STRATEGI CITTASLOW INTERNATIONAL DALAM MERESPON GLOBALISASI DI EROPA

(1)

STRATEGI

CITTASLOW INTERNATIONAL

DALAM MERESPON GLOBALISASI DI EROPA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

INTAN KINANTHI DAMARIN TYAS 20130510034

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

HALAMAN JUDUL

STRATEGI CITTASLOW INTERNATIONAL DALAM MERESPON

GLOBALISASI DI EROPA

(The strategy of Cittaslow International to Respon European’s Globalization)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

INTAN KINANTHI DAMARIN TYAS 20130510034

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNATIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

STRATEGI CITTASLOW INTERNATIONAL DALAM MERESPON

GLOBALISASI DI EROPA

Disusun Oleh:

INTAN KINANTHI DAMARIN TYAS 20130510034

Telah dipertahankan dalam sidang, dinyatakan lulus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada:

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016

Pukul : 08.00 WIB

Tempat : Ruang HI.B

TIM PENGUJI Ketua Penguji

Ali Muhammad, M.A., Ph.D

Penguji I

Sugeng Riyanto, S.IP., M.Si.

Penguji II


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau di Perguruan Tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan di cantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Desember 2016


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas berkat rahmat Allah S.W.T dan atas karunia-Nya, skripsi saya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang terkasih dan harta berharga dalam hidup saya;

Kedua orang tua, Ayah Aris Wiranto dan Mama Pratiwi , yang tak pernah terbatas rasa cinta kasih mereka kepada saya, serta doa tulus mereka yang tiada hentinya.

Kepada kakak saya satu-satunya, Ananda Dhimas Satryan Panuntun, yang selalu mengerti saya dan selalu menjadi panutan yang baik untuk saya.


(6)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan, sehingga saya bisa menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hati terdalam saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Allah S.W.T, Tuhan semesta alam tempat untuk memohon dan berdoa, rasa syukur yang tiada henti kupanjatkan kepada-Mu karena selalu diberikan hidayah dan dibukakan pikiran selama proses penulisan skripsi ini. Rasulullah S.A.W yang telah menjadi pencerah dan suri tauladan yang baik. 2. Kedua orang tua saya, Ayah Aris Wiranto dan Mama Pratiwi. Terimakasih telah mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terimakasih telah menjadi segalanya di kehidupan ini, dan juga telah memberikan sebuah kepercayaan yang berarti dalam memilih tujuan untuk hidup.

3. Kakak saya tersayang, Dhimas Satryan Panuntun. Terimakasih telah menjadi contoh yang baik buat adiknya. Terimakasih telah menjadi laki-laki terbaik nomor dua setelah ayah. Terimakasih buat kekonyolan sepanjang hidup dari lahir sampai sekarang, dan terimakasih atas nasihatnya selama ini.

4. Mbak Yayu Luphyta Arini, seorang mbak ipar yang cantik calon mamah muda. Terimakasih atas dukungannya dan nasihatnya selama ini. Terimakasih telah menjadi partner curhat yang baik, dan terimakasih atas ajaran alay-nya yang cukup berfaedah.

5. Keluarga Sleman dan Bantul, terimakasih atas segala doa dan bantuannya. 6. Wahyu Saputra. Terimakasih karena telah menyemangati saya dan

memberikan saya kesempatan untuk melihat dunia dari sisi yang berbeda. 7. Mbak Maulela Ajar Ridzany dan Mutiara Fitri Nurrahmah. Terimakasih

telah menjadi partner yang baik dalam segalanya, partner nongkrong menghilangkan galau yang enggak penting. Terimakasih udah perhatian dan


(7)

vii

rajin menyemangati serta mendoakan. I love you both. (Spesial buat mbak ela terimakasih atas laptopnya yang telah berjasa dalam skripsi ini).

8. Rachel An-naba TM. Terimakasih telah menjadi sahabat dari awal mataf sampai saat ini, yang selalu mengingatkan dan rajin menyemangati dalam berbagai hal.

9. Kosan Graha Amanah ( Pak Marno, mbak Ela, Muti, Fika, Qory, Winda, Nurul, Ovi, Erin, Maya, Yossy, dan Irni). Terimakasih atas doa dan semangatnya, terimakasih telah mewarnai sudut kosan ini dengan berbagai warna.

10.Kelompok KKN 29 ( Wahyu, Aziz, Dimas, Roni, Gilang, Alvian, Ines, Dante, Dilla, Mbenin Tyas, Mak Tyas, Nchis, Ulva, dan Mbok Ling ). Thank you for being the best part in 2016 ! You guys the best, love you guys. Spesial terimakasih untuk seluruh warga dusun Dlingo 1 atas pengalaman berharga selama KKN.

11.Geng perantauan ( Mbak Kurni, Mbak Bebeq, Mbak Pengek, Mbah Albert, Oppa Galang). Terimakasih telah menjadi saudara, sahabat, dan kakak-kakak yang baik buat saya selama di Jogja.

12.Teman-teman Keluarga Pelajar Mahasiswa Tanggamus (KEPEMATANG), terimakasih telah menjadi keluarga seperantauan dari tanah Lampung. 13.Teman-teman seperjuangan yang tak cukup disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah mewarnai dunia perkuliahan saya. Semangat!

14.Yogyakarta, terimakasih telah menjadi sebuah rumah yang nyaman untuk menyaksikan beragam peristiwa hidupku, dari kisah cintaku, patah hatiku, masa putus asaku, dan masa bahagiaku. Thank you for the memories.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, penulis tiada hentinya memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

STRATEGI CITTASLOW INTERNATIONAL DALAM MERESPON

GLOBALISASI DI EROPA” dengan baik dan tepat waktu.

Penulis sangat berharap bahwa Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Melalui kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak antara lain :

1. Bapak Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak. Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Siti Muslihati, S.IP., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

ix

5. Sugeng Riyanto, S.IP, M.Si selaku dosen penguji I dan Ratih Herningtyas, S.IP, M.A selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan selama proses ujian skripsi dan perbaikan skripsi.

6. Seluruh rekan-rekan civitas akademika HI UMY, bapak dan ibu dosen HI UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya, administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, dan Pak Ayub yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan lancar, dan teman-teman HI UMY angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan senang masa studi dapat terlewati.

7. Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Yogyakarta, 20 Desember 2016


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I ... 14

PENDAHULUAN ... 14

A. Latar Belakang Masalah ... 14

B. Rumusan Masalah ... 21

C. Kerangka Pemikiran ... 21

Konsep Gerakan Sosial Baru ... 21

D. Hipotesa... 26

E. Metode Pengumpulan Data ... 27

F. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II ... 29

GLOBALISASI DAN INTEGRASI DI EROPA ... 29

A. Globalisasi dan Eropa ... 29

B. Integrasi Regional Uni Eropa ... 32

C. Globalisasi dan perubahan sektor-sektor di Eropa ... 38

1. Segi Ekonomi ... 38

2. Segi Politik ... 39

3. Segi Sosial dan Budaya ... 40

D. Dampak globalisasi dan respon masyarakat Eropa ... 42


(11)

xi

KEMUNCULAN CITTASLOW INTERNATIONAL DI EROPA ... 48

A. Sejarah terbentuknya Cittaslow International ... 48

1. Tujuan Cittaslow International ... 50

2. Asosiasi Cittaslow International ... 51

3. Struktur Organisasi Cittaslow ... 54

B. Cittaslow dan Signifikansinya di Eropa ... 57

C. Cittaslow di Negara-negara Uni Eropa ... 59

BAB IV ... 68

STRATEGI CITTASLOW SEBAGAI ORGANISASI ... 68

GERAKAN SOSIAL BARU DI EROPA ... 68

A. Tiga Konsep Cittaslow ... 68

B. Strategi Cittaslow Dalam Merespon Globalisasi ... 72

B.1 Good Food ... 73

B.2 Good Environment ... 78

B.3 Good Community ... 82

C. Signifikansi Strategi Cittaslow International di Eropa... 85

BAB V ... 89

KESIMPULAN ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(12)

HALAMANPENGESAHAN

SKRIPSI

STRATEGI CITTASLOW INTERNA TIONAL DALAM MERESPON

GLOBALffiASIDIEROPA

,

--•

INTAN KlNANTID DAMARIN TYAS 20130510034

Telah dipertahankan dalam sidang, dinyatakan lutus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi I1mu Hubungan lntemasional, Fakultas lImu Sosial

dan [lnm Politik, Universitas Muhanunadiyah Yogyakarta

pada:

HarilTaugga\ : Selasa, 20 Desember 2016

Pukul : 08.00 WIB

Tempat : Ruang HLB

TIM PENGUJI Ketua Peoguji

Penguji I


(13)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau di Perguruan Tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan di cantumkan dalam daftar pustaka.

Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Y ogyakarta.

intan Kinanthi Damarin Tyas


(14)

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini akan membahas dan mengupas tentang organisasi Cittaslow Internasional sebagai gerakan sosial baru dalam menghadapi tantangan integrasi Uni Eropa di era globalisasi. Seperti kita tahu, berita mengenai peristiwa bom di Paris pada tahun 2015, konflik antara Israel dan Palestina yang tak kunjung usai, bahkan virus ebola yang menewaskan lebih dari 11.300 orang di seluruh dunia yang kebanyakan berasal dari Sierra Leon, Liberia, dan Guinea1, dapat menyebar dengan

cepat ke seluruh belahan dunia, merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat saat ini telah memasuki era baru yaitu, Globalisasi.

Menurut Anthony Giddens, masyarakat saat ini semakin tidak terikat dengan batasan ruang dan waktu, hal itulah mengapa globalisasi dapat dikatakan terkait dengan transformasi ruang dan waktu. Globalisasi kemudian didefinisikan sebagai intensifnya relasi sosial dunia yang terhubung melalui sejumlah peristiwa sosial yang terjadi di suatu tempat dimana letaknya bermil-mil jauhnya, yang secara tak langsung membentuk peristiwa sosial di tempat lain begitu pula sebaliknya. Globalisasi adalah suatu proses dialektis karena peristiwa lokal mungkin bergerak

1Ebola in Liberia: Woman dies months after epidemic declared over, laporan BBC news. 2016. Diakses pada laman <http://www.bbc.com/news/world-africa-35944163>


(15)

15

ke depan dari relasi berjarak yang membentuk mereka.2 Peristiwa itu dapat

menimbulkan respon dan kepedulian dari masyarakat global baik secara damai ataupun bahkan secara kekerasan sebagai bentuk aksi protes. Globalisasi mendorong manusia untuk dapat turut serta berperan dalam memecahkan masalah yang terjadi di dunia internasional.

