METO DE PENELITIAN Elemen-elemen Arsitektural tinggalan Kerajaan Mengwi Di Kabupaten Badung.

9 Gambar: Pura Uluwatu Gambar: Pura Pucak Mangu Gambar: Pura Sada Kapal Gambar: Pura Taman Ayun Gambar: Pura Dalem Sakenan Gambar: Pura Sakenan Gambar: Pura Bukit Sari Gambar: Puri Agung Mengwi Gambar: Pempatan Agung Mengwi 3.3 Informan Penelitian Informan penelitian ditetapkan berdasarkan kompetensi pengetahuan yang dikuasainya berkenaan dengan topik penelitian yang diangkat. Ada beberapa informan yang sedianya dipilih sebagai narasumber penelitian ini, seperti: a warga inti puri; b pemuka agama dan adat desa setempat; c tetua desa; dan d akademisi. 3.4 Metode Penelitian a. Tahap Pengumpulan Data Awal Pada tahap pengumpulan data awal, tim peneliti melakukan grand tour ke lokasi penelitian dan wawancara dengan para narasumber di lokasi dan beberapa pihak yang berkompeten tentang elemen-elemen tinggalan Kerajaan Mengwi di Kabupaten Badung. Kegiatan grand tour ini pada akhirnya akan menghasilkan gambaran tentang topik dan permasalahan penelitian yang akan dijadikan fokus kajian penelitian ini. Tim peneliti telah melakukan grand tour penelitian ke wilayah Badung pada tanggal 25 Maret 2015. Fokus 10 penelitian yang akhirnya ditetapkan adalah berkenaan dengan elemen-elemen tinggalan Kerajaan Mengwi yang terdapat di dalam wilayah Kabupaten Badung. b. Tahap Pengumpulan Data Lanjutan Kegiatan pengumpulan data lanjutan sedianya dijalankan setelah adanya pengumuman resmi tentang pembiayaan rencana penelitian ini. Pada tahap pengumpulan data lanjutan ini, tim peneliti akan menjalankan setidaknya tiga tipe kegiatan pengkoleksian data berdasarkan karakter data target, yaitu sesuai tabel berikut ini. No. Kegiatan Datahasil target capaian Durasi 1. Pengumpulan data lapangan  Data fisik elemen-elemen tinggalan  Jumlah dan lokasi persebaran objek amatan  Varian wujud objek amatan  Fungsi dan aktivitas yang berlangsung di objek  Elemen atribut objek tiga bulan 2. Pengumpulan secara oral wawancara  Tradisi aktivitas sakral dan sekular sekitar objek  Kepercayaan masyarakat terhadap objek  Rekonstruksi wujud fisik dan fungsi objek tiga bulan 3. Pengumpulan data instansional  Data kependudukan  Data sosial, ekonomi, budaya terkait objek sebulan c. Tahap Analisis Tahap analisis data pada dasarnya dijalankan tentang beberapa teknik kajian, yaitu 1 analisis tipomorfologi objek studi; 2 analisis rekonstruksi berdasarkan data oral informan; 3 analisis komparatif antarobjek amatan serta antara objek amatan dan objek setara di luar wilayah studi; dan 4 analisis secara rasionalis dengan menggunakan beberapa teori dan konsep lokal keruangan yang relevan. Tahap analisis ini diperkirakan akan berlangsung selama empat bulan kalender penelitian. Dalam tabel berikut ini terpaparkan gambaran kegiatan analisis penelitian yang sedianya akan dijalankan. No. Kegiatan O bjek studipenjelasan Target hasil 1. Analisis tipomorfologi Wujud elemen-elemen tinggalan Tipologi objek berdasarkan wujudnya diperoleh 2. Analisis rekonstruktif Latar konsepsi elemen Gambaran fungsi, konsepsi, wujud objek, dan tradisi ritualnya diperoleh Fungsi dan prosesi ritual di elemen- elemen tersebut Wujud elemen tinggalan pada masa lalu Tradisi ritual pada masa lalu 3. Analisis komparatif Wujud zona sakral tinggalan di lokasi studi Gambaran kedudukan dan fungsi elemen Wujud zona utama lain di wilayah 11 studi tinggalan pada masa lalu Atribut zona sakral di lokasi Aspek-aspek lain yang terkait Ritual di zona sakral di lokasi Ritual di zona sakral di daerah lain 4. Analisis rasionalis Telaah wujud objek dan tradisi ritual penyertanya dikaji berdasarkan teori dan konsep lokal Keterkaitan objek studi dan teorikonsep lokal d. Tahap Sintesis Tahap sintesis dalam penelitian ini dijalankan dengan fokus kegiatan berupa studi tentang keterkaitan antarelemen yang diperoleh pada tahap analisis. Hasil telaah pada tahap ini belum dapat digambarkan, mengingat gambaran hasil analisis data yang sedianya akan dijalankan pada tahap sebelumnya. Tahap sintesis ini dapat diartikan juga sebagai tahap pendialogan antara komponen-kom ponen hasil analisis yang saling berkaitan. Pada bagian akhir tahap sintesis dilakukan pula pendialogan antara hasil telaah atau hasil studi lapangan dan teori-teori keruangan secara umum yang memiliki relevansi dengannya. Tahap ini dijalankan dalam dua bulan kalender penelitian. e. Tahap Penyimpulan Tahap penyimpulan hasil penelitian merupakan tahap paling akhir dari rangkaian penelitian ini. Tahap ini diperkirakan berlangsung dalam waktu sebulan kalender penelitian. 3.5 Instrumen Penelitian dan Alat Bantu Penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini tentunya peneliti sendiri yang memiliki peran sebagai pencari, kolektor, katalisator, dan analisator data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ada beberapa alat bantu penelitian yang juga digunakan oleh tim peneliti, yaitu: a Tiga unit komputer jinjing laptop dan satu unit komputer tablet sebagai alat penyimpan data, hasil analisis, dan penyusunan laporan final penelitian ini. Komputer tablet dapat pula difungsikan pada saat melakukan kegiatan perekaman gambar, video, serta rekaman audio di lapangan. b Satu unit printer berwarna untuk mencetak segala macam laporan penelitian. c Satu unit video camera untuk merekam data gambar bergerak di lokasi studi. d Dua unit kamera digital merekam gambar objek diam. e Alat-alat tulis dan alat-alat gambar untuk keperluan pencatatan data di lapangan 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian berikut ini, akan dijelaskan mengenai Kota Mengwi dari segi sejarah kerajaan, sejarah peningalan kerajaan berupa puri, dan elemen utama kota yang ada di kota Mengwi beserta dengan lokasinya.

