik dibandingkan ritel tradisional (Winarno, 2015). Perusahaan ritel akan bersaing untuk menarik perhatian konsumen dengan mengadakan poin belanja, potongan harga, pemberian hadiah, undian berhadiah dan lain sebagainya. Akan tetapi, para manajer ritel telah sadar bahwa melakukan promosi saja tidaklah cukup, mempelajari perilaku konsumen juga merupakan hal yang penting salah satunya adalah perilaku pembelian impulsif (Purwa dan Yasa, 2014).


(22)

Pembelian impulsif atau impulse buying terjadi ketika konsumen mengalami dorongan secara tiba-tiba, keinginan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera (Rohman, 2009). Dalam bahasan selanjutnya pembelian impulsif atau impulse buying akan digunakan istilah pembelian impulsif. Perilaku pembelian impulsif disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya dapat dipengaruhi oleh keadaan emosional seorang konsumen seperti yang dijelaskan dalam teori Merhabian & Russell Model (Graa et al., 2014)

Mehrabian dan Russell’s (1974) dalam Semuel (2005) mengatakan bahwa tanggapan ke stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R), dengan pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Individu bereaksi ke lingkungan dengan dua perilaku: pendekatan dan penghindaran (approach and avoidance). Dalam teori Merhabian and Russell model keadaan emosional berperan sebagai intervening antara perilaku (menerima/menolak) dengan faktor lingkungan. Mehrabian dan Russell (1974), menyatakan terdapat tiga dimensi dasar emosi sehingga dapat dipahami lebih mudah, yaitu kesenangan (pleasure), gairah (arousal) dan dominasi (dominance). Sedangkan perilaku menerima/menolak dalam teori Merhabian and Russell model dapat juga diartikan sebagai suatu keputusan yang dibuat oleh konsumen bahwa apakah konsumen tersebut akan melakukan pembelian impulsif atau tidak, sehingga faktor lingkungan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Faktor lingkungan yang


(23)

menyebabkan perilaku impulsif sangat beragam diantaranya: ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko lingkungan. Ketersediaan waktu yang menjadi salah satu faktor lingkungan pada penyebab perilaku pembelian impulsif merupakan tekanan yang akan dirasakan seseorang manakala ia mempersepsikan bahwa waktu yang tersedia baginya telah memadai. Ketersediaan waktu akan mempengaruhi strategi alokasi waktu seseorang. Orang yang sangat memperhatikan waktu cenderung rentan terhadap gejala-gejala fisik dan psikologis berkaitan dengan ketegangan akibat tingginya tuntutan waktu (Tjiptono, 2011). Seorang konsumen yang memiliki waktu yang cukup senggang berbeda dengan konsumen yang hanya memiliki waktu yang relatif sedikit dalam berperilaku. Apabila seseorang memiliki waktu yang senggang, maka akan lebih lama orang tersebut berkeliling didalam toko untuk melihat barang-barang yang dijual di toko tersebut, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya pembelian impulsif.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Iyner (1989) menegaskan bahwa tekanan waktu adalah pembatasan perhatian dengan unsur-unsur lingkungan. Konsumen lebih menghabiskan waktunya di toko, bahkan konsumen rentan untuk melakukan pembeli secara impulsif. ketersediaan waktu berdampak pada pembelian secara impulsif karena konsumen mungkin merasa nyaman berada di dalam toko yang akibat mereka rentan untuk melakukan pembeli secara impulsif.


(24)

Selain itu, terdapat pula penelitian-penelitian lainnya tentang tekanan waktu yang dilakukan oleh Au et al. (1993) yang menyatakan hasil berbeda. Au et al. (1993), ketika mereka menunjukkan bahwa pembelian secara impulsif sering dicapai pada lima menit pertama dalam berbelanja dan kemungkinan realisasinya akan menurun jika waktu telah berlalu. Jadi dalam penelitian, maka ketersediaan waktu tidak berpengaruh terhadap pembelian impulsif karena sering dicapai pada lima menit pertama dalam berbelanja. Hal lain yang termasuk dalam faktor lingkungan yaitu faktor atmosfer toko (atmospheric factors). Faktor atmosfer toko utamanya memiliki peran yang penting dalam menciptakan perasaan atau dorongan untuk berbelanja di sebuah toko. Atmosfer toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam bena konsumen. Melalui atmosfer toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan layanan, harga, maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat fashionable (Utami, 2006). Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosi konsumen yang dapat menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari psikologikal set ataupun keinginan yang bersifat mendadak atau impulse (Graa et al., 2014).


(25)

Penelitian tentang pengaruh faktor atmosfer toko terhadap perilaku pembelian impulsif sejauh ini masih menunjukkan beberapa perbedaan. Penelitian Stern (1962) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pembelian impulsif dan teknik pemasaran. Salah satu teknik pemasaran yang digunakan yaitu dengan membuat suatu lingkungan toko yang menguntungkan dalam melakukan pembelian impulsif bagi konsumen. Beberapa penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa variabel atmosfer penjualan (suara, tampilan dan bau) adalah stimulan penting yang dapat menghasilkan keinginan untuk membeli secara impulsif. Rook (1987) menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba termotivasi oleh rangsangan yang berasal dari lingkungan untuk membeli suatu produk. Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen utama dari keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain dari outlet retail mampu memberikan kesenangan dan merangsang pengunjung toko. Interaksi antara konsumen dengan outlet ritel memang merupakan komponen utama dari keputusan pembelian impulsif. Berbeda dengan Stern dan Rook, penelitian yang dilakukan oleh Park et al.(2006) menunjukkan bahwa faktor atmosfer berpengaruh negatif terhadap pembelian impulsif.

Kehadiran orang lain (presence of others) berpengaruh terhadap aktivitas konsumen seperti dalam perilaku pembelian impulsif. Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa kehadiran orang lain dapat


(26)

meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995) mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang irasional (Graa et al., 2014).

Sama halnya dengan penelitian pada ketersediaan waktu dan faktor atmosfer toko, penelitian tentang pengaruh kehadiran orang lain juga mengalami perbedaan. Sutisna (2002) mengemukakan bahwa kehadiran orang lain dapat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi atau membeli suatu produk tanpa terencana. Sedangkan Graa et al. (2014) menemukan bahwa kehadiran orang lain dalam proses pembelian berpengaruh negatif terhadap perilaku pembelian impulsif.