Globalisasi merupakan proses panjang dari segala aktivitas kehidupan manusia yang semakin berkembang dan dituntut untuk mengerjakan segala bentuk kegiatan dengan lebih efektif dan efisien. Semakin banyaknya tuntutan yang memicu pada persaingan, khususnya negara-negara di dunia, mendorong terbentuknya sebuah regionalisme untuk menjawab berbagai tantangan di era globalisasi. Begitu pula dengan regionalisme yang terjadi di Uni Eropa. Regionalisme di Uni Eropa terbentuk dalam urgensinya untuk menyesuaikan diri dengan fenomena globalisasi agar tidak tertinggal. Kemudian, regionalisme ini bergerak untuk membangun tingkat kompetisi dalam menghadapi tantangan dari luar dan meningkatkan bargaining position di dunia Internasional. Tidak hanya itu, regionalisme Uni Eropa menjadi sebuah strategi untuk menghadapi globalisasi dimana integrasi negara-negara di Eropa akan mendorong Eropa menjadi kawasan yang semakin kuat dan dapat menjadi terdepan dalam globalisasi itu sendiri.3

Proses terbentuknya Uni Eropa sebenarnya melalui berbagai tahapan yang bermula dari kerjasama ekonomi antarnegara anggota dalam European Coal and

2 Anthony Giddens, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005. Hal. 84

3 M. A. Molchanov, Regionalism and Globalization: The Case of the European Union, ’Perspectives on Global Development and Technology’, Europa, vol. 4, no. 3, 2005, p. 431-445.


(16)

16

Steel Community (ECSC), yang didirikan pada 9 Mei 1950 melalui Deklarasi Schuman sampai ditandatanganinya Perjanjian Maastricht pada 7 februari 1992 yang kemudian membawa Uni Eropa semakin terintegrasi tidak hanya dibidang ekonomi tetapi juga dalam bidang politik.4 Integrasi Uni Eropa ini semakin

mendorong kemudahan perpindahan barang dan jasa, serta transparansi informasi yang jelas mendukung globalisasi.

Namun, seiring berjalannya waktu proses integrasi yang dialami oleh Uni Eropa ini mendapat respon dari masyarakatnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh upaya Uni Eropa untuk menyesuaikan diri dengan ritme globalisasi ternyata memberikan dampak dalam penurunan kualitas hidup masyarakat dimana masyarakat tidak lagi dapat menikmati hidup mereka akibat tuntutan untuk bergerak dengan cepat, homogenitas yang semakin terbentuk seiring adanya identitas sebagai warga Uni Eropa, aktivitas industri yang semakin meningkat, dan penurunan perhatian terhadap lingkungan. Contoh tersebut merupakan sebagian kecil dari alasan mengapa mulai muncul respon terhadap globalisasi di Uni Eropa. Bukti dari respon globalisasi di Uni Eropa tersebut adalah kehadiran sebuah gerakan yang bernama Cittaslow International. Kehadirannya pertama kali di Italia menjadi awal mula terbentuk gerakan anti-globalisasi untuk merespon arus globalisasi yang begitu cepat. Gerakan ini kemudian tersebar ke berbagai belahan

4

P. Fontaine,Europe in 12 Lessons, European Commission Directorate-General for


(17)

17

dunia dengan kini memiliki 28 negara anggota dan 15 diantaranya adalah negara anggota Uni Eropa.5

Kehadiran Cittaslow International ini tidak terlepas dari pendapat Baylis & Smith tentang globalisasi dan anti-globalisasi, mereka dalam bukunya mengatakan globalisasi adalah

“The process of increasing interconnectedness between societies such that

events in one part of the world more and more have effects on peoples and

societies far away”.6

Melengkapi pendapat tersebut, definisi globalisasi menurut David Held dapat menjelaskan lebih dalam mengenai hubungan saling ketergantungan dan meleburnya batas-batas negara dapat terjadi, yakni :

“Globalization as the stretching and deepening of social relations and institutions across space and time such that, on the other hand, day-to-day activities are increasingly influenced by events happening on the other side of the globe, and on the other, the practices and decisions of local group or

communities can have significant global reverberations”.7

Pandangan dari tokoh-tokoh di atas dapat dipahami bahwa Uni Eropa merupakan sebuah regionalisme yang merepresentasikan proses globalisasi. Upaya integrasi Uni Eropa di bidang perekonomian dengan diberlakukannya Euro sebagai mata uang bersama dan kebijakan Schengen menjadi pendukung dalam globalisasi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pandangan Baylis & Smith bahwa negara-negara anggota semakin bergantung satu sama lain dan transparansi antarnegara semakin

5

Cittaslow International, www.cittaslow.org 6

J.Baylis,J.S.Smith,&P.Owens, The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, 5th edn,Oxford University Press, New York, 2011, p. 16

7

S. Sweeney, Europe, the State, and Globalization, Pearson Education Limited, London, 2005, hal. 285


(18)

18

tercipta. Meleburnya batas antarnegara di Uni Eropa jelas tercermin, bahwa Uni Eropa mulai mengembangkan integrasinya ke bidang perpolitikan, sosial, maupun budaya. Hal ini menyebabkan tumbuhnya saling ketergantungan antarnegara anggota yang kemudian menimbulkan homogenitas terjadi di negara-negara anggota Uni Eropa akibat identitas sebagai warga Uni Eropa yang terbentuk. Masyarakat Uni Eropa tidak menentang adanya globalisasi dengan didukung oleh berbagai upaya integrasi ekonomi dan politik yang dilakukan oleh regionalisme ini. Akan tetapi, sebagian masyarakat Uni Eropa berpikir bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki akibat dari proses globalisasi yang terjadi.

Cittaslow International adalah sebuah non-government organization yang bergerak dalam bidang sosial dengan merespon isu yang berasal dari masyarakat terkait dengan kondisi sosial masyarakat. Kehadiran Cittaslow International hadir sebagai respon atas globalisasi yang terjadi di dunia khususnya di Uni Eropa. Cittaslow menjadi sebuah gerakan transformalist-globalis yang berusaha untuk memperjuangkan aspek-aspek yang mulai hilang akibat globalisasi. Gerakan ini tidak serta merta menolak seluruh globalisasi yang terjadi di Eropa, akan tetapi gerakan ini menjadi sebuah respon pentingnya menyeimbangkan segala aktivitas serba cepat dan memperhatikan kelestarian lingkungan akibat globalisasi. Cittaslow yang semula berada di Italia dapat berkembang pesat ke negara-negara Uni Eropa lainnya tidak dapat dipungkiri karena dampak dari globalisasi itu sendiri.

Cittaslow menyebar ke wilayah Uni Eropa sebagai akibat dari proses globalisasi itu sendiri, dimana hal tersebut seperti pandangan dari David Held, tindakan yang dilakukan oleh grup lokal atau komunitas dapat tersebar dengan


(19)

19

mudah secara global. Sehingga dapat dikatakan bahwa kehadiran Cittaslow ini benar adanya realisasi sebagai gerakan anti-globalisasi dengan adanya aspek-aspek yang ditentang dalam proses globalisasi, akan tetapi Cittaslow tidak bisa dilepaskan dari proses globalisasi yang menyebabkan Cittaslow saat ini eksis di Uni Eropa. Cittaslow International muncul pertama kali pada Oktober 1999, yang terinspirasi dari Slowfood Movement di Italia.8 Cittaslow hadir di Eropa untuk menjawab persoalan masyrakat Eropa yang mulai jengah dengan pola hidup yang dituntut untuk serba cepat dan dijejali berbagai kemajuan teknologi di era modern ini. Pelopor gerakan yang kini sudah mendunia adalah salah satu negara yang justru merupakan bagian dari pelaku globalisasi, Italia. Adanya gerakan ini merupakan hasil ide dari Paolo Saturnini yang merupakan seorang walikota dari sebuah kota kecil di Tuscany. Tidak hanya Paolo Saturnini saja, tetapi tokoh penting yang juga menjadi pendiri Cittaslow adalah Stefano Cimmichi, Francesa Guida, Domenico Marrone, dan Carlo Petrini.

Upaya yang dicetuskan oleh gerakan ini adalah untuk berusaha menyeimbangkan dan mengembalikan nilai-nilai kehidupan agar masyarakat dapat memaknai hidup, menyeimbangkan kecepatan perpindahan barang dan jasa sehingga manusia terlihat selalu tergesa-gesa, dan meningkatkan kepedulian lingkungan akibat perkembangan industrialisasi yang begitu pesat di era globalisasi. Hal ini dapat dibuktikan sebagai contoh adalah Cittaslow di Inggris, salah satu perhatian gerakan ini adalah memperhatikan kelestarian lingkungan

8Cittaslow Perth, ‘The History of Cittaslow’, Cittaslow, diakses pada laman


(20)

20

encari energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.9 Saat ini Cittaslow sudah

tersebar luas ke 15 negara di Eropa, antara lain Italia, Inggris, Austria, Belanda, Norwegia, Perancis, Jerman, Belgia, Hungaria, Irlandia, Polandia, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Finlandia.

