PERANAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN HEMISELULOSA SERTA SELULOSA PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

(1)

ABSTRAK

PERANAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN HEMISELULOSA SERTA SELULOSA

PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

Oleh

FERDIAN MARGA DINATA

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peranan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp.terhadap kandungan hemiselulosa serta selulosa setelah difermentasi.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Maret--September 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung serta Laboratorium Makanan dan Nutrisi sapi perah Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata terkecil (BNT). Adapun perlakuan yang diberikan pada pelepah daun sawit yaitu P0 = Pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol; P1 = Pelepah daun sawit + urea; P2 = Pelepah daun sawit + inokulum Phanerochaete

chrysosporium; P3 = Pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit

mempengaruhi kandungan hemiselulosa dan selulosa. Kandungan hemiselulosa pada fermentasi pelepah daun sawit terbaik terdapat pada fermentasi pelepah daun sawit + Trametes sp. Pada parameter selulosa terdapat pada fermentasi pelepah daun sawit tanpa perlakuan, pelepah daun sawit + urea, dan pelepah daun sawit +


(2)

Oleh

FERDIAN MARGA DINATA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa dalam batang ... 10

2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pendegrasi lignin ... 11

3. Bentuk struktur lignin ... 11

4. Jamur Phanerochaete chrysosporium ... 12

5. Bahan zat makanan dalam pakan menurut Metode Van Soest ... 16

6. Skema tata letak ... 18

7. Tata alur percobaan ... 18

8. Data kandungan hemiselulosa pelepah daun sawit fermentasi... 21

9. Data kandungan selulosa pelepah daun sawit fermentasi ... 25

10. Pengambilan pelepah daun sawit……… 35

11. Penimbangan pelepah daun sawit……… 35

12. Proses pencacahan pelepah daun sawit………. 36

13. Proses pengadukan pelepah daun sawit……… 36

14. Pelepah daun sawit……….……. 37

15. Proses penggilingan pelepah daun sawit………. 37

16. Hasil penggilingan pelepah daun sawit……… 38

17. Proses pengukusan pelepah daun sawit……… 38

18. Proses pembuatan inokulum murni………. 39


(4)

20. Proses pemberian jamur Phanerochaete chrysosporium

dan Trametes sp. ……… 40 21. Proses pemberian inokulum + jamur Phanerochaete chrysosporium


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelepah Sawit ... 6

B. Hemiselulosa ... 8

C. Selulosa . ... 8

D. Pendegrasi ... 9

E. Metode Van Soest ... 15

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17


(6)

E. Persiapan Bahan Penelitian ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Peranan Urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp

terhadap kandungan hemiselulosa pada pelepah daun sawit……. 21 B.Peranan Urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp

terhadap kandungan selulosa pada pelepah daun sawit………… 24 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan …... 28 B. Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Addleman, K. and F. Archibald. 1993. Kraft Pulp Bleaching and Delignification by Dikaryons and Monokaryon of Trametes versicolor. Applied and Environmental Microbiology, 59(1): 266-273

Andayani, J. dan Yatno. 2001. The Effect of Combanation Between Levels of urea and Ammoniation Periods of Top Cane on Fiber Components and in Sacco Digestibility. Media Peternakan. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. Edisi Khusus. Vol. 24 (3) Desember 2001 : 1-3 Bantungan, S. C.m L.T. Trung, dan T. A. Atega. 1987. Makers vs total collection

for digestibility in cattle feed urea treated rice straw with varying of supplementation. Phil. J. Vet. Anim. Sci. 13 (A): 1-8

Blanchette R.A. 1995. Degradation of lignocellulose complex in wood. “ Can. J. Bot. 73 (Suppl. 1):S999-S1010.

Chuzaemi, S. dan M. Soejono. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi Untuk Ternak Peranakan Sapi Onggole Dalam Proseding Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati

Devendra,C. 1990.” Roughage Resources for Feeding in The Asean Region, The First Asean Workshop on Technology of Animal Feed Production Utility Food Waste Material

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. ” Statistik Perkebunan Kelapa Sawit dan Coklat Indonesia.” Jakarta.

