BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Candida Albicans merupakan bagian dari bentuk candida yakni salah satu jenis mikroorganisme atau mikroflora oral yang berupa jamur yang terdapat di dalam rongga
mulut. Adapun macam dari Candida tersebut antara lain candida albicans, candida tropikalis, candida glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut
candida albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut. Sebab rongga mulut merupakan salah satu tempat yang mengandung mikroorganisme
atau mikroflora oral dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi dibanding ditempat lain. Rongga mulut tersebut mengandung banyak populasi mikroorganisme yang begitu
beragam dan terdapat di antara tubuh manusia. Mikroorganisme atau mikroflora oral yang berasal dari udara, air, makanan dan dari lingkungan secara teratur akan masuk ke rongga
mulut. Keberadaan Candida Albicans memang sudah ada sebelumnya pada permukaan rongga mulut.
Candida Albicans tersebut merupakan jenis jamur yang sering menimbulkan penyakit di dalam rongga mulut yang disebut dengan Candidiasis. Jenis penyakit ini secara
klinis berupa lesi putih atau lesi eritematus pada daerah rongga mulut.Silverman S,2001. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran
kandidiasis thrush, kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis denture stomatitis, akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. Nolte,1982
1.2 Rumusan masalah
1. Benarkah bahwa Candida Albicans salah satu jenis jamur yang paling banyak menyebabkan penyakit di dalam rongga mulut?
2. Bagaimana perkembangan Candida Albicans di dalam rongga mulut? 3. Bagaimana upaya penanggulangannya?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Candida adalah salah satu spesies yang paling umum ditemukan didalam rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies candida mencapai 40-60 dari
seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut Silverman,2001. Terdapat lima spesies candida yaitu candida albicans, candida tropikalis, candida
glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut candida albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut.
Nolte,1982. Struktur Candida Albicans terdiri dari dinding sel,sitoplasma nukleus,membran
golgi, dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, gulkan chitin.Farlane M,2002. Tes aglutinasi dengan serum yang
tereabsorbsi menunjukkan bahwa semua strain Candida albicans terbagi dalam dua kelompok besar serologik A dan B. Kelompok A termasuk C.tropicalis. Ekstrak Candida untuk tes
serologik dan kulit tampak terdiri atas campuran antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui presipitasi, imunodifusi, imunoelektroforesis balik, aglutinasi lateks, dan tes-tes lain. Tetapi
pengenalan antibodi ini tidak selalu membantu dalam mendiagnosis penyakit akibat Candida. Pada Candidiasis yang tersebar, sering terdapat antigen mannan dari Candida yang
beredar,dan kadang-kadang dapat ditemukan antibodi presipitasi terhadap antigen nonmannan.Sebenarnya semua serum manusia normal akan mengandung antibodi Ig G
terhadap C.mannan.Jawetz et al,1996 Candida Albicans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon
misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat dan kadang-kadang memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk
oval atau sebagai elemen filamen hyfapseudohypha sel ragi yang memanjang dan suatu masa filamen hyfa yang disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20-40 derajat
celciusFarlane M,2002 Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel. Dinding sel merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan sel penjamu. Dinding sel
Candida mengandung zat yang penting untuk virulensinya, antara lain turunan , mannoprotein yang mempunyai sifat imunosupresif sehingga mempertinggi pertahanan jamur terhadap
imunitas penjamu. Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa. Enzim proteinase aspartil membantu Candida pada tahap awal invasi jaringan untuk
menembus lapisanmukokutan yang berkeratin Chaffin et al dalam Anne, 2000. Faktor
virulensi lain adalah sifat dimorfik Candida. Sifat morfologis yang dinamis merupakan cara untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar. Dua bentuk utama Candida adalah bentuk ragi dan
bentuk pseudohifa yang juga disebut sebagai miselium. Perubahan dari komensal menjadi patogen merupakan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan
patogen, Candida albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk miselium atau pseudohifa atau filamen dibandingkan bentuk spora Winarto dan Wibowo.,dalam Anne,2000.
Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa merupakan salah satu faktor virulensi. Bentuk hifa mempunyai virulensi yang lebih tinggi dibanding bentuk spora,
karena : Vazque dan Balish dalam Anne, 2000 1. Ukurannya lebih besar dan lebih sulit difagositosis oleh sel makrofak,
sehingga mekanisme diluar sel untuk mengeliminasi hifa dari jaringan terinfeksi sangatlah penting.
2. Terdapatnya titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamen sehingga jumlah elamen infeksius yang ada lebih besar.