Walaupun tren untuk tinggal dikota semakin meningkat di era globalisasi seperti sekarang ini, gerakan Cittaslow semakin banyak pengikutnya untuk kembali ke dasar bagaimana menjadikan sebuah kota kecil yang ramah untuk ditinggali. Kota Orvieto, yang terletak di daerah Umbria, Italia, menjadi awal bagaimana Pier Giorgio Oliveti yang merupakan salah satu pencetus gagasan Cittaslow mengembangkan konsep Cittaslow dan menyebarluaskannya ke dua puluh delapan negara termasuk Eropa, Korea Selatan, Turki, dan Amerika Serikat. Kota Orvieto saat ini telah menjadi pusat gerakan internasional tersebut dan menjadi kota percontohan. Menurut Oliveti, konsep dari Cittaslow adalah sebagai obat untuk menyembuhkan atau menghadapi dampak negatif dari proses globalisasi sendiri, melalui tujuannya yaitu, ingin mengembalikan dan mengajak masyarakat Eropa khususnya untuk menyadari akan pentingnya keseimbangan lingkungan dan budaya terhadap jalannya globalisasi. Gerakan ini optimis untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Eropa dengan menciptakan solusi kecepatan baru, yakni kecepatan yang lebih perlahan sesuai dengan filosofi slow yang terkandung dalam nama Citta-“slow”. Bagi Cittaslow, waktu bukanlah hal yang bernilai kuantitas melainkan bernilai kualitas. Untuk itu, hal utama yang ingin dicapai bagi Cittaslow

9Cittaslow United Kingdom, ’

Goals’, Cittaslow UK, diakses pada laman, <http://www.cittaslow.org.uk/about-us/goals/>


(21)

21

adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khusunya di Eropa. Eropa menjadi tantangan bagi Cittaslow, karena Eropa merupakan aktor yang cukup berpengaruh bagi eksisnya globalisasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka timbul permasalahan yang akan menjadi pokok masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana strategi Cittaslow sebagai gerakan sosial baru dalam merespon globalisasi di Eropa?”

C. Kerangka Pemikiran

Untuk menjawab permasalahan yang ada maka dalam penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan dan menggambarkan bagaimana organisasi Cittaslow mampu menjadi gerakan anti-globalisasi di Eropa maka konsep yang digunakan antara lain:

Konsep Gerakan Sosial Baru

Gerakan sosial adalah sebuah fenomena yang universal. Gerakan ini diartikan sebagai upaya kolektif untuk mengejar suatu tujuan bersama tertentu melalui tindakan kolektif. Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas reaksi rakyat dalam menutut perubahan dalam institusi, maupun kebijakan pemerintah, hal ini terlihat dari tuntutan yang biasanya berasal dari kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Fenomena ini antara lain sebagai contoh tampak dari munculnya gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat, gerakan-gerakan perdamaian, lingkungan, dan feminis, serta


(22)

22

perlawanan terhadap otoritarianisme baik di Eropa maupun di negara-negara berkembang telah membawa massa ke jalan-jalan untuk menuntut perubahan. Dalam aksinya gerakan ini sering berhasil, tetapi jika tidak, gerakan seperti ini mampu memperngaruhi perubahan-perubahan politik, kultural, dan bahkan internasional.

Gerakan gerakan sosial ini mulai bermunculan seiring dengan berkembangnya globalisasi. Dalam kaitannya dengan fenomena gerakan sosial, kemudian dikenali istilah Gerakan Sosial Baru (New Social Movement) yang merupakan bentuk lain dari gerakan sosial itu sendiri. Istilah gerakan sosial baru merupakan fenomena gerakan sosial yang berkembang sejak pertengahan tahun 1960-an. Gerakan ini hadir sebagai perkembangan dari konsep gerakan sosial lama, dimana bertujuan untuk mengoreksi prinsip-prinsip, strategi, aksi, maupun pilihan ideologis yang digunakan oleh gerakan sosial lama. Gerakan sosial lama dicirikan dengan tujuan yang berorientasi pada ekonomi material, sedangkan gerakan sosial baru menghindari pilihan tersebut dengan bertujuan pada hal yang bersifat non-ekonomis.

Konsep gerakan sosial baru sangat erat kaitanya dengan globalisasi dan neoliberalisme, terutama sebagai aktor yang melakukan resistensi terhadapnya. Gerakan Sosial Baru (New Sosial Movement) sangat konsen terhadap persoalan kemanusian dan lingkungan hidup. Seperti dikemukakan oleh Dr. Mansour Fakih dalam bukunya yang berjudul Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi “New Social Movements”adalah gerakan sosial yang menentang pembangunan dan


(23)

23

globalisasi. Seperti gerakan hijau, feminisme, dan gerakan masyarakat akar rumput.”10

Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas kolektif.

Jean Cohen menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar.

Membahas mengenai Gerakan Sosial Baru, ada yang membedakan dengan Gerakan Sosial Lama, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut.

10

Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, INSIST Press, Yogyakarta, 2002, hal. 224


(24)

24

Tabel 1.1

Perbandingan Gerakan Sosial Lama dan Gerakan Sosial Baru

Ideologi Tujuan Pengorganisasian Aktor

Gerakan Sosial Lama

Ideologis Melawan isu

politik, melawan ekspansi negara Model pengorganisasian serikat buruh industri dan model kepartaian

Kaum proletar, petani, buruh Gerakan Sosial Baru

Transformalis Melawan tata sosial, melawan eskpansi pasar,kondisi yang lebih bermartabat

Model saluran di luar politik normal Basis sosial (gender, pendidikan, lingkungan dan kelas)

Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual. Gerakan sosial juga berusaha menciptakan kestabilan dalam sendi kehidupan masyarakat dengan melakukan berbagai upaya seperti memobilisasi massa untuk bersama-sama melakukan perubahan, kemudian melakukan berbagai kampanye terkait isu sosial maupun lingkungkan. Isu sosial dan lingkungan


(25)

25

merupakan isu yang menjadi tujuan utama gerakan tersebut, karena isu tersebut merupakan isu yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat. Adapun, ideologi yang diangkat oleh gerakan sosial baru adalah transformalist-globalis, dengan berupaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat di tengah kehidupan yang modernis, menyetujui jalannya proses globalisasi tetapi dalam beberapa hal kehidupan masyarakat harus diubah untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup yang ingin dicapai oleh gerakan ini diturunkan ke dalam konsep 3E yakni, economy. environment, equity.

Ketiga konsep 3E tersebut merupakan konsep yang saling berhubungan dan saling menciptakan rantai keberlanjutan. Konsep yang satu menopang konsep yang lain, sehingga apabila perbaikan yang dilakukan dapat mencapai keberhasilan harus terpenuhinya tiga konsep tersebut. Konsep economy adalah konsep yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi tersebut ialah merupakan usaha lokal komunitas masyarakat yang berfokus pada usaha ekonomi lokal masyarakat yang memiliki kepedulian sosial. Konsep ini juga menggambarkan adanya pengoptimalan hubungan saling ketergantungan antar pelaku usaha.

Konsep selanjutnya environment, konsep ini adalah konsep yang menggambarkan suatu lingkungan yang dapat berkelanjutan. Lingkungan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui penataan dan pengendalian aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat. Penggunaan teknologi modern yang ramah lingkungan sangat diperlukan dalam pengembangan konsep ini. Dengan adanya lingkungan yag berkelanjutan, maka alam akan terus dapat menyediakan bahan untuk kegiatan


(26)

26

ekonomi. Konsep yang terakhir adalah equity, konsep ini merupakan konsep yang dihasilkan dari kedua konsep sebelumnya. Konsep ini menggambarkan bagaimana adanya kesetaraan sosial di dalam masyarakat yang tercipta melalui adanya kemakmuran bersama melalui kegiataan usaha ekonomi dan adanya kualitas lingkungan yang baik dimana dapat dirasakan semua masyarakat. Ketiga konsep tersebut apabila dilaksanakan dengan baik tidak hanya dapat mengakomodir kehidupan jangka pendek saja, namun manfaatnya dapat dirasakan hingga kehidupan mendatang.

D. Hipotesa

Dalam rumusan masalah yang ada kemudian di dukung oleh kerangka konsep yang telah ditetapkan maka dapat ditarik sebuah hipotesa sebagai berikut: Strategi Cittaslow sebagai gerakan sosial baru dalam merespon globalisasi di Eropa dengan menggunakan strategi berikut;

1. Bidang ekonomi, Cittaslow mendorong produktivitas produk lokal untuk menguarangi ketergantungan konsumsi masyarakat pada produk coorporation.

2. Bidang lingkungan, Cittaslow mengupayakan perbaikan lingkungan di negara-negara Eropa.

3. Bidang sosial-budaya, dalam kontribusinya, Cittaslow mempromosikan kembali budaya tradisional masyarakat eropa yang mulai tergerus oleh globalisasi.


(27)

27

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik penulisan data yang penulis gunakan adalah mengadakan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, makalah-makalah ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, koran atau majalah dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan, kemudian dianalisa bagaimana variabel berhubungan satu sama lain.

F. Sistematika Penulisan

Dalam menganalisa data, penulis membuat sub-sub judul yang dapat menjawab permasalahan dan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut,

Bab I. Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, kerangka pemikiran, metode pengumpulan data, dan yang terakhir sistematika penulisan.

Bab II. Globalisasi dan Integrasi di Eropa, berisi mengenai gambaran

umum bagaimana jalannya integrasi globalisasi di eropa, globalisasi dapat mengubah tatanan kehidupan di Eropa dalam berbagai bidang seperti kebudayaan, ekonomi, maupun politik, kemudian memunculkan Cittaslow sebagai organisasi gerakan anti-globalisasi.

Bab III. Kemunculan CittaSlow International di Eropa, berisi mengenai

definisi secara umum sejarah terbentuknya Cittaslow, visi dan misi terbentuknya Cittaslow di Eropa, Cittaslow di negara-negara Eropa.

Bab IV. Strategi Cittaslow Internasioal sebagai Organisasi Gerakan

Sosial Baru di Eropa, berisi tentang bagaimana Cittaslow menjadi


(28)

28

globalisasi yang ada di Eropa. Pada bab ini akan menjelaskan strategi yang digunakan oleh Cittaslow dalam membantu masyarakat Eropa untuk kembali pada nilai-nilai budaya yang mulai luntur akibat adanya arus globalisasi di Eropa dan menyeimbangkan lingkungan dengan arus globalisasi.


(29)

29

BAB II

GLOBALISASI DAN INTEGRASI DI EROPA

Pada bab dua ini, akan membahas tentang globalisasi dan integrasi yang dilakukan oleh Eropa. Pertama, akan dibahas mengenai fenomena globalisasi sebagai efek dari modernisasi secara umum yang terjadi di seluruh dunia hingga globalisasi yang terjadi di Eropa. Kedua, membahas proses integrasi yang dilakukan oleh Eropa lewat terbentuknya regionalisme Uni Eropa baik dilihat secara internal maupun eksternal. Selanjutnya yang dibahas, proses globalisasi di dalam regionalisme Uni Eropa yang telah menyebabkan perubahan-perubahan tatanan pada aspek ekonomi, politik dan sosial-budaya. Dan yang terakhir, akan dibahas mengenai dampak yang dihasilkan oleh perubahan aspek-aspek tersebut dalam era globalisasi, yang kemudian memunculkan respon masyarakat Eropa untuk melakukan perbaikan kualitas hidup mereka. Kondisi sosial masyarakat Eropa di era globalisasi inilah yang perlu diuraikan untuk memahami kemunculan Cittaslow International sebagai gerakan sosial.

