TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

(1)

(

Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput

)

Disusun Oleh : RULI APRIADI

20120110186

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

TUGAS AKHIR

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI

GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(

Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput

)

Disusun Oleh : RULI APRIADI

20120110186

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii

mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”

(Al-Baqarah: 216)

Kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.

Jalaluddin Ar

-

Rumi

Jika kau dapat bertemu dengan Jatidirimu meski hanya sekali, maka rahasia dari

segala rahasia akan terbuka bagimu. Wajah dari Yang Maha Tersembunyi, yang

ada di luar alam semesta ini, akan nampak pada cermin persepsimu.

Jalaluddin Ar

-

Rumi

Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta,

dan rasa hormat.


(4)

iii

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku,

Umma’, ini ucapan

terakhir semalam sebelum kau pergi, “ belajar yang baik biar

cepat lulus

“ ! amiin . Kupersembah kan hasil karya kecil ku ini atas berkat

doamu . Dan Ayah, aku yang telah engkau perlakukan selayaknya raja,

membimbing ku bertumbuh hingga sekarang ini. Terimakasih doa dan semua

yang telah kalian berikan.

Untuk saudara-saudariku, yang selalu memberikan semangat dan nasehat untuk

selalu berusaha mewujudkan impianku.

Tim Inlet Tsalist, Eldi Tegar, M. Sudiman , Andre Herdiawan, Rizkite, Salasia,

Maga Ringa, Gea Iman . Terimakasih kebersamaan dan kekompakannnya.

Untuk kawan-

kawan Civen’D yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu,

terimakasih sudah menjadi keluarga baruku di perantauan ini.

Saudara tak sedarah ku di UKM Musik UMY , terimasih atas kerbersamaannya


(5)

iv

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada hambanya. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Tugas Akhir ini di buat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, atas segala bimbingan, pengarahan, petunjuk serta saran-saran hingga selesainya laporan ini, Saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doa

2. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Burhan Barid, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.

5. Bapak Nursetiawan, S.T., M.T., Ph.D.selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.

6. Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D. sebagai dosen penguji, terima kasih atas masukan, saran dan koreksi terhadap Tugas Akir ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, senantiasa memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

8. Para staf dan karyawan Fakultas Teknik yang banyak membantu dalam administrasi akademis.


(6)

v

9. Teman-teman Tim Inlet Tsalist, Eldi Tegar, M. Sudiman , Andre Herdiawan, Rizkite, Salasia, Maga Ringa, Gea Iman atas perjuangan, semangat dan motivasi dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini.

10.Teman-teman seperjuangan Teknik Sipil 2012, terkhusus teman-teman Civen’D terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

11.Saudara tak sedarah ku di UKM Musik UMY , terimasih atas keerbersamaannya dan pengalamannya . “Stick Together Stand As Brother” Dan semua teman, saudara , kerabat dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak turut andil dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan Tugas Akhir ini, penulis ucapkan banyak terimakasih semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Meskipun demikian segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jugalah kami serahkan segalanya, sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan penyusun terima segala saran dan kritik yang membangun demi baiknya penyusun kedepanya.

Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima Kasih Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, November 2016


(7)

vi

Motto ... iii

Persembahan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

Abstrak ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Street Inlet ... 5

B. Drainase Jalan ... 5

C. Intesitas Hujan dan Evaluasi Kinerja Simulator Hujan ... 7

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi ... 8

B. Intensitas Hujan ... 9

C. Limpasan ... 11

D. Koefisien Limpasan ... 11


(8)

vii

F. Street Inlet ... 15

G. Drainase Jalan ... 16

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 18

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Alat dan Bahan ... 19

D. Desain Model Street Inlet ... 25

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet... 26

F. Tahapan Pengujian ... 27

G. Pelaksanaan Penelitian ... 28

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Hujan ... 32

B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan ... 35

C. Pengaruh Jumlah Lubang Inlet Terhadap Genangan. ... 38

D. Koefisien Limpasan ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

Daftar Pustaka ... xiii Lampiran


(9)

viii

Gambar 4. Rangkaian pompa air ... 20

Gambar 5. Rangkaian nozzle ... 21

Gambar 6. Rangkain alat street inlet ... 22

Gambar 7. Mistar ... 22

Gambar 8. Cawan ... 23

Gambar 9. Box ... 23

Gambar 10. Gelas ukur ... 24

Gambar 11. Timbangan Digital ... 24

Gambar 12. Stopwatch ... 25

Gambar 13. Desain model street inlet ... 25

Gambar 14. Posisi 1 inlet ... 28

Gambar 15. Posisi 2 inlet ... 29

Gambar 16. Posisi 3 inlet ... 29

Gambar 17. Posisi cawan ... 30

Gambar 18. Pembagian daerah pengukuran genangan ... 30

Gamabr 19. Mengukur tinggi genangan ... 31

Gambar 20. Mengukur lebar genangan ... 31

Gambar 21. Pola genangan 1 inlet ... 40

Gambar 22. Pola genangan 2 inlet ... 41


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi intensitas hujan ... 10

Tabel 2. Koefisien Aliran ... 11

Tabel 3. Intesitas hujan dengan 5 nozzle (hujan deras) ... 34

Tabel 4. Intesitas hujan dengan 3 nozzle (hujan normal) ... 35

Tabel 5. Debit limpasan pada hujan 5 nozzle (hujan deras) ... 36

Tabel 6. Debit limpasan pada hujan 3 nozzle (hujan normal) ... 37

Tabel 7. Volume genangan dengan 5 nozzle (hujan deras) ... 39

Tabel 8. Volume genangan dengan 3 nozzle (hujan normal) ... 40

Tabel 9. Koefisien limpasan dengan 5 nozzle (hujan deras) ... 43


(11)

x

Lampiran 3. Rincian Pengambilan Data Volume Genangan Setiap Pengujian Lampiran 4. Rincian Hasil Koefisien Limpasan Setiap Pengujian