Dozoretz, C.G., N. Rothschild, and Y. Hadar. 1993. Overproduction of lignin Peroxidase by Phanerochaete chrysosporium. Applied and Environmetal Microbiology, 59 (6) : 1919-1926

Fathul, F. 1999. Penuntun Praktikum. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan Makanan Ternak. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Fakhri, S. 2010. Pelepah Sawit sebagai Pakan Ternak Alternatif.

http://disnak.jambiprov.go.id/content.php?show=berita&id=180&katego ri=Umum&title=PELEPAH%20SAWIT%20SEBAGAI%20PAKAN%2 0TERNAK%20ALTERNATIF. [5 Nopember 2010]


(8)

Green, F. and T.L. Higly. 1997. Mechanism of brown-root decay: paradigm of paradox. Int. Biodet. Biodegrad. 39:113-124

Hatakka A. 2001. Biodegradation of lignin. In: Steinbüchel A. “ (ed) Biopolymers. Vol 1: Lignin, Humic Substances and Coal. Germany: Wiley VCH.

Higuchi, T. 1980. Lignin Structure and morphological distribution in plant cell wall. In: Lignin Biodegradation, Microbiologi, Chemistry, and Potention Application, Vol. 1. K. Kick, T. Higuchi and H. Chang. (ED) CRC Press. Boca Raton, Florida : 1-19

Ishida dan Hassan. 1992. Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pakan Domba. http://peternakanuin.blogspot.com/ 2007/12/perlauan-silase-dan-amoniasi-daun.html-

Jafar, M.D. dan Hasan. 1990. Optimum Steaming Condition Of Oil Palm Press Fiber For Feed Utilization Processing And Utilition Of Oil Palm By Product For Ruminant, Mardi-Tarc Collaborative Study. Malaysia Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, and P. O. Nyman. 1989. Trametes

versicolor ligninase: isozyme sequence homology and substrate

specificity. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146

Limura ,Y. P . Hartikainen , and K . Tatsumi. 1996 . Dechlorination of tetrachloroguaiacol by laccase of white rot basidiomycete Coriolus versicolorAppl. Microbiol. Biotechnol. 45 : 434-439

Lyon, W. F. 1991. Wood Rot. Ohio State University, USA. http://www.ohioline. osu.edu. [4 Feb 2004]

Lynd LR, weiner pj, Zyl V, Pretorius Is. 2002. Microbial Cellulose Utilization : Pundamentals and biotechnology. Microbiol Mol Rev 66 : 506-577 Mathius. 2003. Pakan Sapi Limbah Sawit.

http://peternakan.litbang.deptan.go.id /publikasi/semnas/pro06-134.pdf Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi : Suatu Teknologi

Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi pada Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka

Universitas Sumatera Utara. Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 1 Mei 2006. Universitas Sumatera Utara. 2010

Munir, E. dan D.H. Goenadi. 1990. Bioconversion of Oil Palm trunk delivered lignocellulose to sugars. Menara Perkebunan 67 : 37- 44.


(9)

Nakasone K.k. 1993. Biodiversity and Coarse Wind Debris in Southern Forests. In. Proceeding of the workshop on coarse Woody Debris in Southern Forests: Effect on Biodiversity. McWim JW, Crossley DA (Eds). p. 35-42. Athens, GA, 18-20 Oktober 1993.

Orth, A.B., D.J. Royse, and M. Tien. 1993. Ubiquity of Lignin Peroxidase among Various Wood-Degrading Fungi. Applied and Environmental

Microbiology, 59 (12) : 4017-4023

Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc.

Peres Jc.2000. Introduction to techniques in Immunology. Natural toxin Research Center. Texas A & M University, Kingsville

Rayner A.D.M., Boddy L. 1988. Fungal decomposition of wood. Great Britain: John Wiley & Sons.

Reksihadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. BPEE Yogyakarta Srinivasan, C, T.M.D. Souza, K. Boominathan, and C.A. Reddy. 1995.

Demonstration of Laccase in the White Rot Basidiomycete Phanerochaete chrysosporium. Aplied and Environmental Microbiology, 61 (2): 4274-4277.

Sulistinah, N. 2008. Potensi Melanotus Sp. dalam Mendegrasi Lignin. Jurnal Biologi XII (1):6-8

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Depertemen Ilmu Makanan Ternak FP Institut Pertanian Bogor, Bogor

Taherzadeh, M.J : Gustafsson,L. Niklasson, C. Liden, G. Conversion of Furfural In Aerobic and Anaerobic Batch Fermentation Of Glucose By

Saccharomyces Carevisiae. Journal Of Bioscience and Bioengineering. 1999, 87, 169-174

Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif. Penerbit Swadaya Depok


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan

kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya tanah pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya pembangunan gedung-gedung untuk perumahan, perkantoran, dan perindustrian. Perlu dilakukan alternatif lain dalam penyediaan pakan hijauan, salah satunya berasal dari limbah perkebunan yang pontensi, murah, mudah di dapat, berkualitas baik, dan ketersediaannya melimpah seperti perkebunan sawit. Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 7,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit (Deptan, 2009), dengan 40 persen diantaranya milik rakyat (Ditjenbun, 2009). Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya permintaan akan minyak sawit (CPO). Tanaman sawit menghasilkan tiga jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit, dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang tahun, namun penggunaannya sebagai pakan ternak belum maksimal, apalagi pada peternakan rakyat. Lampung merupakan salah satu propinsi


(11)

mempunyai perkebunan sawit yang cukup luas, dengan limbah perkebunan sawit yang berpotensi untuk pakan ternak sebanyak 785.254.932 kg.

Menurut Mathius (2003) bahwa sebanyak 20.020 kg pelepah segar dapat dihasilkan dari satu hektar lahan dengan 130 pohon kelapa sawit dalam jangka waktu satu tahun. Ishida dan Hassan (1992) menyatakan bahwa pakan ternak yang mengandung pelepah sawit menghasilkan daya cerna sebesar 10-40%. Hal ini menunjukkan bahwa ransum tersebut mempunyai nilai kecernaan yang termasuk rendah. Rendahnya kecernaan kemungkinan disebabkan oleh kandungan lignin yang terdapat di dalam pelepah daun kelapa sawit. Sutardi (1980) menambahkan bahwa kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya.

Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian secara kimia terhadap pelepasan ikatan antara lignin dengan gugus karbohidrat dengan cara menambahkan urea. Penambahan urea pada pakan hijauan kemudian dilanjutkan dengan fermentasi ini disebut dengan amoniasi. Pada era sekarang telah

ditemukan sejenis jamur yang mampu mendegradasi senyawa lignin, yaitu kelompok white-rotfungi yangmampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mampu mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti yang telah dilaporkan bahwa Phanerochaete chrysosporium (Paul, 1992 dan Limura, 1996) dan Trametes versicolor (Jonsson et al, 1989)mampu merombak ikatan


(12)

hemisellulosa, sellulosa, dan lignin. Selanjutnya dijelaskan bahwa lignin tersebut dirombak menjadi CO2 dan H2 O.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trameters sp. pada pelepah daun kelapa sawit agar jamur tersebut melakukan pendegradasian terhadap ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga karbohidrat tersebut dapat dimanfaatkan oleh ternak. Adanya penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga ketersediaan hemisellulosa dan sellulosa sebagai karbohidrat dalam ransum akan meningkat. Akibatnya, akan meningkatkan nilai kecernaan ransum yang dikonsumsinya dan pemanfaatan limbah daun kelapa sawit akan lebih bermanfaat setelah dilakukan proses pendegradasian.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peranan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp.terhadap kandungan hemiselulosa serta selulosa setelah difermentasi.

C. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu diharapkan pelepah daun sawit dapat menggantikan ketersediaan hijauan atau rumput. Hal ini akan mengatasi

permasalahan kurangnya hijauan atau rumput untuk pakan ternak ruminansi dan produktivitas ternak ruminansia akan meningkat.


(13)

D. Kerangka Pemikiran

Pakan hijauan atau rumput semakin sulit diperoleh karena semakin banyaknya lahan yang digunakan untuk bangunan. Di lain pihak, semakin banyak hutan dibuka untuk penanaman pohon kelapa sawit. Luas perkebunan sawit di

Indonesia mencapai 7,5juta hektar dan Lampung merupakan salah satu propinsi yang mempunyai perkebunan sawit cukup luas. Limbah dari perkebunan sawit, berupa pelepah daun sawit dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak pengganti hijauan atau rumput. Akan tetapi, pelepah sawit merupakan batang yang keras, berduri daunnya, dan mengandung lidi sehingga mempunyai nilai kecernaan yang rendah. Rendahnya kecernaan ini disebabkan oleh adanya ikatan antara lignin dan karbohidrat yang terikat tersebut yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansi. Ruminansia tidak mampu mencerna atau mendegradasi ikatan lignin. Apabila ikatan ini diputus atau dirombak, maka karbohidrat yang tersedia dalam pelepah daun sawit akan dapat dimanfaatkan oleh ternak, sehingga kecernaan meningkat dan kemanfaatannya juga akan semakin meningkat.