A. Globalisasi dan Eropa

Globalisasi adalah sebuah fenomena global yang menggmbarkan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar manusia antar bangsa melalui berbagai sektor seperti perdagangan, investasi, pariwisata, dan bentuk interaksi lain dimana batas suatu negara menjadi bias. Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi, perpindahan barang dan jasa yang semakin cepat, dan komunikasi antar masyarakat tidak perlu lagi terhalang oleh jarak dan waktu.


(30)

30

Menurut pandangan Joseph Stiglitz yang merupakan seorang tokoh transformalist-globalis, ia mendefinisikan globalisasi adalah;

“(Globalisation) is the closer integration of the countries and peoples of the world...brought about by the enormous reduction of costs of transportation and communication, and thebreaking down of artificial barriers to the flows of goods, services, capital, knowledge, and people across borders”. (Stiglitz, 1998)

Kaum transformalist melihat bahwa globalisasi adalah hal yang sedang terjadi, kaum ini menyetujui adanya globalisasi. Globalisasi tidak bisa dihindari, suka atau tidak, siap atau tidak, globalisasi telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi telah menjadi subjek baru dan itu menciptakan sebuah tatanan dunia yang baru. Namun, kaum ini menyadari bahwa hasil akhir dari globalisasi tidaklah sama untuk setiap negara. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan dan penataan sistem dunia yang dijalankan di era globalisasi ini. Perbaikan itu perlu dilakukan agar terjadi keseimbangan antara modernitas dan kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya itu, reformasi global perlu dilakukan untuk mempertahankan agenda sebuah negara, tidak hanya masalah perdagangan, tetapi juga ekologi, kebudayaan, nilai-nilai migrasi manusia, dan etika.

Fenomena globalisasi telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Proses ini ditandai dengan transformasi ruang dan waktu, yaitu dalam melakukan interaksinya, masyarakat tidak terikat lagi dengan batasan jarak dan waktu. Globalisasi telah menyebabkan peran negara tereduksi saat ini dengan hadirnya aktor selain negara yang dapat mempengaruhi jalannya kehidupan di suatu negara, seperti adanya perusahaan trans-nasional, organisasi internasional, dan bahkan individu.


(31)

31

Globalisasi tidak terlepaskan dari adanya arus modernisasi. Fenomena modernisasi ini ditandai dengan penggunaan beragam ilmu pengetahuan oleh masyarakat. Kemajuan tingkat pengetahuan masyarakat ikut berperan dalam mengakselerasi pertumbuhan laju ekonomi maupun sosial. Modernisasi telah berkembang sejak abad ke-20, hal ini telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat sampai sekarang. Masyarakat saat ini hidup dalam dunia yang semuanya berbasis teknologi dan kecepatan. Untuk itu, efek modernitas ini telah menciptakan fenomena globalisasi yang membuat dunia makin terasa sempit dan bersifat tunggal. Robertson dalam buku environmentalism and cultural theory mengungkapkan: ... globalization as dual process whereby the world become a single place.11 Globalisasi ialah sebuah proses dimana dunia ini menjadi sebuah tempat yang tunggal dan homogen tanpa adanya ciri yang khas.12 Dunia pun

menjadi lebih sempit akibat kemajuan teknologi, hubungan interaksi antar masyarakat tak terbatas dan semakin mudah dilakukan baik dalam keadaan jauh maupun dekat. Semua aktivitas terasa cepat dilakukan dengan berbagai alat teknologi yang mutakhir.

Globalisasi telah menciptakan dunia yang cepat atau “fast world”. Fast world diartikan sebagai... a world of restless landscapes in which the more place change the more they seem to look alike, the less they are able to retain a distinctive sense of place, and they are able to sustain a public life.13 Fast World

11

Kay Milton, Environmentalism and Cultural theory, London & New York, Routledge, 1996. hal.160

12

Ibid, hal.161

13

Knox Paul, Journal of Urban Design: Creating of Ordinary Places: Slow Cities in a Fast World, Virginia Tech. Blacksburg, VA, USA, 2005. hal.3


(32)

32

menggambarkan keadaan dimana semua tempat telah berubah dan berbeda sehingga terlihat sama satu dengan yang lainnya. Dampak dari hal ini ialah kehidupan manusia dipercepat dan dituntut untuk mengerjakan segala aktivitas dengan efektif dan efisien.

Eropa merupakan wilayah yang tak terlepas dari efek globalisasi yang telah menyebar ke seluruh dunia. Globalisasi yang menuntut kehidupan manusia dipercepat, telah menyebabkan masyarakat Eropa juga menikmati segala bentuk tuntutan tersebut. Masyarakat Eropa dituntut untuk lebih bergerak cepat dan dapat menyesuaikan diri agar tidak tertinggal dalam kemajuan teknologi dan kecepatan akses informasi yang semakin meningkat. Semakin banyaknya tuntutan memicu pada persaingan antara negara-negara di dunia, yang kemudian mendorong terciptanya sebuah regionalisme untuk menjawab berbagai tantangan di era globalisasi ini.

B. Integrasi Regional Uni Eropa

Regionalisme Uni Eropa terbentuk untuk menyesuaikan diri dengan ritme globalisasi agar tidak tertinggal dan untuk menjawab tantangan global yang ada. Dalam pergerakkannya, regionalisme ini dimaksudkan untuk membangun tingkat kompetisi dalam menghadapi tantangan dari luar dan meningkatkan bargaining position di mata Internasional.14 Selain itu, regionalisme Uni Eropa dijadikan sebuah strategi dalam menghadapi arus globalisasi, dimana negara-negara anggota

14 J.H Mittelman, The Globalization Syndrome, Transformation and Resistance, New Jersey, Princeton University Press, 2000, hal. 111-112


(33)

33

Uni Eropa akan mendorong Eropa menjadi kawasan yang kuat dan menjadi pengendali proses globalisasi itu sendiri.

Seiring berjalannya waktu, Eropa telah membuktikan bahwa kawasan ini mampu menjadi salah satu aktor utama dalam pengendali globalisasi seperti apa yang dikatakan oleh Wallace dan Wallace (2000), “EU has acted as both a shelter

from, and accelerator of, global processes.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa

Uni Eropa telah berhasil menjadi bagian dari proses global dan sebagai salah satu aktor penting dalam proses globalisasi yang berlangsung di dunia sebagai pemercepat proses globalisasi yang terjadi.15 Segala bentuk percepatan yang

dilakukan oleh Uni Eropa sebagai bukti dari upaya bertahap integrasi Uni Eropa dalam berbagai bidang, yaitu bidang perekonomian hingga ke bidang perpolitikan juga sosial dan budaya.

Keberhasilan Uni Eropa tersebut tidak terlepas dari sejarah terbentuknya Uni Eropa yang telah melalui berbagai tahapan yang diawali dengan kerjasama ekonomi antarnegara anggota dalam European Coal and Steel Community (ECSC), yang didirikan pada 9 Mei 1950 melalui Deklarasi Schuman sampai ditandatanganinya Perjanjian Maastricht pada 7 februari 1992 yang kemudian membawa Uni Eropa semakin terintegrasi tidak hanya dibidang ekonomi tetapi juga dalam bidang politik.16 Integrasi Uni Eropa ini mendorong kemudahan berbagai

akses perpindahan barang dan jasa, serta kecepatan dan transparansi laju informasi

15

S. Sweeney, Europe, the State, and Globalization, Pearson Education Limited, London, 2005, hal. 300

16

P. Fontaine, Europe in 12 Lessons, European Commission Directorate-General for


(34)

34

yang jelas sebagai pendukung globalisasi. Karena hal itulah, kerjasama ekonomi menjadi titik penting bagi integrasi yang dilakukan oleh Uni Eropa guna menjawab segala tantangan dalam dunia Internasional.

Lebih lanjut mengenai proses globalisasi yang terjadi di Eropa, terdapat dua pandangan baik secara internal maupun eksternal. Pertama, dilihat secara internal, Uni Eropa sebagai salah satu aktor dominan dalam proses globalisasi diawali dari kerjasama besi dan baja dalam ECSC sehingga menyebabkan hubungan ekonomi antarnegara Eropa semakin terjalin erat dan saling terinterdependensi satu dengan yang lain. Aktivitas perpindahan barang dan jasa semakin dipermudah dengan adanya penghapusan hambatan-hambatan dalam perdagangan akibat kerjasama ekonomi tersebut. Untuk mempererat hubungan kerjasama itulah yang kemudian menjadi alasan terbentuknya European Monetary System (EMS) pada tanggal 6 dan 7 Juli tahun 1978, yang kemudian mulai berlaku pada 13 Maret 1979.17 Tidak hanya

itu, Uni Eropa juga membentuk Economic and Monetary Union (EMU) pada tahun 1992. EMS dan EMU ini merupakan cikal bakal dari hadirnya mata uang bersama yang dicita-citakan di Uni Eropa, yakni Euro.

Dalam proses pengenalan mata uang bersama, EMS memperkenalkan European Exchange Rate Mechanism I (ERM I), hal ini dimaksudkan untuk mengurangi variabilitas nilai tukar antara negara-negara di Uni Eropa yang merupakan langkah pengenalan mata uang umum. EMS juga memberlakukan 3 pilar terkait program mata uang bersama ini, pertama sebagai wadah alat tukar antar

17 Europedia Moussis European Union, ‘European Monetary System’, Europedia. diakses pada <http://www.europedia.moussis.eu/books/Book_2/3/7/2/2/index.tkl?all=1&pos=87>


(35)

35

anggotanya, kedua penetapan fluktuasi alat tukar dua negara dibatasi hingga 2,25%, dan peraturan bagi setiap negara untuk menyerahkan 20% dari currency dan cadangan emas. EMS bertujuan untuk menjaga kestabilan moneter di wilayah Eropa sebelum terwujudnya single currency. Namun, EMS juga memiliki masalah, hal ini berkaitan dengan intervensi bank sentral. Ketika interval yang disebutkan sebelumnya dicapai pada nilai tukar antara dua negara EMS, maka bank sentral kedua negara harus campur tangan sehingga nilai tukar tetap dalam intervalnya. Intervensi bank sentral dapat bersifat unilateral untuk mempertahankan mata uangnya.