Lampiran 5. Tabel dan Grafik Intensitas Hujan Lampiran 6. Tabel dan Grafik Debit Limpasan Lampiran 7. Tabel dan Grafik Volume Limpasan Lampiran 8. Grafik Koefisien


(12)

(13)

xii

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5 20166

ABSTRAK

Genangan yang terjadi di atas permukaan badan jalan raya akan mengakibatkan kerusakan konstruksi perkerasan jalan. Adapun penyebab dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadai, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006).

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk menentukan nilai intesitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah inlet street yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, mengetahui pengaruh inlet street terhadap volume genangan pada ruas jalan, dan menentukan nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan tipe daerah aliran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, hasil pengujian yang dilaksanakan, rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 5 noozle (hujan deras)adalah 1,92 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,87 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,89 mm/menit untuk 3 lubang inlet. Rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 3 noozle (hujan normal) adalah 1,76 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,74 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,77 mm/menit untuk 3 lubang inlet. Perbandingan nilai debit limpasan berbanding lurus terhadap jumlah inlet street. Semakin sedikit jumlah inlet, sedikit pula debit limpasan yang dihasilkan. Sebaliknya semakin banyak jumlah inlet, semakin banyak debit limpasan yang dihasilkan. Perbandingan jumlah inlet street berbanding terbalik terhadap volume genangan. Semakin sedikit jumlah street inlet maka semakin banyak volume genangan yang terjadi. Sebaliknya semakin banyak jumlah street inlet maka semakin sedikit volume genangan yang terjadi. Rata-rata koefisien limpasan pada hujan yang menggunakan 5 noozle adalah 0,78 untuk 1 lubang inlet, 0,81 untuk 2 lubang inlet dan 0,87untuk 3 lubang inlet. Rata-rata koefisien pada hujan yang menggunakan 3 noozle adalah 0,75 untuk 1 lubang inlet, 0,84 untuk 2 lubang inlet dan 0,88 untuk 3 lubang inlet.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Genangan yang terjadi di atas permukaan badan jalan raya akan mengakibatkan kerusakan konstruksi perkerasan jalan. Adapun penyebab dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadai, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006). Berdasarkan pengamatan, terjadinya genangan air pada ruas jalan dikarenakan aliran air terhambat untuk masuk ke badan saluran drainase. Dengan demikian desain inlet pada saluran drainase jalan raya yang sesuai dengan kondisi di lapangan bisa sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Seharusnya jarak antar inlet, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan disesuaikan dengan debit air hujan dan kondisi jalan yang ada.

Ada dua variabel desain yang perlu dilakukan yaitu jenis dan dimensi inlet serta jumlah inlet (Nicklow dan Hellman dalam Suharyanto, 2004). Pada umumnya saluran drainase jalan terletak disamping kiri dan atau kanan sepanjang jalan. Air hujan yang turun di jalan raya akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau yang dikenal dengan nama street inlet. Agar debit air hujan dapat masuk kedalam saluran drainase dengan lancar, maka di perlukan bentuk dan letak inlet yang tepat.

Street Inlet ini merupakan lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran terbuka, tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan diantaranya, ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut. Air yang masuk melalui street inlet ini harus dapat secepatnya masuk ke dalam saluran drainase serta jumlah inlet yang harus cukup agar dapat menangkap


(15)

limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan. Pada umumnya saluran drainase jalan terletak disamping kanan dan/atau kiri jalan. Air hujan yang turun di jalan raya akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau yang dikenal dengan street inlet (inlet jalan).

Penelitian dilakukan pada sebuah prototype yang menggambarkan kondisi ruas jalan raya dengan modifikasi street inlet seperti kondisi di lapangan. Metode analisis debit limpasan permukaan digunakan metode rasional, analisis dimensi inlet digunakan kaidah hidrolika yang berlaku. Adapun data input yang digunakan ialah data curah hujan, jenis jalan, jenis inlet street, limpasan hujan atau genangan, kondisi saluran drainase. Dalam kasus ini, penelitian dilakukan untuk jalan kolektor yang mana akan dikaji dalam bentuk prototype berdasarkan kondisi di lapangan pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Berapakah besar Intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator hujan ? 2. Berapakah besar debit yang masuk ke street inlet dari dua kategori uji

intensitas hujan?

3. Berapakah volume genangan air yang menggenang pada ruas jalan? 4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan di lakukanya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada ruas jalan. 2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah inlet


(16)

3

3. Mengetahui pengaruh inlet street terhadap volume genangan pada ruas jalan yang ada.

4. Menentukan nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan tipe daerah aliran. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi terhadap fenomena banjir pada ruas jalan yang ada dan mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2. Dari hasil penelitian yang di lakukan dabat di gunaakan sebagai bahan acuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan , dan dapat di gunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka dibuat batasan-batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, antara lain: 1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat prototype yang sesuai seperti

kondisi di lapangan. Adapun ukurannya yaitu 200cm x 150cm dengan ketinggian prototype tersebut setinggi 100 cm.

