Exit Interview Keterbatasan dan Tantangan Penelitian
Exit interview dilakukan di Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan melibatkan 94 klien dan 15 fasilitas layanan terhadap ODHA
yang semuanya berbasis rumah sakit dan klinik di LSM. Laporan Jawa Tengah tidak dapat dianalisis karena masalah teknis perekaman.
Wawancara dilakukan setelah seorang klien memanfaatkan layanan di sebuah fasilitas kesehatan kemudian ditanya mengenai pengalamannya memperoleh
layanan di fasilitas tersebut serta usulan konkritnya untuk memperbaiki kualitas layanannya. Setiap wawancara membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.
Klien datang ke fasilitas layanan untuk pemeriksaan kesehatan, mengambil ARV PMO, memperoleh metadon, pemeriksaan CD4, tes darah, pengambilan
kondom, dan pemeriksaann TBC. Hasil wawancara disajikan dalam ringkasan di Tabel 11, 12 dan 13 Lampiran. Secara garis besar, berikut ini hasilnya.
C.1. Layanan yang Dihargai oleh Klien
Seperti kita simak dalam survei, tidak semua responden mengeluh mengenai prosedur dan sikap petugas. Dalam FGD dan exit interview diperoleh informasi
bahwa ODHA juga sangat menghargai pelayanan yang mereka peroleh. Klien sangat menghargai layanan yang tidak berbelit-belit, mudah menemui dokter
atau konselor, murah atau gratis, layanan yang ramah, dan disertai dengan informasi yang memadai dan mudah dipahami. Selain itu, ODHA senang
dengan lokasi fasilitas yang mudah dijangkau atau strategis dan yang tidak harus pindah-pindah untuk keperluan yang lain yang berkaitan seperti misalnya antara
VCT dengan tes darah atau penerimaan ARV dengan pemeriksaan CD4. Kelengkapan laboratorium dan peralatan pendukungnya, kenyamanan ruangan,
privasi yang dijaga juga diapresiasi. Komentar yang sangat positif seperti itu cukup banyak dikemukakan. Dalam interview juga diketahui, hadirnya pendamping
dianggap mempengaruhi kualitas layanan sehingga lebih baik.
C.2. Layanan yang Dikeluhkan oleh Klien
Walau secara umum pengalaman klien dalam memperoleh layanan bersifat positif, ada juga klien yang merasa bahwa layanannya cukup berbelit dengan
masa tunggu yang lama lebih dari 1 jam. Masa tunggu ini sering dihubungkan dengan terbatasnya jumlah dokter biasanya hanya 1 dokter saja sedang jumlah
klien cukup banyak. Di samping itu, ada klien yang merasa bahwa pemberi layanan tidak ramah dan prosedur berbelit-belit. Klien yang memperoleh bantuan
pemerintah dalam bentuk JPS-BK merasa didiskriminasi dibanding klien yang membayar langsung. Klien yang membutuhkan pemeriksaan viral load, merasa