Efektivitas EMS ini berlanjut pada ditetapkannya EMU pada saat perjanjian Maastricht ditandatangani. EMU dibentuk untuk menjaga kestabilan moneter antarnegara Uni Eropa dan pembentukan Bank Sentral. Terbentuknya EMU ini akhirnya ditandai dengan peresmian mata uang bersama, yakni Euro pada tahun 1995 dan mulai diimplementasikan secara bertahap dimulai dengan transaksi non-tunai pada tahun 1999 dan transaksi keseluruhan pada tahun 2002.18

Kedua, dilihat secara eksternal, Uni Eropa merupakan salah satu aktor penting yang menjadi akselerator dan pendukung dalam jalannya globalisasi itu sendiri baik di Eropa maupun menyebar ke seluruh dunia. Hal itu dibuktikan dengan bergabungnya Uni Eropa ke dalam organisasi-organisasi internasional sebagai satu

18

P. Fontaine, Europe in 12 Lessons,European Commission Directorate-General for


(36)

36

kesatuan, seperti World Trade Organization (WTO). Uni Eropa menjadi pemain utama di dalam WTO.19

Dalam hubungannya dengan globalisasi yang telah dimulai ketika ditetapkannya formasi sosial global baru yang ditandai dengan diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui terciptanya kebijakan free trade, yakni ditandatanganinnya kesepakatan internasional tentang perdagangan pada bulan April tahun 1947 setelah melalui proses yang sulit di Marrakesh, Maroko, berupa suatu perjanjian internasional perdagangan yang dikenal dengan General Agreement on Tarif and Trade (GATT). Setelah itu, pada tahun 1995, didirikan suatu organisasi pengawasan perdagangan dan kontrol perdagangan yang dikenal dengan World Trade Organizations (WTO).20 Hadirnya WTO merupakan salah satu aktor dan forum perundingan antar perdagangan dari mekanisme globalisasi yang penting. Karena cara kerja WTO tidak seperti General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), dimana anggotanya harus mematuhi keputusan dari GATT, tetapi WTO bekerja berdasarkan komplain dari anggotanya.

WTO sebagai salah satu organisasi yang memiliki kekuatan dalam perdagangan di dunia, ia memiliki peran penting membuat kebijakan dalam pasar global yang dapat mempengaruhi jalannya arus ekonomi setiap negara di dunia. Karena Uni Eropa sebagai regionalisme dan aktor utama dalam WTO, kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh Uni Eropa menjadi penting dalam membangun

19

European Commission, Trade: EU and WTO, EUROPA, diakses pada laman

<http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-andwto/>

20

European Commission, Trade: EU Position in World Trade,EUROPA, diakses pada laman


(37)

37

perekonomian dunia. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa dalam sektor perekonomian dan perdagangan menyebabkan banyak negara-negara lain yang ingin melakukan aktivitas perdagangan dengan Uni Eropa harus menyesuaikan diri dengan kebijakan Uni Eropa.

Bersama-sama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa telah memainkan peran sentral dalam mengembangkan sistem perdagangan dunia sejak Perang Dunia II. Pada awalnya, kebijakan perdagangan Uni Eropa bagi kawasan Eropa berupa penghapusan hambatan bea cukai dan mempromosikan perdagangan antarnegara anggota Uni Eropa. Hal itulah yang kemudian menginspirasi terciptanya single market bagi kawasan Uni Eropa.21 Selain bergabung dengan organisasi

internasional, adanya kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa, seperti kebijakan FLEGT – VPA pada tahun 2003, ikut mempengaruhi kebijakan negara-negara lain di luar Uni Eropa untuk melakukan aktivitas impor kayu ke dalam kawasan ini.22

Setiap kayu yang diimpor ke Uni Eropa harus memiliki sertifikat legalitas dari masing-masing negaranya. Kebijakan ini merupakan komitmen Uni Eropa untuk menanggulangi masalah pembalakan liar di berbagai hutan yang ada di dunia. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, yakni bergabungnya Uni Eropa ke dalam organisasi penting dunia dan menerapkan kebijakan yang dapat mempengaruhi kebijakan negara lain membuktikan bahwa Uni Eropa telah menjadi pengemudi dalam fenomena globalisasi.

21

European Parliament, The European Union and World Trade Organization, EUROPA, diakses

pada laman <http://www.europarl.europa.eu/ftu/pdf/en/FTU_6.2.2.pdf> 22

P. Lujala & S. A. Rustad (ed.), High-Value Natural Resources and Post-Conflict Peacebuilding,


(38)

38

C. Globalisasi dan perubahan sektor-sektor di Eropa

Globalisasi mengubah banyak hal di dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat Eropa. Globalisasi telah banyak mempengaruhi sektor-sektor penting di Eropa, baik sektor ekonomi, politik, maupun sosial-budaya. Secara tidak langsung, hal itu ikut mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa. Perubahan dalam sektor-sektor tersebut sebagai berikut;

1. Segi Ekonomi

Uni Eropa berada dalam posisi utama perdagangan global, dikarenakan adanya keterbukaan rezim perdagangan bebas yang menyebabkan Uni Eropa berada di posisi teratas dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, hal itu juga diperkuat dengan integrasi ekonomi yang dilakukan oleh Uni Eropa berupa single market dan kebijakan mata uang bersama bagi negara-negara anggotanya. Berbagai sektor ekonomi cukup terpengaruh, termasuk aktivitas industri yang meningkat. Peningkatan aktivitas industri ini diawali dengan berbagai kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh Uni Eropa. Kerjasama yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan negara lain menyebabkan Eropa memasuki masa liberalisasi ekonomi.

Liberalisasi di Eropa ditandai dengan akses pasar yang luas dengan banyaknya perusahaan multinasional yang berdiri untuk melakukan aktivitas produksi mereka dan peluang bisnis bagi investor yang terbuka lebar. Kondisi ekonomi Eropa yang stabil dan kemudahan dalam memproduksi, membeli, dan menjual barang-barang ke seluruh dunia menyebabkan perusahaan-perusahaan di


(39)

39

Eropa saling berlomba untuk menciptakan potensi yang lebih luas. Setiap hari Eropa mengekspor barang senilai seratus juta euro dan impor ratusan juta lebih. Eropa merupakan eksportir terbesar di dunia dengan barang dan jasa yang diproduksi, dan itu sendiri merupakan pasar ekspor terbesar untuk sekitar 80 negara. Uni Eropa bersama-sama dengan 28 anggotanya memperoleh keuntungan sekitar 16% dari impor dunia dan ekspor.23 Hal itu menjadikan Uni Eropa sebagai salah

satu raksasa ekonomi dengan tingkat GDP sebesar € 2500 per kepala keluarga, dimana kesejahteraan hidup mereka ikut meningkat. 24

2. Segi Politik

Globalisasi telah membawa perubahan dalam tatanan politik Uni Eropa. Globalisasi telah menyebabkan peran negara tereduksi saat ini, dimana aktor-aktor dalam pengendali berbagai sektor di Eropa khususnya ekonomi bukan lagi berasal dari negara, tetapi juga berasal dari korporasi baik nasional maupun multinasional, non-government organization, masyarakat, dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya. Melalui pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan, Uni Eropa harus memperhatikan kebijakan aktor-aktor di luar negara, dimana mereka memiliki pengaruh yang cukup kuat di wilayah Eropa, seperti korporasi yang berada dalam situasi ekonomi liberal atau kebebasan dalam aktivitas ekonomi. Adanya korporasi berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Globalisasi telah mendorong perkembangan korporasi dalam aktivitas ekonominya dan tentu

23

European Commission, Trade: EU Position in World Trade, EUROPA, diakses pada laman

<http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-position-in-world-trade/>

24 European Commission, Trade: EU’s Position in Global Markets, EUROPA, diakses pada laman <http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-position-in-world-trade/>


(40)

40

saja berhubungan dengan kebijakan-kebijakan suatu negara, yang menyebabkan tereduksinya otoritas negara. Namun, meskipun di Eropa korporasi berkembang dengan luas, hal tersebut tidak secara langsung menghilangkan keberadaan dari negara. Uni Eropa sebagai sebuah regionalisme besar berkontribusi dalam mengatur permasalahan fiskal, pajak, dan menentukan kebijakan negaranya.25

Interaksi antara Uni Eropa dan korporasi dipandang sebagai sebuah keuntungan, dimana korporasi telah berkontribusi nyata memberikan kompensasi bagi masyarakat di sekitar tempat korporasi tersebut melakukan usahanya. Di Eropa kompensasi tersebut tercipta melalui Certificate Institution yang merupakan bentuk perjanjian antara korporasi transnasional dengan asosiasi industri dan Civil Society Organizations (CSOs) terkait peraturan dalam scores of codes dan aktivitas negosiasi. Pada mulanya, Gary Gereffi yang mempekenalkan Certificate institution bersama dengan rekannya yang dimaksudkan untuk mengatur berbagai sektor ekonomi, seperti tambang, minyak, bahan kimia, hasil hutan, tekstil, pakaian, dan alas kaki.26

3. Segi Sosial dan Budaya

Globalisasi telah membawa pengaruh kehidupan yang modern. Dimana modernisasi ditandai dengan peningkatan kemajuan teknologi dan informasi. Globalisasi telah merubah gaya hidup dan identitas masyarakat. Di Eropa, globalisasi telah merubah keadaan budaya masyarakat dengan perubahan gaya

25

Ruggie, John Gerard, “Taking Embedded Liberalism Global: the Corporate Connection”, dalam

Taming Globalization: Frontiers of Governance, Cambridge: Polity Press, 2003. Hal. 93-129 26 Ibid, hal. 96


(41)

41

hidup yang mengikuti tren masa kini baik dalam hal mode berpakaian maupun kebiasaan sehari-hari, masyarakat kini lebih menyukai mengkonsumsi produk korporasi dibandingkan dengan produk lokal, contohnya seperti fast food.27

Kemudian dalam hal sosial, saat ini Eropa tengah melakukan integrasinya dalam segala bidang, hal ini yang menciptakan suatu homogenitas di Eropa. Masyarakat masing-masing negara yang ada di Eropa kini memiliki identitas baru sebagai satu kesatuan masyarakat Uni Eropa. Tercapainya identitas baru tersebut didukung oleh adanya perjanjian Schengen, berupa perjanjian untuk menghapuskan pengawasan pada perbatasan dengan sesama negara Uni Eropa yang masuk dalam perjanjian tersebut. Kebijakan Schengen ini meliputi adanya Visa Schengen, dimana masyarakat Uni Eropa dalam mobilitasnya ke negara lain di dalam suatu kawasan hanya memerlukan satu visa. Adanya kebijakan tersebut secara langsung mendukung proses integrasi Eropa di era globalisasi saat ini.

