Involusi Literasi Generasi Native Gadget

SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 39 mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, bertanya merupakan berguna untuk menggali informasi, menginformasikan yang belum diketahui, dan mengarahkan fokus pada minat. Bertanya merupakan metode klasik tetapi masih kekinian diaplikasikan dengan berbagai modifikasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, makalah ini bermaksud memberikan sumbang pemikiran menangkal involusi literasi dalam kelas melalui keterampilan bertanya. Makalah ini secara konseptual membahas skill questioning yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan produktivitas berbahasa siswa dengan mendasarkan pada beberapa teori dengan elaborasi konseptual berbasis kasus-kasus sederhana. Sebagaimana dikatakan Barringer et.al. 2010: 141 bahwa aktivitas belajar termasuk menulis dan membaca siswa lebih banyak dilakukan untuk menjawab pertanyaan berhubungan dengan tugas. Banyaknya tugas menjawab pertanyaan, perlu disikapi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan menuju tingkat berpikir yang tinggi.

B. Involusi Literasi Generasi Native Gadget

Generasi yang lahir 1994 sampai dengan sekarang dibesarkan dalam hegemoni penggunaan teknologi informasi dikenal dengan “generasi internet, platinum atau the native gadget yang merepresentasikan pertumbuhan world wide web”. Generasi internet berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya pada aspek kemampuan memanfaatkan komputerlaptop, smartphone, dan sejenisnya. Mereka sangat paham berinteraksi dengan peralatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pencarian informasi secara instan sesuai kebutuhan. Perbedaan native gadget dengan generasi sebelumnya adalah dalam hal menelusuri sumber informasi Wulandari, 2012: 1. Native gadget menjadikan gadget sebagai kebutuhan sehingga tanpa perlu diajari pun dapat memanfaatkan semua fiturnya dengan baik. Informasi apapun dapat diakses melalui internet yang dapat dikatakan masyarakat sedang dalam kepungan banjir informasi. Informasi bukan lagi menjadi sesuatu yang eksklusif yang mengakibatkan pada dependensi internet. Meskipun internet telah menjadi kebutuhan, persoalannya adalah untuk apa para native gadget menggunakannya? Berdasarkan survei yang dilakukan Frontier dalam Sudibyo, 2015: 4 dinyatakan bahwa media sosial menduduki peringkat pertama dalam pemanfaatan internet yakni sebesar 97,5. Akibatnya, sebagian besar informasi yang diperoleh siswa remaja berasal dari media sosial, termasuk informasi sosial, 40 SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 politik, ekonomi, hukum, dan isu-isu global lainnya. Informasi tersebut diserap begitu saja tanpa parameter pikir yang kuat. Di sisi lain, jumlah buku yang terbit di Indonesia meningkat, para guru pun sekarang aktif dalam penerbitan buku, ditambah lagi dengan produktivitas civitas kampus, dan munculnya penulis-penulis muda yang berandil besar dalam kuantitas jumlah orbit buku. Ironisnya, melimpahnya sumber belajar, banyaknya buku yang terbit tidak memberikan kenaikan yang signifikan terhadap kebiasaan membaca dan menulis. Melimpahnya informasi tersebut tidak dibarengi dengan pembinaan mental dan keterampilan berpikir kritis karena di sisi lain informasi internet lebih cepat dan murah didapatkan. Dalam konteks ini juga interaksi di kelas, lebih seperti pembelajaran bergaya media sosial yang tidak bersubstansi ilmiah dan membina keterampilan berpikir. Jadi, meskipun di berbagai lembaga diberikan pelatihan metode mengajar, sejatinya belum mengena pada akar permasalahan pembelajaran yang menurut Saryono 2015: 5- 9 disebut “involusi literasi atau lemahnya kemampuan berpikir kritis yang disangga kemampuan membaca dan menulis”.

C. Skill Questioning dalam Pembelajaran