commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut ke dalam Konferensi Internasional
tentang Kependudukan dan Pembangunan Internasional Conference on Population and Development, ICPD di Kairo, Mesir. Sejak saat itu
masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak- hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan
reproduksi termasuk konseling Imron, 2012. Masa remaja merupakan masa transisi dimana mempunyai banyak life
events yang terjadi untuk menentukan kehidupan masa dewasa dan menentukan kualitas generasi berikutnya, sehingga menempatkan masa ini
sebagai masa kritis dalam siklus kehidupan sosial. Tahun 2007 tercatat jumlah remaja sebanyak 64 juta jiwa atau 28,6 dari jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 222 juta. Semakin banyak jumlah remaja, maka semakin banyak pula permasalahan yang dihadapi BKKBN, 2008.
Pemahaman tentang perkembangan seksual termasuk perilaku seksual remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting diketahui, sebab
kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat
commit to user 2
merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk keluarganya Soetjiningsih, 2007.
Menurut Imron 2012, masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas atau kesehatan reproduksi.
Permasalahan tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas.
Minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas tergambar dari hasil penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di
12 kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa pemahaman remaja akan seksualitas masih sangat terbatas Suryoputro, 2006. Selain itu berdasarkan
survey yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah 2004 di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan- pertanyaan tentang
proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara- cara pencegahan HIV AIDS, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh informasi
bahwa 43,22 pengetahuannya rendah, 37,28 pengetahuannya sedang, dan 19,50 pengetahuannya memadai Husni, 2005 .
Minimnya pengetahuan tentang seksualitas dikarenakan akses untuk mendapatkan informasi sangat terbatas dan masih terdapat anggapan bahwa
membicarakan masalah seksualitas secara transparan masih dianggap tabu. Selain itu, faktor yang menyebabkan pendidikan seksualitas sulit
diimplementasikan secara formal melalui jalur kurikulum dalam institusi pendidikaan sekolah karena persoalan budaya dan agama Imron, 2012.
commit to user 3
Penulis melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri SMAN 5 Surakarta pada tanggal 7 Maret 2012, didapatkan hasil bahwa kurikulum
kesehatan reproduksi di SMAN 5 Surakarta hanya membahas masalah sistem reproduksi secara umum, sehingga siswa belum tahu mengenai kesehatan
reproduksi khususnya seksualitas. Selain itu, juga pernah dilaporkan terdapat siswa yang hamil di luar nikah.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja SMA.
B. Rumusan Masalah