Perubahan sosial masyarakat ini berkaitan dengan aktivitas pekerjaan dan kelanjutan hidup bagi masyarakat Eropa yang saling tergantung satu dengan yang lain. Globalisasi juga merubah pola sosial masyarakat yang dituntut bergerak cepat agar tidak tertinggal dengan ritme globalisasi yang ada, inilah yang kemudian menyebabkan masyarakat Uni Eropa memiliki sifat individualisme yang tinggi, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana diri mereka bisa bertahan dengan arus globalisasi.

27

Siswanto, Jurnal Kajian Wilayah: Dinamika Masyarakat Eropa dan Globalisasi Politik: Perspektif Kajian Wilayah, PSDR LIPI, Jakrta, 2014, hal. 98


(42)

42

D. Dampak globalisasi dan respon masyarakat Eropa

Namun, lebih lanjut mengenai jalannya globalisasi di Eropa yang telah mempengaruhi berbagai sektor di Eropa dengan keuntungan dan keberhasilan yang dicapai, justru semakin hari menimbulkan dampak bagi masyarakat Eropa. Uni Eropa yang semakin terintegrasi dengan keberhasilan full economic integration, keberhasilan adanya kebijakan Schengen, dan lain sebagainya, dikemudian hari mendapat respon dari masyarakat Uni Eropa sendiri. Hal ini disebabkan oleh berbagai upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa untuk menyesuaikan diri dengan arus globalisasi berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat Uni Eropa. Penurunan kualitas hidup masyarakat Uni Eropa terjadi karena adanya dampak negatif yang dihasilkan dari jalannya proses globalisasi di Eropa yang semakin lama justru merugikan masyarakat. Dapat dilihat berbagai dampak tersebut sebagai berikut;

D.1 Sisi Ekonomi

Adanya integrasi ekonomi yang dilakukan oleh Uni Eropa menyebabkan meluasnya jaringan kerjasama ekonomi dengan korporasi dan investor asing. Hal ini secara langsung meningkatkan aktivitas industri di Uni Eropa, dengan meluasnya akses pendirian tempat bagi korporasi untuk melakukan usahanya. Memang benar bahwa, hal itu menguntungkan masyarakat Uni Eropa dengan terciptanya lapangan pekerjaan dan kesejahteraan mereka melalui pendapatan negara jika diukur secara material. Tetapi, globalisasi saat ini tidak hanya dimaknai sebagai keuntungan ekonomi semata.


(43)

43

Masyarakat Uni Eropa saat ini perlahan mulai lelah dengan kondisi yang dihasilkan dari dampak aktivitas industri tersebut, dimana terjadi penurunan kualiatas lingkungan. Lingkungan adalah hal yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, karena itu kerusakaan lingkungan yang terjadi membuat kehidupan mereka terganggu. Tidak hanya itu saja, kerusakaan lingkungan baik polusi udara maupun polusi air telah mengganggu kestabilan kesehatan masyarakat. Kerusakan lingkungan itu juga diperparah dengan adanya perubahan iklim, menipisnya lapisan ozon, dan animal walfare. 28 Masyarakat di negara-negara Eropa menyadari bahwa globalisasi telah membawa persaingan baru di dunia termasuk persaingan ekonomi yang telah membuat penurunan kepedulian terhadap kondisi lingkungan dan menyebabkan masalah lainnya.

D.2 Sisi Politik

Dampak dari globalisasi dalam bidang politik adalah tereduksinya peran negara karena adanya campur tangan aktor lain yang memiliki tujuan tertentu. Aktor-aktor lain tersebut seperti korporasi, mengurangi kedaulatan negara bangsa dalam mengambil keputusan penting sehubungan dengan negara mereka di mana kita melihat intervensi besar-besaran dari korporasi dalam segala bidang. Kebijakan politik Uni Eropa yang diberlakukan mempertimbangan kebijakan dari korporasi, hasilnya justru kebijakan tersebut menguntungkan pihak korporasi dan masyarakat dirugikan. Ekspansi bisnis yang dilakukan oleh korporasi tersebut cenderung untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam aktivitas ekonomi.

28

European Union, European Union : Environment, EUROPA, diakses pada laman


(44)

44

Masyarakat dikhawatirkan dengan adanya ekspansi oleh korporasi tersebut, dimana korporasi melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam dan manusia.

Kebijakan Uni Eropa yang terkait dengan korporasi juga telah merubah kehidupan masyarakat dengan adanya berbagai tuntutan dalam pekerjaan, dimana masyarakat Eropa diharuskan untuk bekerja dengan cepat dan mampu menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Sehingga masyarakat melakukan aktivitasnya dengan tergesa-gesa dan berada di bawah tekanan. Hal itu terjadi karena dalam bisnis yang dilakukan oleh korporasi, dimaksudkan untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Korporasi selalu berorientasi pada uang, untuk itu segala aktivitas mereka uang merupakan prioritas utama. Globalisasi memberikan ruang yang luas bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk mencapai kinerja terbaik dalam mendapatkan keuntungan yang tersebar di berbagai dunia. 29

D.3 Sisi Sosial dan Budaya

Globalisasi memiliki dampak besar pada ranah sosial masyarakat di seluruh dunia tak terkecuali bagi Eropa. Globalisasi yang terjadi di Eropa lewat integrasi yang dijalankan oleh Uni Eropa telah menyebabkan adanya homogenitas masyarakat Eropa atau adanya identitas sebagai satu kesatuan masyarakat Uni Eropa. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Eropa yang berasal dari tiap negara anggotanya kehilangan identitas asalnya. Masyarakat menjadi berkurang rasa nasionalismenya terhadap negara asalnya sehingga melupakan tradisi maupun adat

29

Joseph Stiglitz, Making Globalization Work: The Multinational Corporation, London, Penguin Allen Lane, 2006, hal. 188


(45)

45

istiadat lokal negaranya. Karena itu, perlahan budaya lokal mulai luntur akibat tergerus oleh globalisasi yang ada. Padahal, jika dilihat, Eropa sebagai wilayah yang luas dan terdiri dari berbagai negara mempunyai budaya yang unik dan berbeda-beda, sehubungan dengan bahasa, norma-norma sosial, dan moralitas.

Selain itu, dampak kebiasaan masyarakat yang bergantung pada produk-produk hasil korporasi telah melemahkan dan menurunkan produk-produktivitas lokal yang merupakan hasil-hasil berasal dari alam dan diolah secara alami. Masyarakat Eropa lebih memilih produk yang modern dibandingkan produk lokal, padahal produk lokal memiliki potensi yang cukup baik.

Urbanisasi merupakan istilah yang menggambarkan perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk mencari kehidupan yang lebih menjanjikan. Itulah yang terjadi di Eropa, dimana masyarakat Eropa banyak yang meninggalkan desa kecil mereka dan memilih tinggal di kota untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka dan mengikuti arus globalisasi. Selepas ditinggalkan oleh masyarakatnya, desa-desa tersebut mulai terpinggirkan, budaya-budaya lokal setempat secara tidak langsung juga ikut terpinggirkan, dan perlahan Eropa tidak lagi memiliki keragaman budaya masyarakatnya. Tata sosial yang ada di masyarakat juga berubah, maka dari itu dikemudian hari terjadi banyak penyimpangan sosial dikarenakan masyarakat yang tidak bisa mengikuti arus globalisasi. Karena itu pula, terjadi ketimpangan sosial antara masyarakat kota dan masyarakat desa, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, maupun kesejahteraan.


(46)

46

Dampak-dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat Eropa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan alasan hadirnya respon yang berasal dari masyarakat Eropa itu sendiri. Masyarakat Eropa perlahan mulai menyadari bahwa globalisasi tidak selalu memberikan hal positif bagi kehidupan mereka, namun perlahan juga memberikan efek negatif. Globalisasi yang ditandai dengan integrasi Eropa telah menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat tidak lagi dapat menikmati kehidupan mereka, karena banyaknya tuntutan yang hadir dalam hidup mereka. Mereka juga dituntut untuk bergerak cepat dan mampu mengerjakan segala kegiatannya secara efektif dan efisien.

Masyarakat Eropa mulai jengah dan lelah dengan pola kehidupan mereka yang selalu dijejali oleh kemajuan pengetahuan era modern, pola hidup yang serba cepat, dan teknologi yang kekinian. Bukan itu saja, kehidupan sosial mereka yang lebih individualis juga dirasa merugikan karena berdampak kurangnya aktivitas sosial mereka dan adanya tekanan dalam diri mereka yang tidak bisa dibagikan ke orang lain karena kurangnya teman. Kehidupan yang cepat ternyata belum bisa memberikan kehidupan yang lebih baik. Adanya penurunan perhatian terhadap kualitas lingkungan juga mendapat respon dari masyarakat Eropa yang menginginkan perbaikan lingkungan, agar efek negatif dari aktivitas industri berupa polusi dapat berkurang. Solusi adanya energi alternatif untuk mendukung perbaikan lingkungan juga diharapkan oleh masyarakat. Masyarakat Eropa juga menginginkan kembali ke desa mereka, dimana mereka mengidamkan sebuah kota kecil yang nyaman untuk ditinggali.