Penambahan urea dalam fermentasi hijauan berfungsi hanya sebagai melepas ikatan antara lignin dan karbohidrat pada pakan hijauan yang difermentasi. Sebaliknya, jamur mempunyai kemampuan untuk pelepaskan ikatan antara lignin dan karbohidrat yang kemudian dilanjutkan dengan perombakan pada ligninnya. Lignin tersebut akan berubah, sehingga karbohidrat yang terlepas lebih banyak dan kemanfaatannya bagi ternak juga akan meningkat. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi, seperti Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. yangmampu merombak ikatan antara hemisellulosa, dan


(14)

sellulosa dari limbah tanaman. Kemudian, lignin dirubah menjadi CO2 dan H2O.

Jamur white-rot mampu mendegradasi lignin dan mengoksidasi senyawa-senyawa fenol karena adanya enzim. Enzim yang berperan didalamnya, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-oksidasing peroksidase (MNPs), Laccase, cytochrome P450 monooxygase system, dan catalyse the degradation of wide range of organopullutans.

Penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. ke dalam pelepah daun sawit, diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga karbohidrat termasuk selulosa dan hemiselulosa yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh ternak meningkat. Apabila pelepah sawit yang telah diolah dengan jamur dikonsumsi oleh ternak ruminansia, diharapkan akan meningkatkan kecernaaan dan produk volatile fatty acid (VFA). Volatile fatty acid yang dihasilkan di dalam metabolisme ruminansia akan diubah menjadi energi, daging, lemak tubuh, dan susu. Oleh karena itu, pelepah sawit yang telah diolah dengan jamur akan mampu menggantikan ketersediaan rumput lapang yang semakin sulit didapatkan.

E. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini, yaitu ;

1. Penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. akan memengaruhi kandungan selulosa dan hemiselulosa secara Van Soest,

2. Terdapat perlakuan terbaik, yaitu peranan phanerochaete chrysosporium atau trametes sp. terhadap kandungan hemiselulosa serta selulosa pelepah daun sawit sebagai pakan hijauan.


(15)

II. TIJAUAN PUSTAKA

A. Pelepah sawit

Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 7,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dengan 40 persen diantaranya milik rakyat (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2009). Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya

permintaan dunia, akan minyak sawit (CPO). Tanaman kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang tahun, namu penggunaannya sebagai ransum ternak belum maksimal, apalagi pada peternakan rakyat.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil dari pemangkasan daun sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka pelepah dan daun sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Sesuai pernyataan Devendra (1990), siklus pemangkasan setiap 14 hari, tiap pemangkasan sekitar 3 pelepah daun dengan berat 1 pelepah mencapai 10 kg. Satu ha lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga setiap 14 hari akan dihasilkan ± 4.440 kg atau 8.880 kg/bulan/ha. Kandungan bahan kering dari pelepah daun sawit sebesar 35% sehingga jumlah bahan kering pelepah sawit/bulan/ha sebesar 3.108 kg. Kebun kelapa sawit yang


(16)

sudah produktif seluas 1 ha mampu menyediakan pelepah sawit/pakan ternak sebanyak untuk 3 satuan ternak (3 ekor ternak sapi/kerbau dewasa).

Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrien pelepah daun sawit dengan rumput (%).

No Nutrien Pelepah daun sawit (%) Rumput (%)

1 Bahan Kering 29,81 24,4

2 Abu 4,48 14,5

3 Protein Kasar 9,22 8,2

4 Lemak Kasar 3,34 1,44

5 Serat Kasar 31,09 31,7

6 BETN 51,87 44,2

7 TDN 58,50 56,2

Sumber : Fakhri (2010)

Pelepah sawit merupakan pelepah yang keras, berduri daunnya dan mengandung lidi sehingga sulit diolah menjadi pakan ternak. Menurut Hassan dan Ishida (1992), dari daun kelapa sawit didapat hijauan segar yang dapat diberikan langsung ke ternak baik yang berbentuk segar maupun yang telah diawetkan seperti dengan melakukan silase maupun amoniasi. Perlakuan dengan silase memberi keuntungan, karena lebih aman dan dapat memberi nilai nutrisi yang lebih baik dan sekaligus memanfaatkan limbah pertanian. Keuntungan lain dengan perlakuan silase ini adalah pengerjaannya mudah dan dapat meningkatkan kualitas dari bahan yang disilase. Jafar dan Hassan (1990) menyatakan, pelepah daun kelapa sawit dapat diproses dalam bentuk Biskuit dan diawetkan dalam bentuk silase.