Faktor lain yang termasuk faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif adalah kesesakan toko. Kesesakan toko atau suasana toko yang ramai (crowding) terjadi karena terlalu banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang yang luas, tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Toko yang kecil, akan sulit menyediakan ruang yang luas untuk pergerakan konsumen.


(27)

Penelitian yang dilakukan Graa et al. (2014) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara kesesakan atau suasana toko yang ramai keseluruhan dirasakan dan pembelian impulsif. Sedangkan beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu aktivitas individu, individu akan merasakan kesesakan. Konsep ini menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral", sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat. Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja (Graa et al., 2014).

Dalam Mehrabian-Russell model, selain faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, keadaan emosi juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Menurut Octaprinanta et al. (2013), emotional state merupakan suasana hati yang diakibatkan beberapa faktor lingkungan sehingga mendorong konsumen melakukan pembelian impulsif. Hubungan antara emosi yang positif sangat berpengaruh dalam perilaku pembelian impulsif (Hetharie, 2012).

Dalam Mehrabian and Russell model (1974), keadaan emosional terbagi menjadi dimensi, yaitu: pleasure (kesenangan), arousal (gairah), dan dominance (penguasaan). Sedangkan penelitian dari Foroughi et al. (2013), menemukan bahwa untuk mengukur suasana hati yaitu menggunakan happy, satisfied, dan pleased.


(28)

Penelitian Graa et al.(2014) menemukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keadaan emosional dan pembelian impulsif, tetapi keadaan emosional dapat memediasi ketersediaan waktu, faktor atmosfer toko, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko terhadap pembelian impulsif. Penelitian lain juga dilakukan oleh Lee dan Yi (2008) dan Tendai dan Crispen (2009), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi emotional state atau suasana hati yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin tinggi pembelian impulsif yang dilakukan saat melakukan pembelanjaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji dampak ketersediaan waktu, faktor atmosfer toko, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko terhadap perilaku pembelian impulsif dengan keadaan emosional Mehrabian-Russell model sebagai variabel intervening. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Graa et al. (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini menggunakan setting penelitian pada sektor ritel fashion.

Sektor ritel fashion yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Matahari Department Store karena dari hasil studi pendahuluan tentang pembelian impulsif, mayoritas menjawab melakukan pembelian impulsif pada produk fashion di Matahari Departement Store. PT. Matahari Department Store Tbk. (“Matahari” atau “Perseroan”) merupakan perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan fashion, aksesori, kecantikan, hingga peralatan rumah tangga dengan harga yang


(29)

terjangkau. Matahari menghadirkan produk-produk stylish berkualitas tinggi serta pengalaman berbelanja yang istimewa, bekerja sama dengan pemasok lokal dan internasional yang terpercaya untuk menawarkan beragam produk terkini dari merek eksklusif dan merek internasional (http://www.matahari.co.id/).

Posisi Matahari sebagai department store pilihan di Indonesia didukung oleh jajaran merek eksklusif yang diusungnya. Hanya dijual di gerai-gerai Perseroan, merek tersebut secara konsisten berada di antara merek-merek terbaik di Indonesia, memenangkan sejumlah penghargaan terkait desain, kualitas dan nilai, sehingga membuktikan pemahaman Matahari akan kesadaran pelanggannya terhadap nilai sebuah produk (http://www.matahari.co.id/).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah ketersediaan waktu berpengaruh terhadap keadaan emosional? 2. Apakah faktor atmosfer berpengaruh terhadap keadaan emosional? 3. Apakah kehadiran orang lain berpengaruh terhadap keadaan emosional? 4. Apakah kesesakan toko berpengaruh terhadap keadaan emosional? 5. Apakah keadaan emosional berpengaruh terhadap pembelian impulsif?


(30)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Menganalisis pengaruh ketersediaan waktu terhadap keadaan emosional. 2. Menganalisis pengaruh faktor atmosfer terhadap keadaan emosional. 3. Menganalisis pengaruh kehadiran orang lain terhadap keadaan emosional. 4. Menganalisis kesesakan toko terhadap keadaan emosional.

5. Menganalisis pengaruh keadaan emosional terhadap pembelian impulsif. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini dapat menambah informasi-informasi dan mengembangkan teori mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini juga bisa dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan perilaku pembelian impulsif agar mendapatkan hasil yang lebih valid.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Manfaat secara praktik dari penelitian ini bagi perusahaan khususnya toko retail, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal menyusun strategi pemasaran seperti pengaruh situasional agar konsumen secara tidak terencana melakukan pembelian terhadap suatu produk.


(31)

b. Bagi Akademisi

Bagi para akademisi yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku pembelian impulsif, dapat melakukan dan menambah kontribusi lain sehingga hasil dari penelitian selanjutnya akan semakin lebih baik lagi.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model

Mehrabian dan Russell (1974) dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi oleh respon emosional, sehingga muncul paradigma Stimulus – Organism – Response (S-O-R) dari Mehrabian dan Russell (1974) yang mengatakan bahwa tanggapan ke stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R), dengan pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Individu bereaksi ke lingkungan dengan dua perilaku, yaitu: pendekatan dan penghindaran (approach and avoidance) (Semuel, 2005). Berdasarkan paradigma di atas, maka dapat digambarkan seperti Gambar 2.1 sebagai berikut:

Stimulus Mediating variables Response

Emotional states

Gambar 2.1

The Mehrabian-Russell model

Environment Stimulus

- pleasure - Arousal - Dominance

Approach or Avoidance


(33)

Perilaku pendekatan (approach behavior) meliputi semua perilaku positif yang diarahkan pada tempat tertentu, seperti keinginan untuk tinggal, menyelidiki, bekerja, dan bergabung. Sedangkan perilaku penghindaran (avoidance behavior) mencerminkan kebalikan dari perilaku positif. Mehrabian dan Russell (1974), menyatakan bahwa pleasure berhubungan dengan perilaku pendekatan-penghindaran (approach-avoidance) yang diukur keseluruhan, dan arousal mempunyai suatu efek interaktif yang menyenangkan. Arousal secara positif dihubungkan dengan perilaku pendekatan (approach) dalam lingkungan yang menyenangkan, tetapi secara negatif terkait dengan lingkungan yang tidak nyaman.

