PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP DI KOTA TASIKMALAYA

(1)

PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP DI KOTA

TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjan Hukum

Diajukan Oleh :

Nama : VIQI MUHAMMAD RIZKY Nim : 20120610018

Prodi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP DI KOTA

TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Diajukan Oleh :

Nama : VIQI MUHAMMAD RIZKY Nim : 20120610018

Prodi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Viqi Muhammad Rizky NIM : 20120610018

Judul Skripsi : PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP DI KOTA TASIKMALAYA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar sarjana S-1 yang telah diperoleh karena karya tulis ini, dan sanksi lain sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya paksaan pihak manapun.

Yogyakarta, 19 November 2016

Yang menyatakan

Viqi Muhammad Rizky NIM.20120610018


(5)

MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Sesungguhnya diantara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji, namun hanya dapat ditebus dengan

kesusah-payahan dalam mencari nafkah”. (H.R. At-Thabrani)

“Gantung kan cita-cita mu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”.

(Ir. Soekarno)

“Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu”.

(Albert Enstein)

“Katakan pada dunia betapa hebatnya anda, tapi jangan hiraukan apa yang orang lain tidak lakukan. Yang penting adalah apa yang anda lakukan”.

(Napoleon Bonaparte)

“Tidak ada kesia-siaan yang menguras tubuh kecuali kekhawatiran dan orang yang mempunyai keyakinan pada Tuhan seharusnya merasa malu kalau masih

mengkhawatirkan sesuatu”. (Mahatma Gandhi)


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk . . .

Kedua orang tuaku tercinta, ibundaku Sunanih M.Pd., dan Ayahku tercinta Haerul Saleh, serta adikku Zidan Arfan Salehan dan Syima Aulia Zahra S. Terima kasih atas doa dan dukungannya yang tiada habisnya selama ini.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul "Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap di Kota Tasikmalaya. Disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana hukum pada Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:

1. Keluargaku tercinta Ibuku Sunanih M.Pd., dan Ayahku tercinta Haerul Saleh,

adikku Zidan Arfan Salehan dan Syima Aulia Zahra S. Terimakasih atas doa dan dukungannya yang tiada habisnya selama ini.

2. Bapak Dr. Trisno Raharjo.,SH.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

3. Bapak Nasrullah S.H., S.Ag., MCI., selaku Dosen Pembimbing I yang berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memberiakan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Beni Hidayat.,S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama bimbingan Skripsi.

5. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman hidup yang bermanfaat bagi penulis.

6. Teman-teman perantau seperjuangan Hilmy, Wayan, Castrio, Guswan, Bimo, Fikar, Anang, Febri, Habib.

7. Teman-temanku Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan doannya. Dengan iringan doa semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan cintanya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan skripsi ini.


(9)

Terakhir penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Yogyakarta,Desember, 2016 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Pajak ... 6

B. Pemungutan Pajak ... 9

C. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor ... 15

D. Subjek dan Objek Pajak Kendaraan Bermotor ... 16

E. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor ... 19


(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Data Penelitian dan Bahan Hukum ... 21

C. Narasumber dan Responden ... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 23

F. Lokasi Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 25

B. Hasil Penelitian ... 29

1. Penyelenggaraan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya ... 30

2. Faktor Pendukung Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya ... 56

C. Pembahasan ... 60

1. Penyelenggaraan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya ... 60

2. Faktor Pendukung Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya ... 67

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70


(12)

(13)

(14)

(15)

ABSTRAK

SAMSAT merupakan birokrasi penyelenggara pelayanan publik terkait pelayanan pajak kendaraan bermotor. sebagai birokrasi yang memberikan pelayanan yag bertatap langsung dengan masyarakat sudah sewajarnya SAMSAT memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak kendaraan bermotor, mengingat pajak kendaraan bermotor merupakan sumber pendapatan asli daerah yang berguna membiayai pembangunan. Penelitian ini berguna untuk mengetahui penyelenggaraan pelayanan pajak kendraan bermotor ditinjau dari indikator-indikator efektifitas, efisiensi, responsifitas, dan reliabilitas. Serta untuk mengetahui faktor yang mendukung pelayanan pajak kendraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Narasumber dalam penelitian ini adalah pegawai di SAMSAT Kota Tasikmalaya yang berkaitan dengan pelayanan pajak kendaraan bermotor serta wajib pajak kendaraan bermotor yang sedang mengakses pelayanan di SAMSAT Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya berjalan efektif dan efisien dilihat dari pemberian pelayanan yang semakin cepat dan mudah dengan sistem online, pemberian pelayanan yang akurat, serta disediakannya media pengaduan bagi wajib pajak yang ingin menyampaikan kritik dan saran.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan peningkatan pengelolaan dari pajak yang sudah ada. Pemungutan pajak daerah membawa konsekuensi bagi Pemerintah Daerah untuk secara terus menerus mendorong pengembangan sistem pengelolaan keuangan daerah yang transparan, partisipatif, dan akuntabel. Pemerintah Daerah juga berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Kejujuran, dedikasi dan profesionalitas ikut berperan penting dalam meningkatkan motivasi masyarakat untuk membayar pajak tepat waktu.

Pajak telah dikelola secara khusus oleh Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan. Selain itu, diatur juga dalam undang-undang perpajakan yang berlandasan falsafah Pancasila dan UUD 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan peran serta rakyat dalam praktik kenegaraan.1

Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan

1

Etty Muyassaroh, 2013, Panduan menghitung dan melaporkan pajak pribadi bagi pemilik NPWP, Yogyakarta,(Penerbit Pustaka Yustisia) hlm.1


(17)

yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dari berbagai alternatif penerimaan daerah, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan pajak dan restribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari dalam daerah itu sendiri. 2

Kebijakan otonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. Melalui pendekatan otonomi, maka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah akan berjalan lebih efektif dan efisien karena kedekatan antara lembaga pemerintahan dengan masyarakat.

Pada tanggal 18 Agustus 2009, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyetujui dan mengesahkan Rancangan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (RUU PDRD) menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Pengesahan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) ini sangat strategis dan mendasar di bidang desentralisasi fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan

2

Marihot P Siahaan, 2008, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, (Penerbit PT RajaGrafindo Persada) hal.v


(18)

kembali hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Apabila pajak daerah telah diatur dengan undang-undang, berarti undang-undang pajak daerah tersebut harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan tidak boleh dilanggar mengingat undang-undang pajak daerah tersebut telah dianggap diketahui oleh wajib pajak selaku pembayar pajak maupun daerah diwakili oleh pejabat pajak selaku penagih pajak.

Pajak daerah yang ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 memiliki sifat memaksa karena memuat sanksi hukum berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sekalipun pajak bersifat memaksa, pejabat pajak tidak boleh menyalahgunakan pajak yang dibayar oleh wajib pajak. Pajak yang ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak tidak boleh melepaskan kedua fungsi yang dimilikinya, yakni fungsi anggaran maupun fungsi mengatur. Fungsi anggaran dan fungsi mengatur mutlak keberadaannya dalam undang-undang pajak termasuk dalam pelaksanaannya. Seyogyanya, kedua fungsi tersebut terlaksana secara bersamaan sehingga terdapat perpaduan yang harmonis. Namun meskipun fungsi anggaran dan fungsi mengatur harus berdampingan secara harmonis, tujuan hukum berupa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum tidak boleh diabaikan.

Pemungutan Pajak Kendaran Bermotor atau yang sering di singkat PKB merupakan salah satu Pajak Daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah, tidak terkecuali di Tasikmalaya. Tasikmalaya merupakan daerah yang tingkat perekonomiannya cukup tinggi di Jawa Barat khususnya Priangan Timur, seiring


(19)

dengan hal itu laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Tasikmalaya hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun sebaliknya masih sangat banyak wajib pajak khususnya wajib pajak kendaraan bermotor yang tidak melaksanakan kewajibannya.

Kepadatan pelayanan tidak dapat dihindarkan karena jumlah kendaraan bermotor yang besar secara otomatis akan meningkatkan jumlah pelayanan yang berlangsung di SAMSAT Tasikmalaya. SAMSAT yang merupakan tempat pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor harus meningkatkan mutunya demi menekan angka tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menulis penelitian dengan judul Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Tasikmalaya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Bagaimana mekanisme penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Tasikmalaya?

2. Apa saja faktor pendukung pelayanan pajak kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Tasikmalaya?


(20)

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pelayanan pajak kendaraan bermotor pada Kantor Samsat Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan pajak kendaraan bermotor pada Kantor Samsat Kota Tasikmalaya.