4.1 Sejarah Kerajaan Mengwi

Sejarah Kerajaan Mengwi berkaitan dengan keberadaan Pura Pucak Mangu yang diperkirakan sudah ada sejak peradaban megalitikum berkembang di Bali. Hal ini diperkuat dengan adanya bukti berupa sebuah peninggalan berupa lingga besar pada bangunan pura ini. Pura ini tercatat juga sebagai sebuah pura tempat I Gusti Agung Putu, sang pendiri dari Kerajaan Mengwi, melakukan persemadian dalam upayanya menenangkan pikirannya setelah kalah dalam suatu perang tanding. Berkat tapa bratanya itu, akhirnya I Gusti Agung Putu kembali menemukan jati diri dan mulai bangkit dari segala kekecewaan dan kekalahannya. Agung Putu pun melajutkan keberhasilannya itu dengan terus meraih kemenangan sampai akhirnya berhasil mendirikan sebuah kerajaan baru yang bernama Kerajaan Mengwi. Tempat suci yang menjadi lokasi I Gusti Agung Putu melakukan tapa bratanya itu dinamai dengan nama Pura Pucak Mangu. Bangunan suci ini telah dipugar beberapa kali dan telah ditata sedemikian rupa sebagai tempat suci bagi umat Hindu. Puncak dari Gunung Mangu tidak terlalu tinggi dan sulit untuk dicapai. Lokasinya yang sangat hening memang sangat ideal untuk dijadikan sebagai lokasi melakukan rangkaian tapa brata dan perenungan diri. Dalam lontar tentang Pura Kahyangan Jagat dan Lontar Babad Mengwi disebutkan bahwa nama Gunung Mangu disebutkan memiliki kaitan dengan keberadaan leluhur Raja Mengwi yang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah secara kesatria dalam suatu perang tanding melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng yang berasal dari Puri Kekeran. Sebagai pihak yang kalah dalam perang, I Gusti Agung Putu selanjutnya menjadi seorang tawanan yang selanjutnya diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan. Seorang patih dari wilayah Marga yang bernama I Gusti Bebalang selanjutnya memohon kepada I Gusti Ngurah Tabanan guna diperkenankan mengajak serta I Gusti Agung Putu ke wilayah Marga. Setelah Agung Putu tiba di Marga, maka mulailah timbul niat untuk membalas kekalahannya secara ksatria dengan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. 13 Sebelum menjalankan upaya membalas kekalahannya, I Gusti Agung Putu terlebih dahulu bersiap-siap menjalankan tapa di puncak Gunung Mangu yang menjadi lokasi Pura Pucak Mangu pada masa sekarang. Di puncak Gunung Mangu, I Gusti Agung Putu memperoleh petunjuk gaib Bali: pewisik keagamaan tentang kemenangannya itu. Setelah memperoleh berkat itu I Gusti Agung Putu pun kembali menantang bertarung I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Hasil tapa bratanya ternyata tidak sia-sia, di Gunung Mangu itulah selajutnya I Gusti Agung Putu berhasil meraih kemenangannya saat melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng beserta para musuhnya. Berdasarkan penuturan oleh Keluarga Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu sedang bertapa di Pucak Mangu, kemudian beliau dititahkan oleh Ida Batara Pucak Mangu melihat ke sekelilingnya Bali: ngelengan. Daerah mana pun yang terlihat olehnya terang dari puncak itu maka daerah itu di kemudian hari akan menjadi wilayah kekuasaannya. Sejak itulah maka Pucak Mangu juga dikenal dengan nama Pucak Pengelengan. Gambar: Pura Taman Ayun sebagai Salah Satu Pura Kerajaan Mengwi Sumber: dokumentasi pribadi