Efikasi Latanoprost Efek Samping Latanoprost

peningkatan metalloproteinase 2 dan 3. Penemuan ini menjelaskan peranan latanoprost dalam merubah matrix ekstraselular dalam memudahkan aliran keluar humor akuos melalui serat muskulus siliaris Russo, et al., 2008. Gambar 2.1. Struktur kimia latanoprost ChemicalBook, 2010. Sharif et al. 2003, menyebutkan prostaglandin analog menstimulasi reseptor FP prostaglandin pada sel trabekular manusia sehingga meningkatkan matrix metalloproteinase dalam meshwork dan merubah matriks ekstraseluler. Penelitian oleh Lim et al. 2008, meneliti efek prostaglandin analog pada dinamika akuos dan menemukan bahwa prostaglandin analog menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran keluar melalui trabekular meshwork dan jalur uveoskleral Sharif, et al.,2003 ; Lim, et al., 2008.

2.4.2 Efikasi Latanoprost

Eviden klinis pada tahun pertama pemakaian latanoprost menunjukkan pemakaian satu kali sehari adalah paling efektif dibandingkan pemakaian dua kali sehari. Belum diketahui secara pasti alasan pemberian satu kali sehari, namun diduga terkait penurunan regulasi dari reseptor subsensitivitas yang berakibat terhadap penurunan efek Linden, et al., 1998. Pemakaian tetes mata latanoprost 0,005 topikal dosis tunggal, dapat menurunkan TIO maksimal dalam 8-12 jam dan TIO tetap rendah tanpa diterapi dalam 24 jam. Latanoprost diberikan satu kali sehari pada malam hari menyebabkan penurunan TIO konstan. Terapi jangka panjang latanoprost tidak memberikan efek klinis secara signifikan pada permeabilitas blood-aqueous barrier Quaranta, et al., 2006. Penelitian terdahulu memberikan hasil pemakaian latanoprost 0.005 satu kali sehari pada malam hari secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan lebih efektif dibandingkan dengan pemakaian timolol 0,5 dua kali sehari dalam menurunkan tekanan intra okular diurnal setelah 6 minggu terapi dan kemudian sama efektifnya setelah pemakaian setelah 12 minggu Aquino, et al., 1999.