(17)

B. Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari berat kering bahan lignoselulosa (Taherzadeh 1999). Hemiselulosa relatif lebih mudah

dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan

memberikan struktur yang kuat.

C. Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd et al. 2002). Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan β-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar selulosa berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya van der Waals (Perez et al. 2002). Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya bagian amorf (Aziz et al. 2002). Ikatan β-1,4 glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa dengan cara hidrolisis asam atau enzimatis. Kesempurnaan pemecahan selulosa pada saluran pencernaan ternak tergantung pada ketersediaan enzim pemecah selulosa yaitu selulase. Saluran pencernaan manusia dan ternak non ruminansia tidak mempunyai enzim yang mampu memecah ikatan β-1,4


(18)

glukosida sehingga tidak dapat memanfaatkan selulosa. Ternak ruminansia dengan bantuan enzim yang dihasilkan mikroba rumen dapat memanfaatkan selulosa sebagai sumber energi. Pencernaan selulosa dalam sel merupakan proses yang kompleks yang meliputi penempelan sel mikroba pada selulosa, hidrolisis selulosa dan fermentasi yang menghasilkan asam lemak terbang.

D. Pendegrasi

Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, pada umumnya berkualitas rendah. Rendahnya kualitas ini, karena adanya kandungan serat kasar yang tinggi, ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta silika. Hal ini yang menyebabkan kecernaan limbah pertanian tersebut rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kecernaan tersebut dengan melakukan amoniasi dengan penambahan urea. Amoniasi adalah proses penambahan amoniak dalam pakan ternak yang diinkubasi selama 7-30 hari (Bantugan, et al., 1987). Amoniasi menghasilkan urease oleh mikroba pakan yang akan mengubah urea menjadi amoniak dan karbondioksida. Menurut Andayani dan Yatno (2001), kecernaan bahan kering, neutral detergent fibre (NDF), dan acid detergen fibre (ADF) pada pucuk tebu meningkatkan dengan proses amoniasi. Penggunaan urea secara langsung ke dalam ransum cukup berbahaya dan perlu dilakukan secara hati-hati. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010) beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Penggunaan urea akan efektif jika kandungan protein ransum rendah  Penambahan urea maksimal sebanyak 1% dari total bahan kering


(19)

 Penggunaan urea akan efisien jika pada waktu diberikan bersamaan dengan pakan yang mudah dicerna (tetes, pati, dan bekatul), mineral, dan vitamin.

Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan dapat berlangsung. Polimer alami yang sukar terdegradasi di lingkungan adalah lignoselulose (kayu) terutama bagian lignin. Lignin adalah polimer alami yang tergolong ke dalam senyawa rekalsitran karena tahan terhadap degradasi atau tidak cepat redegradasi dengan cepat di lingkungan. Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang terdapat pada dinding sel tumbuhan yang berfungsi memberikan kekuatan pada tanaman (Munir, 2006). Bagan ikatan antara lignin dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.


(20)

Gambar 2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pendegrasi lignin

Lignin tersusun dari tiga senyawa fenilpropanoid, yaitu alkohol komaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun secara random membentuk polimer lignin yang amorfus (tidak beraturan) (Higuchi, 1980). Rumus bangun lignin dapat dilihat pada Gambar 3.


(21)

Lignin merupakan salah satu polimer fenilpropanoid yang sulit dirombak ("recalcitrant"). Hal ini disebabkan oleh strukturnya heterogen dan sangat kompleks. Lebih dari 30% material tumbuhan tersusun oleh lignin, sehingga dapat memberikan kekuatan pada kayu terhadap serangan mikroorganisme ( Orth et al., 1993).

Beberapa kelompok jamur yang dilaporkan lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti misalnya Phanerochaete

chrysosporium dan Coriolus versicolor yang mampu merombak hemisellulosa, sellulosa dan lignin dari limbah tanaman menjadi CO2 dan H2O (Paul, 1992; Limura, 1996).