2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium Rekayasa Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sumber air ini menggunakan tekanan pompa air sehingga air dapat naik mencapai ketinggian 5 meter yang kemudian air akan mengalir melalui nozzel yang telah ditempatkan diatas yang siap menghujani prototype tersebut.

3. Dalam penelitian ini digunakan pemodelan inlet bulat di bahu jalan dengan hambatan rumput.


(17)

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan kinerja inlet jalan untuk mengurangi genangan akibat limpasan hujan (dengan model street inlet bulat di bahu jalan)”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ”Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh Agus Suharyanto, (Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2014).


(18)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Street Inlet

“Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan, geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinyemen vertikal jalan.

2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu jalan. 3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang

jalan) yang ditinjau.

4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb opening inlet 8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.

5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m.

B. Drainase Jalan

“Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda).


(19)

Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan drainase (saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang, dalam rangka perbaikan jalan drainase. Hasil pengamatan dan hasil studi bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80% saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun, adalah: a. Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan tidak

jelas.

b. Kemiringan saluran drainas sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak sedimen.

c. Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen.

d. Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan.

e. Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen. f. Saluran drainase dibuat asal jadi.

g. Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu aliran pada saluran. h. Tanah longsor yang menutup saluran.

i. Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.

j. Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal pemeliharaan bangunan drainase.


(20)

7

3. Sesuai dengan tujuan semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perbaikan sistem drainase dikota palembang khususnya dilokasi jalan Demang Lebar Daun.

C. Intensitas Hujan dan Evaluasi Kinerja Simulator Hujan

“Pemodelan Hujan Skala Laboratorium Menggunakan Alat Simulator

Hujan Untuk Menentukan Intensitas Hujan” oleh Khakimurrahman (2016).

Penelitian ini menggunakan perbedaan jarak nozzle terhadap cawan yaitu jarak 4 m dan jarak 2,75 m (cawan pengujian diletakkan diatas box pengujian infiltrasi dan limpasan). Setiap pengujian menggunakan jumlah nozzle yang berbeda yaitu 1, 3 dan 5 buah nozzle dengan perbedaan variasi tekanan (10 Psi, 15 Psi dan 20 Psi) dan perbedaan perilaku terhadap stopkran (buka penuh dan buka setengah), dengan durasi hujan setiap pengujian yaitu 5 menit. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu: Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya cenderung

lebih besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m. Semakin besar tekanan air nilai intensitasnya cenderung semakin kecil. Sedangkan semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi masuk kedalam kriteria hujan sangat lebat.

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79% (kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m, 1 nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.


(21)

8 BAB III LANDASAN TEORI

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat – sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup ( Triatmodjo, 2008). Secara umum hidrologi dimaksudkan sebagai ilmu yang menyangkut masalah air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang bagaimana siklusnya, kejadiannya, serta pengaruh terhadap kehidupan yang ada di alam ini.

Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan tanah, sungai, danau, dan air laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi tiitk – titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya tiitk – titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh – tumbuhan (intersepsi)dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface runof) mengisi cekungan tanah, danau dan masuk ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang mengalir ke dalam tanah sebagian mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar sebagai mat air dan mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan sampai di sungai sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung terus menerus yang disebut dengan siklus hidrologi. (Triatmodjo, 2008).

Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto,1995). Siklus air tersebut dapat digambarkan secara skema pada Gambar 3.1


(22)

9

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi Keterangan:

1. Evaporasi 2. Angin 3. Hujan

4. Evapotranspirasi 5. Limpasan Permukaan 6. Infiltrasi

7. Perkolasi 8. Aliran Antara

B. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan, mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmojo, 2008:20). Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada lokasi geografis dan iklim.

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam (Asdak, 1995).


(23)

Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan. Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.

Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm)

1 Jam 24 Jam Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100 Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

t d

I  ... (3.1) Dengan,

I = intensitas hujan (mm/jam) d = tinggi hujan (mm)


(24)

11

C. Limpasan

Debit limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus di alirkan melalui saluran drainase. Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.

Menurut Sosrodarsono (1978) mengemukakan bahwa Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas dipermukaan tanah. Faktor – faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorology dan elemen sifat fisik daerah pengaliran.

D. Koefisien limpasan

Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di daerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.2. Koefisien Aliran

Tipe daerah aliran C

Rerumputan :

- Tanah pasir, datar, 2 % - Tanah pasir, sedang, 2 – 7 % - Tanah pasir, curam, 7 % - Tanah gemuk, datar 2 % - Tanah gemuk, sedang, 2 – 7 %

- Tanah gemuk, curam, 7%

0,50 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35


(25)

Tabel 3.2. (lanjutan) Perdagangan:

- Daerah kota lama - Daerah pinggiran

0,75 – 0,95 0,50 – 0,70 Perumahan :

- Daerah single family - Multi unit terpisah - Multi unit tertutup

- Suburban

- Daerah apartemen

0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 Industri :

Daerah ringan Daerah berat

0,50 – 0,80 0,60 – 0,90

- Taman, kuburan 0,10 – 0,25

Tempat bermain 0,20 – 0,35

Halaman kereta api 0,20 – 0,40

Daerah tidak dikerjakan 0,10 – 0,30

Jalan :

- Beraspal

- Beton

Batu

0,70 – 0,95 0,80 – 0,95 0,70 – 0,85

- Atap 0,75 – 0,95

Sumber : Triatmodjo, 2008

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir di hitung dengan methode yang sederhan dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam tehnik penyajianya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aaliran sehingga di kenal sebagai metode rational (subarkah,1980)

E. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Dalam buku Silvia


(26)

13

Sukirman 1999 menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani (angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.

2. Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Sesuai dengan Undang – undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian sistem jaringan primer terdiri dari :

1. Jalan Arteri Lokal

Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :

a) Kecepatan rencana >60 km/jam. b) Lebar badan jalan >8.0 m 2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer diantaranya adalah:

a) Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam b) Lebar badan jalan > 7 m


(27)

3. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu :

a) Kecepatan rencana > 20 km/jam b) Lebar badan jalan > 6 m

Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari : 1. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 30 km/jam. b) Lebar badan jalan > 8 m

2. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 20 km/jam. b) Lebar badan jalan 7 m

3. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 10 km/jam. b) Lebar badan jalan > 5 m.


(28)

15

Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat – syarat yang ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat (Sukirman, 1999). Pada kondisi ini, air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor.

F. Street Inlet

Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang merupakan lubang atau bukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut.

2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas dan pejalan kaki.

3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran drainase dengan cepat.

4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan.

Menurut (Suharyanto, 2014) Bentuk-bentuk inlet yang sering digunakan ialah berupa inlet datar (grate inlet) dan inlet tegak. Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap keatas. Jenis yang kedua ialah inlet tegak (curb opening inlet), yaitu inlet yang posisinya tegak lurus atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb. Bila kerb tegak lurus dengan permukaan jalan, maka bentuk saluran menjadi bentuk segitiga. Jika kerb mempunyai kemiringan terhadap badan jalan, maka bentuk saluran mendekati bentuk V. Namun bila


(29)

kemiringan badan jalan tidak sama dengan kemiringan bahu jalan, maka dasar saluran akan mempunyai dua kemiringan, sehingga disebut bentuk saluran kombinasi (Composite section). Sedangkan sloted drain inlet merupakan inlet yang berbentuk pipa yang biasanya berbahan baja galvanis yang mempunyai bukaan kecil dipermukaan dan dibawahnya terdapat pipa outlet. Ilustrasi dari jenis-jenis inlet ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3.2. Bentuk-bentuk inlet (Suharyanto, 2014). G. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dengan pengertian lain adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu tempat, sehingga fungsi suatu tempat tersebut tidak terganggu.


(30)

17

Adapun fungsi dari drainase adalah sebagai berikut

1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.

2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya. 3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.

4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan. Sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan.

Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kuarter


(31)

18

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.1 Bagan alir tahapan penelitian. Survey alat dan bahan street inlet

Percobaan alat uji Pengujian alat uji

Analisis dan hitungan Rumusan masalah

Studi pustaka

Simulator hujan

Persiapan alat uji: Pembuatan model street inlet

Rekapitulasi data

Selesai

Desain pengujian street inlet Mulai


(32)

19

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan, Bantul.

C. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan:

a. Simulator hujan:

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah seperangkat simulator hujan. Tujuannya adalah untuk menggerakan hujan buatan dengan skala laboratorium dan untuk melihat siklus hidrologi dalam skala kecil. Komponen dari Peralatan ini adalah :

1) Nozzle, yang berfungsi mengatur jumlah besarnya butiran hujan yang jatuh,, nozzle yang digunakan 5 buah

2) Kerangka besi, yang berfungsi sebagai penampang nozzle yang berukuran 3 m x 3 m x 4 m.

3) Pompa air, berfungsi sebagai penggerak air, pompa yang dipakai adalah merk New Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m, daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m.

4) Pipa, sebagi tempat mengalirkan dan menyalurkan air.Pipa yang digunakan pvc ½ inch.

5) Klep foot pompa, letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air. 6) Box kontainer kapasitas 150 liter, sebagai tempat menampung

air yang akan digunakan.

7) Terpal, berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan menghalangi masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya air hujan dari nozzle pada saat pengujian Terpal yang dipakai ukuran 4 m x 5 m.


(33)

Gambar 4.2. Rangkaian simulator hujan (Khakimurrahman, 2016).


(34)

21

Gambar 4.4. Rangkaian nozzle (Khakimurrahman, 2016). b. Pada alat street inlet :

1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang digunakan yaitu kayu kelapa.

2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagi jalan. 3) Akrilik, sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet

atau sebagai saluran drainase.

4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.

5) Paku, digunakan sebagai penyambung kayu yang akan di pasang.


(35)

Gambar 4.5. Kerangka alat uji street inlet c. Pada pengujian inlet :

1) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu dan trotoar jalan

.


(36)

23

2) Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat pengujian.

Gambar 4.7. Cawan

3) Box, berfungsi sebagai penampung air limpasan


(37)

4) Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di cawan dan di box.

Gambar 4.9. Gelas ukur

5) Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam cawan.


(38)

25

6) Stopwatch, digunakan untuk menentukan waktu pengujian.

Gambar 4.11. Stopwatch D. Desain Model Street Inlet

Model street inlet menggunakan ukuran 200 cm x 120 cm x 120 cm dengan kemiringan pada jalan 3% dan bahu jalan 2%. Skala yang dipakai yaitu 1:5. Pada alat street inlet terdapat 3 lubang yaitu di bahu jalan, jarak antar inlet 55 cm. Bentuk inlet yang digunakan bentuk inlet bulat dengan diameter 15 mm, yang nantinya akan digunakan di bahu jalan. Hambatan yang digunakan adalah rumput. Pada pengujian ini memakai alat simulator hujan, hujan yang dipakai hujan deras dan normal.