Mehrabian dan Russell (1974), menyatakan bahwa respons afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 (tiga) variabel yaitu: Pleasure, mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Pleasure diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (bahagia sebagai lawan sedih, menyenangkan sebagai lawan tidak menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas, penuh harapan sebagai lawan berputus asa, dan santai sebagai lawan bosan). Konseptualisasi terhadap pleasure dikenal dengan pengertian lebih suka, kegemaran, perbuatan positif (Semuel, 2005).

Variabel kedua adalah arousal yang mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Arousal secara lisan dianggap sebagai laporan responsden, seperti pada saat dirangsang, ditentang, atau diperlonggar (bergairah sebagai lawan tenang, hiruk-pikuk


(34)

sebagai lawan sepi, gelisah/gugup sebagai lawan percaya diri, mata terbuka sebagai lawan mengantuk) dan dalam pengukurannya digunakan metode semantic differential, dan membatasi arousal sebagai sebuah keadaan perasaan yang secara langsung ditaksir oleh laporan verbal. Beberapa ukuran nonverbal telah diidentifikasi dapat dihubungkan dan sesungguhnya membatasi sebuah ukuran dari arousal dalam situasi sosial (Semuel, 2005). Terakhir dominance, ditandai dengan laporan responsden yang merasa dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, penting sebagai lawan dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap tunduk, dan otonomi sebagai lawan dipandu (Semuel, 2005).

Keadaan emosional terdiri dari dua perasaan yang dominan (kesenangan atau bergairah). Kombinasi dari unsur-unsur ini mempengaruhi konsumen untuk menghabiskan lebih sedikit atau lebih banyak waktu di toko. Ketika suasana konsumen bergairah secara positif, maka konsumen cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di toko dan semakin cenderung berafiliasi dengan masyarakat. Situasi ini dapat menyebabkan pembelian meningkat. Sebaliknya, jika lingkungan tidak menyenangkan dan menggairahkan konsumen secara negatif, maka konsumen mungkin akan menghabiskan lebih sedikit waktu di toko dan melakukan lebih sedikit pembelian (Mowen,1995) dalam (Sutisna 2002).

Menurut Park, et al. (2006) emosi adalah sebuah efek dari suasana hati yang merupakan faktor penting konsumen dalam keputusan pembelian.


(35)

Faktor perasaan/emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi atau objek tertentu.

2. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif merupakan bentu respon dalam teori Mehrabian-Russell Model. Penelitian tentang pembelian impulsif telah didasarkan pada berbagai definisi konseptual konstruk dan telah difokuskan terutama pada di toko ritel. Pemahaman perilaku ini di toko-toko ritel pertama kali diakui dalam literatur pemasaran dengan Clover (1950) lebih dari enam puluh tahun yang lalu (Graa et al., 2014).

Satu dekade setelah Clover, Stern (1962) dalam Graa et al. (2014) mengemukakan bahwa pembelian impulsif dapat dikategorikan dalam empat kategori, yaitu:

a. Pure Impulse buying (pembelian impulsif murni): sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan sebagai novelty / escape buying.

b. Reminder Impulse Buying (pembelian impulsif pengingat): terjadi ketika pelanggan membutuhkan sebuah barang saat mereka melihatnya di toko atau diingatkan dalam sebuah iklan mengenai barang tersebut dan keputusan sebelumnya untuk membeli.

c. Suggestion Impulse Buying (pembelian impulsif sugesti): terjadi ketika pelanggan melihat produk untuk pertama kalinya di toko dan memvisualisasikan kebutuhan untuk itu.


(36)

d. Planned Impulse Buying (pembelian impulsif terencana): terjadi ketika pelanggan masuk kedalam toko dengan tujuan membeli barang tertentu, tetapi menyadari bahwa mereka dapat membeli barang lainnya tergantung dari promosi penjualan.

Menurut Applebaum (1951) pembelian impulsif didefinisikan sebagai "pembelian yang mungkin tidak direncanakan oleh pelanggan sebelum memasuki toko, tapi yang dihasilkan dari stimulus yang diciptakan oleh penjualan perangkat promosi di toko". Rook (1987) menunjukkan pembelian impulsif terjadi ketika tiba-tiba konsumen mengalami dorongan yang terus-menerus untuk membeli sesuatu dengan segera. Dorongan untuk membeli adalah hedonicallycomplex dan dapat merangsang konflik emosional. Menurut Hausman (2000), pembelian impulsif terjadi ketika konsumen mengalami suatu kejadian yang mendadak, sering kali muncul dorongan yang sangat kuat untuk membeli sesuatu dengan segera.

3. Faktor Lingkungan

Dalam teori Mehrabian-Russell Model, faktor lingkungan bertindak sebagai stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R) dengan pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Dari berbagai faktor lingkungan yang digunakan sebagai stimulus lingkungan, maka dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa faktor lingkungan, yaitu: ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko.


(37)

a. Ketersediaan Waktu

Pengaruh waktu yaitu pengaruh ada atau tidak adanya waktu dalam aktivitas konsumen. Contoh klasik mengenai bagaimana seseorang seharusnya menggunakan waktu adalah seperti yang dikatakan oleh Ben

Franklin “ingat, bahwa waktu adalah uang”. Terdapat tiga sudut pandang

mengenai waktu. Pertama, waktu yang dipakai oleh individu yaitu bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. Kedua, waktu sebagai produk yaitu bagaimana unsur waktu (daya tahan, kecepatan proses) dipertimbangkan dalam membeli suatu produk. Ketiga, waktu sebagai variabel situasional (Mowen,1995) dalam (Sutisna, 2002).

Menurut Babin et al. (1977) dalam Semuel (2005) faktor-faktor internal yang terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang. Miyazaki (1993) dalam Sutisna (2002) menemukan bahwa akibat adanya ketersediaan waktu bagi konsumen akan menambah waktu dalam melakukan pencarian informasi. Penggunaan informasi yang tersedia akan meningkat, dan informasi akan menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Engel et al. (2008) menyatakan waktu yang disediakan untuk berbelanja dapat membantu meringankan perasaan kesepian, menghilangkan kebosanan, dapat memenuhi fantasi dan meredakan depresi. Waktu dapat dipandang sebagai variabel situasional, dimana karakteristik situasional waktu yang mempengaruhi konsumen adalah ketersediaan waktu tersebut (Mowen dan


(38)

Minor, 2002) dalam (Sutisna, 2002). Waktu akan mempengaruhi tindakan dalam situasi tertentu, dapat berfungsi sebagai variabel independen yang mempengaruhi perilaku konsumen (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu mengacu pada jumlah waktu yang dirasakan tersedia dalam membuat pertimbangan untuk keputusan pembelian dan memiliki hubungan positif dengan mencari produk di toko oleh konsumen yang dinyatakan oleh Beatty dan Smith dalam Pattipeilohy and Rofiaty (2013). Ketersediaan waktu adalah jumlah waktu yang dirasa tersedia oleh pembeli pada saat itu dan dapat mempengaruhi waktu yang dihabiskan oleh konsumen untuk mencari produk di toko menurut Beatty dan Ferrell (1998).