D.Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Dari segi praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai kontribusi ataupun saran yang berfungsi sebagai masukan baik bagi masyarakat luas maupun instansi atau lembaga yang terkait terhadap pelayanan pajak kendaraan bermotor.

b. Dari segi teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan penelitian sesuai dengan topik penelitian ini.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Pajak

Pengertian pajak beranekaragam tergantung dari sudut kajian bagi mereka yang merumuskannya, berkaitan dengan defenisi pajak, Feldmann mengatakan bahwa: “belasting zijn aan de overhead, volgens algemene door haar vastgestelde normen, verschuldigde afdwingbare praestaties waar geen tegen-prestatie tegenstaat, en ultsluitend dienende totdekking van publieke ultgaven (pajak adalah prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri, tanpa ada jasa balik semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum)”.

Pengertian pajak juga dikemukakan oleh Anderson yang mengemukakan bahwa: “tax is a compulsory contributon, levied by the state (in the broad sense) upon persons property income and privileges for purposes of defraying the expences of government (pajak adalah pembayaran yang bersifat memaksa kepada negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah)”.

Selain itu Soeparman Soemahamidjaja mengemukakan bahwa: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa


(22)

berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.1

Pengertian pajak juga tercantum dalam Pasal 1 Angka 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dasar pemungutan pajak tersebut juga diatur dalam UUD 1945 Amandemen Pasal 23A, “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

Pajak adalah suatu cara negara untuk membiayai perekonomiannya sendiri dan pengeluaran lainnya secara umum disamping kewajiban suatu warga negara. Pajak juga merupakan partisipasi masyarakat yang dirasa paling efektif dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, pajak dapat dijadikan alat sebagai penggerak partisipasi rakyat kepada negara.

Pajak sebagai satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak, retribusi dan lain-lain, harus ditetapkan dengan Undang-Undang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjadi salah satu sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam rangka

1

Muhammad Djafar Saidi, 2010, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Jakarta, (PT RajaGrafindo Persada) hlm.27-28


(23)

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pajak setidaknya mengandung beberapa unsur antara lain yaitu iuran/ kontribusi rakyat kepada negara dimana pihak lain atau pihak swasta tidak berhak memungut, berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dan mempunyai kekuatan hukum, tanpa kontraprestasi atau dalam kata lain tanpa balas jasa dari negara yang dapat langsung ditunjuk, digunakan untuk membiayai rumah tangga negara atau pengeluaran pemerintah, dan apabila terdapat surplus dapat dipakai untuk membiayai public investment.

Mengenai pajak daerah dapat ditelusuri dari pendapat beberapa ahli seperti yang dikutip oleh buku Adrian Sutedi, menurut Rochmat Sumitro adalah: “Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya. Sedangkan Sebagian merumuskannya sebagai: pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan di nyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-undang”.

Berbeda dengan pandangan Rachmat Sutiro, menurut Yasmin: “Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum public, dalam rangka membiayai rumah tanganya. Dengan kata lain, pajak daerah


(24)

adalah pajak yang wewenang pungutannya ada pada darah dan pembangunan

daerah”.2

B. Pemungutan Pajak

Beberapa teori yang mendukung negara untuk memungut pajak antara lain: 1. Teori Asuransi

Menurut teori ini negara memungut pajak karena negara bertugas untuk melindungi orang dari segala kepentingannya, keselamatan dan keamanan jiwa juga harta bendanya. Pembayaran pajak disamakan dengan pembayaran premi, seperti halnya pembayaran asuransi (pertanggungan), maka untuk perlindungan diperlukan berupa premi. Walaupun perbandingan dengan perusahaan asuransi tidak tepat karena dalam hal timbul kerugian, tidak ada suatu penggantian dari negara, serta antara pembayaran jumlah-jumlah pajak dengan jasa-jasa yang diberikan oleh negara, tidaklah terdapat hubungan yang langsung, namun teori ini tetap dipertahankan, sekedar untuk memberi dasar hukum kepada pemungutan pajak. Karena pincangnya persamaan tadi, menimbulkan ketidak puasan, karena ajaran bahwa pajak bukan restribusi maka makin lama semakin berkuranglah teori ini.

2


(25)

2. Teori Kepentingan

Menurut teori ini negara memungut pajak karena negara melindungi kepentingan jiwa dan harta benda warganya, teori ini memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk perlindungan atas jiwa beserta harta bendanya. Maka sudah selayaknya bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk menunaikan kewajibannya dibebankan kepada mereka.

Terhadap teori ini banyak yang menyanggah, karena dalam ajarannya pajak dikacaukan dengan retribusi. Untuk kepentingan yang lebih besar terhadap harta benda yang lebih besar terhadap harta benda yang lebih banyak harganya daripada harta si miskin harus membayar pajak lebih besar dalam hal tertentu, misalnya dalam perlindungan yang termasuk jaminan sosial, sehingga sebagai konsekuensinya harus membayar pajak lebih banyak dimana hal inilah yan bertentangan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengambil kepentingan seseorang dalam usaha pemerintah sebagai ukuran, sejak dahulu belum ada pengukurnya, sehingga sulit sekali dapat ditentukan dengan tegas sehingga makin lama teori ini pun semakin ditinggalkan. 3. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini berdasarkan pada Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya kepada negara.


(26)

Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan negara. Sejak berabad-abad hak ini telah diakui dan warga negara mengamininya sebagai kewajiban asli untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara dalam bentuk pembayaran pajak.

4. Teori Asas Daya Beli

Teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara. Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak, hanya melihat kepada efeknya serta dapat memandang efek yang baik itu sebagai dasar keadilan.

Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai gejala dalam masyarakat dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil daya beli dari rumah tanga dalam masyarakat untuk rumah tanga negara yang kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya kearah tertentu.

Teori ini mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu pun juga bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya sehingga teori ini lebih menitikberatkan ajarannya kepada fungsi kedua dari pemungutan pajak yakni fungsi mengatur.


(27)

5. Teori Asas Gaya Pikul

Pokok pangkal teori ini adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dipikul menurut gaya pikul setiap warga negara dan sebagai ukurannya dapat dipergunakan selain besarnya penghasilan dan kekayaan juga pengeluaran dan pembelanjaan seseorang. Sampai saat ini teori asas gaya pikul ini masih dipertahankan.3

Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, di bawah ini beberapa ahli yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain: a. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang

terkenal “The Four Maxims”, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

1) Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan): pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

2) Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

3) Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.

3


(28)

4) Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

b. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

1) Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.

2) Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

3) Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4) Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).

5) Asas beban yang kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak. Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

a. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut:

1) Asas politik finalsial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadadi sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.


(29)

2) Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah.

3) Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.

4) Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak.

5) Asas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.4 Dalam sistem pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut agar tidak terjadi hambatan dan juga perlawanan dalam pembayaran pajak, antara lain syarat yang harus dipenuhi antara lain yaitu: 1) Pemungutan pajak harus adil/ syarat keadilan, artinya pemungutan pajak

secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang/ syarat yuridis, artinnya pajak diatur dalam undang-undang dan memberi jaminan hokum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3) Tidak mengganggu perekonomian/ syarat ekonomis, artinya pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian.

4

Veronika Yuliani, http://kiteklik.blogspot.co.id/2011/04/asas-pemungutan-dan-pengenaan-pajak.html diunduh tanggal 14 April 2016


(30)

4) Pemungutan pajak harus efisien/ syarat finansial, sesuai dengan fungsi budgeter, bahwa biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5) Syarat pemungutan pajak harus sederhana, artinya dengan cara pemungutan yang sederhana, akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

C. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, adapun yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peraltan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.

D. Subjek dan Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor


(31)

Pajak Kendaraan Bermotor atau yang disingkat PKB merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi. Pengertian pajak kendaraan bermotor menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Dalam arti pajak kendaraan bermotor merupakan pajak yang bersifat objektif, bergantung pada objek yang dikenakan pajak dan berada dalam kepemilikan dan/atau penguasaan wajib pajak.

Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor (Pasal 4 ayat (1) UU PDRD). Makna yang terkandung dalam pengertian memiliki dan/atau menguasai adalah sebagai berikut.

a. Subjek pajak memiliki kendaraan bermotor.

b. Subjek pajak memiliki dan menguasai kendaraan bermotor; atau

c. Subjek pajak hanya menguasai dan tidak memiliki kendaraan bermotor.

