44 SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015
Hughes dan Hughes 2012: 442-443 menyatakan bahwa bertanya menjadi bagian penting dalam teknik mengajar. Teknik dari zaman dahulu yang masih berguna yaitu mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada inti, misalnya siapakah tokoh cerita moral atau fabel tersebut? Pertanyaan yang dilontarkan akan memberikan stimulus kepada siswa untuk berpikir ke
arah yang diharapkan. Pertanyaan lanjut dikembangkan untuk mendapatkan data bahwa siswa telah menguasai kompetensi tertentu secara utuh. Pertanyaan lanjut digunakan untuk
mengembangkan runtutan argumen sehingga pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan mampu memecah argumen-argumen berdasarkan hierarkhinya. Dengan demikian, pertanyaan
dapat melayani beragam tujuan dalam pembelajaran.
D. Posisi Kurikulum
Bahasa yang sehari-hari selalu hadir dalam bentuk teks lisan maupun tulis Anderson dan Anderson, 1997: 1, misalnya di kantor, pasar, media cetak, audio, maupun video Santosa, 2013:
3. Arah pembelajaran pada kurikulum yang berlaku adalah literasi atau kemahirwacanaan khususnya pelajaran Bahasa Indonesia. Mohandas 2013: 1 menyatakan bahwa kemampuan
berbahasa dituntut melalui pembelajaran dimulai dari peningkatan pengetahuan tentang struktur dan ciri kebahasaan suatu teks, kemudian dirangkai dengan pembimbingan keterampilan
penyajian suatu teks lisan dan tulis baik terencana maupun spontan menuju pada pembentukan sikap kesantunan dan ketepatan berbahasa serta sikap penghargaan terhadap Bahasa Indonesia
sebagai warisan budaya bangsa. Pembelajaran teks mengarahkan siswa pada pencapaian jenjang tingkat berpikir tinggi.
Peran guru menurut Widyastono 2013: 194 adalah mengembangkan aktivitas belajar akomodatif agar siswa menemukan, menerapkan ide-ide orisinil, dan membina kesadaran
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Hal itu penting seperti dijelaskan Hasri dan Harahap 2009: 1-2 bahwa teks yang bergenre argumentatif, eksploratif, naratif, deskriptif, atau
persuasif menuntut tingkat perhatian yang berbeda. Agar tidak menyimpang, dibutuhkan pembelajaran yang disukmai upaya meningkatkan daya pikir kritis. Dengan demikian, seperti
yang diutarakan Derewianka 2003: 143, pembelajaran berbasis teks bersifat praktis pada tataran reseptif dan produktif yang mengarah pada pengembangan bahasa.
Kemahiran teks bukan semata-mata tanggung jawab guru bahasa Indonesia meskipun bahasa Indonesia adalah jilid lengkap pembinaan kompetensi literasi berbahasa reseptif dan
produktif. Teks tidak menjadi monopoli pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana Priyatni 2014:
SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 45
65-66 yang menyatakan bahwa teks adalah proses sosial yang berorientasi pada tujuan sosial yang berada dalam situasi tertentu. Metode pembelajaran yang diimplementasikan harus secara
kolaboratif lintas mata pelajaran adalah untuk menumbuhkan minat baca dan tulis yang berakar pada keterampilan bertanya sehingga budaya baca dan tulis hadir dalam kelas. Nurhadi 1989:
vii menyatakan bahwa membaca perlu dilatihkan dan dikembangkan terus menerus. Oleh karena itu, minat baca perlu ditumbuhkan dari pembelajaran di kelas yang menurut Jacobsen et. al.
2009: i memerlukan komitmen profesional karena hal-hal yang menakjubkan atau mencengangkan dapat terjadi selama pembelajaran secara spontan dan tak terduga karena siswa
sangat dinamis.
E. Simpulan