Candida albicans biasanya disebut sebagai agen infeksiusoportunistik yang jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakkan
jaringan Jawetz, 1996. Candidiasis adalah suatu infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh jamur Candida. Terjadinya candidiasis dipengaruhi oleh beberapa faktor
terutama pengguna protesa, serostomia, penggunaan radio therapy, obat-obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam darah diabetes,penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit
keganasan neoplasma, kehamilan,defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah dan penderita Immunosupresi AIDS sehingga pada penggunaan protesa menyebabkan kurangnya
pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel. Hal ini menyebabkan perubahan pada mukosa.Silverman S,2001 Pertumbuhan Candida lebih subur bila disertai kortikosteroid,
antibiotik, kadar glikosa tinggi, dan imunodefisiensi Jawetz et al,1996. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe candidiasis yaitu
akut pseudomembran candidiasis thrush, kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis denture stomatitis, akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. Nolte,1982
Pada umumnya penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal maupun sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau
penyakit-penyakit yang menyertainya.Boedihardjo,1985
Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang mempunyai kemampuan untuk membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya yang
diaplikasikan pada jaringan hidup. Mekanisme kerja antiseptik ada beberapa macam yaitu merusak dinding sel mikroorganisme dengan mengganggu atau megubah struktur dinding sel
hilang sehingga sifat-sifat khasnya hilang, mengubah permeabilitas membran sel, mengganggu mekanisme pembentukan protein dalam sel, dan merintangi kerja enzim yang
berada dalam sel mikroorganisme. Jackson Craword,1992. Obat-obat anti jamur diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa golongan yaitu:
Tripathi M.D,2001 1. Antibiotik
a Polyenes: Amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin. b Hetericyclinbenzofuan: Griseofulvin
2. Anti metabolite:Flucytosine5-Fe 3. Azoles
a Imidazole topical: Clotrimazol, Econazol, Miconazole sistemik: Ketokonazol
b Triazoles sistemik: Flukonazole, Itrakonazole. 4. Allylamine Terbinafine
5. Anti jamur lainnya: Tolnaftate, Benzoid Acid, Sodiumtiosulfat. Dari golongan anti jamur diatas yang efektif untuk kasus-kasus rongga mulut yang
sering digunakan antara lain: Amfotericin B, Nystatin, Miconazole, Clotrimazol, Ketokonazol, Flukonazole, Itrakonazole.Mccullough,2005
Amfotericin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak membran sel jamur namun mempunyai efek pada ginjal yaitu
menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges 10ml dapat diginakan sebanyak 4 kalihari. Amfoterisin B yang dsuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan
efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ dalam. Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan efektif
yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ dalam. Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan vaginitis.
Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung 100.000 unitml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4 kali
sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut Wood dan goaz.,dalam Anne,2000
Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan vaginitis. Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung
100.000 unitml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4 kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut Wood dan
goaz.,dalam Anne,2000. Nistatin merupakan antibiotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei.
Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap bakteri, protozoa, dan virus. Mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel
yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U 5ml dalam bentuk cream 100.000 Ug yang digunakan untuk kasus denture stomatitis.Nistatin
hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif. Cara kerjanya melibatkan ikatan nistatin dengan sterol membran jamur, terutama ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol
dengan nistatin akan mengganggu permeabilitas membran sel dan mengganggu proses transport, mungkin dengan membentuk pori. Hal ini menyebabkan hilangnya kation dan
makromolekul dari dalam sel Siswandono dan Soekardjo; Katzung, Ganiswarna,G Sulistia,dalam Anne,2000.
Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintes ergosterol dan
selanjutnya terjadi ketidaknormalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral 20mgml digunakan 4 kalihari setengah sendok makan yang ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan
dahulu sebelum ditelan. Clotrimazole mekanisme kerjanya sama dengan miconazole sediaannya berupa
troche 10mg sehari 3-4 kali. Ketokonazol adalah anti jamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara
menghambat Cytochrome P450 sel jamur sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel. Obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampinnya berupa mual atau muntah, sakit kepala, parestesia
dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg dosis satu kali sehari dan dikonsumsi pada saat makan.
Itrakonazole,efektif ntuk mengobati Candidiasis penderita immunocompromised sediaan dalam bentuk tablet 200mghari selama 3 hari sedangkan yang berbentuk susupensi
100-200mg per hari selama 2 mingguGreenberg,2003. Efek samping obat berupa rasa gatal-gatal, sakit kepala, sakit di bagian perut abdomen dan hypokalemi.
Flukonazole efektif untuk pengobatan seluruh penderita Candidiasis termasuk pada penderita immunosupresiv. Efek sampinya mual, sakit di bagian perut, sakit kepala dan eritme
pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome P 450 sel jamur sehingga terjadi perubahan pada membran sel. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan.
Sediaan dalam bentuk kapsul 50mg, 100mg,150mg, 200mg single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.
BAB III PEMBAHASAN