(39)

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet

Tahapan pembuatan alat street inlet digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.13 . Bagan alir pembuatan alat Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal Terhadap Model

Street Inlet Tidak

Berfungsi Berfungsi

Pelaksanaan pengujian


(40)

27

F. Tahapan Pengujian

Tahapan pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 4.14. Bagan alir pengujian inlet Merapikan alat pengujian

Menempatkan cawan dan box yang akan menampung air hujan

Mengatur nozzle, hujan yang akan dipakai hujan lebat dan sedang

Hidupkan alat simulator hujan

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit

Selesai

Memasang bentuk inlet kotak atau bulat Mulai

Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box

Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box Pengambilan Data


(41)

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7-8 juni 2016, pengujian ini terbagi atas dua yaitu hujan deras dan normal. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street inlet telah terangkai dan terpasang dengan benar dan air untuk pengujian stabil.

2. Lakukan percobaan alat uji terlebih dahulu atau testing guna mengetahui kondisi hujan yang sesuai dengan hujan yang kita tetapkan.

3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya, selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.

4. Pasang hambatan yang akan digunakan di bahu jalan dengan rumput . 5. Pasang inlet sesui jumlah inlet yang akan di uji .


(42)

29

Gambar 1.16 Posisi 2 inlet


(43)

6. Menempatkan cawan dan box yang menampung air hujan pada posisi nya.

Gambar 4.17. Posisi cawan

7. Mengatur Stopwatch dengan interval 3 menit dari total waktu 30 menit. 8. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan.

Pengujian pun dilakukan.

9. Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya mengukur tinggi dan lebar genangan yang terjadi. Pengukuran dilakukan pada 1 titik genangan tertinggi pada setiap bagian daerah ukur .


(44)

31

Gambar 4.16 Mengukur tinggi genangan

Gambar 4.17 Mengukur lebar genangan

10.Selanjutnya ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan box tersebut.

11.Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan sisi luar cawan dengan cara dilap menggunakan kanebo.

12.Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan kosong untuk mengetahui berat air, catat semua hasil nya. Sedangkan, air yang ada di box hanya diukur saja.

13.Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch trus berjalan.

14.Sesudah air yang menggenang di bahu jalan habis, matikan stopwatch. 15.Lalu ambil box air yang menampung air genangan, catat hasilnya. 16.Selanjutnya lakukan tahapan yang sama pada pengujian berikutnya.


(45)

32

dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2016 dengan menggunakan 3 nozzle untuk kategori hujan normal . Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pada tiap kategori hujan. Setiap kategori ada 3 pengujian, pertama dengan menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya menggunakan 3 inlet.

1. Intensitas Hujan

Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas hujan sebagai berikut:

t d I

……….. (5.1)

A V

d

……….. (5.2) Dengan:

I = Intensitas hujan (mm/menit) d = Tinggi Hujan (mm)

t = Waktu (menit)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang hujan (mm²)

Untuk menentukan volume hujan dalam suatu penampang menggunakan cara mencari massa air dalam penampang terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut:

M. Air = Mt – Mc ……… (5.3) Dengan:

M. Air = Massa Air (gr)

Mt = Massa Cawan+Berat Air (gr) Mc = Massa Cawan (gr)

Rumus untuk menghitung volume hujan dalam penampang sebagai berikut: V = M.air / ρ ... (5.4)


(46)

33

Dengan:

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) M. air = Massa air (gr)

ρ

air bersih

=

1000 kg/m³ = 0,001 gr/mm³

Rumus untuk menghitung tinggi hujan sebagai berikut: d = V / A ……… (5.5)

Dengan:

d = Tinggi hujan (mm)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang (mm²)

A = 1/4.Ԉ.D² = 9386,53 mm², dengan D = 109,3 mm.

Apabila tinggi hujan sudah diketahui langkah selanjutnya adalah menghitung intensitas hujan pada menit ke-3 sampai dengan menit ke 30.

Penelitian intensitas hujan yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut :

Penelitian intensitas hujan dengan menggunakan 5 nozzle (hujan deras) dilakukan 3 kali pengujian. Masing masing pengujian tersebut di hitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit.

Tabel 5.1 Intesitas hujan dengan 5 nozzle (hujan deras)

waktu Rata-rata Intensitas Rata-rata Intensitas Rata-rata Intensitas

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

(mm/menit) (mm/menit) (mm/menit)

3 1,84 1,93 1,87

6 1,89 1,89 1,89

9 1,98 1,90 1,90

12 1,98 1,93 1,90

15 1,98 1,96 1,90

18 1,97 1,97 1,91

21 1,93 1,93 1,89

24 1,94 1,88 1,90

27 1,95 1,90 1,89

30 1,76 1,89 1,90


(47)

Gambar 5.1 Intesitas hujan dengan 5 nozzle (hujan deras)

Penelitian intensitas hujan dengan menggunakan 3 nozzle (hujan normal) dilakukan 3 kali pengujian. Masing masing pengujian tersebut di hitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit.

Tabel 5.2 Intesitas hujan dengan 3 nozzle (hujan normal) 0,00

0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

in

te

sai

tas

waktu (menit)

1 inlet 2 inlet 3 inlet

waktu Rata-rata Intensitas Rata-rata Intensitas Rat-rata' Intensitas

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

(mm/menit) (mm/menit) (mm/menit)

3 1,76 1,72 1,78

6 1,71 1,79 1,75

9 1,76 1,71 1,76

12 1,77 1,74 1,80

15 1,75 1,76 1,81

18 1,76 1,70 1,76

21 1,79 1,74 1,77

24 1,77 1,80 1,78

27 1,80 1,70 1,72

30 1,78 1,72 1,78


(48)

35

Gambar 5.2 Intesitas hujan dengan 3 nozzle (hujan normal)

Dari data pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 bisa kita pahami bahwa perbedaan jumlah noozle akan berpengaruh pada nilai intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah noozle yang di gunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.

