Skill Questioning dalam Pembelajaran

40 SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 politik, ekonomi, hukum, dan isu-isu global lainnya. Informasi tersebut diserap begitu saja tanpa parameter pikir yang kuat. Di sisi lain, jumlah buku yang terbit di Indonesia meningkat, para guru pun sekarang aktif dalam penerbitan buku, ditambah lagi dengan produktivitas civitas kampus, dan munculnya penulis-penulis muda yang berandil besar dalam kuantitas jumlah orbit buku. Ironisnya, melimpahnya sumber belajar, banyaknya buku yang terbit tidak memberikan kenaikan yang signifikan terhadap kebiasaan membaca dan menulis. Melimpahnya informasi tersebut tidak dibarengi dengan pembinaan mental dan keterampilan berpikir kritis karena di sisi lain informasi internet lebih cepat dan murah didapatkan. Dalam konteks ini juga interaksi di kelas, lebih seperti pembelajaran bergaya media sosial yang tidak bersubstansi ilmiah dan membina keterampilan berpikir. Jadi, meskipun di berbagai lembaga diberikan pelatihan metode mengajar, sejatinya belum mengena pada akar permasalahan pembelajaran yang menurut Saryono 2015: 5- 9 disebut “involusi literasi atau lemahnya kemampuan berpikir kritis yang disangga kemampuan membaca dan menulis”.

