LAPORAN HASIL PENGAMATAN LHP

1
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

LAPORAN HASIL PENGAMATAN (LHP)
TOPIK PENGAMATAN
MATA PELAJARAN

1.

:
:

POLISI SIPIL DAN PARTNERSHIP BUILDING
POLISI SIPIL SEBAGAI PARADIGMA BARU POLRI

HASIL PENGAMATAN
Kegiatan pengamatan secara umum di lakukan di kantor Polres Cimahi yang
beralamat di Jl. H. Amir Machmud No. 333 Cimahi Bandung, pada hari Jumat tanggal
25 Mei 2012 dimulai dari jam 07.30 wib s/d 14.00 wib, Sindikat I berserta Paping
Kombes Pol Drs. Yudhi Faisal Hambali., diterima oleh Kabag Sumda Kompol

Wagiman yang mewakili Kapolres Cimahi. Setelah mendengar prakata dari paping dan
yang mewakili Polres, kami menerima informasi secara umum kondisi dan situasi
kesatuan Polres Cimahi dalam bentuk paparan dan dituangkan dalam Laporan Kesatuan
(Lapsat). Kemudian kami berpencar ke masing-masing fungsi sesuai dengan substansi
judul yang akan di tulis dalam Naskah Karya Perorangan kedua (NKP-2).
Penulis langsung mendatangi kantor Sat Reskrim Polres Cimahi, dan langsung
bertemu dengan Paurminops Reskrim, dan meminta beberapa data primer seperti ; data
kring Serse, administrasi berupa sprin, data kriminalitas dan peta kring Serse. Lalu
melakukan wawancara kepada 2 (dua) orang anggota Tim Sus (resmob atau
operasional) dan didapat penjelasan atau keterangan sebagai berikut :
a.

AIPTU ABDUL BASAR, yang sudah berdinas selama 27 tahun, dan sesuai
sprin penugasan berada di wilayah kring serse Desa Cibeber. Kriminalitas
yang paling menonjol di wilayah tersebut adalah kejadian curanmor dengan
modus operandi sepeda motor diambil di halaman atau teras rumah. Tidak
ada domisili atau terdapat daftar Pencarian Orang (DPO) atas pelaku curas
atau curat di wilayah tersebut. Dengan pola waktu kerja di wilayah kring serse
sejak jam 01.00 wib s/d 05.00 wib dan sistem kerja berpartner minimal 2
orang. Dan sistem pembagian wilayah kerja operasional kring serse secara

rayon. Yang bersangkutan tidak berdomisili sesuai wilayah kerja kring

2
sersenya. Kegiatan yang selama ini dilaksanakan dan terus berlangsung yaitu
back up kegiatan upaya paksa apabila kasus menonjol atau atensi, dilibatkan
dalam razia (2-1) secara kontigensi, kegiatan operasi khusus kepolisian.
Dalam pencarian informasi, Tim sus mengandalkan informasi dari informan
atau cepu dan kegiatan tersebut tidak mendapat dukungan anggaran dari
kesatuan.
b.

BRIPTU ARIESMA, yang sudah berdinas selama 7 tahun, dan sesuai sprin
penugasan berada di wilayah kring serse Desa Cibabat. Kriminalitas yang
paling menonjol di wilayah tersebut adalah kejadian curanmor dengan modus
operandi sepeda motor diambil di halaman

atau teras rumah. Tidak ada

domisili atau terdapat daftar Pencarian Orang (DPO) atas pelaku curas atau
curat di wilayah tersebut. Dengan pola waktu kerja di wilayah kring serse

sejak jam 01.00 wib s/d 05.00 wib dan sistem kerja berpartner minimal 2
orang. Polres Cimahi memiliki 13 Polsek dan sistem pembagian wilayah kerja
operasional kring serse secara rayon. Setiap Tim Sus terdiri dari 3 s/d 5 orang
dan langsung melekat dengan Tim Penyidiknya. Yang bersangkutan tidak
berdomisili sesuai wilayah kerja kring sersenya. Kegiatan yang selama ini
dilaksanakan dan terus berlangsung yaitu back up kegiatan upaya paksa
apabila kasus menonjol atau atensi, dilibatkan dalam razia (2-1) secara
kontigensi, kegiatan operasi khusus kepolisian. Dalam pencarian informasi,
Tim sus mengandalkan informasi dari informan atau cepu dan kegiatan
tersebut tidak mendapat dukungan anggaran dari kesatuan. Dalam seminggu,
ada pengarahan pembinaan dan instruksi dari Kasat Reskrim yang
dilaksanakan setiap Rabu malam dalam bentuk apel.
2.

PERMASALAHAN
Sebagaimana hasil analisa data anev gangguan Kamtibmas periode Januari s/d
Desember tahun 2009 sampai dengan April tahun 2012,

secara kuantitas


kecenderungan kejadian tindak pidana didominasi oleh kasus Curanmor R-2 kemudian
Curat lalu Penganiayaan, dengan perincian sebagai berikut :
NO

TAHUN

KET

3
JENIS TINDAK

2009

2010

2011

2012

PIDANA

1.