2. Perbandingan Nilai Debit Limpasan Terhadap Jumlah Lubang Inlet Street

Pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap masing-masing kondisi hujan. Pertama dipasang lubang inlet dengan jumlah 1 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 3 lubang. Masing – masing pengujian dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam waktu 30 menit. Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada jumlah 1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet bentuk bulat pada kondisi hujan dengan 5 nozzel (hujan deras) dan 3 nozzel (hujan normal)yang di hasilkan dari alat simulator hujan dapat di lihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

in

te

sai

tas

waktu (menit)

1 inlet 2 inlet 3 inlet


(49)

Tabel 5.3 Debit limpasan pada hujan 5 nozzle (hujan deras) Debit limpasan

Waktu 1 inlet Waktu 2 inlet Waktu 3 inlet

(menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit)

0 0,00 0 0,00 0 0,00

3 2,67 3 2,73 3 2,93

6 2,73 6 3,13 6 3,20

9 2,77 9 3,23 9 3,17

12 2,97 12 3,20 12 3,27

15 3,00 15 3,30 15 3,43

18 3,00 18 3,20 18 3,50

21 3,00 21 3,13 21 3,37

24 2,93 24 2,97 24 3,30

27 2,87 27 3,13 27 3,43

30 2,83 30 3,30 30 3,50

35,17 0,00 34,11 0,00 33 0,00

Gambar 5.3 Debit limpasan pada hujan 5 nozzle (hujan deras) 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39

d e b it (l ite r/ m e n it) waktu (menit)


(50)

37

Tabel 5.4 Debit limpasan pada hujan 3 nozzle (hujan normal)

Debit limpasan

Waktu 1 inlet Waktu 2 inlet Waktu 3 inlet

(menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit)

0 0,00 0 0,00 0 0,00

3 2,17 3 2,53 3 2,70

6 2,60 6 2,83 6 3,00

9 2,63 9 2,70 9 3,00

12 2,67 12 2,93 12 3,03

15 2,67 15 3,00 15 3,13

18 2,83 18 3,07 18 3,20

21 2,73 21 3,00 21 3,10

24 2,63 24 3,10 24 3,17

27 2,63 27 3,03 27 3,43

30 2,87 30 3,13 30 3,33

34,43 0,00 33,58 0,00 33,05 0,00

Gambar 5.4 Debit limpasan pada hujan 3 nozzle (hujan normal)

Dari tabel dan grafik debit limpasan diatas di simpulkan bahwa semakin sedikit jumlah inlet, debit limpasan akan semakin kecil . Dan sebaliknya semakin

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39

d e b it (l ite r/ m e n it) Waktu (menit)


(51)

banyak jumlah inlet, debil limpasan akan semakin besar ( debit limpasan 1 inlet < 2 inlet < 3 inlet ).

Untuk tabel hasil pengujian debit limpasan selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.

3. Pengaruh Jumlah Lubang Inlet Street Terhadap Genangan Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pada tiap kategori hujan. Setiap kategori ada 3 pengujian, pertama dengan menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya menggunakan 3 inlet. Rumus yang digunakan untuk menghitung volume genangan sebagai berikut:

Volume Genangan = Luas Genangan x Lebar Jalan ………… (5.7) Setelah mendapatkan hasil tinggi dan lebar genangan dari hasil pengukuran, rumus yang igunakan untuk mengukur luas genangan sebagai berikut:

Luas Genangan = ½ x a x t ... (5.8) Dengan:

a = lebar genangan (mm) t = tinggi genangan (mm)

Tabel 5.5 Volume genangan dengan 5 nozzle (hujan deras) Waktu

Volume genangan (liter)

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 1,85 1,60 1,46

6 1,91 1,68 1,52

9 1,90 1,76 1,63

12 1,85 1,77 1,55

15 1,85 1,83 1,57

18 1,94 1,84 1,56

21 1,99 1,83 1,52

24 1,98 1,89 1,57

27 1,98 1,89 1,65


(52)

39

Gambar 5.5 Volume genangan dengan 5 nozzle Tabel 5.6 Volume genangan dengan 3 nozzle (hujan normal) 0,00

0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

vo

lu

m

e

(

li

te

r)

waktu (menit)

1 inlet 2 inlet 3 inlet

Waktu Volume genangan (liter)

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 1,24 0,97 0,74

6 1,35 0,97 0,86

9 1,35 0,98 0,80

12 1,30 0,98 0,81

15 1,31 1,04 0,93

18 1,34 1,08 0,97

21 1,34 1,07 0,90

24 1,34 1,13 0,97

27 1,40 1,13 0,97


(53)

Gambar 5.6 Volume genangan dengan 3 nozzle (hujan normal) Dari tabel dan gambar grafik volume genangan di atas di simpulkan bahwa semakin sedikit jumlah inlet, volume akan semakin besar . Dan sebaliknya semakin banyak jumlah inlet, volume akan semakin kecil (volume genangan 1 inlet > 2 inlet > 3 inlet) .

Di bawah ini adalah ilustrasi gambar pola genangan yang di ambil dari data pengujian hujan menggunakan 5 nozzle (hujan deras) pada menit ke 3 .