Ketiga makna tersebut, harus tercermin dalam substansi pengertian wajib pajak kendaraan bermotor sehingga dapat dikenakan pajak kendaraan bermotor. Adapun pengertian wajib pajak kendaraan bermotor menurut Pasal 4 ayat (2) UU PDRD adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Ketika dikaitkan Pasal 4 ayat (1) UU PDRD dengan Pasal 4 ayat (2) UU PDRD, ternyata terdapat perbedaan secara prinsipil. Perbedaannya adalah wajib pajak kendaraan


(32)

bermotor hanya terbatas pada kepemilikan kendaraan bermotor atau kepemilikan dan menguasai kendaraan bermotor.5

Pada PKB, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban perpajakan diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut. Dengan demikian, pada PKB subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang atau badan yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor.6

2. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Telah dikemukakan bahwa pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah provinsi. Sebagai pajak daerah provinsi pada hakikatnya tidak dapat berfungsi bila tidak memiliki objek yang dapat dikenakan pajak. Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Sementara itu, kendaraan bermotor menurut Pasal 1 angka 13 UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor

5

Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit., hlm.51

6


(33)

yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

Walaupun ruang lingkup kendaraan bermotor sangat luas, tetapi Pasal 3 ayat (3) UU PDRD masih memberi peluang untuk dikecualikan sebagai kendaraan bermotor. Adapun kendaraan yang dikecualikan dari kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:

a. Kereta api

b. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara.

c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dari lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah dan d. Objek pajak lainnya yang ditetapkan peraturan daerah.

Pengecualian sebagai kendaraan bermotor tidak terbatas karena dapat bertambah berdasarkan kebutuhan daerah yang diatur dengan peraturan daerah. Pengecualian sebagai kendaraan bermotor berarti tidak boleh dikenakan pajak. Jika pengecualian itu terlanggar, pejabat pajak telah melakukan pelanggaran hukum yang dapat dipersoalkan pada lembaga peradilan pajak.7

7


(34)

E. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1. Perhitungan PKB

Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan PKB adalah sesuai dengan rumus:

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan pajak = Tarif Pajak X (NJKB x Bobot)

2. Tarif PKB

Tarif PKB berlaku sama pada setiap Provinsi yang memungut PKB. Tarif PKB ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Pasal 5 tarif PKB dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan jenis penguasaan kendaraan bermotor, yaitu:

a. 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum.

b. 1% untuk kendaraan bermotor umum. Yaitu kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

c. 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.


(35)

Keterlambatan melaksanakan pendaftaran melebihi waktu yang ditetapkan/ tanggal jatuh tempo, dikenakan denda berupa kenaikan sebesar 25% dari Pokok Pajak ditambah Sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung saat terhutangnya pajak.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Metode penelitian ini tergantung pada data yang dikehendaki dalam penulisan ini, metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah adalah dengan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum hukum empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implemetasi hukum positif (perundang-undangan) dan kontak secara faktual pada setiap peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penelitian hukum empiris dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

B.Data Penelitian dan Bahan Hukum

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, dibagi ke dalam dua jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang terkait sehubungan dengan penulisan skripsi ini.

2. Data sekunder adalah bahan peneltian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier.


(37)

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan peraturan perundangan yang terdiri dari :

1) Undang-Undang Dasar 1945.

2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

4) Peraturan Perundang-undangan lain yang berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu untuk proses analisis yaitu:

1) Buku-buku ilmiah yang terkait. 2) Dokumen-dokumen yang terkait. 3) Makalah-makalah seminar yang tekait. 4) Jurnal-jurnal dan literatur yang terkait.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu berupa kamus dan ensiklopedi.

C.Narasumber dan Responden

Narasumber dalam penelitian ini adalah para pihak yang terkait langsung dengan objek penelitian ini yaitu Ketua Kantor Sistem Manunggal Satu Atap Kota Tasikmalaya atau yang mewakilinya.

Responden dalam penelitian ini adalah para pihak atau masyarakat yang sedang membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Samsat Tasikmalaya.


(38)

D.Teknik Pengumpulan Data

Suatu karya ilmiah membutuhkan sarana untuk menemukan dan mengetahui lebih mendalam mengenai gejala-gejala tertentu yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian kebenaran karya ilmiah tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagai tindak lanjut dalam memperoleh data-data sebagaimana yang diharapkan, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data yang berupa:

1. Wawancara

Wawancara kepada masyarakat dan narasumber yang berkaitan dengan penelitian. 2. Studi Pustaka

Dokumentasi dengan menelaah arsip-arsip yang relevan dengan data penelitian yang diperlukan.

E.Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data primer dan data sekunder seperti yang tersebut di atas, agar menjadi sebuah karya ilmiah (skripsi) yang terpadu dan sistematis di perlukan suatu sistem analisis data yang dikenal dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menyelaraskan dan menggambarkan keadaan yang nyata mengenai pelaksanaan pelayanan Pajak Kendaran Bermotor pada Kantor Sistem Manunggal Satu Atap Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil wawancara random sampling dan studi kepustakaan yang diperoleh, maka data tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan data yang bersifat deskriptif.


(39)

F. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ialah pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Tasikmalaya.


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Samsat

Sistem administrasi manunggal satu atap (SAMSAT) merupakan suatu sistem kerjasama terpadu antara Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), Dinas Pendapatan Provinsi dan PT. Jasa Raharja (PERSERO). Latar belakang terbentuknya SAMSAT di seluruh Indonesia diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri NO.POL KEP/13/XII/76 Nomor: KEP-1693/MK/IV/12/1976; 311 Tahun 1976 tentang Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah Tingkat 1, Komando Daerah kepolisian dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah khususnya mengenai pajak-pajak kendaraan bermotor. Dasar hukum pembentukan SAMSAT di seluruh Indonesia adalah instruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri keuangan dengan Nomor INS/03/M/X/1999, Nomor 29 Tahun 1999, Nomor 6/IMK.014/1999 tentang Pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dalam penerbitan Surat Tanda Nomor


(41)

Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor , Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Tujuan dibentuk SAMSAT adalah untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat untuk pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLJJ.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya SAMSAT mengacu pada Surat Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Direktur Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah serta Direktur Utama PT. Jasa Raharja (PERSERO) dengan Nomor SKEP/06/X/1999, Nomor 973-1228, Nomor SKEP/02/X/1999 tentang Pedoman Tata Laksana Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap dalam Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Coba Nomor Kendaraan Bermotor dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

SAMSAT merupakan sistem pelayanan publik yang dikelola oleh tiga instansi berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkan koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan dibentuk Tim Pembina SAMSAT Pusat dan Provinsi. Tim Pembina pusat berkedudukan di Jakarta. Sedangkan Tim Pembina SAMSAT Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi. Aparat pelaksanaan SAMSAT terdiri atas Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah, Dinas Pendapatan Provinsi dan PT.


(42)

Jasa Raharja (PERSERO) cabang. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, masing-masing ketiga instansi yang ada di SAMSAT memiliki tugas dan kewenangannya sendiri. Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang masing-masing instansi:

a. Unit Pelayanan : Petugas Dispenda dan Polri.

b. Unit Administrasi : Petugas Dispenda, POLRI dan Jasa Raharja.

c. Unit Pembayaran : Petugas Dispenda (Bendaharawan Samsat Penerima). d. Unit Pencetakan : Petugas Dispenda dan POLRI.

e. Unit Penyerahan : Petugas POLRI.

f. Unit Arsip : Petugas POLRI dan Dispenda. g. Unit Informasi : Petugas POLRI dan Dispenda.

2. SAMSAT Kota Tasikmalaya

SAMSAT Kota Tasikmalaya merupakan salah satu unit SAMSAT kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Selain di Kota Tasikmalaya terdapat juga SAMSAT Kabupaten Sukaraja. SAMSAT Kota Tasikmalaya beralamat di Jalan Ir. H. Juanda (By Pass) Tasikmalaya. Latar belakang terbentuknya Samsat Kota Tasikmalaya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mengurus dokumen kepemilikan, pembayaran pajak kendaraan bermotor dan sumbangan wajib dana lalu lintas kecelakaan Jasa Raharja. Tujuan dibentuknya SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah untuk memberikan pelayanan, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak kendaraan


(43)

bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor dan pembayaran sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan Jasa Raharja. Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang dari tiga instansi yang berkoordinasi di SAMSAT Kota Tasikmalaya:

a. DITLANTAS POLDA JABAR mempunyai fungsi dan kewenangan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, penerbitan Surat Tanda Kendaraan Bermotor dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, pemeliharaan dan pengamanan rekaman atau berkas.

b. Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat bertugas di bidang pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB).

c. PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Tasikmalaya berwenang di bidang pengutipan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), iuran Wajib Kendaraan Bermotor Umum dan Pelayanan Klaim Asuransi Jasa Raharja.