Curanmor R-2

430

564

303

63

1360

2.

Curat

280


285

353

106

1024

3.

Penganiayaan

106

68

61

20


255

Jumlah

816

917

717

189

2639

Melihat perolehan angka diatas, bahwa crime total untuk kasus tindak pidana
Curanmor Roda 2 (dua) atau sepeda motor selama tahun Januari 2009 s/d April 2012,
sebanyak 1.360 perkara, apabila dibandingkan dengan crime clearance yang dicapai
sangat signifikan hampir sekitar ± 17,5 % saja pengungkapan perkara tersebut berjalan.
Dari penjelasan secara lisan oleh anggota Tim sus Sat Reskrim Polres Cimahi,
bahwa kegiatan kring serse yang berlangsung sangat normatif sekedar menjalankan

aktiftas rutin, itu tak ubahnya seperti kompilasi dari tugas, fungsi dan wewenang
anggota reskrim dalam pengungkapan-pengungkapan perkara pidana. Yang tergambar
disini bahwa anggota melaksanakan tugas fungsi reskrim secara reaktif, ofensif dan
monoton serta hanya mengedapankan power duty (sok-sokan atau arogan), minimnya
sentuhan

kepada

masyarakat

(hanya

menyentuh

apabila

sudah

ada


kejahatan/tindakpidana), tidak terbangun komunikasi (kontak bicara) dengan warga
masyarakat untuk membicarakan hal-hal atau masalah kamtibmas, yang menyebabkan
tidak adanya respon positif (kepedulian) dari masyarakat akan pencegahan maupun
penanggulangan kejahatan. Tanpa melalui konsep kerja yang efektif dan efisien, sangat
mustahil keberhasilan kerja khususnya dalam mengungkap atau menekan terjadinya
tindak pidana khususnya curanmor roda 2, tercapai.
Mendasar dari temuan-temuan diatas atau dilapangan, sudah barang tentu
kinerja Polri khususnya fungsi reskrim dalam hal ini mendapat respon yang negatif,
bahkan timbul rasa tidak percaya dari masyarakat terhadap Polri sehingga dukungan
moril dan apresiatif menurun. Agar usaha memobilisasi dukungan masyarakat efektif,
perlu diterapkan pendekatan yang berbeda pada masing-masing masyarakat. Usaha
Polisi untuk dipercaya agar masyarakat bersedia bekerja sama sering lebih mudah
dilakukan pada tingkat kelas menengah dan pada masyarakat yang hidupnya sejahtera

4
dari pada di kelompok yang miskin di mana ketidakpercayaan pada polisi biasanya
sudah lama terpendam akibat suatu hal misalnya masyarakat yang pernah menjadi
korban tindak pidana curanmor namun sampai detik ini tidak ada kejelasan
perkembangan perkaranya. Usaha untuk menciptakan ikatan dengan suatu lingkungan
dapat saja berarti bahwa polisi harus membantu lembaga-lembaga sosial dasar

(misalnya ; keluarga, lembaga agama, sekolah) dimana ikatan tersebut kemungkinan
melemah akibat adanya kejahatan atau ketidak tertiban yang lalu. Dengan Perpolisian
Masyarakat (Polmas), Polisi menjadi katalisator dan fasilitator dalam usaha
membangun kembali masyarakat-masyarakat tersebut.
Perpolisian masyarakat (Polmas) dapat memperbesar usaha polisi untuk
mengendalikan dan mencegah kejahatan. Masyarakat tidak lagi dilihat oleh polisi
sebagai suatu kehadiran yang pasif atau sebagai sumber informasi terbatas, tetapi
sebagai

mitra dalam melakukan usaha-usaha tersebut diatas. Dengan demikian

keprihatinan masyarakat mengenai kejahatan dan ketidak tertiban harus menjadi target
utama usaha polisi dan masyarakat yang bekerja sama untuk menanganninya.
Mengacu pada kondisi yang ada, maka yang menjadi permasalahan disini
yaitu “ bagaimana membentuk anggota Sat Reskrim Polres Cimahi khususnya anggota
Tim sus dalam membangun konsep perpolisian masyarakat (Polmas) di wilayah
kerjanya “.
3.

PEMECAHAN MASALAH


Pemecahan masalah adalah suatu istilah yang luas yang mempunyai makna
lebih dari sekedar peniadaan atau pencegahan kejahatan. Pemecahan masalah
didasarkan pada asumsi bahwa ” Kejahatan dan ketidak tertiban dapat dikurangi di
daerah-daerah

geografis yang kecil dengan cara mempelajari dengan saksama

karakteristik permasalahan di daerah tersebut, dan kemudian menerapkan sumbersumber daya didasarkan pada kesempatan yang disampaikan oleh karakteristik fisik dan
sosial suatu daerah tertentu”.
Pondasi bagi suatu strategi perpolisian masyarakat (Polmas) yang berhasil
adalah hubungan yang erat dan saling menguntungkan antara polisi dengan anggota