C. Skill Questioning dalam Pembelajaran

Bertanya dan menjawab dalam pembelajaran seyogyanya mengikuti alur-alur interaksi atau dialog yang alamiah. Pelaksanaan prinsip alamiah itu akan membantu para guru profesional dan pemula menghindari disinteraksi atau petaka komunikasi siswa dan guru. Berikut disajikan contoh skenario bertanya dalam pembelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII pada materi teks cerita moralfabel Kancil dan Buaya Susanto et.al., 2015: 8-11. Guru Siswa 1. Cerita rakyat apa yang pernah kalian baca? 2. Apa alasan kalian membaca cerita rakyat itu? 3. Jika kalian pernah membaca cerita rakyat, menurut kalian apa cerita rakyat itu? Menjawab pertanyaan guru secara lisan bergiliran Mengajukan pertanyaan tentang dongeng dan menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan siswa berpikir. 4. Siapa saja tokoh di dalam cerita tersebut? 5. Menurut kalian mengapa kancil melakukan perbuatan yang demikian? Menjawab pertanyaan guru secara lisan bergiliran 6. Bila jawaban dianggap belum lengkap, guru mengajukan pertanyaan pelacak. a. Kancil bisa menyeberang sungai atas bantuan siapa? Menjawab pertanyaan, melengkapi jawaban, atau membetulkan SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 41 Guru Siswa b. Kalau begitu, apa bisa kancil menyeberang tanpa bantuan buaya? jawaban 7. Jika dihubungkan dengan kehidupan manusia, tokoh manusia, kancil itu sosok manusia yang seperti apa? Menjawab pertanyaan lisan atau tulis. 8. Menurut kalian, mengapa kancil dan buaya harus tolong menolong? Menjawab pertanyaan lisan atau tulis. 9. Menanyakan kepada siswa lain “mengapa kamu setuju dengan pendapat temanmu tadi? atau Mengapa kamu tidak setuju?” Menjawab pertanyaan lisan atau tulis. 10. Menanyakan siswa yang belum mengerti dengan materi pelajaran. Jadi, pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita tersebut? Bertanya tentang materi yang tidak dimengerti atau kurang dipahami Pertanyaan 1 sampai dengan 4 merupakan pertanyaan untuk membuka skemata siswa di awal pembelajaran atau apersepsi. Ini juga merupakan pertanyaan pra-baca, sebelum membaca teks. Pertanyaan 5 dan 6 merupakan pertanyaan untuk melibatkan siswa dalam pengumpulan data setelah membaca teks. Pertanyaan 7 dan seterusnya disebut pertanyaan pelacak lanjut agar jawaban siswa tepat dan mengarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pertanyaan dapat merujuk pada dunia di luar siswa, isu sosial, dan teks-teks otentik. Para siswa, sebenarnya sedang berupaya untuk membentuk jati diri menghadapi kehidupannya. Bertanya perlu dilakukan senyaman mungkin agar siswa tidak merasa di-investigasi. Satu kelas harus mendapatkan pertanyaan yang proporsional sehingga tidak menjadi hak satu atau beberapa siswa yang pintar saja. Waktu tunggu menjawab pertanyaan dapat diberikan untuk menghindarkan guru menjawab sendiri pertanyaannya. Pada pertanyaan yang hanya satu jawaban benar, tidak selayaknya semua jawaban siswa dianggap benar, misalnya: Guru : “Apa tema cerpen yang telah kalian baca tadi?” Siswa : “Tolong menolong” Guru : “Bagus sekali, ada yang lain” Siswa : “Sahabat harus saling membantu” Guru : “Itu lebih lengkap. Mungkin ada lagi yang menambahkan?” Siswa : “Menghargai teman” Guru : “Ya, itu juga bisa”, dan seterusnya. Berdasarkan contoh interaksi guru dan siswa di atas, tampak betapa lemah positioning guru karena menganggap semua jawaban siswa benar untuk pertanyaan yang sebenarnya hanya 42 SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 merujuk satu jawaban benar. Bukan berarti guru menyalahkan jawaban siswa, namun reasoning atas satu jawaban yang benar perlu dilakukan agar tidak menimbulkan chaos pada siswa yang dipajankan beragam jawaban yang menurut guru benar. Bertanya tidak hanya merupakan keterampilan dasar mengajar, bertanya adalah keterampilan dalam membelajarkan. Pertanyaan yang baik tidak datang secara tiba-tiba dalam setiap interaksi kelas. Pertanyaan yang baik perlu dipikirkan, direncanakan, dan dilakukan berelaborasi dengan strategi tertentu. Para guru seringnya hanya bertanya tentang fakta dan re- informasi dan jarang yang bertanya untuk mengarahkan kepada derajat keterampilan berpikir lebih tinggi. Pada tataran cognitive pertama C1, jawaban pertanyaan berkisar pada fakta literal, identifikasi fakta atau mengurutkan. Cognitive kedua C2 merujuk pada hal-hal yang eksplisit dalam teks, dan seterusnya sampai tahap evaluasi dan mencipta yang menyentuh aspek afektif sehingga pertanyaan terjawab berbasis data. Akar dari skill questioning adalah siswa terlibat dalam pengumpulan data. Bertanya dilakukan untuk mendapatkan informasi utama dan informasi tambahan dimulai pertanyaan faktual menuju pertanyaan yang hipotetif, evaluatif atau kreatif. Buoncristiani dan Buoncristiani 2012: 139 menyatakan bahwa pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi siswa untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Pertanyaan- pertanyaan dalam kelas akan menggambarkan tingkatan kognitif dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Karakter yang dikembangkan adalah produktivitas melalui tingkat berpikir ke arah yang lebih tinggi. Berikut disajikan contoh pertanyaan berdasarkan revisi taksonomi Bloom Anderson dan Krathwohl, 2010: 99-102; 403, Kemdikbud, 2013: 15-16, dan Bloom’s Taxonomy: Teacher Planning Kit. SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 43 Kata-Kata Kunci Pertanyaan Karya siswa K o g n it if re n d ah M en g in g a t  Apa...Siapa...Kapan...Di mana...  Sebutkan...  Jodohkan atau pasangkan...  Persamaan kata...  Golongkan...  Berilah nama... Label Daftar Catatan Jawaban soal M em a h a m i  Terangkahlah...  Bedakanlah...  Terjemahkanlah...  Simpulkan...  Bandingkan...  Ubahlah...  Berikanlah interpretasi... Koleksi Contoh-contoh Ringkasan K o g n it if t in g g i M en g a p li k a si k a n  Gunakanlah...  Tunjukkanlah...  Buatlah...  Demonstrasikanlah...  Carilah hubungan...  Tulislah contoh...  Siapkanlah...  Klasifikasikanlah... Diaricatatan harian Jurnal Picture Sequence Ilustrasi Simulasi Wawancara M en g a n a li si s  Analisislah...  Kemukakan bukti-bukti…  Mengapa…  Identifikasikan…  Tunjukkanlah sebabnya…  Berilah alasan-alasan… Abstrak Diagramgrafik Hasil liputan Survei Database M en g ev a lu a si  Berilah pendapat…  Alternatif mana yang lebih baik…  Setujukah anda…  Kritiklah…  Berilah alasan…  Nilailah…  Bandingkan…  Bedakanlah… Resensi Daftar Cek M en ci p ta  Ramalkanlah…  Bentuk…  Ciptakanlah…  Susunlah…  Rancanglah...  Tulislah…  Bagaimana kita dapat memecahkan…  Apa yang terjadi seaindainya…  Bagaimana kita dapat memperbaiki…  Kembangkan… Iklan Film Lukisan Cerita sastra Lagu Permainan Pertanyaan adalah 1 metode siap pakai untuk mengukur hasil belajar siswa, 2 metode untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau mengukur keefektifan proses pembelajaran, dan 3 metode untuk menentukan standar keamanan untuk melanjutkan ke kompetensi selanjutnya atau menentukan tindak lanjut pembelajaran. Bertanya tingkat dasar bertujuan untuk mendapat informasi umum dan dangkal tentang fakta, konsep, prinsip, dan prosedur tertentu. 44 SEM INAR NASIONAL UPT PERPUSTAKAAN UNS TAHUN 2015 Hughes dan Hughes 2012: 442-443 menyatakan bahwa bertanya menjadi bagian penting dalam teknik mengajar. Teknik dari zaman dahulu yang masih berguna yaitu mengajukan pertanyaan secara langsung kepada inti, misalnya siapakah tokoh cerita moral atau fabel tersebut? Pertanyaan yang dilontarkan akan memberikan stimulus kepada siswa untuk berpikir ke arah yang diharapkan. Pertanyaan lanjut dikembangkan untuk mendapatkan data bahwa siswa telah menguasai kompetensi tertentu secara utuh. Pertanyaan lanjut digunakan untuk mengembangkan runtutan argumen sehingga pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan mampu memecah argumen-argumen berdasarkan hierarkhinya. Dengan demikian, pertanyaan dapat melayani beragam tujuan dalam pembelajaran.

D. Posisi Kurikulum