Howard et al. (1969) menggolongkan bahwa waktu yang tersedia adalah kebalikan dari tekanan waktu untuk melakukan tindakan pembelian. Iyner (1989) menegaskan bahwa ketika konsumen lebih memilih untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di toko, maka konsumen akan lebih mudah untuk melakukan pembelian secara impulsif. Ketersediaan waktu berdampak positif pada pembelian secara impulsif karena konsumen mungkin merasa nyaman berada di dalam toko yang akibat mereka rentan untuk melakukan pembeli secara impulsif. Ketersediaan waktu yang dirasakan oleh konsumen akan mempengaruhi atau meningkatkan keputusan pembelian untuk membeli produk yang tidak direncanakan (Foroughi et al., 2012).

b. Faktor Atmosfer

Pengertian atmosfer lebih luas dari sekedar layout toko, tetapi meliputi hal-hal yang bersifat luas seperti tersedianya pengaturan udara (AC), tata


(39)

ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, warna karpet, bahan-bahan rak penyimpanan barang, bentuk rak dan lain-lain (Sutisna, 2002).

Mowen (1995) dalam Sutisna (2002) memandang bahwa atmosfer merupakan salah satu komponen dari citra toko. Berbagai faktor yang dikombinasikan untuk menciptakan citra toko menurut Mowen adalah:

1. Produk yang dijual (jenis dan merek) 2. Pelayanan toko

3. Pelanggan

4. Toko sebagai tempat untuk menikmati kesenangan hidup 5. Aktivitas promosi toko

6. Atmosfer toko

Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosional konsumen yang dapat menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari psikologikal set ataupun keinginan yang bersifat mendadak atau impulse (Graa et al., 2014).

Applebaum (1951) adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa pembelian impulsif dapat dilakukan oleh konsumen di pameran pada saat pengalamannya berbelanja merupakan stimulus dari lingkungan. Dengan cara yang sama, Stern (1962) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pembelian impulsif dan teknik pemasaran. Salah satu teknik pemasaran yang digunakan yaitu dengan membuat suatu lingkungan toko yang


(40)

menguntungkan dalam melakukan pembelian impulsif bagi konsumen. Beberapa penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa variabel atmosfer penjualan (suara, tampilan dan bau) adalah stimulan penting yang dapat menghasilkan keinginan untuk membeli secara impulsif. Rook (1987) menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba termotivasi oleh rangsangan yang berasal dari lingkungan untuk membeli suatu produk. Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen utama dari keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain dari outlet retail mampu memberikan kesenangan dan untuk merangsang pengunjung toko (Graa et al., 2014).

c. Kehadiran Orang Lain

Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995) mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang irasional (Graa et al., 2014).


(41)

d. Kesesakan toko

Suasana sesak terjadi ketika seseorang merasakan bahwa pergerakan dia terbatas karena ruang yang terbatas. Kesesakan bisa terjadi karena terlalu banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang yang luas, tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Toko yang kecil, akan sulit menyediakan ruang yang luas untuk pergerakan konsumen. Secara intuitif, konsumen menginginkan ruang yang luas untuk pergerakannya didalam toko. Konsumen akan merasa kurang nyaman ketika masuk ke dalam toko yang penuh sesak. Kesesakan dalam ruangan menimbulkan beberapa dampak pada perilaku konsumen dalam belanja (Sutisna, 2002).

Perbedaan antara kepadatan (density) dan kesesakan (crowding) yaitu density lebih mengacu pada bagaimana sekumpulan orang-orang berkumpul secara dekat. Density lebih bersifat bagaimana ketersediaan ruang dan pengaturannya. Sementara itu kesesakan lebih mengacu pada perasaan tidak nyaman akibat density yang terlalu tinggi, sehingga kontrol situasi yang dirasakan telah berkurang dibawah tingkat yang bisa diterima (Sutisna, 2002). Harrell et al. (1980) mengidentifikasi bahwa ada dua dimensi crowding, crowding manusia dan crowding spasial. Crowding manusia mengacu pada perasaan tertutup, perasaan terbatas karena kepadatan manusia yang tinggi. Sementara crowding spasial adalah mengacu pada perasaan gerakan tubuh fisik yang dibatasi karena kepadatan spasial tinggi. Beberapa penelitian juga


(42)

menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu aktivitas individu, individu akan merasakan kesesakan. Konsep ini menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral", sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat. Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja (Graa et al., 2014).

B. Hipotesis

1. Hubungan Ketersediaan Waktu Terhadap Keadaan Emosional Ketersediaan waktu konsumen untuk berbelanja akan mempengaruhi strategi yang digunakan konsumen untuk melakukan pembelian (Mowen dan Minor, 2002) dalam (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu yang dirasakan oleh konsumen akan mempengaruhi atau meningkatkan keputusan pembelian untuk membeli produk yang tidak direncanakan (Foroughi et al., 2012). Park et al. (2006) menyatakan bahwa pembelian impulsif bisa terjadi akibat dukungan dari faktor situasional seperti ketersediaan waktu (availability of time). Virvilaite et al. (2009), Badgaiyan dan Verma (2015), Longdong dan Pangemanan (2015) menyatakan hasil penelitian bahwa ketersediaan waktu memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil penelitian dari Rohman (2009) menyatakan waktu luang yang dimiliki berpengaruh pada pembelian impulsif konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ketersediaan waktu yang dialami oleh seseorang ketika berbelanja akan


(43)

mengakibatkan bertambahnya waktu untuk melakukan pencarian informasi, sehingga keadaan emosional orang tersebut dalam berbelanja akan semakin naik. Selain itu, hal tersebut juga akan menyebabkan kemungkinan mereka dalam melakukan pembelian impulsif semakin tinggi. Oleh karena itu, dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:

H1: ketersediaan waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap keadaan emosional.