SAMSAT Kota Tasikmalaya merupakan sistem kerjasama terpadu antara Direktorat Kepolisian Lalu Lintas Daerah Provinsi Jawa Barat, Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Tasikmalaya dan PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Tasikmalaya. Dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya SAMSAT memiliki visi, misi, dan maklumat pelayanan yang dijadikan acuan untuk pengembangan dalam mencapai


(44)

tujuan dibentuknya SAMSAT. Adapun visi, misi, dan maklumat pelayanan SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

a. Visi:

“Menjadi Pengelola Pendapatan Daerah Yang Amanah dan Akuntabel”

b. Misi:

“Meningkatkan Kapasitas Pendapatan Daerah Yang Makin Optimal”

“Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Yang Berdaya Saing”

c. Maklumat Pelayanan:

“Dengan Ini Kami Menyatakan Sanggup Menyelenggarakan Pelayanan Sesuai

Standar Pelayanan Yang Telah Ditetapkan. Dan Apabila Tidak Menepati Janji Ini, Kami Siap Menerima Sanksi Sesuai Peraturan Perundang-Undangan Yang

Berlaku”

B.Hasil Penelitian

Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu jenis pajak daerah yang merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Kebijakan mengenai pajak daerah sendiri diatur dalam Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 ini mengatur pajak-pajak yang dapat dikelola oleh daerah sejak diterapkannya otonomi daerah di Indonesia. Sedangkan pajak kendaraan bermotor dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diatur dalam Pasal 3 sampai


(45)

dengan Pasal 8 yang menjelaskan tentang objek pajak kendaraan bermotor, subjek pajak kendaraan bermotor, dasar pengenaan dan besaran tarif pajak kendaraan bermotor serta tata cara pemungutan pajak kendaraan bermotor. Selanjutnya Pasal 9 sampai dengan Pasal 15 yang mengatur pajak bea balik nama kendaraan bermotor yang termasuk dalam kategori pajak kendaraan bermotor.

Dalam menyelenggarakan pelayanan publik dibutuhkan standar operasional pelayanan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh suatu organisasi mencapai tujuannya. Penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor SAMSAT Kota Tasikmalaya mengacu pada panduan manual mutu yang ditetapkan SAMSAT Kota Tasikmalaya sesuai standar manual mutu berdasarkan ISO 9001: 2008. SAMSAT Kota Tasikmalaya sebagai birokrasi pemerintah yang berkewajiban untuk melayani setiap warga Negara atas hak dan kebutuhan dasarnya serta memberikan pelayanan prima yang maksimal.

1. Penyelenggaraan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya

Pelayanan pajak kendaraan bermotor dikategorikan menjadi dua yaitu pelayanan atas pajak kendaraan bermotor itu sendiri dan pelayanan pajak atas bea balik nama kendaraan bermotor. Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya meliputi pelayanan pengesahan ulang STNK tahunan, pelayanan pengesahan ulang STNK lima tahunan, pelayanan/pengurusan pajak untuk penggantian STNK hilang yang habis masa berlakunya, pelayanan


(46)

pajak atas balik nama kendaraan bermotor dalam kabupaten/kota yang meliputi pendaftaran kendaraan bermotor baru serta pelayanan mutasi dari luar dan masuk provinsi.

a. Prosedur/Mekanisme Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor

SAMSAT Kota Tasikmalaya dalam menyelenggarakan pelayanannya menyediakan loket-loket pelayanan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berikut adalah daftar loket pelayanan yang ada di SAMSAT Kota Tasikmalaya: 1) Loket Pajak Progresif (Update Kepemilikan)

2) Loket Pendaftaran Ulang 1 Tahun R2 & R4 3) Loket Pendaftaran Ulang 5 Tahun R2 & R4 4) Loket Pendaftaran BBN 1, BBN 2 dan Rubertina 5) Loket Penetapan Pajak

6) Loket Fiskal

7) Loket Pembayaran/Kasir

8) Loket Pengesahan dan Penyerahan

9) Loket Pelayanan Cek Fisik Kendaraan Bermotor 10) Loket Pelayanan Asdok

11) Loket Pelayanan BPKB 12) Loket Mutasi R2 & R4 13) Loket Pelayanan TNKB

Sesuai dengan fungsi loket pelayanan tersebut, berikut adalah mekanisme pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya:


(47)

1) Mekanisme Pengurusan Pajak Pengesahan Ulang Tahunan

Persyaratan pengurusan pajak pengesahan ulang tahunan adalah: a) STNK asli dan fotocopy 2

b) BPKB asli dan fotocopy 2

c) KTP kartu identitas asli yang masih berlaku dan fotocopy

Prosedur pengurusan pajak pengesahan ulang tahunan untuk STNK dapat dilakukan melalui beberapa tahapan. Langkah pertama, pemohon (wajib pajak) dengan berkas persyaratan lengkap memulai dari loket pajak progresif (update kepemilikan) untuk di periksa kepemilikan kendaraan bermotor apabila terkena pajak progresif. Setelah itu pemohon ke loket pendaftaran ulang tahunan r2 & r4 untuk mendaftar pelayanan. Setelah pemohon mendaftar dan memasukan berkas, petugas pelayanan akan mengembalikan satu fotocopy STNK dan BPKB serta diberi blangko untuk pendataan fasilitas short message service (SMS) jatuh tempo kendaraan bermotor. Blangko tidak wajib diisi karena banyak masyarakat enggan memberikan nomor telponnya. Langkah kedua, setelah dari loket pendaftaran ulang tahunan r2 & r4, pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menyerahkan fotocopy STNK dan blangko pendataan. Setelah itu pemohon masih harus menunggu di loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan pajak yang berisi besaran biaya pajak pokok dan sumbangan wajib Jasa Raharja. Langkah ketiga, pemohon melakukan pembayaran pajak dan sumbangan wajib Jasa Raharja di loket kasir setelah


(48)

ada panggilan dari loket kasir. Langkah keempat, pemohon mengambil STNK yang telah disahkan dengan adanya bukti cap pada lembar STNK di loket pengesahan dan pembayaran.

2) Mekanisme pengurusan Pajak Pengesahan Ulang Lima Tahunan

Persyaratan pengurursan pajak pengesahan ulang lima tahunan adalah: a) STNK asli dan fotocopy 2

b) BPKB asli dan fotocopy 2

c) KTP kartu identitas asli yang masih berlaku dan fotocopy d) Cek fisik kendaraan bermotor

Prosedur pengurusan pajak untuk pengesahan ulang lima tahunan tidak jauh berbeda dengan pengesahan ulang tahunan. Yang membedakan adanya cek fisik kendaraan bermotor yang perlu dilakukan untuk mengecek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor. Setelah cek fisik selesai dilakukan maka langkah selanjutnya pemohon membeli formulir di loket formulir seharga Rp. 80.000,- untuk kendaraan roda dua dan Rp. 125.000,- unruk kendaraan roda empat. Langkah selanjutnya adalah pemohon menuju loket pajak progresif dan menyerahkan berkas ke loket pendaftaran ulang 5 tahunan r2 & r4. Setelah itu pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan pajak yang berisi besaran biaya pajak pokok dan sumbangan wajib Jasa Raharja. Langkah berikutnya setelah pemohon menerima lembar penetapan adalah melakukan


(49)

pembayaran pajak dan sumbangan wajib Jasa Raharja di loket kasir setelah adanya panggilan. Langkah terakhir yaitu mengambil STNK dan plat nomor di loket pelayanan TNKB.