2.4.3 Efek Samping Latanoprost

Secara umum, latanoprost dapat ditoleransi dengan baik terkait efek samping yang minimal terhadap sistemik jika dibandingkan dengan dengan timolol. Efek samping okular terbanyak akibat pemakaian latanoprost adalah hiperemi konjungtiva, yang biasanya terjadi dalam 2 hari sejak terapi dimulai dan berkurang dari waktu ke waktu Russo, et al., 2008. Pemakaian latanoprost dikaitkan dengan hiperpigmentasi yang terjadi pada bulu mata, kelopak mata, dan iris. Hiperpigmentasi pada bulu mata dan kelopak mata bersifat reversibel, sedangkan hiperpigmentasi pada iris bersifat menetap. Efek samping ini biasanya bersifat ringan dan terjadi sekitar 10 dari seluruh pasien yang diterapi dengan latanoprost lebih dari 3 tahun. Namun penelitian lain menyebutkan hiperpigmentasi iris dapat terjadi dalam 24 bulan pemakaian latanoprost Uisitalo, et al., 2010. Pemakaian latanoprost dapat mengakibatkan perubahan permukaan okular dari waktu ke waktu hingga menimbulkan ocular surface disease OSD. Antiglaukoma topikal dilaporkan dapat meningkatkan jumlah fibroblas dan sel inflamasi pada substansia propria konjungtiva dan merangsang metaplasia epitel. Konsentrasi tinggi dari makrofag, limfosit, sel mast dan fibroblas serta penurunan kepadatan sel goblet adalah efek samping yang pernah dilaporkan pada pemakaian antiglaukoma topikal. Mekanisme OSD pada pemakaian antiglaukoma topikal belum diketahui secara pasti dan masih menjadi perdebatan. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa latanoprost tidak secara langsung memicu terjadinya inflamasi yang mengakibatkan adesi molekul abatu antigen kelas II. Toksisitas akibat pemakaian latanoprost dikaitkan dengan kemasan komersil latanoprost yang mengandung bahan pengawet Benzalkonium klorida Faria, et al., 2013. Benzalkonium klorida adalah suatu cationic surface-acting agent yang berasal dari kelompok quaternary ammonium, yang dapat merusak membran sel bakteri bahkan memicu kematian sel. Formula BAK untuk konsumen terdapat dalam sediaan solution. Konsentrasi maksimum BAK adalah 0,1 dimana pada konsentrasi tersebut BAK tidak menyebabkan iritasi primer. Benzalkonium klorida merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan pada obat topikal glaukoma, dengan rentang konsentrasi sekitar 0,004 sampai 0,01. Benzalkonium klorida mengandung surfaktan yang dapat memecah lapisan lemak air mata sehingga meningkatkan penetrasi obat Kahook, et al., 2008. Aktivitas biosidal terbesar BAK dihubungkan dengan C12 dodecyl dan C14 myristyl dari derivat alkil. Mekanisme dari bakterisidal atau mikrobisidal berhubungan kuat dengan gangguan dari interaksi intermolekular. Hal ini dapat menyebabkan disosiasi dari cellular membran lipid bilayer, dimana hal ini mengendalikan permeabilitas seluler dan meningkatkan kebocoran dari isi sel. Kompleks biomolekular yang lain dalam sel bakteri juga mengalami disosiasi. Larutan BAK adalah agen fast-acting biosidal, aktif melawan bakteri, virus, jamur dan protozoa, namun spora bakteri diperkirakan resisten. Larutan bersifat bakteriostatik atau bakterisidal tergantung dari konsentrasinya. Bakteri gram positif secara umum lebih peka dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Aktivitas dari larutan ini tidak dipengaruhi oleh pH tetapi meningkat efeknya pada temperatur yang tinggi dan pemakaian yang lama Kahook, et al., 2008. Benzalkonium klorida berperan penting dalam menimbulkan efek samping seperti hiperemi konjungtiva, mengurangi pergantian air mata, mengurangi tear film break-up time BUT, dan infiltrasi pada kornea akibat sel inflamasi. Penelitian pada kelinci menunjukkan BAK disimpan di jaringan dan dapat bertahan hingga 168 jam setelah aplikasi 1 tetes BAK 0,01, dengan waktu paruh sekitar 20 jam pada epitel kornea dan jaringan konjungtiva Russo, et al., 2008. Gambar 2.2. Struktur kimia Benzalkonium klorida ChemicalBook, 2010. Pemakaian BAK jangka panjang dapat menyebabkan efek toksik secara langsung dan tidak langsung pada permukaan okular. Pemakaian BAK dapat menyebabkan ketidakstabilan lapisan air mata, metaplasia skuamosa konjungtiva, apoptosis, kerusakan barier epitel kornea, dan hilangnya sel goblet konjungtiva. Mekanisme terjadinya efek tersebut belum diketahui secara pasti, diduga keterlibatan reaksi immunoinflammatory dengan melepaskan sitokin proinflammatory, apoptosis, stres oksidatif yang berinteraksi secara langsung dengan lapisan lipid air mata Mastropasqua, et al., 2013. Penelitian oleh Costa dan rekan menunjukkan pasien glaukoma merupakan kelompok terbesar yang membutuhkan air mata buatan dibandingkan dengan kelompok lainnya, dimana terapi dengan golongan prostaglandin analog adalah yang tersering. Latanoprost Xalatan ® ; Pfizer mengandung 0.02 BAK merupakan obat komersil dengan kandungan BAK tertinggi. Penelitian oleh Costa juga menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan, pemakaian obat anti glaukoma jangka panjang dengan dua atau lebih terapi kombinasi meningkatkan kebutuhan terhadap air mata buatan Costa, et al.,2013.

2.5 Sitologi Impresi