Relasi antara Konsep Sorga dan Perwujudan Pusat Kota Kerajaan di Bali

7 klasik pada umumnya juga dirancang memiliki empat wajah serupa dengan empat pintu dan empat tangga masuk yang menghadap empat arah yang berbeda pula. Dalam konsepsi yang berkenaan tentang tata wilayah kerajaan dan tata pemerintahan raja-raja Asia Tenggara, dikenal adanya konsepsi Dewa Raja. Konsepsi ini pada intinya menguraikan bahwa raja-raja di kawasan Asia Tenggara – termasuk Indonesia – adalah diposisikan dan memposisikan dirinya sebagai titisan satu tokoh dewa untuk bertugas menata dan mengelola kerajaan di bumi. Seorang raja sebagai kepala suatu negara di tataran dunia adalah analogi dari sosok Dewa Indra sebagai raja para dewata yang memerintah kerajaan sorga di puncak Gunung Meru. Adapun wilayah kerajaannya di dunia dianalogikan sebagai pusat dunia atau wilayah kerajaan sorga yang diperintah Dewa Indra Geldern, 1982: 2-4. Di Indonesia, konsepsi semacam ini pernah diterapkan dalam penataan lingkungan dan wilayah kerajaan-kerajaan kuno yang bercorak Hindu. Konsepsi pempatan agung desa-desa di Bali atau konsepsi monco pat di Jawa merupakan titik pusat wilayah dan simbolisasi dari konsepsi gunung mitologis, Meru. Konsepsi pem patan agung sebagai pusat kerajaan dan wilayah ini ditiruterapkan pada hampir semua desa adat di Bali. Eksistensinya itu ditunjukkan oleh keberadaan elemen-elemen arsitektural utama suatu wilayah pada zone di sekitar pempatan agung seperti elemen puri rumah keluarga bangsawan penguasa wilayah pada masa lalu, pura, wantilan atau balai desa, pasar, dan alun-alun desa. Zone-zone yang berada di luar wilayah pusat itu memiliki nilai tingkatan yang lebih rendah dan makin merendah pada zone-zone lingkaran terluar wilayah. Konsepsi tentang titik pusat wilayah ini selanjutnya berkembang pula menjadi konsepsi lain yang berkenaan dengan pola pem patan agung. Bentuk swastika dan cakra sendiri merupakan simbolisasi garis edar perjalanan matahari yang dilihat berdasarkan sudut pandang mata manusia di bumi Sudhi, 1988: 234-235. Konsepsi ini memiliki kesesuaian yang cukup besar dengan gambaran mitologi Gunung Meru sebagai pusat utama alam semesta yang pada puncaknya terdapat kerajaan sorga dengan sebuah matahari utama Skt. Mahāvairocana sebagai sumber cahaya abadinya Snodgrass, 1985: 25. Bentuk pempatan agung, swastika, dan cakra juga telah dikenal sebagai bentuk dasar pola penataan wilayah dan kota-kota kuno bercorak Hindu Indonesia, seperti kota Cakranegara cf. Mulyadi, 2001: 4-5 dan Trowulan Majapahit Hermanislamet, 1999: 153. 8

BAB III METO DE PENELITIAN

Penelitian yang diusulkan ini tergolong penelitian kualitatif yang dalam proses pelaksanaannya akan menerapkan beberapa metode penelitian sesuai tahapan yang dijalankan. Pada bagian berikut ini dijelaskan secara berurutan tentang 1 materi penelitian; 2 informan penelitian; 3 metode penelitian; dan 4 instrumen penelitian. 3.1 Materi Penelitian Materi penelitian ini adalah berwujud objek, ruang, dan elemen-elemen arsitektural tinggalan Kerajaan Mengwi yang berlokasi di wilayah Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Ada beberapa jenis objek penelitian yang dicermati, di antaranya: a. Kompleks bangunan pura tinggalan Kerajaan Mengwi b. Bangunan puri tinggalan Kerajaan Mengwi c. Zona-zona tinggalan Kerajaan Mengwi yang disakralkan, semacam pempatan agung d. Bangunan-bangunan tinggalan Kerajaan Mengwi 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Pada bagian berikut ini dipaparkan gambaran elemen-elemen tinggalan Kerajaan Mengwi yang utama sesuai hasil grand tour yang dijalankan pada tanggal 25 Maret 2015. Utara 9 Gambar: Pura Uluwatu Gambar: Pura Pucak Mangu Gambar: Pura Sada Kapal Gambar: Pura Taman Ayun Gambar: Pura Dalem Sakenan Gambar: Pura Sakenan Gambar: Pura Bukit Sari Gambar: Puri Agung Mengwi Gambar: Pempatan Agung Mengwi 3.3 Informan Penelitian Informan penelitian ditetapkan berdasarkan kompetensi pengetahuan yang dikuasainya berkenaan dengan topik penelitian yang diangkat. Ada beberapa informan yang sedianya dipilih sebagai narasumber penelitian ini, seperti: a warga inti puri; b pemuka agama dan adat desa setempat; c tetua desa; dan d akademisi. 3.4 Metode Penelitian a. Tahap Pengumpulan Data Awal Pada tahap pengumpulan data awal, tim peneliti melakukan grand tour ke lokasi penelitian dan wawancara dengan para narasumber di lokasi dan beberapa pihak yang berkompeten tentang elemen-elemen tinggalan Kerajaan Mengwi di Kabupaten Badung. Kegiatan grand tour ini pada akhirnya akan menghasilkan gambaran tentang topik dan permasalahan penelitian yang akan dijadikan fokus kajian penelitian ini. Tim peneliti telah melakukan grand tour penelitian ke wilayah Badung pada tanggal 25 Maret 2015. Fokus