Gambar 1. Mekanisme pembayaran pajak kendaraan bermotor tahunan dan 5 tahunan

Sumber: SAMSAT Kota Tasikmalaya

3) Mekanisme Pengurusan Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor dalam Kabupaten/Kota

Persyaratan pengurusan pajak balik nama kendaraan bermotor dalam Kabupaten/Kota adalah: WAJIB PAJAK LOKET PENGECEKAN PAJAK PROGRESIF (UPDATE KEPEMILIKAN) LOKET PELAYANAN PENDAFTARAN ULANG TAHUNAN, 5 TAHUNAN, BBNKB I, BBNKB II, RUBENTINA

LOKET PEMBAYARAN, PENCETAKAN SKPD DAN PENYERAHAN SKPD BARU LOKET PENYERAHAN STNK TAHUNAN DAN PENCETAKAN STNK 5

TAHUNAN

PENCETAKAN NPPKB PENDATAAN


(50)

a) Mengisi Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) b) KTP pemilik yang masih berlaku dan fotocopy 2

c) BPKB asli dan fotocopy 2 d) STNK asli dan fotocopy 2 e) Kuitansi pembelian asli

f) Surat ketetapan pajak daerah (SKPD) tahun terakhir g) Cek fisik kendaraan bermotor

Prosedur pengurusan pajak untuk balik nama kendaraan bermotor dalam Kabupaten/Kota diawali dengan pemohon melakukan cek fisik kendaraan bermotor yang perlu dilakukan untuk mengecek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor di loket pelayanan cek fisik kendaraan bermotor. Setelah cek fisik selesai maka langkah selanjutnya pemohon membeli formulir di loket pajak progresif. Setelah itu pemohon menyerahkan berkas ke loket pendaftaran BBN 1, BBN 2 dan Rubertina. Selanjutnya pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan. Setelah pemohon menerima lembar penetapan maka selanjunya pemohon membayar pajak atas balik nama kendaraan bermotor dan sumbangan wajib pajak Jasa Raharja di loket kasir. Langkah terakhir yaitu mengambil STNK yang sudah di cetak dan di sahkan di loket pelayanan TNKB.


(51)

4) Mekanisme Pengurusan Penggantian STNK Hilang/Rusak yang Habis Pajak Tahunannya

Persyaratan pengurusan penggantian STNK hilang/rusak yang habis pajak tahunannya adalah:

a) Tanda bukti laporan kehilangan dari kepolisian yang dilegalisir

b) Tanda bukti dari iklan pengumuman kehilangan di media cetak dan elektronik di fotocopy 2

c) BPKB asli dan fotocopy 2

d) KTP pemilik yang masih berlaku dan fotocopy 2

e) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor f) Surat pernyataan dan fotocopy 2

Prosedur pengurusan penggantian STNK hilang/rusak yang habis pajak tahunannya diawali dengan pemohon melakukan cek fisik kendaraan bermotor di loket cek fisik kendaraan bermotor. Setelah cek fisik selesai dilakukan maka langkah selanjutnya pemohon membeli formulir. Setelah itu pemohon menyerahkan berkas ke loket mutasi r2 & r4. Selanjutnya pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan. Setelah penerima menerima lembar penetapan maka selanjutnya pemohon membayar pajak kendaraan bermotor dan Jasa Raharja di loket kasir. Langkah terakhir adalah mengambil STNK yang sudah jadi di loket pengesahan dan pelayanan.


(52)

5) Mekanisme Pengurusan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Persyaratan untuk pendaftaran kendaraan bermotor baru adalah: a) Mengisi Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) b) Kartu identitas pemilik yang masih berlaku dan fotocopy 2

c) Akta pendirian, keterangan domisili, surat kuasa dan cap badan hukum (badan hukum/instansi)

d) Faktur lengkap

e) Sertifikat VIN/NIK dan sertifikat uji tipe

f) Kendaraan yang sudah rubah bentuk membawa keterangan dari perusahaan karoseri yang mendapat izin

g) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor

Prosedur pengurusan pendaftaran kendaraan bermotor baru diawali dengan pemohon melakukan cek fisik kendaraan bermotor yang perlu dilakukan untuk mengecek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor di loket cek fisik kendaraan bermotor. Setelah cek fisik selesai dilakukan maka langkah selanjutnya pemohon membeli formulir di loket pelayanan TNKB. Setelah itu pemohon menyerahkan kembali berkas ke loket pelayanan TNKB. Selanjutnya pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan. Setelah pemohon menerima lembar penetapan maka selanjutnya pemohon membayar pajak kendaraan bermotor dan wajib sumbangan Jasa Raharja di loket kasir.


(53)

Langkah terakhir adalah pemohon mengambil STNK yang sudah jadi di loket pengesahan dan penyerahan.

6) Mutasi keluar kendaraan

Persyaratan mutasi kendaraan adalah:

a) Mengisi formulir Surat Pendaftaraan dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SKKPD)

b) KTP pemilik yang masih berlaku dan fotocopy 2 c) BPKB asli dan fotocopy 2

d) STNK asli dan fotocopy 2 e) Kuitansi pembelian asli

f) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) tahun terakhir g) Cek fisik kendaraan bermotor

h) Fiskal antar Daeah

Prosedur pengurusan mutasi kendaraan bermotor keluar provinsi diawali dengan pemohon melakukan cek fisik kendaraan bermotor yang perlu dilakukan untuk mengecek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor di loket pelayanan cek fisik kendaraan bermotor. Setelah cek fisik dilakukan maka langkah selanjutnya pemohon mendaftar BPKB di loket mutasi r2 & r4. Selanjutnya pemohon akan menerima lembar penetapan pajak satu bulan (bila sudah hampir jatuh tempo), penetapan sumbangan wajib Jasa Raharja dan pajak fiskal. Setelah itu pemohon membayar pajak kendaraan bermotor dan sumbangan wajib Jasa Raharja di loket kasir.


(54)

Langkah terakhir pemohon mengambil buku BPKB di loket pelayanan BPKB.

7) Mutasi Kendaraan dari Luar (Masuk)

Persyaratan mutasi kendaraan dari luar (masuk) dalam provinsi adalah: a) Mengisi formulir Surat Pendaftaraan dan Pendataan Kendaraan Bermotor

(SKKPD)

b) KTP pemilik yang masih berlaku dan fotocopy 2 c) BPKB asli dan fotocopy 2

d) STNK asli dan fotocopy 2 e) Kuitansi pembelian asli

f) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) tahun terakhir g) Cek fisik kendaraan bermotor

h) Fiskal antar Daeah

Prosedur pengurusan mutasi kendaraan bermotor dari luar provinsi atau mutasi kendaraan bermotor masuk provinsi diawali dengan pemohon melakukan cek fisik kendaraan bermotor yang perlu dilakukan untuk mengecek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor di loket pelayan cek fisik kendaraan bermotor. Setelah cek fisik selesai dilakukan maka langkah selanjutnya pemohon membeli formulir. Setelah itu pemohon menyerahkan berkas ke loket mutasi r2 & r4. Selanjutnya pemohon menunggu panggilan dari loket penetapan pajak untuk menerima lembar penetapan pajak fiskal dan sumbangan wajib Jasa Raharja. Setelah pemohon


(55)

menerima lembar penetapan pajak maka selanjutnya pemohon membayar pajak kendaraan bermotor dan sumbangan wajid Jasa Raharja di loket kasir. Langkah terakhir adalah mengambil STNK yang sudah selesai di loket pelayanan TNKB.

b. Pengenaan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

SAMSAT Kota Tasikmalaya dalam memberikan pelayanan pajak kendaraan bermotor mengacu pada peraturan yang berlaku. Jadi dalam menerapkan tarif/besaran biaya pajak kendaraan bermotor SAMSAT Kota Tasikmalaya sesuai dengan ketentuan yaitu Perda Jabar No. 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Tarif pajak kendaraan bermotor yang diterapkan di SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

Tarif PKB ditetapkan sebesar 1,75 % untuk kepemilikan pertama kendaraan bermotor pribadi, 1% untuk kendaraan bermotor umum, 0,5% untuk ambulans, pemadam kebakaran dan 0,2% untuk kendaraan alat-alat berat. Sedangkan tarif BBNKB ditetapkan untuk penyerahan pertama yaitu kendaraan bermotor yang baru dibeli dari dealer sebesar 10%, untuk penyerahan kedua dan seterusnya (kendaraan second) sebesar 1%, untuk alat-alat berat penyerahan pertama sebesar 0,75%, untuk alat-alat berat penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.

Besarnya tarif pajak yang dipungut dari nilai jual pokok kendaraan bermotor sesuai dengan harga pasaran umum yang besarannya telah ditentukan


(56)

sesuai perarturan. Jadi besaran pajak seseorang akan sama bila kendaraan bermotor yang dimiliki tipe/jenis kendaraan sama meskipun harga saat mereka membeli berbeda. Begitu juga dengan tarif pajak kendaraan bermotor bekas. Tarif pajak dikenakan sesuai dengan ketentuan tarif yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan. Nilai pajak kendaraan bermotor tidak terpengaruh oleh hasil jual beli pemilik lama dengan pemilik baru.