(47)

47

Masyarakat Eropa tidak menentang adanya globalisasi dan berbagai integrasi yang telah dilakukan oleh Uni Eropa baik dalam integrasi ekonomi maupun politik. Karena globalisasi adalah sebuah fenomena yang berasal dari sejarah panjang umat manusia dan tidak bisa dihindarkan. Harus diakui bahwa globalisasi telah memberikan keuntungan ekonomi besar yang menyebabkan Eropa sebagai salah satu wilayah raksasa ekonomi di dunia. Namun, masyarakat Eropa menginginkan adanya perbaikan dan penataan kembali aspek-aspek yang mulai hilang akibat adanya arus globalisasi, seperti aspek lingkungan, sosial, budaya, kesehatan, maupun sistem politik Uni Eropa. Agar masyarakat bisa kembali merasakan kehidupan mereka yang tidak tergesa-gesa dan bisa lebih memaknai kehidupan mereka. Masyarakat Eropa menginginkan kembali segala aktivitas yang mereka kerjakan dapat dinikmati dan memberikan arti hidup untuk mereka. Sudah sewajarnya, manusia selalu mendambakan kehidupan yang damai, baik, dan berkualitas. Manusia akan selalu mencari kenyamanan, kehebatan maupun kecanggihan teknologi tidak akan mampu menggantikan kenyamanan hidup untuk mereka.


(48)

48

BAB III

KEMUNCULAN

CITTASLOW INTERNATIONAL

DI EROPA

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai kondisi sosial masyarakat Eropa dalam era globalisasi, sehingga memunculkan gerakan Cittaslow International. Pada bab ketiga ini, akan membahas tentang hadirnya gerakan Cittaslow International di Eropa. Diawali dengan sejarah terbentuknya Cittaslow, kemudian bab ini akan mengupas kemunculan Cittaslow di Eropa dan signifikansinya dalam kehidupan masyarakat Eropa. Dan terakhir, bab ini akan membahas mengenai Cittaslow International di masing-masing negara Eropa yaitu, Italia, Jerman, dan Inggris, dimana negara-negara tersebut merupakan negara yang sangat terpengaruh dengan adanya gerakan Cittaslow. Gerakan Cittaslow ini perlu dipahami secara mendalam untuk kemudian dapat dilihat strategi apa yang mereka gunakan, dan itu akan diuraikan dalam bab selanjutnya.

A. Sejarah terbentuknya Cittaslow International

Cittaslow International merupakan salah satu non-government organization yang bergerak dalam bidang sosial. NGO ini merupakan entitas non-profit dimana merespon isu sosial, lingkungan dan kondisi sosial masyarakat yang mengalami perubahan di tengah proses globalisasi. Kemunculan Cittaslow International merupakan akibat dari permasalahan fenomena globalisasi yang terjadi di Eropa, dimana fenomena tersebut disadari oleh masyarakat Eropa telah mengubah nilai-nilai kehidupan mereka. Dalam sejarahnya, Cittaslow International merupakan sebuah gerakan yang terbentuk pada bulan Oktober 1999 di Italia. Gerakan ini


(49)

49

didirikan melalui ide yang dicetuskan oleh Paolo Saturnini, yang merupakan seorang walikota Greve-in-Chianti, sebuah kota kecil di Tuscany.30 Paolo Saturnini

tidak hanya seorang diri, ia mendirikan gerakan ini juga atas bantuan teman-temannya, yakni, Farancesco Guida yang merupakan walikota dari kota Bra, Stefano Cimicchi dari kota Orvieto, Dominico Marrone dari Positano, dan Carlo Petrini yang merupakan presiden gerakan slowfood. Gerakan Cittaslow pada mulanya terinsipirasi dari slowfood movement di Italia.

Slowfood Movement merupakan gerakan yang dipelopori oleh Carlo Petrini, terbentuk pada tahun 1986 pada saat menjelang pembukaan restoran McDonald di piazza di spagna yang berada di tengah kota Roma.31 Gerakan ini didirikan setelah

terjadi demonstrasi di depan McDonald di Roma untuk menolak hadirnya fastfood yang dirasa merugikan masyarakat karena akan menurunkan produktivitas lokal. Slowfood memiliki kantor pusat internasional di kota Bra, Italia, kota di Piedmont dimana gerakan ini lahir, dan Carlo Petrini merupakan Presiden gerakan ini. Slowfood merupakan gerakan yang telah memiliki 850 cabang dengan anggota sebanyak 80.000.32 Tujuan dari gerakan ini adalah melindungi rasa “the right to

taste”. Tujuan ini dimaknai dengan melindungi dan menjaga makanan tradisional

serta mempromosikan produk lokal, untuk mengurangi konsumsi terhadap fastfood.

30

Cittaslow International, Cittaslow: Association, Italy, diakses pada laman

<http://www.cittaslow.org/node/246>

31

Slowfood International, Slowfood: Our History, Europa, diakses pada laman <http://www.slowfood.com/about-us/our-history/>

32

Slowfood International, Slowfood: Our Structure, Europa, diakses pada laman <http://www.slowfood.com/about-us/our-history/>


(50)

50

Cittaslow memiliki lambang yang sama untuk slowfood dan slow city, yakni berupa lambang sebuah keong berjalan yang memikul rumah-rumah yang berjajar. Lambang keong berarti berjalan perlahan atau kecepatan yang perlahan, sedangkan rumah-rumah yang berjajar dimaknai dengan sebuah kota. Jadi, lambang Cittaslow menggambarkan bagaimana sebuah kota yang dapat berjalan dengan perlahan dimana mampu menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali di tengah arus globalisasi.

1. Tujuan Cittaslow International

Cittaslow dibentuk dengan tujuan untuk membuat kota-kota yang tergabung dalam Cittaslow berusaha mempertahankan keaslian produk dan budaya yang ada di wilayah mereka sebagai respon terhadap homogenisasi yang terjadi di Eropa. Tujuan gerakan tersebut tertuang dalam visi dan misinya, yaitu menciptakan kota-kota yang bersih, bebas dari polusi dan kemacetan, melestarikan lingkungan, meningkatkan ruang hijau di kota, dan yang utama adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam pergerakkannya, Cittaslow merujuk pada pemerintah kota untuk membudayakan ecogastronomy pada praktek kehidupan sehari-hari. Ecogastronomy merupakan sebuah pendekatan dengan menekankan pentingnya interaksi antara manusia, makanan, dan efek yang dihasilkan, serta dampak terhadap lingkungan, dari sisi produktif dan sisi konsumtif.

Filosofi yang terkandung dalam nama gerakan ini terdiri dari dua kata yang berasal dari Italia, yakni kata “citta” diartikan sebagai city atau kota, dan “slow” diartikan perlahan atau keseimbangan. Gerakan ini memiliki makna positif, yang berarti hidup dengan baik mempunyai waktu untuk berbincang, melakukan hal-hal


(51)

51

positif, dan mengetahui cara menikmati hidup. Dipahami lebih mendalam, filosofi gerakan ini dapat dimaknai sebagai gerakan yang mengusung sebuah perubahan pada kota-kota yang terkena efek globalisasi dan menjadikan kota tersebut lebih nyaman untuk ditinggali dengan kembali menjadi kota yang lebih mengutamakan keseimbangan kehidupan.

Gerakan Cittaslow memberikan solusi sebagai upaya menemukan kembali keterasaan sebuah ruang. Gerakan ini juga memberikan alternatif pendekatan pembangunan kota yang lebih berkelanjutan. Gerakan ini merupakan respon terhadap arus globalisasi yang mengancam kota.

2. Asosiasi Cittaslow International

Saat ini, Cittaslow telah menyebar ke seluruh belahan dunia, dengan jumlah keanggotaan terdiri dari 30 negara dimana 15 negara diantaranya merupakan negara anggota Uni Eropa, kemudian anggotanya juga terdiri dari 228 kota dengan 18 jaringan kerjasama kemitraan global.33 Adapun ke-15 negara anggota Uni Eropa

tersebut, yaitu Austria, Belgia, Belanda, Finlandia, Jerman, Hungaria, Irlandia, Inggris, Italia, Norwegia, Polandia, Portugal, Perancis, Spanyol, dan Swedia.34

Terdapat tiga kategori dalam keanggotaan Cittaslow, yakni Cittslow Town dengan populasi di bawah 50.000, Cittaslow Supporter dengan populasi lebih dari 50.000, dan Cittaslow Friend untuk per individu yang ingin bergabung dengan gerakan in.

33

Cittaslow International, International Network of Cities Where Living is Good, diakses pada laman <http://www.cittaslow.org/>

34

Cittaslow International, Cittaslow_List_October_2016,pdf, diakses pada laman <http://www.cittaslow.org/node/246>


(52)

52

Dapat dikatakan bahwa keanggotaan penuh gerakan ini hanya terbuka untuk sebuah kota di suatu negara dengan jumlah populasi di bawah 50.000.

Sebelum menjadi anggota Cittaslow, kota-kota tersebut harus memenuhi persyaratan utama, yaitu dengan mengajukan surat permohonan keanggotaan dan kemudian melewati tahap penilaian kelayakan kota, dimana kota tersebut harus mencapai 50% keberhasilan dari program-program yang menjadi tujuan Cittaslow. Selanjutnya, kota yang menjadi anggota harus membayar tiap bulannya kepada gerakan ini untuk pelaksanaan program-program perbaikan, dana yang dibayarkan oleh kota-kota tersebut dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk langkah yang konkrit.

Setiap kota yang ingin bergabung dengan Cittaslow harus memiliki kekhasan yang unik, dan keunikan tersebut harus dikembangkan secara terus-menerus. Hal itu dilakukan sebelum mendaftarkan diri menjadi bagian dari Cittaslow, karena itu adalah syarat lain di samping syarat utama yang telah disebutkan di atas untuk mendapatkan sertifikasi kota. Sertifikasi kota menyangkut 72 persyaratan untuk penilaian dalam segi kualitas, dimana 72 persyaratan itu terbagi ke dalam 7 daerah makro35, yaitu ;

1. Kebijakan energi dan lingkungan

Meliputi pengembangan taman dan kawasan terbuka hijau yang lebih luas, energi terbarukan, alternatif transportasi, daur ulang sampah, dan lain-lain. 2. Kebijakan infrastruktur

35


(53)

53

Mencari mobilitas alternatif, penyediaan jalur sepeda yang memadai untuk mengurangi penggunaan kendaraan, street furniture, dan lain-lain.

3. Kualitas kebijakan kehidupan perkotaan

Meliputi rekualifikasi dan penggunaan kembali daerah marjinal, dan perbaikan tata kelola jaringan kabel di kota (serat optik, nirkabel).