2. Hubungan Faktor Atmosfer Terhadap Keadaan Emosional

Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosional konsumen yang dapat menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari psikologikal set ataupun keinginan yang bersifat mendadak atau impulse (Graa et al., 2014).

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan Rook (1987) menunjukkan bahwa secara tiba-tiba konsumen tampaknya termotivasi untuk membeli oleh konfrontasi visual produk atau dengan rangsangan dari lingkungan. Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen utama dari keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain dari outlet retail mampu memberikan kesenangan dan untuk merangsang pengunjung toko. Graa et al. (2014) menemukan bahwa faktor atmosfer berpengaruh positif terhadap permbelian impulsif. Park et al. (2006) menunjukkan bahwa dampak negatif dari interaksi dengan bantuan karyawan memiliki kecenderungan untuk membeli secara impulsif.


(44)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik atmosfer yang dimiliki oleh suatu toko, maka akan mengakibatkan keadaan emosional seseorang dalam berbelanja semakin baik pula. Selain itu, hal tersebut juga akan menyebabkan kemungkinan mereka dalam melakukan pembelian impulsif semakin tinggi karena mereka merasa nyaman ketika berada di toko tersebut. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:

H2: faktor atmosfer berpengaruh positif dan signifikan terhadap keadaan emosional.

3. Hubungan Kehadiran Orang Lain Terhadap Keadaan Emosional Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995) mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang irasional (Graa et al., 2014).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang berbelanja sendiri atau bersama orang lain seperti keluarga atau


(45)

teman, hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan emosional dalam berbelanja. Selain itu, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kemungkinan mereka untuk melakukan pembelian impulsif. Akan tetapi, kedua hal tersebut tergantung dari setiap individu dalam menyikapi tidak atau adanya kehadiran orang lain dalam berbelanja. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:

H3: kehadiran orang lain berpengaruh dan signifikan terhadap keadaan emosional.

4. Hubungan Kesesakan Toko Terhadap Keadaan Emosional

Suasana sesak terjadi ketika seseorang merasakan bahwa pergerakan dia terbatas karena ruang yang terbatas. Kesesakan bisa terjadi karena terlalu banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang yang luas, tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Kesesakan dalam ruangan menimbulkan beberapa dampak pada perilaku konsumen dalam belanja (Sutisna, 2002).

Harrell et al. (1980) mengidentifikasi bahwa ada dua dimensi crowding, crowding manusia dan crowding spasial. Crowding manusia mengacu pada perasaan tertutup, perasaan terbatas karena kepadatan manusia yang tinggi. Sementara crowding spasial adalah mengacu pada perasaan gerakan tubuh fisik yang dibatasi karena kepadatan spasial tinggi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu aktivitas individu, individu akan merasakan kesesakan. Konsep ini


(46)

menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral", sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat. Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja (Graa et al., 2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Graa et al. (2014) menemukan bahwa kesesakan memiliki hubungan positif terhadap perilaku pembelian impulsif.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesesakan yang dialami oleh seseorang ketika berbelanja akan mengakibatkan keadaan emosional orang tersebut dalam berbelanja akan semakin rendah. Selain itu, hal tersebut juga akan menyebabkan kemungkinan mereka dalam melakukan pembelian impulsif semakin rendah karena mereka tidak merasa nyaman ketika berada di toko tersebut. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:

H4: kesesakan toko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keadaan emosional.

5. Hubungan Keadaan Emosional Terhadap Pembelian Impulsif

Mehrabian dan Russell (1974) dalam Graa et al. (2014) menyatakan bahwa dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi oleh respon emosional, sehingga setiap set kondisi awalnya menghasilkan emosional (afektif, konatif, perasaan) reaksi, yang pada gilirannya mengarah ke respon perilaku (pendekatan atau penghindaran).


(47)

Selanjutnya, keseluruhan dari semua tanggapan emosional yang mungkin dapat diwakili oleh satu atau kombinasi dari tiga dimensi dasar: kesenangan, gairah, dan dominasi. Kesenangan sebagai keadaan emosional dibedakan dari preferensi, keinginan, penguatan positif atau pendekatan-penghindaran. Ini adalah gabungan dari perasaan seperti kebahagiaan, kepuasan, dll. Gairah adalah orientasi kegiatan dan "ukuran seberapa terjaganya organisme, seberapa siap untuk bertindak". Yang terakhir, dominasi adalah refleksi dari sejauh mana individu merasa di kontrol atau dikuasai oleh lingkungannya. Semakin tinggi tingkat dominasi yang dirasakan dalam suatu situasi, maka semakin tunduk suatu keadaan individu (Graa et al.,2014).

Graa et al. (2014) menemukan bahwa hubungan antara tekanan waktu dan tanggapan emosional tidak diuji karena tidak ada hubungan langsung antara variabel ini terhadap pembeli impulsif. Dampak dari faktor atmosfer pada kondisi emosional (kesenangan, gairah dan dominasi) dari kesenangan tidak signifikan. Hubungan antara kehadiran orang lain dan respon emosional tidak signifikan. Hubungan antara crowding dirasakan dan tanggapan emosional tidak signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik kesenangan, kegairahan, serta dominasi seseorang dalam berbelanja, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kemungkinan seseorang dalam melakukan pembelian impulsif karena keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi dalam suatu pengambilan keputusan saat berbelanja. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:


(48)

Ketersediaan Waktu

Kehadiran Orang Lain

Kesesakan toko Faktor Atmosfer

Keadaan Emosional

Perilaku Pembelian

impulsif H5 (+)

H5: keadaan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

C. Model Penelitian

Berdasarkan ulasan landasan teori di atas, model penelitian dapat digambarkan dalam Gambar 2.2

GAMBAR 2.2 Model Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa perilaku pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh adanya ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, kesesakan toko, dan keadaan emosional. Model penelitian menunjukkan adanya hubungan kausal antar variabel.

Dalam model penelitian di atas, model penelitian merupakan model penelitian yang mengadopsi dari teori Mehrabian-Russell model. Variabel yang ada dalam teori tersebut adalah keadaan emosional, sedangkan


(49)

ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko merupakan macam-macam dari faktor lingkungan yang menjadi stimulus dalam teori Mehrabian-Russell model. Perilaku pembelian impulsif merupakan reaksi yang dihasilkan dari stimulus dengan melalui pengalaman individu dalam lingkungan sebagai mediator.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek adalah satu anggota dari sampel, sedangkan elemen adalah satu anggota dari populasi (Sekaran dan Bougie, 2013).

