yang dilarang dalam Islam. Secara umum, konsep sistem operasional bank syariah adalah :
Pertama, bank syariah sebagai penghimpun dana dari pihak surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan
dikelola sesuai hukum syariah. Dana yang dimaksud adalah dana dari pihak pertama pemodal dan pemegang saham, dana pihak kedua pinjaman dari bank
dan bukan bank, atau pinjaman dari Bank Indonesia, dan dana pihak ketiga nasabah.
Kedua, bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan, baik berupa kredit atau pembiayaan. Secara umum, pembiayaan
yang diberikan oleh bank syraiah meliputi tiga kerangka aqad, yaitu pembiayaan yang beraqad tijarah jual beli, pembiayaan yang beraqad syarikah
kerjasama atau kongsi dan pembiayaan yang beraqad hasan kebajikan.
2.1.7 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. a. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
Universitas Sumatera Utara
Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatanperjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif
belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam
perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
b. Lembaga Penyelesai Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah
pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di
peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara
bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
c. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya
Universitas Sumatera Utara
diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan
oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
d. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang
diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank
syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. e. Lingkungan dan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan
shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus
profesional fathanah, dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi tabligh.
Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan prinsip utama itu, maka secara operasional, terdapat perbedaan perbedaan yang substantif antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional lihat Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
a. Berdasarkan prinsip investasi bagi hasil
b. Menggunakan prinsip jual-beli Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan c. Melakukan investasi-investasi yang
halal saja d. Setiap produk dan jasa yang
diberikan sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah. e. Dilarangnya gharar dan maisir
Menciptakan keserasian diantara keduanya.
f. Tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang
dibutuhkan finance the goods and services
g. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan aktiva.
a. Berdasarkan tujuan membungakan uang
Menggunakan prinsip pinjam- meminjam uang.
b. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur
c. Investasi yang halal maupun yang haram
d. Tidak mengenal Dewan sejenis itu. e. Terkadang terlibat dalam
speculative FOREX dealing f. Berkontribusi dalam terjadinya
kesenjangan antara sektor riel dengan sektor moneter.
g. Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming
penyalah gunaan dana pinjaman Rentan terhadap negative spread
Sumber : Muhammad Syafii Antonio 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia
Cendekia.
Salah satu perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah perbedaan antara bunga dan bagi hasil. Islam mengharamkan bunga dan
menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan
pembungaan uang lihat tabel 2.2. Dalam investasi, usaha yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena
adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. b. Besarnya bunga adalah suatu persen-
tase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan.
c. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbang-kan
apakah proyekusaha yang dijalankan oleh nasabah mudharib untung atau
rugi.
d. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama
termasuk Islam. a. Penentuan besarnya nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung-rugi.
b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besar-
nya keuntungan yang diperoleh. Besarnya bagi hasil tergantung
pada keuntungan proyekusaha yang dijalankan.
c. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik
dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah urus, atau
pelanggaran oleh mudharib.
d. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagi-hasil.
Sumber : Muhammad Syafii Antonio 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia
Cendekia .
2.1.8 Kinerja Keuangan