4 4.
Tubuhnya terdiri dari 6 ruas yang tersusun tumpang tindih seperti genteng rumah dengan ruas kedua berada di atas ruas pertama dan ketiga
5. Pada tiap ruas tu uh di le gkapi de ga sepasa g kaki re a g pleopod .
6. Ekor berbentuk segi tiga dengan ujungnya yang runcing.
7. Ekor terse ut di apit oleh sirip ekor ya g di se ut uropod .
8. Dalam keadaan normal, kulitnya keras dan pada saat ganti kulit udang ini
membentuk gumpalan kapur yang di sebut gastrolith yang terletak di depan lambungnya.
B. Habitat dan Penyebaran
Lobster air tawar yang berasal dari family Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae, menyebar di semua benua, kecuali. Meskipun demikian, di kedua benua tersebut
pernah di temukan fosil lobster air tawar Family Astacidae banyak hidup di perairan bagian barat Rocky Mountains di barat
laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Di Indonesia, terutama di Jayawijaya Papua, hidup beberapa spesies dari family Parastacidae antara
lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, Cherax comunis, Cherax papuana, dan Cherax wasseli.
C. Spesifikasi Spesies.
Dalam usaha budidaya lobster air tawar, ada 3 spesies dari genus Cherax yang dapat dikembangbiakkan secara ekonomis, baik ditinjau dari penyediaan spesies udang hias air
tawar maupun udang konsumsi, yakni lobster air tawar capit merah atau redclaw Cherax qudricarinatus, yabbie Cherax destructor, dan marron Cherax tenuimatus.
Balai Budidaya Air Tawar BBAT Sukabumi telah mulai melakukan domestikasi berbagai spesies lobster air tawar yang berasal dari habitat alam kawasan Kabupaten
Wamena. Tujuan utama domestikasi ini adalah menghasilkan induk dan benih teradaptasi dan menghasilkan informasi teknik pembudidayaan yang mengarah kepada
upaya pelestarian plasma nutfah asli Indonesia. Di samping itu, merupakan upaya pengembangan teknik budi daya lobster air tawar sebagai spesies baru yang mampu
meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar khususnya dan peningkatan ekspor nonmigas pada umumnya.
1. Lobster Air Tawar Capit Merah Redclaw
Lobster air tawar capit merah redclaw merupakan salah satu spesies endemik dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam, seperti sungai, rawa,
atau danau yang ada di kawasan Queensland, Australia. Secara khusus, ciri-ciri morfologi Lobster air tawar capit merah adalah warna
tubuhnya hijau kemerahan dengan warna dasar bagian atas capit berupa garis
5 merah tajam, terutama pada induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan.
Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capit yang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit, telur
berwarna kuning kemerahan, dan memiliki masa pengeraman telur 32 -35 hari dengan suhu air 20
–22 C.
Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2 –37
C. Meskipun demikian, suhu air optimum yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh
adalah 23-31 C. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air
adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm.
2. Lobster Air Tawar Yabbie
Lobster air tawar yabbie merupakan salah satu spesies endemik yang menyebar luas di danau atau sungai yang terletak di wilayah tropis hingga subtropis di
beberapa negara bagian Australia, seperti Melbourne, Adelaide, Alice Spring, Victoria, dan Townsvilelle. Di wilayah-wilayah tersebut umumnya jenis lobster ini
menempati perairan yang kaya akan oksigen, tumbuhan, dan subtrat berlumpur atau berpasir.
Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-30
C. Namun, metabolime tubuh, nafsu makan, dan pertumbuhannya menjadi rendah jika dipelihara dalam wadah
dengan suhu air kurang dari 16 C. Yabbie membutuhkan kisaran suhu untuk
pertumbuhan optimum antara 20-25 C. biasanya yabbie menjadi induk saat
berumur 6-7 bulan dengan bobot maksimum yang ditemukan di habitat alam mencapai 300-400 gram dan panjang total sekitar 30 cm.
Lobster ini merupakan jenis omnivora, walaupun memiliki kecenderungan menyukai tumbuhan, seperti daun dan ranting pohon yang jatuh ke perairan.
Kebiasaan lain yang dimiliki yabbie adalah kemampuannya membuat tempat perlindungan dengan menggali lubang di dasar perairan hingga kedalaman 2 meter.
Kenyataan ini tentunya bisa menjadi faktor yang mempersuliat pembudidaya.
3. Lobster Air Tawar Spesies Indonesia
Lobster air tawar spesies Indonesia adalah spesies-spesies lobster air tawar yang hidup di habitat asli perairan Indonesia, seperti danau, rawa, atau daerah aliran
sungai DAS, terutama yang berlokasi di berbagai daerah di Propinsi Papua. Berdasarkan berbagai penelitian dan pengkajian yang telah dilaksanakan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi BPPT, Lembaga Biologi Nasional LBN, serta laporan tahunan Dinas
6 Perikanan Kabupaten Wamena tahun 2002, diperoleh informasi bahwa ada 12
spesies dan 1 subspesies lobster air tawar yang terdapat di perairan Papua. Dalam upaya pelestarian sumber daya plasma nutfah habitat perairan Indonesia
dan pengembangan teknik produksi budidaya lobster air tawar dalam bentuk induk benih dan induk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, Balai Budidaya Air
Tawar Sukabumi telah melakukan berbagai kegiatan perekayasaan. Kegiatan tersebut meliputi domestikasi induk lobster asli Indonesia sesuai dengan kajian
desain konstruksi wadah budidaya, penanganan dan pengelolaan pakan, kualitas air, serta pengendalian penyakit.
7
Sabar 1975 dalam Sukmajaya dan Suharjo 2006 D. Jenis dan Pola Makan
Lobster air tawar termasuk hewan pemakan segala omnivora. Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat di sukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan,
seprti cacing sutera, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Setelah berhasil dikembangbiakkan diluar habitat asalnya, ternyata lobster juga menyukai pakan buatan,
seperti pelet.
8 Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram
per ekor lobster dewasa perhari. Kebutuhan pakan tersebut di gunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak dan perkembangbiakkan.
E. Sistem Perkembangbiakan
Pada umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada 6-7 bulan. Selanjutnya, induk jantan dan betina akan bertelur dan mengeraminya hingga menetas 1,5 bulan.
Setiap kali bertelur ,jumlah anakan yang menetas berkisar 150-800 ekor. Namun, ada jenis lobster yang mampu menghasilkan telur hingga ribuan butir antara lain jenis
Astacopsis gouldi dengan jumlah telur sekali bertelur sekitar 4.000 butir.
Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Proses perkawinan ini di perkirakan sekitar 0,5-1 jam. Sekitar 10-15 hari setelah perkawinan
telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan berubah menjadi
oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas hingga telur tersebut menetas dan menjadi benih. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas 4-5 hari setelah
menetas. F. Pergantian Kulit
Proses pergantian kulit di kenal dengan istilah moulting. Umumnya pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Lobster muda lebih sering mengalami moulting di
bandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Faktor makanan berpengaruh pada percepatan moulting, karena makanan yang di serap
lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain faktor umum dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi
moulting. Suplai oksigen, suhu air yang terlalu tinggi dan adanya timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terlambat. Otomatis frekuensi
moulting juga terlambat.
Pada dasarnya moulting berfunsi untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster.
Dengan demikian lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain itu, pergantian kulit juga untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat.
G. Sifat Kanibal