Objek dalam penelitian ini yaitu Matahari Departement Store, sedangkan subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli di Matahari Departement Store. Setting dalam penelitian ini adalah Matahari Departement Store karena dari hasil studi pendahuluan tentang pembelian impulsif, mayoritas menjawab melakukan pembelian impulsif pada produk fashion di Matahari Departement Store.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif karena terdapat rangkaian kausalitas dan juga menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Data kuantitatif adalah metode penelitian pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Sugiyono, 2010). Sifat dari data kuantitatif itu sendiri dapat diklarifikasi, teramati, dan terukur. Berdasarkan cara memperolehnya, data yang digunakan adalah data primer karena peneliti melakukan pencarian data secara langsung kepada responden melalui kuesioner. Data primer adalah data yang berasal langsung


(51)

dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Sekaran dan Bougie, 2013). Sehingga data dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian yang merupakan pelanggan Matahari Department Store. C. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Sampel penelitian dikatakan baik jika kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, yaitu sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 166 responden. Pengambilan jumlah sampel ditentukkan berdasarkan Roscoe (1975) dalam Sekaran dan Bougie (2013) memberikan acuan dalam pengambilan jumlah sampel, yaitu:

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian

2. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10 kali atau lebih dari jumlah variabel dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu teknik pengambilan sampel secara non-probability dengan purposive sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang


(52)

dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Sekaran dan Bougie, 2013).

Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel yaitu konsumen yang pernah berbelanja di Matahari Departement Store, konsumen yang pernah melakukan pembelian terhadap suatu produk yang tidak direncanakan sebelumnya dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, laki-laki/perempuan yang

berusia ≥ 17 tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara field survey, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan membagikan kuesioner kepada responden yang dianggap memenuhi syarat dan mampu memberikan cukup informasi. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selain itu, kuesioner juga merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010).

Kuesioner dari penelitian ini merupakan kuesioner yang menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang didapat berupa pernyataan atau


(53)

pertanyaan (Sugiyono, 2010). Adapun skala Likert yang digunakan dalam penelitian, yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan variabel dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat, dan variabel intervening.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu (availability of time), faktor atmosfer (atmospheric factors), kehadiran orang lain (presence of others), dan kesesakan toko (perceived crowding).

Berikut adalah definisi dan pengukuran dari masing-masing variabel bebas (independent variable):

a. Ketersediaan Waktu (Availability of Time)

Engel et al. (2008) menyatakan waktu yang disediakan untuk berbelanja dapat membantu meringankan perasaan kesepian, menghilangkan kebosanan, dapat memenuhi fantasi dan meredakan depresi. Waktu dapat dipandang sebagai variabel situasional, dimana karakteristik situasional waktu yang mempengaruhi konsumen adalah ketersediaan waktu tersebut (Mowen dan Minor, 2002) dalam (Sutisna, 2002). Waktu akan mempengaruhi tindakan


(54)

dalam situasi tertentu, dapat berfungsi sebagai variabel independen yang mempengaruhi perilaku konsumen (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu mengacu pada jumlah waktu yang dirasakan tersedia dalam membuat pertimbangan untuk keputusan pembelian dan memiliki hubungan positif dengan mencari produk di toko oleh konsumen yang dinyatakan oleh Beatty dan Smith dalam Pattipeilohy and Rofiaty (2013). Ketersediaan waktu adalah jumlah waktu yang dirasa tersedia oleh pembeli pada saat itu dan dapat mempengaruhi waktu yang dihabiskan oleh konsumen untuk mencari produk di toko menurut Beatty dan Ferrell (1998). Ketersediaan waktu diukur dengan tiga item indikator yang mengacu pada Tafesse dan Korneliussen (2012), yaitu:

1) Keleluasaan Waktu 2) Santai

3) Menghabiskan waktu yang lama

b. Faktor Atmosfer (Atmospheric Factors)

Rook (1987) menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba termotivasi oleh rangsangan yang berasal dari lingkungan (atmosfer toko) untuk membeli suatu produk. Atmosfer toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam bena konsumen. Melalui atmosfer toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan layanan, harga, maupun ketersediaan barang dagangan yang


(55)

bersifat fashionable (Utami, 2006). Sedangkan dalam penelitian ini, faktor atmosfer diukur dengan lima item indikator yang mengacu pada Graa et al. (2014) dan Utami (2006), yaitu:

1) Pemandangan toko 2) Musik toko

3) Aroma toko 4) Desain toko 5) Karyawan toko

c. Kehadiran Orang lain (Presence of Others)

Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995) mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang irasional (Graa et al., 2014). Kehadiran orang lain diukur dengan tiga item indikator yang mengacu pada Graa et al. (2014), yaitu:

1) Kehadiran teman saat berbelanja 2) Kehadiran keluarga saat berbelanja


(56)

3) Berbelanja sendiri

d. Kesesakan toko (Perceived Crowding)

Suasana sesak terjadi ketika seseorang merasakan bahwa pergerakan dia terbatas karena ruang yang terbatas. Kesesakan bisa terjadi karena terlalu banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas. Atau sebenarnya ruang yang luas tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Toko yang kecil, akan sulit menyediakan ruang yang luas untuk pergerakan konsumen (Sutisna, 2002). Kesesakan toko diukur dengan empat item indikator yang mengacu pada Graa et al. (2014), yaitu:

1) Crowding manusia 2) Crowding tata ruang 3) Suasana toko yang sepi 4) Penataan toko yang longgar

2. Variabel Mediasi (Intervening Variable)

Variabel intervening adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dalam hal ini adalah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini adalah Emotional States Mehrabian and Russell Model (Keadaan Emosional). Mehrabian dan Russell (1974) mengatakan bahwa tanggapan ke stimulus yang berasal dari lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R), dengan pengalaman individu


(57)

di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Individu bereaksi ke lingkungan dengan dua perilaku, yaitu: pendekatan dan penghindaran (approach and avoidance) (Semuel, 2005). Keadaan emosional diukur dengan tiga item indikator yang mengacu pada Mehrabian dan Russell (1974) dalam Graa et al. (2014), yaitu:

1) Kesenangan 2) Kegairahan 3) Dominasi

3. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku pembelian impulsif.