4. Kebijakan pertanian, kebijakan turistic dan pengrajin

Melarang penggunaan GMO (Genetically Modified Organism)36 dalam

pertanian, meningkatkan kemampuan dalam teknik bekerja, kemampuan mengolah kerajinan tradisional, dan lain-lain.

5. Kebijakan dalam keramahtamahan, kesadaran, dan pelatihan

Meliputi penyambutan yang baik, meningkatnya kesadaran bagi operator dan pedagang melalui transparansi penawaran dan kejelasan soal harga, visibilitas tarif yang jelas, dan lain-lain.

6. Kohesi sosial

Mendorong integrasi masyarakat disabel, mengurangi kemiskinan, dan menghilangkan diskriminasi sosial terhadap kaum minoritas.

7. Kemitraan

Membangun kerjasama dan kolaborasi dengan organisasi lain untuk mempromosikan makanan alami dan tradisional.

36

Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme yang telah mengalami perubahan DNA-nya dengan menggunakan suatu teknologi modern sehingga menghasilkan produk yang memiliki kelebihan dibandingkan produk alami, namun berdampak pada terganggunya keseimbangan lingkungan.


(54)

54

Lebih lanjut, setelah kota tersebut menjadi anggota dari Cittaslow, kota tersebut juga diharuskan untuk melaksanakan program-program dan ketentuan dari Cittaslow, yaitu sebagai berikut;

1. Mengumumkan ke khalayak umum dan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa kotanya telah bergabung dalam Cittaslow untuk mewujudkan slow city dengan membuat program-program untuk mencapai tujuan dari slow city.

2. Mengusulkan dan mendaftarkan keunikan karakteristik dan kekhasan kotanya oleh perwakilan yang telah ditunjuk oleh kota.

3. Berkontribusi dan berkoordinasi dengan komite Cittaslow.

Kota-kota yang telah bergabung dengan Cittaslow akan memakai tanda, yaitu berupa pemakaian lambang Cittaslow yang bergambar keong pada semua aktivitas program kegiatan kota tersebut yang berkaitan dengan tujuan Cittaslow.

3. Struktur Organisasi Cittaslow

Sebagai sebuah organisasi, Cittaslow International dalam melakukan program-programnya memiliki sebuah struktur organisasi yang melakukan koordinasi dengan kota-kota anggotanya, mengontrol dan melakukan pengawasan bagian operasional kegiatan baik di wilayah nasional maupun jaringan internasional. Struktur organisasi Cittaslow meliputi komite koordinasi.37 Adapun

secara terperinci berikut adalah susunan struktur organisasi Cittaslow;

37


(1)

90 terkait dengan tuntutan mereka yang harus bergerak cepat dalam melakukan aktivitasnya, sehingga mereka tidak lagi menikmati makna kehidupan mereka. Globalisasi juga menyebabkan hilangnya kekhasan dan dan keterasaan akan sebuah ruang (sense of place). Soal lingkungan, globalisasi telah menyebabkan degradasi lingkungan dan polusi yang mengancam kenyamanan kota. Untuk itu masyarakat Uni Eropa menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan mereka untuk dapat bertahan dan dapat menyeimbangkan kehidupannya dengan proses globalisasi.

Adanya berbagai keluhan dari masyarakat Uni Eropa tentang proses globalisasi yang menurunkan kualitas hidup mereka, kemudian mendapat respon dari organisasi internasional, yaitu Cittaslow International. Cittaslow International hadir di tengah masyarakat Uni Eropa sebagai gerakan sosial baru yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Eropa, sehingga masyarakat dapat kembali menikmati hidup mereka dengan memberikan solusi berupa kecepatan yang perlahan. Awal kemunculan Cittaslow terinspirasi dari Slowfood Movement di Italia, pada tahun 1999. Pelopornya ialah Paolo Saturnini seorang walikota Greve in Chianti, sebuah kota kecil dari Tuscany.

Gerakan ini ingin memberikan kualitas hidup yang seimbang kepada masyaraktnya di era globalisasi ini. Dalam mencapai tujuannya, Cittaslow menggunakan konsep 3E (economy, environment, equity). Konsep 3E tersebut kemudian dijadikan pedoman menjadi strategi Cittaslow. Strategi Cittaslow terdiri dari 3 program yaitu good food, good environment, dan good community. Ketiga program strategi Cittaslow tersebut berorientasi dalam bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya.


(2)

91 Cittaslow dalam melaksanakan strateginya untuk menyukseskan programnya melakukan cara-cara yang dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam program tersebut. Peran masyarakat sangat penting karena terkait dengan kemajuan hidup mereka. Cara-cara yang digunakan mencerminkan Cittaslow sebagai sebuah organisasi gerakan sosial baru di tengah derasnya globalisasi. Adapun cara-cara tersebut antara lain dengan melakukan kampanye hijau dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan lingkungan yang berkelanjutan, melakukan kegiatan promosi lewat pembagian brosur gratis soal masakan tradisional dan pengenalan makanan tersebut, pengadaan energi alternatif, mengadakan beragam festival untuk membangkitkan kembali budaya tradisional masyarakat Eropa dan menjaga identitas masyarakat.

Strategi yang digunakan oleh Cittaslow adalah sebuah strategi yang mengedepankan sustainable development. Keberhasilan strategi yang dijalankan oleh Cittaslow dapat terlihat melalui keberhasilan kota-kota yang menjadi anggota gerakan ini dengan meningkatnya kualitas hidup mereka secara perlahan. Dapat disimpulkan bahwa, strategi Cittaslow dalam merespon globalisasi di Eropa menggunakan strategi yang merefleksikan cara-cara yang soft, yaitu mengedepankan partisipasi dari masyarakat sebagai kunci utama sehingga keseimbangan kehidupan mereka tercapai.


(3)

92

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmet Bayrakatar, Can Uslay. Global Peace Branding Campaign Across Cities, Regions, and Nations. USA: IGI Global, 2012.

Fakih, Mansour. Runtuhnya Teori Pembangunan. Yogyakarta: INSIST Press, 2002. Giddens, Anthony. Konsekuensi-konsekuensi Modernitas. Yigyakarta: Kreasi

Wacana, 2005.

J.Baylis, J.S Smith P. Owens. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations. New York: Oxford University Press, 2011. Malcolm, Miles. The Uses of Decoration Essay in the Architectural Everyday.

Chicester: John Willey&Sons, LTD, 2000.

Mayer Hayke, Knox Paul. “Slow Cities: Sustainable Places in a Fast World.”

Journal of Urban Affairs, 2006: 322-327.

Milton, Kay. Environmentalism and Cultural Theory. London&New York: Routledge, 1996.

Mittelman, J.H. The Globalization Syndrome, Transformation and Resistance. New Jersey : Princeton University Press, 2000.

Molchanov, M.A. Regionalism and Globalization. t.thn.

P.Lujala, S.A Rustad. High-Value Natural Resources and Post-Conflict Peacebuilding. London: Routledge, 2011.

Paul, Knox. “Creating of Ordinary Places: Slow Cities in a Fast World.” Journal of Urban Design, 2005: 03-05.

Ruggie, John Gerard. Taking Embedded Liberalism Global: the Corporate Connection. Cambridge: Cambridge Plity Press, 2003.

S.Sweeney. Europe, The State and Globalization. London: Pearson Education Limited, 2005.

Siswanto. “Dinamika Masyarakat Eropa dan Globalisasi Politik: Perspektif Kajian


(4)

93 Stiglitz, Joseph. Making Globalization Work: The Multinational Corporation.

London: Penguin Allen Lane, 2006.

Sumber Online

Cittaslow International. t.thn. http://www.cittaslow.org (diakses Agustus 26, 2016).

Cittaslow Perth, The History of Cittaslow. t.thn. http://www.cittaslowperth.org (diakses Agustus 14, 2016).

Cittaslow United Kingdom. t.thn. http://www.cittaslow.org.uk (diakses Agustus 15, 2016).

Cittaslow United Kingdom, Towns: Mold. t.thn.

http://www.cittaslow.org.uk/towns/mold (diakses Desember 02, 2016). Ebola in Liberia: Woman Dies Months After Epidemic Declared Over. t.thn.

http://www.bbc.com/news/world-africa-35944163 (diakses Agustus 14, 2016).

European Commission, Trade: EU Position in World Trade. t.thn. http://ec.europa.eu/trade/[olicy/eu-andwto/ (diakses November 16, 2016). European Commission, Trade: EU's Position in Global Markets. t.thn.

http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-position-in-world-trade/ (diakses November 16, 2016).

European Monetary System. t.thn.

http://www.europedia.moussis.eu/books/Book_2/3/7/2/2/index.tkl?all=1& pos=87 (diakses November 15, 2016).

European Parliament, The European Union and World Trade Organization. t.thn. http://www.europarl.europa.eu/ftu/pdf/en/FTU_6.2.2.pdf (diakses November 14, 2016).

European Union: Environment. t.thn. https://europa.eu/european-union/topics/environment_en (diakses November 14, 2016).

Slow Food International: The Slow Food Companion. t.thn. http://www.slowfood.com/about-us/key-documents/slow-food-companion/ (diakses November 29, 2016).


(5)

94 Slowfood Contribution to the Debate on the Sustainability of the Food System. t.thn.

http://www.fao.org> (diakses November 29, 2016).

Slowfood International : The Slow Food Companion. t.thn. http://slowfood.com/filemanager/AboutUs/Companion13ENG.pdf

(diakses Desember 02, 2016).

Spain: Fiesta Colorista De Lore Jokoak De Mungria. t.thn. http://www.cittaslow.org/event/mungia-fiesta-colorista-de-lore-jokoak-de-mungia (diakses Desember 02, 2016).

Taglibue, J. Italian City Promotes Its Slow Life, But Its too Busy to Enjoy It. t.thn.

http://pot-pourri.fltr.ucl.ac.be/pathfinder/donnees_textuelles/nyt_2002_juin_16et17_ greve.txt> (diakses November 26, 2016).

Terra Madre: Salone de Gusto. t.thn. http://www.salonedelgusto.com (diakses Desember 01, 2016).

The European Green Hydrogen Charter. t.thn. http://www.foet.org (diakses Desember 02, 2016).

The University of Biodiversity. t.thn. http://www.unisg.it (diakses Desember 01, 2016).


(6)

95

LAMPIRAN

1.1 Logo Cittaslow 1.2 Cittaslow Market

1.3 The University of 1.4 Terra Madre

Gastronomic Science