LP NARKOTIKA KELAS 2A CIPINANG Masalah ODHA

Ringkasan Laporan FGD Dengan Komunitas ODHA di Beberapa Kota

1. LP NARKOTIKA KELAS 2A CIPINANG Masalah ODHA

Individual: • ODHA merasa tidak berdaya untuk memperoleh layanan yang lebih baik di dalam LP dengan status ODHA sebagai warga binaan, dan mengikuti prosedur yang berlaku keterbatasan sarana kesehatan sistem birokrasi di LP. Kondisi dengan status sebagai warga binaan sudah cukup berat dan ketertarikan warga binaan lain untuk melakukan tes menambah tekanan psikologi stress. • Kekhawatiran untuk membuka atau diketahui statusnya dalam mengakses layanan di luar LP. Keluarga • Kekhawatiran tidak mendapatkan dukungan dari keluarga jika mengetahui statusnya, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki keluarga. Masyarakat • Kekhawatiran pada diskriminasi pada komunitas di dalam LP contoh kasus ada tahanan yang diketahui statusnya dijauhi warga binaan lain dan stigma ganda dari masyarakat bila keluar dari LP. Hambatan Layanan Kesehatan di dalam LP Biaya • Membutuhkan biaya besar untuk mengkases tes-tes yang berhubungan dengan HIV HbsAg, SgotSgpt, CD4 dll. Persediaan Obat • Obat gratis yang disediakan hanya tiga macam CTM, Parasetamol dan Balsem, untuk obat lain warga binaan harus membeli sendiri. • Tidak ada stok ARV, kebutuhan ARV hanya dapat dipenuhi apabila ada pihak keluarga yang mengambil di RS rujukan dan mengantarnya pada klinik di LP untuk diakses warga binaan. Tanpa campur tangan keluarga warga binaan yang membutuhkan ARV tidak mungkin mengaksesnya. NB: Penting untuk advokasi. lampiran 1 Jakarta ODHA Akses Pelayanan Kesehatan Dasar 44 Tenaga Pelayan Waktu buka klinik sering berbenturan dengan jadwal apel dan kegiatan lain warga binaan. :“kadang kita terbentur dengan sistem yang ada di sini, misalnya dokter dateng jam satu siang seharusnya jadwal praktek 10 pagi sampai 1 siang, kita baru dikeluarin dari sel jam tiga siang, jadi serba salah, bagaimana kalau pas obat ARV habis dan kita lagi dikeongdikurung?” • Pembedaan warga binaan yang mampu dan yang tidak mampu. : “Kalau yang ada duitnya dilayani dulu, kalo yang ga ada duitnya dibiarin aja.” Prosedur • Sulitnya mengakses kelompok dukungan karena lokasi dan birokrasi perlu surat panggilan dari petugas. • Warga binaan tidak boleh memegang obat secara pribadi, hanya boleh meng- gunakan di klinik. Demikian juga penggunaan ARV yang seringkali tidak dapat diakses pada waktu yang seharusnya. • Untuk menerima kunjungan perlu biaya. Harapan dan usulan 1. Peningkatan Gizi. Warga binaan HIV membutuhkan daya tahan tubuh sehingga membutuhkan peningkatan gizi pemberian vitamin dan makanan tambahan.Warga yang sakitpun tidak mendapat tambahan makanan. Keluarga cenderung tidak datang membawa makanan tambahan karena biaya membawa masuk pun besar. 2. Obat-obatan. Warga binaan memperoleh peluang untuk memegang obat-obatan pribadi agar ketika dibutuhkan obat-obatan tersebut siap pakai dan tidak tergantung pada waktu layanan klinik. Penyediaan obat-obatan standar yang lebih bervariasi. 3. Test HIV dan test lain yang relevan dapat dilakukan di dalam LP. 4. Akses ARV seyogyanya dapat diperoleh di dalam LP adanya stok ARV. 5. Sarana kesehatan yang lebih baik untuk ODHA yang sudah sakit. 6. Pertemuan Support Group ditambah saat ini hanya 1 x dalam 2 minggu dengan prosedur yang lebih mudah. 7. Perlu koordinasi dengan dinas-dinas terkait dinkes, dinsos, LSM meningkatkan layanan bagi ODHA support group, layanan kesehatan dll. 8. Peningkatan kapasitas dan pelatihan bagi komunitas ODHA FGD seperti menjadi buddies, pengawas minum obat dan efek samping. 9. Pemberian informasi dan dukungan bagi keluarga ODHA agar ODHA tidak mendapat tekanan dari keluarga. Untuk petugas LP • Peningkatan kapasitas untuk petugas-petugas LP wawancara. • Persediaan stok ARV di dalam LP. • Penyediaan alat-alat laboratorium sederhana untuk cek SGPT-SGOT, Hb, HbsAG. ODHA Akses Pelayanan Kesehatan Dasar 45

2. RUMAH SAKIT DHARMAIS FGD dengan Kelompok Perempuan yang mengakses layanan di RS Dharmais