Menurut Levy (2001) perilaku pembelian impulsif adalah keputusan untuk melakukan pembelian yang dilakukan oleh konsumen di toko setelah melihat produk yang ada. Peritel biasanya berusaha meningkatkan pembelian secara impulsif dari konsumen dengan cara menggunakan display untuk menarik perhatian konsumen dan menstimulasi keputusan untuk melakukan pembelian berdasarkan analisis yang sudah dilakukan. Contohnya, bahan makanan penjualannya meningkat ketika diletakkan di eye level (sesuai dengan pandangan mata konsumen ketika melihat rak barang, yang biasanya terletak di rak ketiga dari bawah) dan di check out counter (agar konsumen dapat melihat barang-barang tersebut ketika sedang mengantri). Pembelian


(58)

impulsif diukur dengan enam item indikator yang mengacu pada Rook (1987), yaitu:

1) Tanpa rencana sebelumnya 2) Kebiasaan tanpa rencana 3) Spontanitas

4) Banyak yang tidak terencana 5) Barang yang tidak dibutuhkan 6) Kehilangan kendali

Pengukuran untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Sumber

Variabel Bebas

Ketersediaan Waktu -Keleluasaan Waktu -Santai

-Menghabiskan waktu yang lama

Tafesse dan Korneliussen (2012)

Faktor Atmosfer -Pemandangan toko

-Musik toko -Aroma toko -Desain toko -Karyawan toko

Graa et al. (2014) dan Utami (2006)

Kehadiran Orang lain - Kehadiran teman saat berbelanja - Kehadiran keluarga saat berbelanja - Berbelanja sendiri

Graa et al. (2014)

Kesesakan toko - Crowding manusia

- Crowding tata ruang - Suasana toko yang sepi - Penataan toko yang longgar

Graa et al. (2014)

Variabel

Intervening

Keadaan Emosional - Kesenangan - Kegairahan - Dominasi

Mehrabian & Russell (1974) dalam Graa et al.

(2014)

Variabel Terikat

Pembelian Impulsif -Tanpa rencana sebelumnya -Kebiasaan tanpa rencana -Spontanitas

-Banyak yang tidak terencana -Barang yang tidak dibutuhkan -Kehilangan kendali


(59)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Menurut Ghozali (2013) instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Validitas konstruk digunakan untuk menguji seberapa baik suatu instrumen yang dikembangkan langkah-langkah konstruk tertentu dimaksudkan untuk mengukur, sedangkan reliabilitas digunakan untuk menguji seberapa konsisten alat ukur telah mengukur konstruk (Sekaran dan Bougie, 2013).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk pengujian apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik berisi data residual yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013), untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat digunakan dua cara yaitu dengan menggunakan analisis grafik atau uji statistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dari nilai Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Pengujian tersebut digunakan untuk membuktikan apakah residual terdistribusi secara normal atau tidak. Uji statistik dapat dilakukan dengan melihat nilai hasil uji K-S dari residual. Residual terdistribusi secara normal jika nilai t hitung > 0,05. Sebaliknya jika t hitung < 0,05, maka residual tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Validitas Kuesioner

Validitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang kita gunakan mampu mengukur apa yang ingin kita ukur dan


(60)

bukan mengukur yang lain (Rahmawati, Fajarwati, dan Fauziyah, 2014). Sedangkan, Ghozali (2013) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas konstruk. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai dengan teori-teori yang digunakan unuk mendefinisikan suatu konstruk (Hartono, 2013). Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS menggunakan confirmatory factor analisys. Analisis Faktor Konfirmatori digunakan untuk menguji apakah indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasi sebuah konstruk atau variabel (Ghozali, 2013). Suatu instrument dikatakan valid apabila memiliki nilai factor loading ≥0.5 (Hair et al., 1998).

3. Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauhmana stabilitas dan konsistensi dari alat pengukur yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulangi (Rahmawati, Fajarwati, dan Fauziyah, 2014). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Conbach’s Alpha, yang kemudian diaplikasikan dengan komputer pada program Statistical Package for Social Science (SPSS). Apabila nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0.60 maka alat ukur dinyatakan reliabel (Hair et al., 1998).


(61)

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Metode analisis regresi berganda dilakukan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel terikat, bila terdapat dua atau lebih dari variabel bebas sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2010). Jadi, analisis regresi berganda dapat dilakukan jika penelitian memiliki dua atau lebih variabel independen.

Dalam penelitian ini analisis regresi berganda akan dilakukan untuk menguji pengaruh dari setiap variabel independen yaitu ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko terhadap variabel intervening keadaan emosional. Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y1 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:

Y1 = keadaan emosional b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi X1 = ketersediaan waktu X2 = faktor atmosfer X3 = kehadiran orang lain X4 = kesesakan toko

e = 0

Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis regresi linier sederhana untuk menguji pengaruh dari variabel intervening keadaan emosional terhadap variabel dependen perilaku pembelian impulsif. Regresi linier sederhana merupakan analisis regresi antara satu variabel terikat dan satu


(62)

variabel bebas. Persamaan regresi linear sederhana dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y2 = b1Y1 + e Keterangan:

Y2 = Perilaku Pembelian Impulsif b1 = Koefisien Regresi

Y1 = Keadaan Emosional

e = 0

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pembuktian mengenai kebenaran sifat populasi berdasarkan data sampel (Basuki dan Prawoto, 2016). Pengujian hipotesis dilakukan dengan program SPSS 17. Beberapa uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu:

1. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinan (R2yxk) menunjukkan besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model structural yang dianalisis. Menurut Kusnendi (2008) nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0< R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dinilai baik.

b. Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat semakin jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dinilai kurang baik.


(63)

Untuk menguji hipotesis maka dilakukan Uji F, dimana Uji F digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan. Setelah diperoleh Fhitung, maka selanjutnya dibandingkan dengan F tabeldengan α 0,05 dengan kriteria :

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Ho ditolak jika Fhitung≥ Ftabel (Kusnendi, 2008)

3. Pengujian Hipotesa Secara Partial (Uji t)

Untuk menguji hipotesis maka dilakukan Uji t, dimana Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial. Setelah diperoleh t hitung, maka selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan α 0,05 dengan kriteria :

Ho diterima dan menolak Ha jika thitung < ttabel


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian

1. Sejarah PT Matahari Department Store Tbk.

PT Matahari Department Store Tbk (“Matahari” atau “Perseroan”) adalah perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan fashion, aksesori, kecantikan, hingga peralatan rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Matahari menghadirkan produk-produk stylish berkualitas tinggi serta pengalaman berbelanja yang istimewa, bekerja sama dengan pemasok lokal dan internasional yang terpercaya untuk menawarkan beragam produk terkini dari merek eksklusif dan merek internasional.