Provinsi Jawa Barat telah memberlakukan pengenaan pajak progresif bagi kendaraan roda empat. Kendaraan bermotor roda empat yang terkena pajak progresif meliputi sedan, jepp, double cabin, minibus dan microbus. Sedangkan untuk kendaraan pick up tidak terkena pajak progresif. Pengenaan tarif pajak progresif untuk kepemilikan kedua ditetapkan sebesar 2,25%, kepemilikan ketiga sebesar 2,75%, kepemilikan keempat sebesar 3,25%, untuk kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,75%. Setiap pengenaan pajak progresif pemilik kendaraan bermotor akan dipastikan tentang status kepemilikannya oleh petugas. Apakah kendaraan roda empat yang dimiliki masih dimilki atau sudah berpindah tangan. Selanjutnya pengurusan pajak progresif dilakukan seperti mengurus pelayanan pajak lainnya di loket-loket pelayanan SAMSAT Kota Tasikmalaya sesuai prosedur.

c. Sanksi Administratif Pajak Kendaraan Bermotor

Setiap pengurusan pajak kendaraan bermotor yang jatuh tempo akan dikenakan sanksi atau denda. Sanksi untuk pengurusan pajak kendaraan bemotor yang telat dua hari dikenakan 2% dari pokok pajak yang seharusnya


(57)

dibayar. Apabila sudah telat satu bulan maka akan dikenakan sanksi sebesar 25% dari pajak pokok dan apabila telat sampai berbulan-bulan maka akan dikenakan bunga denda sebesar 2% setiap bulannya sampai maksimal 24%. Apabila seseorang telat mengurus pajak kendaraan bermotor yang dimilikinya selama tiga bulan, wajib pajak tersebut diharuskan membayar pajak pokok ditambah sanksi administratif sebesar 25% ditambah 4% untuk dua bulan lewat jatuh tempo. Meskipun informasi mengenai mengenai sanksi administratif sudah ada di SAMSAT Kota Tasikmalaya masih banyak masyarakat yang tidak tahu besaran denda yang harus dibayar apabila kendaraan bermotor mereka lewat jatuh tempo.

Dalam kasus lain jika pemohon (wajib pajak) dalam melakukan pelayanan pajak kendaraan bermotor syarat/berkas yang dibutuhkan kurang dan pada hari itu juga pajaknya sudah jatuh tempo maka SAMSAT memberikan kebijakan dengan memberikan pendaftaran dahulu. Wajib pajak dapat melengkapi berkas dan menyelesaikan pengurusan pajak kendaraan bermotor pada hari berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari wajib pajak terkena denda/sanksi. Kebijakan tersebut diberikan oleh SAMSAT jika pemohon mengurus sendiri pajaknya bukan melalui calo atau biro jasa.

d. Pajak Kendaraan Bermotor dilihat dari segi efektifitas, efisiensi, responsivitas dan reliability

Penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya merupakan pelayanan jasa yang dapat dinilai dan diamati. Berikut


(58)

adalah penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya ditinjau dari indikator-indikator pelayanan publik yaitu: 1) Efektifitas

Suatu organisasi dapat dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuannya yang dijabarkan dalam bentuk visi dan misi. Efektif atau tidaknya suatu pelayanan yang dilakukan oleh SAMSAT Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:

a) Koordinasi

Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya dimulai dengan melakukan koordinasi melalui antara tiga instansi yang ada di SAMSAT yaitu DITLANTAS POLDA JABAR, DISPENDA JABAR, dan PT. Jasa Raharja (persero). Komunikasi terkait penyelenggaraan pelayanan dilakukan setiap hari sebelum, selama dan sesudah pelayanan berakhir sehingga dalam memberikan pelayanan pajak kendaraan bermotor dapat berjalan baik. Sedangkan rapat koordinasi antara tiga instansi jarang dilakukan karena rapat koordinasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu SAMSAT Kota Tasikmalaya selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan personil melalui pelatihan bimbingan teknis (bimtek) yang dilakukan oleh masing-masing instansi, menambah fasilitas pelayanan, serta memperluas jaringan pelayanan. b) Waktu Penyelenggaraan Pelayanan


(59)

Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya dilaksanakan dalam enam (6) hari kerja setiap minggunya yaitu dari hari senin sampai hari sabtu dengan pemberian jenis dan waktu pelayanan yang berbeda. Berikut adalah waktu pelayanan di SAMSAT Kota Tasikmalaya:

Tabel 1. Jadwal Pelayanan SAMSAT Kota Tasikmalaya

Hari Waktu

Senin-kamis 08.00-14.30

Jumat 08.00-14.30

Sabtu 08.00-13.00

Sumber: SAMSAT Kota Tasikmalaya

Pada Hari Senin sampai dengan Hari Kamis pelayanan dilaksanakan mulai jam 08.00 sampai dengan jam 14.30. Waktu pelayanan untuk pendaftaran pemohon/wajib pajak yang akan melakukan pengurusan pajak kendaraan bermotor maupun pelayanan lainnya seperti cek fisik kendaraan bermotor biasanya sampai jam 14.00. Setelah lewat jam 14.00 pemohon yang sudah mendaftar tetapakan dilayani sampai dengan pukul 14.30 sesuai dengan waktu operasional SAMSAT Kota Tasikmalaya. Seperti dikutip dari wawancara penulis dengan Bapak K.T Wicaksono selaku Baur STNK. Bapak K.T Wicaksono mengatakan:

“Pelayanan pajak di SAMSAT Tasikmalaya dimulai pukul 08.00 sampai 14.30, sedangkan untuk Hari Sabtu hanya setengah hari


(60)

sampai jam 13.00. Sedangkan untuk batas pendaftaran biasanya

sampai jam 14.00 terkecuali hari sabtu sampai jam 12.00.”1

Pada Hari Jumat pelayanan dilakukan seperti biasa yaitu pelayanan administratif dari pendaftaran hingga pengambilan surat-surat yang sudah di registrasi. Untuk keperluan cek fisik batas waktu pendaftaran hanya sampai jam 11.00. Namun bila ada berkas pemohon yang sudah di daftarkan tetapi belum di selesaikan sebelum jam 11.00 maka penyelesaian berkas tetap bisa dilakukan setelah Sholat Jumat. Sedangkan pada Hari Sabtu pelayanan hanya dilakukan sampai jam 13.00 atau setengah hari.

Sasaran pelayanan SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah subjek pajak atau orang yang memiliki kendaraan bermotor yang kemudian disebut wajib pajak. Dalam menentukan sasaran wajib pajak, SAMSAT Kota Tasikmalaya melakukan pendataan kepemilikan kendaraan bermotor melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) sesuai ketentuan Undang-Undang dasar 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. SPTPD merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Selain itu data

1

Hasil wawancara dengan Bapak K.T. Wicaksono, Baur STNK SAMSAT Kota Tasikmalaya, Pada Hari Kamis tanggal 10 November 2016 pukul 12.33 WIB.


(61)

wajib pajak juga diperoleh dari blangko-blangko pendataan yang diisi oleh wajib pajak tahun sebelumnya.

SAMSAT Kota Tasikmalaya tidak memiliki target untuk jumlah wajib pajak yang harus terlayani per hari dalam menyelenggarakan pelayanan pajak kendaraan bermotor. Target yang ditetapkan SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah target untuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Berikut adalah rekapitulasi penerimaan pendapatan bulan Juni dan Juli Tahun 2016:

Tabel 2. Rekapitulasi Penerimaan Pendapatan Bulan (2016) Jumlah Pendapatan

Juni 2016 87.124.836.954

Juli 2016 102.973.767.088

Sumber: CPDP Provinsi Wilayah Kota Tasikmalaya

Penyelenggaran pelayanan di SAMSAT Kota Tasikmalaya dimulai pukul 08.00 sampai pukul 14.30. Petugas pelayanan beristirahat pada jeda Sholat Dzuhur dan setelahnya diselangi makan siang. Hal tersebut dimaksudkan agar untuk memuaskan pengguna layanan agar tidak menunggu lama.