Gambar 5.7 Pola genangan 1 inlet 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

vo

lu

m

e

(

li

te

r)

waktu (menit)

1 inlet 2 inlet 3 inlet


(54)

41

Gambar 5.8 Pola genangan 2 inlet

Gambar 5.9 Pola genangan 3 inlet

Pada gambar diatas, menunjukkan bahwa rata-rata genangan pada bagian yang tidak terdapat inlet cenderung lebih besar.

Untuk tabel hasil pengujian volume genangan selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.


(55)

4.Koefisien Limpasan

Dalam menentukan nilai koefisien limpasan dapat di hitung menggunakan metode rasional didasarkan pada persamaan sebagai berikut:

Q = 0,278.C.I.A ...(5.6) Dengan:

Q : Debit puncak

I : Intensitas hujan (mm/jam) A :Luas daerah tangkapan C :Koefisien aliran

Tabel 5.7 Koefisien limpasan dengan 5 nozzle (hujan deras)

Gambar 5.10. Koefisien limpasan dengan 5 nozzle (hujan deras) Waktu

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,73 0,71 0,78

6 0,72 0,83 0,85

9 0,70 0,85 0,83

12 0,75 0,83 0,86

15 0,76 0,84 0,91

18 0,76 0,81 0,92

21 0,78 0,81 0,89

24 0,76 0,77 0,87

27 0,74 0,83 0,91

30 0,80 0,87 0,92

Rata-rata 0,75 0,81 0,87

Koefisien Limpasan 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

k o e fi si e n waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(56)

43

Tabel 5.8 Koefisien limpasan dengan 3 noozle (hujan normal) Waktu Koefisien Limpasan

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,62 0,74 0,76

6 0,76 0,79 0,85

9 0,75 0,79 0,85

12 0,75 0,84 0,84

15 0,76 0,85 0,87

18 0,80 0,90 0,91

21 0,77 0,86 0,88

24 0,74 0,86 0,89

27 0,73 0,89 1,00

30 0,81 0,91 0,94

Rata-rata 0,75 0,84 0,88

Gambar 5.11 Koefisien limpasan dengan 3 nozzle (hujan normal)

Pada Tabel 5.7 dan 5.8 dapat kita ketahuai bahwa koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari pengujian 5 nozzle (hujan deras) dengan 1 inlet yaitu 0,75, 2 inlet 0,81 dan 3 inlet 0,87. Untuk pengujian 3 nozzle (hujan normal) dengan 1 inlet yaitu 0,75 , 2 inlet 0,84 dan 3 inlet 0,88. Hasil koefisien ini menunjukan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

k o e fi si e n waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(57)

44 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 5 nozzle adalah 1,92 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,87 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,89 mm/menit untuk 3 lubang inlet. Rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 3 nozzle adalah 1,76 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,74 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,77 mm/menit untuk 3 lubang inlet.

2. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, perbandingan nilai debit limpasan berbanding lurus terhadap jumlah inlet street. Semakin sedikit jumlah inlet, sedikit pula debit limpasan yang dihasilkan. Sebaliknya semakin banyak jumlah inlet, semakin banyak debit limpasan yang dihasilkan.

3. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, perbandingan jumlah inlet street berbanding terbalik terhadap volume genangan. Semakin sedikit jumlah street inlet maka semakin banyak volume genangan yang terjadi. Sebaliknya semakin banyak jumlah street inlet maka semakin sedikit volume genangan yang terjadi.

4. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, rata-rata koefisien limpasan pada hujan yang menggunakan 5 nozzle adalah 0,78 untuk 1 lubang inlet, 0,81 untuk 2 lubang inlet dan 0,87untuk 3 lubang inlet. Rata-rata koefisien pada hujan yang menggunakan 3 nozzle adalah 0,75 untuk 1 lubang inlet, 0,84 untuk 2 lubang inlet dan 0,88 untuk 3 lubang inlet.


(58)

45

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat simulator hujan di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik lagi supaya mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu yang lebih lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Dalam penelitian ini sebaiknya peneliti diharapkan lebih teliti lagi dalam proses pengambilan data.


(59)

xiv Mada University Press, Yogyakarta.

Khakimurrahman, Rijal. 2016. Pemodelan hujan sekala laboratorium menggunakan alat simulator hujan untuk menentukan intensitas hujan. Jurusan teknik sipil, universitas muhammadiyah yogyakarta.

Nicklow,J.W. and Hellman,A.P, 2004. Optimal design of strom weater inlet for hydroinformatics. vol.6,No.4,PP:240-257

Suharyanto, A. 2006, desain street inlet berdasarkan geometri jalan. Jurusan teknik sipil, fakultas teknik. Universitas brawijay, Malang.

Syapawi, A. 2013. Studi permasalahan drainase jalan (saluran samping) di lokasi jalan demang lebar dan sepanjang 3900 m (lingkaran SMA Negri 10 simpang polda

Soemarto, 1987. Siklus Hidrologi. Tersedia di: https://bebasbanjir2025. wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/siklus-hidrologi/, diakses tanggal 11 maret 2016.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.

Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya paramita. Jakarta.

Sukirman, silvia. 1999. Perkerasan lentur jalan raya. Nova, Bandung. Suripin. 2004. Drainasi perkotaan yang berkelanjutan. Andi, yogyakarta. Soemarto. C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Triadmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi terapan. Betta offset, yogyakarta.


(1)

41

Gambar 5.8 Pola genangan 2 inlet

Gambar 5.9 Pola genangan 3 inlet

Pada gambar diatas, menunjukkan bahwa rata-rata genangan pada bagian yang tidak terdapat inlet cenderung lebih besar.

Untuk tabel hasil pengujian volume genangan selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.