Matahari telah hadir di kancah ritel Indonesia selama hampir enam dekade. Gerai pertamanya, yang merupakan toko pakaian untuk anak-anak, dibuka pada 24 Oktober 1958 di Pasar Baru, Jakarta. Sejak itu, Matahari terus berkembang menjadi perusahaan nasional, membuka department store modern pertama di Indonesia pada tahun 1972 dan mendirikan basis konsumen setia di seluruh Indonesia. Dengan jaringan 142 gerai di 66 kota, Matahari menyediakan lapangan pekerjaan bagi 50.000 orang di Indonesia dan mendapatkan 80% produk pembelian langsung dan konsinyasi dari sekitar 850 pemasok lokal.

Pada tahun 2009, Perseroan melakukan spin off (organisasi, objek, atau entitas baru yang merupakan hasil pemisahan dari bentuk yang lebih besar) dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) untuk membentuk entitas baru, yakni PT


(1)

Variabel Kehadiran Orang Lain

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 166 100.0

Excludeda 0 .0

Total 166 100.0

c. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.950 3

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PO1 3.80 .986 166

PO2 4.50 .676 166

PO3 2.91 1.127 166

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

PO1 7.41 3.031 .980 .860

PO2 6.71 4.389 .890 .978

PO3 8.30 2.648 .940 .920

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

Variabel Kesesakan toko

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 166 100.0

Excludeda 0 .0

Total 166 100.0

d. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.907 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PC1 2.27 .922 166

PC2 2.12 .851 166

PC3 3.12 .830 166

PC4 4.06 .719 166

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

PC1 9.30 5.642 .503 .987

PC2 9.45 4.636 .909 .835

PC3 8.45 4.709 .916 .833

PC4 7.51 5.185 .914 .845

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

Variabel Keadaan Emosional

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 166 100.0

Excludeda 0 .0

Total 166 100.0

e. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.903 3

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ES1 4.73 .541 166

ES2 3.20 1.012 166

ES3 4.07 .885 166

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

ES1 7.28 3.450 .761 .952

ES2 8.81 1.841 .876 .832

ES3 7.94 2.081 .944 .734

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(4)

Variabel Perilaku Pembelian Impulsif

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 166 100.0

Excludeda 0 .0

Total 166 100.0

f. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.744 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

IB2 3.60 1.009 166

IB3 3.23 1.073 166

IB4 2.84 1.119 166

IB5 3.02 1.120 166

IB6 3.36 1.216 166

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

IB2 12.45 10.915 .491 .706

IB3 12.81 9.950 .606 .663

IB4 13.20 10.127 .537 .688

IB5 13.02 10.884 .415 .733

IB6 12.69 9.889 .502 .703

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(5)

Lampiran 7 Hasil Regresi

Regresi Berganda variabel X terhadap Y

1

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 X4:Perceived

Crowding, X1:Availability of Time, X3:Presence of Others,

X2:Atmospheric Factorsa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .536a .287 .270 1.962

a. Predictors: (Constant), X4:Perceived Crowding, X1:Availability of time, X3:Presence of Others,

X2:Atmospheric Factors

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 250.024 4 62.506 16.233 .000a

Residual 619.952 161 3.851

Total 869.976 165

a. Predictors: (Constant), X4:Perceived Crowding, X1:Availability of Time, X3:Presence of Others, X2:Atmospheric Factors

b. Dependent Variable: Y1:Emotional States

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.414 .899 6.020 .000

X1:Availability of Time .126 .070 .140 1.795 .074

X2:Atmospheric Factors .200 .050 .335 4.030 .000

X3:Presence of Others .066 .061 .078 1.071 .286


(6)

Regresi Linear Sederhana Variabel Y

1

terhadap Y

2

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Y1:Emotional Statesa

. Enter b. All requested variables entered.

c. Dependent Variable: Y2:Impulse Buying

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .332a .110 .105 3.690

a. Predictors: (Constant), Y1:Emotional States b. Dependent Variable: Y2:Impulse Buying

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 275.890 1 275.890 20.264 .000a

Residual 2232.815 164 13.615

Total 2508.705 165

a. Predictors: (Constant), Y1:Emotional States b. Dependent Variable: Y2:Impulse Buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.278 1.530 6.065 .000

Y1:Emotional States .563 .125 .332 4.502 .000


Dokumen yang terkait

Pengaruh promosi penjualan dan respon emosi terhadap pembelian impulsif : studi kasus konsumen carefour lebak bulus

2 10 122

IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF (Studi pada Mainan Anak-Anak di Kota Metro)

2 17 74

ATMOSFER TOKO, EMOSI KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN PADA TOKO ROTI.

0 6 16

Pengaruh Suasana Toko Terhadap Emosi Konsumen Dan Dampaknya Pada Perilaku Pembelian Pengaruh Suasana Toko Terhadap Emosi Konsumen Dan Dampaknya Pada Perilaku Pembelian (Studi pada Pembelian Kain di Toko Tekstile Anugrah Jaya Salaman).

0 2 14

ATMOSFER TOKO, EMOSI KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN PADA TOKO ROTI ATMOSFER TOKO, EMOSI KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN PADA TOKO ROTI.

0 3 13

MENILAI FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL DALAM PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DITINJAU DARI VARIABEL - VARIABEL MENILAI FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL DALAM PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DITINJAU DARI VARIABEL – VARIABEL DEMOGRAFIS (Pada Pembelanja Supermarket di Yogyaka

1 5 18

ANALISIS PENGARUH DISPLAY TOKO DAN MOTIVASI BELANJA HEDONIC TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF Analisis Pengaruh Display Toko Dan Motivasi Belanja Hedonic Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif.

0 3 13

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Display Toko Dan Motivasi Belanja Hedonic Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif.

0 3 7

ANALISIS PENGARUH DISPLAY TOKO DAN MOTIVASI BELANJA HEDONIC TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF Analisis Pengaruh Display Toko Dan Motivasi Belanja Hedonic Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif.

0 2 13

Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Pembelian impulsif Konsumen

0 1 27