(62)

Pelayanan pajak kendaraan bermotor yang dilakukan di SAMSAT Kota Tasikmalaya tidak hanya dapat dilakukan di kantor SAMSAT saja, tetapi juga dapat dilakukan di SAMSAT cabang pembantu di Ciawi, SAMSAT gendong, serta Bus SAMSAT keliling yang dioperasikan untuk menjangkau wilayah yang ada di Tasikmalaya. Namun Bus SAMSAT keliling tidak dioperasikan setiap hari. Bus SAMSAT keliling beroperasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Waktu pelayanan Bus SAMSAT keliling dimulai pukul 09.00-14.00 untuk hari Senin sampai hari Kamis. Berikut adalah jadwal pelayanan Bus SAMSAT keliling di wilayah Kota Tasikmalaya pada bulan November dan Desember 2016:

Tabel 3. Jadwal SAMSAT keliling Kota Tasikmalaya Hari Tanggal Tempat/Lokasi Pelayanan Senin 7 November 2016 Jl. Raya Indihiang Tasikmalaya Selasa 8 November 2016 Jl. Sutisna Senjaya Tasikmalaya Rabu 9 November 2016 Jl. H. Z. Mustofa Tasikmalaya Kamis 10 November 2016 Jl. Perintis Kemerdekaan

Tasikmalaya

Senin 5 Desember 2016 Jl. Raya Indihiang Tasikmalaya Selasa 6 Desember 2016 Jl. Sutisna Senjaya Tasikmalaya Rabu 7 Desember 2016 Jl. H. Z. Mustofa Tasikmalaya Kamis 8 Desember 2016 Jl. Perintis Kemerdekaan


(63)

Sumber: DISPENDA JABAR2

SAMSAT gendong Kota Tasikmalaya merupakan program yang diluncurkan oleh Tim Pembina SAMSAT Jawa Barat. Sama halnya seperti SAMSAT keliling, yang membedakannya hanyalah menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Melalui terobosan layanan pajak kendaraan bermotor yang pertama di Indonesia ini, memudahkan masyarakat untuk membayar pajak kendaraan bermotor yang dimilikinya.

Pelayanan SAMSAT gendong Kota Tasikmalaya tidak dioperasikan setiap hari. SAMSAT gendong hanya beroperasi pada Hari Minggu pukul 08.00-14.00 WIB. Lokasi pelayanan SAMSAT gendong tidak tetap atau berpindah-pindah misalnya seperti di Balai Desa, Balai RW, dan lain-lain.

2) Efisiensi

Suatu pelayanan dapat dikatakakan efisien jika dalam mencapai output menggunakan input seminimal mungkin. Efisiensi pelayanan dapat dilihat dari penggunaan sumber daya seperti sarana dan prasarana, penerapan standar pelayanan dan lamanya waktu pelayanan yang diberikan.

a) Penggunaan Sarana dan Prasarana

2

Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, menulis referensi dari internet, 29 November 2016,


(64)

Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT menjadi lebih mudah dengan pengoptimalan teknologi komputer. Sejak diterapkannya system online pada tahun 2010 pelayanan dirasa semakin mudah bagi petugas pelayanan dan pengguna layanan. Penggunaan system real time online untuk seluruh SAMSAT di Provinsi Jawa Barat menjadikan SAMSAT Kota Tasikmalaya juga sudah mampu memberikan pelayanan kepada wajib pajak dari luar Kabupaten/Kota.

SAMSAT Kota Tasikmalaya memiliki fasilitas seperti ruang pelayanan, ruang kantor, ruang ibadah, tempat parkir, toilet, ruang rapat, loket pelayanan, computer pegawai yang digunakan untuk penyelenggaraan pelayanan. Namun fasilitas tersebut masih ada yang belum digunakan secara maksimal. Hal ini terlihat dari tidak adanya nomor urut antrian untuk pengguna layanan, padahal di SAMSAT sendiri sudah tersedia nomor urut antrian. Tidak adanya sistem nomor urut antrian ini menjadikan masyarakat yang diberikan pelayanan harus menunggu panggilan dari pengeras suara yang ada di masing-masing loket pelayanan. Seringkali panggilan antar loket dilakukan bersamaan, jadi terkadang membuat bingung wajib pajak apakah sudah dipanggil atau belum.


(65)

Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya mengacu pada standar manual mutu yang berdasarkan standar ISO 9001:2008. Dalam penyelenggaraan pelayanan kendaraan bermotor belum semua jenis pelayanan sudah memenuhi standar ISO 9001:2008. Baru Pelayanan Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor, SWDKLLJ, Penerbitan dan Pengesahan STNK saja yang sudah memenuhi standar ISO 9001:2008.

3) Responsiveness

Daya tanggap aparat penyedia pelayanan publik atas kebutuhan masyarakat sangat penting. Ukuran responsivitas adalah terjalinnya komunikasi dua arah antara SAMSAT Kota Tasikmalaya dengan masyarakat sebagai wajib pajak. Selain dilakukan komunikasi antara tiga instansi terkait di SAMSAT Kota Tasikmalaya juga diperlukan komunikasi dengan masyarakat untuk mengetahui baik buruknya pelayanan yang telah diberikan. Komunikasi yang dilakukan oleh SAMSAT Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari aspek-aspek berikut:

a) Sosialisasi

Salah satu upaya SAMSAT Kota Tasikmalaya untuk memberikan informasi terkait pelayanan pajak kendaraan bermotor adalah dengan melakukan sosialisasi. Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan melalui media surat kabar maupun media elektronik. Seperti dikutip dari


(66)

wawancara penulis dengan Bapak Suparman selaku Kasie Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya. Bapak Suparman mengatakan:

“Sosialisasi di SAMSAT ini dengan memanfaatkan media cetak dan elektronik. Jika ada kebijakan baru kepada wajib pajak terkait pajak kendaraan bermotor maka kita akan langsung sebar luaskan melalui

media tersebut.”3

b) Penyediaan Media Pengaduan

Dalam rangka memberikan perbaikan pelayanan terus menerus SAMSAT Kota Tasikmalaya juga mempersilahkan pengguna layanan publik untuk menyampaikan kritik, saran dan masukan kepada SAMSAT Kota Tasikmalaya atas pelayanan yang diberikan. SAMSAT menyediakan opsi pengaduan bagi masyarakat yang ingin menyampaikan saran/masukan maupun kritikinya. Wajib pajak dapat langsung menyampaikan pengaduannya kepada pejabat SAMSAT yang berwenang, menulis aduannya dan dimasukan ke kotak saran, mengirim aduan melalui email cpdp.tasikmalaya@yahoo.com atau disampaikan melalui telepon (0265) 335107.

Saran dan kritik dari masyarakat akan di tampung dan didistribusikan ke loket-loket yang bersangkutan. Jadi pengguna layanan

3

Hasil wawancara dengan Bapak Suparman, Kasie Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Tasikmalaya, pada hari Kamis tanggal 10 November 2016 pukul 10.40 WIB.


(67)

dapat menyampaikan saran dan kritik bila merasa pelayanan yang diberikan SAMSAT tidak sesuai harapan.

SAMSAT Kota Tasikmalaya juga merespon permintaan dari masyarakat yang disampaikan melalui DPRD Kota Tasikmalaya. Segala bentuk masukan dan kritikan akan sangat membantu SAMSAT Kota Tasikmalaya dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanannya.

Selain dari media pengaduan untuk mengetahui tanggapan dari wajib pajak atas pelayanan yang diberikan maka peneliti melakuan wawancara kepada sepuluh wajib pajak yang sedang melakukan pengurusan pajak di SAMSAT Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil wawancara tujuh dari sepuluh orang mengatakan baha pelayanan yang diberikan oleh SAMSAT Kota Tasikmalaya cepat dan baik.

Meskipun dari hasil wawancara dengan wajib pajak pelayanan dianggap sudah baik dan cepat, namun dari hasil observasi peneliti bahwa pelayanan dapat cepat hanya memakan waktu sekitar 15 menit bila kondisi tidak banyak wajib pajak yang melakukan pengurusan pajak kendaraan bermotor. Sedangkan untuk daya tanggap petugas masih kurang. Masih banyaknya wajib pajak yang bingung ketika sudah selesai diloket pendaftaran atau loket lain dan harus ke loket mana lagi dalam mengurus pajak kendaraan bermotornya. Kebanyakan dari wajib pajak yang ada hanya mengkuti apa yang dilakukan wajib pajak lainnya. Hal ini


(68)

dikarenakan ketidaktahuan masyarakat atas kejelasan informasi yang disampaikan oleh petugas pelayanan loket.

4) Reliability

Dimensi reability dalam dalam pelayanan pajak kendaraan bermotor mencakup ketelitian pemberian pelayanan dan ketepatan waktu. Dalam rangka mempermudah wajib pajak dalam mengurus pelayanan, SAMSAT Kota Tasikmalaya telah memasang alur/mekanisme serta persyaratan yang dibutuhkan untuk mengurus pajak kendaraan bermotor.

a) Ketelitian Pemberian Pelayanan

Untuk mewujudkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, petugas SAMSAT Kota Tasikmalaya merupakan petugas yang dibekali oleh kemampuan dan keahlian sesuai bidang pelayanannya. Jadi pelayanan diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk mengantisipasi kesalahan pada produk pelayanan, selalu ada korektor yang bertugas mengoreksi apakah berkas sudah benar atau masih ada kesalahan sehingga produk pelayanan yang diterima oleh wajib pajak tidak cacat.