5
masyarakat. Perpolisian masyarakat (Polmas) terdiri dari dua komponen inti yang
saling melengkapi yaitu kemitraan Masyarakat dan Pemecahan masalah. Untuk
mengembangkan kemitraan dengan mayarakat, polisi harus mengembangkan hubungan
yang positif dengan warga masyarakat, harus melibatkan warga setempat dalam usaha
untuk mengendalikan dan pencegahan kejahatan yang lebih baik, dan harus
menyatukan sumber daya polisi dengan sumber daya masyarakat untuk menangani
masalah yang menjadi keprihatinan bagi masyarakat. Pemecahan masalah adalah suatu
proses identifikasi masalah yang dihadapi warga untuk dicarikan upaya pemecahan
yang paling tepat.
Tujuan perpolisian masyarakat (Polmas) adalah untuk mengurangi kejahatan
dan masalah kamtibmas dengan cara mempelajari dengan saksama karakteristik
masalah-masalah yang ada, kemudian menerapkan cara-cara yang tepat

untuk

memecahkannya. “ Masyarakat” dimana seorang polisi ditugaskan haruslah merupakan
suatu daerah geografis yang kecil dengan batas-batas yang jelas. Daearah
tugas/tanggung jawab tersebut harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga karakteristik
sosial dan geografis yang unik dari suatu lingkungan sedapat mungkin tetap
dipertahankan, sekaligus harus memperhatikan efisiensi dalam pemberian pelayanan
kepada masyarakat.
Para petugas patrol lingkungan adalah pemberi pelayanan yang utama dan
yang memiliki kontak paling sering dengan anggota masyarakat. Dalam kegiatan
perpolisian masyarakat (Polmas), merekalah yang memberikan kepada masyarakat
sebagian besar kebutuhan pemolisiannya, mereka dibantu oleh atasan langsungnya,
oleh satuan lainnya dan juga oleh instansi pemerinah dan instansi sosial terkait. Para
manajer atas dan para perwira staf komando bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa seluruh organisasi polisi mendukung usaha kegiatan para petugas patroli
lingkungan yang berhadapan langsung dengan warga.
Efektif tidaknya perpolisian masyarakat (Polmas) tergantung dari bagaimana
mengoptimalkan kontak positif antara petugas patrol dengan warga masyarakat. Patroli
bermobil hanyalah salah satu metode pemberian pelayanan polisi. Kepolisian perlu
menambahkan

patroli jalan kaki, patroli bersepeda motor, patroli berkuda dan

mendirikan pos-pos polisi yang akan membuat polisi lebih dekat dengan masyarakat

6
yang dilayani. Pertemuan warga dengan polisi secara teratur dengan adanya forum
kemitraan polisi-masyarakat setempat dengan memberikan kesempatan baik kepada
polisi maupun masyarakat untuk membahas masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya.
Polisi yang bertugas lama pada suatu giliran jaga (shift) tertentu dan di sutau
daerah yang sama (beat) dalam jangka waktu yang lama pasti akan dikenal baik oleh
warga masyarakat dan sebaliknya akan mengenal masyarakatnya. Kehadiran polisi
seperti ini adalah suatu gerakan awal menuju terciptanya rasa saling percaya sehingga
rasa takut anggota masyarakat pada kejahatan semakin berkurang. Selain itu kemitraan
polisi-masyarakat diwujudkan dengan cara berbicara dengan para pengusaha setempat
untuk mengidentifikasikan masalah dan keprihatinan mereka, berkunjung kerumah
warga untuk memberikan saran mengenai keamanan, membantu kelompok siskamling
serta mengorganisir pertemuan-pertemuan masyarakat. Sebagai contoh, petugas patrol
dapat meneliti suatu ligkungan untuk mencari informasi mengenai serangkaian
perampokan yang baru saja terjadi, kemudian mengunjungi kembali lingkungan
tersebut untuk memberi tahu warga bahwa perampok telah ditangkap.
4.

PENUTUP
a.

Kesimpulan.
Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa untuk membangun konsep Perpolisian Mayarakat (Polmas)
para manajer dalam hal ini Kasat Reskrim mewajibkan kepada anggota yang
dilapangan selain melaksanakan fungsi reskrim (penegakan hukum) dan dalam
usahanya memberantas kejahatan dan ketidaktertiban perlu mengoptimalkan
peran Polmas yaitu dengan berhadapan langsung dengan warga masyarakat,
mengoptimalkan kontak positif (berbicara) antara petugas patroli dengan warga
masyarakat, sehingga terjalin kemitraan dengan masyarakat dalam upaya
pemecahan masalah mengurangi kejahatan dan masalah kamtibmas yang terjadi
di masyarakat.

7

b.

Rekomendasi.
Dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh anggota
sat reskrim Polres Cimahi dalam memberantas kejahatan dan ketidaktertiban di
lapangan terhadap ketrampilan untuk mengimplementasikan Polmas dalam
pelaksanaan tugasnya, diperlukan pendidikan dan pelatihan serta bantuan teknis
guna meningkatkan profesionalitas dan konsep Perpolisian Masyarakat
(Polmas) dapat difungsikan dengan baik oleh anggota di lapangan.

Lembang, 28 Mei 2012
Penulis