Konsekuensi Takfir antara Salaf dan Khalaf sesuai dengan

110 menjerumuskan kepada kekafiran tanpa adanya kepastian apakah ia menghalalkan yang haram atau sebaliknya. Selama tidak menentang terang-terangan terhadap syariat maka ia masih dapat dikatakan beriman. Al-Imam Al-Gazaliy juga demikian, tidak mengingkari adanya konsep Takfir ini. Bahkan beliau memberi bantahan secara ilmiah terhadap konsep-konsep takfir yang keliru. Ia juga mengatakan bahwa Takfir tidak dapat divoniskan hanya karena perbedaan mazhab, kecuali jika menentang syariat secara nyata. Yusuf al-Qarad{awiy dalam hal ini berupaya menggabungkan beberapa pemahaman yang pernah ada dan merangkumnya. Penjelasan Yusuf al-Qarad{awiy selalu dikaitkan dengan kenyatan yang terjadi di Mesir, khususnya yang terjadi pada gerakan Ikhwan al-Muslimin. Al-Qaradawiy mengatakan bahwa konsep Takfir seharusnya merujuk kepada Alquran dan Sunah. Konsep yang diambil dari para ulama tanpa pemahaman yang utuh dan tanpa men- tahqiq cenderung merusak dan jauh dari kesaelamatan. Menurutnya konsep-konsep yang disalahpahami tersebut adalah konsep al-kufr al-asgar yang seharusnya tidak mengeluarkan seseorang dari keislamannya. Jika diteliti secara keseluruhan bahwa konsep Takfir ini baik pada ulama Salaf maupun Khalaf banyak merujuk kepada konsep Syahadah yang merupakan syarat minimal dalam beriman dan berislam dan tidak ada penentangan terhadap syariat secara nyata. Faktor penyebab persamaan ini menurut penulis adalah konsep takfir adalah ketentuan syariat. Ketentuan apa yang dipahami dengan jelas dari syariat tentu tidak ada bantahan padanya walaupun dalil-dalil syariat tersebut measih membuat ruang untuk akal manusia mencernanya.

2. Konsekuensi Takfir antara Salaf dan Khalaf sesuai dengan

konsekuensi yang terdapat di dalam Alquran. Konsekuensi kakafiran yang digunakan oleh ulama Salaf maupun Khalaf berupa kehinaan di dunia dan azab di Akhirat sesuai dengan ayat 111 Alquran Surat Al-Baqarah2 ayat 85. 210 Dalam hal ini Al-Imam Ahmad Ibn Hanbal merujuk kepada Alquran dan hadis tanpa beretorika secara berlebihan sebagaimana yang tersebut dalam Musnad-nya. Menurutnya juga selama masih dalam status Ahl al-Qiblah tetap diperlakukan sebagaimana layaknya seorang muslim, sementara untuk dosa yang diperbuatnya dkembalikan kepada Allah. Menurut Ibn Taimiyyah menentukan konsekuensi kekafiran bukanlah hal yang mudah dikarenakan hal tersebut memerlukan validasi yang sulit. Di antara konsekuensi tersebut adalah berbentuk hajr diasingkan dan lainnya yangberbentuk kehinaan bagi pelakunya. Menurutnya orang-orang munafik sebagaimana dalam sejarah Nabi tetap menyolatkan mereka sehingga adanya larangan langsung yang datang dari Allah. Menurut Ibn Al-Qayyim dalam kitabnya Madarij as-Salikin kehinaan di dunia dapat berupa uqubah yang tergantung kepada keputusan hakim, sementara di Akhirat adalah tergantung kepada Allah swt. Sementara Khalaf juga tidak berbeda dengan apa yang disebutkan ulama Salaf. Al-Imam Al-Asy ‟ariy mengatakan bahwa kekafiran menyebabkan larangan shalat atas jenazahnya, namun selama masih muslim maka haknya sebagai seorang muslim tidak dapat dicabut. 210 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya , hlm.58. Ayat tersebut berbunyi:                                 Artinya: Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab Taurat dan ingkar terhadap sebahagian yang lain, tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan pada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.Q.S. Al- Baqarah2: 85 112 Ancaman di Akhirat sama halnya dengan ulama yang lain tanpa dikekalkan di dalam neraka. Sama halnya ula dengan pendapat Al-Imam Gazaliy bahwa kekafiran menyebabkan keharaman menikahi seorang muslimah, kehalalan darahnya dan penyitaan hartanya. Walaupun demikian Al- Gazaliy tetap menyatakan sebisa mungkin agar menghindari pengafiran personal.dengan mengatakan bahwa membiarkan seibu orang kafir lebih baik daripada tersalah membunuh seorang muslim. Yusuf Al-Qaradawiy juga menegaskan bahwa konsekuensi Takfir adalah hal yang berat dengan menjabarkan tiga kelompok orang dalam berislam dengan merujuk kepada surah Al-Fatir 35 ayat 22-23 yang harus disikapi dengan bijak. Ada golongan zalim terhadap dirinya sendiri, ada golongan pertengahandan ada pula golongan yang berlomba- lomba dalam kebaikan. Merujuk kepada tiga kelompok tersebut maka konsekuensi Takfir menurutnya adalah berupa ancaman neraka tanpa kekekalan bagi pelaku al-kufr al-asgar dan kehinaan di dunia dan di Akhirat bagi pelaku al-kufr al-akbar Faktor penyebab persamaan dalil ini mengingat dalil ini sangat jelas dan tidak ada pertentangan pemahaman sehingga tidak membutuhkan ta’wil, walaupun nantinya akan ditemukan pemahaman yang lebih jauh berdasarkan Qarinah untuk menjelaskan jenis kehinaan yang ditimpakan kepada pelakunya. Dalam hal ini hakimlah bertindak sebagai penentu dan ekskutor jika keadilan harus ditegakkan baginya.

3. Memerangi Sultan Pemerintah adalah Bidah menurut Salaf dan Khalaf