(2)

4.Koefisien Limpasan

Dalam menentukan nilai koefisien limpasan dapat di hitung menggunakan metode rasional didasarkan pada persamaan sebagai berikut:

Q = 0,278.C.I.A ...(5.6) Dengan:

Q : Debit puncak

I : Intensitas hujan (mm/jam) A :Luas daerah tangkapan C :Koefisien aliran

Tabel 5.7 Koefisien limpasan dengan 5 nozzle (hujan deras)

Gambar 5.10. Koefisien limpasan dengan 5 nozzle (hujan deras) Waktu

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,73 0,71 0,78

6 0,72 0,83 0,85

9 0,70 0,85 0,83

12 0,75 0,83 0,86

15 0,76 0,84 0,91

18 0,76 0,81 0,92

21 0,78 0,81 0,89

24 0,76 0,77 0,87

27 0,74 0,83 0,91

30 0,80 0,87 0,92

Rata-rata 0,75 0,81 0,87 Koefisien Limpasan 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

k o e fi si e n waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(3)

43

Tabel 5.8 Koefisien limpasan dengan 3 noozle (hujan normal)

Waktu Koefisien Limpasan (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,62 0,74 0,76

6 0,76 0,79 0,85

9 0,75 0,79 0,85

12 0,75 0,84 0,84

15 0,76 0,85 0,87

18 0,80 0,90 0,91

21 0,77 0,86 0,88

24 0,74 0,86 0,89

27 0,73 0,89 1,00

30 0,81 0,91 0,94

Rata-rata 0,75 0,84 0,88

Gambar 5.11 Koefisien limpasan dengan 3 nozzle (hujan normal)

Pada Tabel 5.7 dan 5.8 dapat kita ketahuai bahwa koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari pengujian 5 nozzle (hujan deras) dengan 1 inlet yaitu 0,75, 2 inlet 0,81 dan 3 inlet 0,87. Untuk pengujian 3 nozzle (hujan normal) dengan 1 inlet yaitu 0,75 , 2 inlet 0,84 dan 3 inlet 0,88. Hasil koefisien ini menunjukan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

k o e fi si e n waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(4)

44 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 5 nozzle adalah 1,92 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,87 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,89 mm/menit untuk 3 lubang inlet. Rata-rata intensitas pada hujan yang menggunakan 3 nozzle adalah 1,76 mm/menit untuk 1 lubang inlet, 1,74 mm/menit untuk 2 lubang inlet dan 1,77 mm/menit untuk 3 lubang inlet.

2. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, perbandingan nilai debit limpasan berbanding lurus terhadap jumlah inlet street. Semakin sedikit jumlah inlet, sedikit pula debit limpasan yang dihasilkan. Sebaliknya semakin banyak jumlah inlet, semakin banyak debit limpasan yang dihasilkan.

3. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, perbandingan jumlah inlet street berbanding terbalik terhadap volume genangan. Semakin sedikit jumlah street inlet maka semakin banyak volume genangan yang terjadi. Sebaliknya semakin banyak jumlah street inlet maka semakin sedikit volume genangan yang terjadi.

4. Pada hasil pengujian yang dilaksanakan, rata-rata koefisien limpasan pada hujan yang menggunakan 5 nozzle adalah 0,78 untuk 1 lubang inlet, 0,81 untuk 2 lubang inlet dan 0,87untuk 3 lubang inlet. Rata-rata koefisien pada hujan yang menggunakan 3 nozzle adalah 0,75 untuk 1 lubang inlet, 0,84 untuk 2 lubang inlet dan 0,88 untuk 3 lubang inlet.


(5)

45

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat simulator hujan di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik lagi supaya mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu yang lebih lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Dalam penelitian ini sebaiknya peneliti diharapkan lebih teliti lagi dalam proses pengambilan data.


(6)

xiv

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khakimurrahman, Rijal. 2016. Pemodelan hujan sekala laboratorium menggunakan alat simulator hujan untuk menentukan intensitas hujan. Jurusan teknik sipil, universitas muhammadiyah yogyakarta.

Nicklow,J.W. and Hellman,A.P, 2004. Optimal design of strom weater inlet for hydroinformatics. vol.6,No.4,PP:240-257

Suharyanto, A. 2006, desain street inlet berdasarkan geometri jalan. Jurusan teknik sipil, fakultas teknik. Universitas brawijay, Malang.

Syapawi, A. 2013. Studi permasalahan drainase jalan (saluran samping) di lokasi jalan demang lebar dan sepanjang 3900 m (lingkaran SMA Negri 10 simpang polda

Soemarto, 1987. Siklus Hidrologi. Tersedia di: https://bebasbanjir2025. wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/siklus-hidrologi/, diakses tanggal 11 maret 2016.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.

Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya paramita. Jakarta.

Sukirman, silvia. 1999. Perkerasan lentur jalan raya. Nova, Bandung.

Suripin. 2004. Drainasi perkotaan yang berkelanjutan. Andi, yogyakarta.

Soemarto. C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Triadmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi terapan. Betta offset, yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume Genangan di Sekitar Jalan Meranti–Tanjung, Kampus IPB Darmaga Bogor

0 6 49

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

0 3 12

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Persegi Panjang di Bahu Jalan dengan Hambatan Rumput )

1 4 57

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

1 5 70

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang di bahu jalan)

1 12 66

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

0 5 74

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

1 7 60

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

0 6 63

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Rumput)

0 4 70

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN (Studi kasus : Jalan Ngasem Yogyakarta).

0 4 4