(69)

Dari segi ketepatan waktu pelayanan yang diberikan sangat tergantung dari jumlah wajib pajak yang datang ke SAMSAT Kota Tasikmalaya. Jika jumlah wajib pajak melebihi kuota yaitu lebih dari 1000 wajib pajak maka pelayanan tidak akan tepat waktu. Berikut adalah hasil sasaran waktu pelayanan yang dicapai oleh SAMSAT dalam penyelenggaran pelayanan pajak kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Petik Sasaran Mutu

No Pelayanan Standar

Pelayanan Waktu (Menit) Sasaran Mutu (Menit) Sasaran Mutu Yang Dicapai 1 Pengesahan Ulang Tahunan 15 10 9 menit 31 detik 2 Pengesahan Ulang Lima

Tahunan

90 60 12 menit 57 detik 3 Proses Kendaran Baru

(BN-I)

90 60 35 menit 55 detik 4 Proses Mutasi (BN-II) 120 90 51 menit

44 detik Sumber: SAMSAT Kota Tasikmalaya

Pencapaian waktu tersebut dapat dicapai dengan kondisi jumlah wajib pajak (pemohon) ideal, artinya tidak melebihi kapasitas. Kondisi ideal bagi SAMSAT Kota Tasikmalaya adalah tidak melebihi 1000 pemohon (wajib pajak). Berikut adalah data jumlah kendaraan bermotor yang telah membayar pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya pada bulan Juni dan Juli 2016:


(70)

Tabel 5. Data Jumlah Kendaraan Bermotor Teregistrasi di SAMSAT Kota Tasikmalaya

Bulan (2016) Jumlah Kendaraan Bermotor yang Teregistrasi

Juni 2016 54.309 unit

Juli 2016 53.246 unit

Sumber: SAMSAT Kota Tasikmalaya

Data jumlah kendaraan bermotor yang telah teregistrasi merupakan campuran baik dari kendaraan bermotor roda dua dan kendaraan roda empat. Dengan rata-rata 50 ribuan unit setiap bulannya, SAMSAT Kota Tasikmalaya harus melayani lebih dari 1600 unit lebih kendaraan bermotor per harinya. Dengan jumlah kendaraan bermotor yang semakin bertambah setiap harinya tentu akan menambah pekerjaan SAMSAT Kota Tasikmalaya untuk memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Padahal kapasitas SAMSAT Kota Tasikmalaya hanya untuk 751-1000 wajib pajak untuk setiap harinya. Oleh karena itu untuk mencapai standar pelayanan ideal SAMSAT Kota Tasikmalaya berusaha memperbanyak gerai-gerai pelayanan SAMSAT seperti di Ciawi, penggunaan SAMSAT gendong dan penggunaan Bus SAMSAT keliling.

2. Faktor Pendukung Penyelenggaraan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya


(1)

penelitian menyatakan hal tersebut wajar mengingat banyaknya jumlah wajib pajak yang harus dilayani setiap harinya.

e. Struktur Birokrasi dan Standar Pelayanan

Struktur organisasi SAMSAT Kota Tasikmalaya menggambarkan jelas kedudukan tiga instansi yang bekerja sama. Masing-masing memiliki tugas dan kewenangannya sendiri. Koordinasi juga berjalan dengan baik meskipun tidak rutin dilakukan. Sehingga tidak ditentukan waktu khusus secara berkala untuk melakukan koordinasi serta evaluasi terhadap penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor. Mengingat SAMSAT merupakan sistemkrja sama terpadu antar tiga instansi yang membutuhkan koordinasi untuk memperoleh hasil pelayanan yang sesuai harapan wajib pajak. Dalam penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor juga berdasarkan panduan manual mutu SAMSAT Kota Tasikmalaya yang berdasarkan ISO 9001:2008.


(2)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Karena terciptanya efektifitas pelayanan dengan tercapainya target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta adanya perluasan jaringan SAMSAT melalui SAMSAT gendong dan SAMSAT keliling. Pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya juga dinilai efektif dengan semakin mudah dan cepatnya pemberian pelayanan pajak kendaraan bermotor melalui pelayanan sistem real time online. Daya tanggap atau responsivitas petugas pelayanan juga baik terhadap aspirasi wajib pajak. Hal ini dilihat dari disediakannya media pengaduan bagi wajib pajak bila pelayanan yang diberikan kurang memuaskan. Dari segi reability, dapat dilihat dari petugas pelayanan yang disebut korektor selalu memeriksa wajib pajak selama proses pelayanan berlangsung dari loket ke loket selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan dalam produk pelayanan. Pelayanan yang diberikan juga sesuai dengan standar waktu pelayanan yang diterapkan,


(3)

namun bila wajib pajak melebihi kapasitas yaitu lebih dari 1000 pemohon maka sasaran ketepatan waktunya tidak akan tercapai.

2. Faktor pendukung penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor antara lain: Pertama, adanya bimbingan teknis secara berkala bagi pegawai untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki sebagai upaya pemberian pelayanan yang professional kepada wajib pajak. Kedua, tersedianya jumlah anggaran atau dana alokasi yang berasal dari kas daerah yang mencukupi untuk meningkatkan dan memelihara sumber daya pelayanan. Ketiga, adanya struktur birokrasi SAMSAT Kota Tasikmalaya yang menjabarkan tugas, kewenangan dan kedudukan masing-masing instansi secara jelas antara DITLANTAS, Kantor CPDP Provinsi Wilayah Kota Tasikmalaya dan PT. Jasa Raharja. Keempat, adanya standar pelayanan yang harus diberikan kepada wajib pajak yaitu panduan manual mutu yang berdasarkan pada ISO 9001:2008.

3. Dalam penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Tasikmalaya juga ditemui beberapa hambatan antara lain tidak tersampaikannya informasi kepada masyarakat sehingga banyak wajib pajak yang kurang jelas saat melakukakan pengurusan pajak kendaraan bermotor. Serta belum adanya fasilitas komputer untuk mengakses informasi bagi wajib pajak.


(4)

B.Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas maka dapat diberikan rekomendasiuntuk SAMSAT Kota Tasikmalaya sehubungan dengan pelaynan pajak kendaraan bermotor sebagai berikut:

1. Dalam rangka menciptakan pelayanan yang professional dan memuaskan wajib pajak SAMSAT Kota Tasikmalaya perlu melakukan rapat koordinasi rutin atau berkala agar dapat dilakukan evaluasi secara berkala guna melakukan perbaikan pelayanan yang diberikan dari waktu ke waktu.

2. Dalam penyelenggaraan pelayanan pajak kendaraan bermotor masih banyak wajib pajak yang bingung dengan mekanisme pelayanan yang ada. Oleh karena itu, pihak SAMSAT diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas atau menambah petugas aktif dari loket informasi agar wajib pajak tidak bingung lagi terkait pelayanan pajak kendaraan bermotor. Serta belum adanya website resmi SAMSAT Kota Tasikmalaya, agar wajib pajak mudah mengakses informasi terkait pelayanan pajak kendaraan bermotor.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana seperti memperluas ruang tunggu wajib pajak dan tempat parkir agar tidak terjadi penumpukan di area tersebut yang menimbulkan ketidaknyamanan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adrian Sutedi. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Bogor: Graha Indonesia.

Dwikora Harjo. 2013. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Etty Muyassaroh. 2013. Panduan menghitung dan melaporkan pajak pribadi bagi

pemilik NPWP, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia.

Marihot P. Siahaan. 2008. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad Djafar Saidi. 2010. Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam

Penyelesaian Sengketa Pajak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.

________, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

________, Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.


(6)

________, Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 13 tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

________, Peraturan Gubernur No 17 Tahun 2013 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja UPT di Lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.

________, Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Daerah.

Internet

Veronika Yuliani, http://kiteklik.blogspot.co.id/2011/04/asas-pemungutan-dan- pengenaan-pajak.html diakses pada hari Kamis, tanggal 14 April 2016, pukul 19.00 WIB.

DISPENDA JABAR, http://dispenda.jabarprov.go.id/jadwal-samsat-keliling/ diakses pada hari Selasa, tanggal 29 November 2016, pukul 20.12 WIB.