Gambar 4. Jamur Phanerochaete chrysosporium

Kingdom: Fungi

Phylum: Basidiomycota

Class: Basidiomycetes

Subclass: Agaricomycetidae

Order: Polyporales

Family: Phanerochaetaceae


(22)

Species

Phanerochaete allantospora Phanerochaete arizonica Phanerochaete avellanea Phanerochaete burtii Phanerochaete carnosa Phanerochaete chrysorhizon Phanerochaete chrysosporium Phanerochaete radicata Phanerochaete salmonicolor Phanerochaete tuberculata Phanerochaete velutina

Pada umumnya basidiomisetes white-rot mensintesis 3 macam enzim, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-peroksidase (MNPs) dan Laccase. Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin ( Srinivasan et al., 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi senyawa-senyawa fenol. Dilaporkan, sebagian besar reaksi degradasi lignin oleh basidiomisetes dikatalisis oleh enzim lignin peroksidase, Mn peroksidase (Addleman et al., 1993; Dozoretz et al., 1993). Beberapa jamur pendegradasi kayu di laporkan mampu mensintesis satu atau dua jenis enzim tersebut di atas, misalnya Phanerochaete

chrysosporium, Trametes versicolor mampu mengekskresikan lignin-peroksidase dan manganese-peroksidase ke dalam medium, sedangkan kelompok brown- rot


(23)

fungi hanya mampu mensintesis lignin-peroksidase saja. Enzim ligninase dan organisme yang mampu memproduksi enzim tersebut mempunyai peluang yang sangat besar untuk diaplikasikan di industri-industri, seperti misalnya untuk degradasi polutan, biokonversi lignin, biobleaching dan biopulping dari potonganpotongan kayu (wood chip), desulfurisasi minyak bumi dan batu bara dan deligninasi limbah pertanian (Dosoretz et al., 1993). Proses degradasi lignin oleh "white rot fungi" juga berguna untuk bioremediasi. Menurut Sulistinah (2008) jamur Melanotus sp mampu tumbuh pada media ligninase dan berpotensi sebagai jamur pendegradasi lignin.

Secara ekologis, pengelompokan fungi pelapuk kayu ada dua, yaitu fungi pelapuk putih (FPP) dan fungi palapuk coklat. Fungi pelapuk putih dapat mendegradasi lignin, hemiselulosa, maupun selulosa. Kayu yang didegradasi oleh FPP akan menjadi putih atau keputih-putihan, lunak, tetapi tidak menyusut. Sebaliknya, fungi pelapuk coklat dapat mendegradasi hemiselulosa, dan selulosa, tetapi tidak dapat mendegradasi lignin. Di alam presentase fungi pelapuk coklat lebih sedikit daripada fungi pelapuk putih. Jamur basidiomisetes merupakan kelompok utama pendegrasi lignoselulosa. Green and Higly (1997) menyatakan bahwa

berdasarkan mekanisme degradasi, jamur pembusuk kayu digolongkan ke dalam jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat yang masing-masing memiliki metabolisme degradatif yang berbeda. Jamur busuk putih mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk lignin, sedangkan jamur busuk coklat cenderung mendegradasi bagian selulosa dan hemiselulosa, tetapi tidak lignin. Jamur pembusuk putih mendegrasi lignin untuk mendapatkan selulosa dari lignoselulosa. Ketidakteraturan struktur lignin ini menyebabkan proses degradasi


(24)

menjadi kompleks dan enzim-enzim yang berperan dalam degradasi lignin bekerja secara nonspesifik. Proses ini berlangsung melalui pembentukan radikal-radikal yang dapat menyerang sejumlah besar molekul organik.

Penggunaan kultur campuran antar jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat memiliki prospek yang tinggi untuk mendapatkan glukosa dari alternative dari material lignoselulosa (Munir dan Goenadi, 1990). Menurut Nakasone (1993), fungi pelapuk putih dikelompokkan ke dalam lima ordo, yaitu:

Aphlyllophorales, Agaricales, Auriculariales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Fungi pelapuk putih lebih banyak dijumpai pada kayu Angiospermae atau kayu keras. Selanjutnya, dijelaskan bahwa semua fungi pelapuk coklat termasuk Basidiomycetes yang umumnya Polyporales dan sebagian besar berasosiasi dengan konifer. Tidak kurang terdapat 125 spesies fungi pelapuk coklat dan dikelompokkan ke dalam empat ordo, yaitu: Aphullophorales (Corticiaceae, Coniophoraceae, Fistulinaceae, dan Polyoraceae), Agaricales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Sebagian besar fungi pelapuk coklat tersebut merupakan kelompok Polyporaceae. Sekitar 85% fungi pelapuk coklat berasosiasi dengan inang kayu Gimnospermae.

E. Metode Van Soest

Metode Van Soest merupakan salah satu alternative metode mengevaluasi zat makanan secara kimiawi pakan atau ransum khususnya pada bagian kandungan serat kasar. Bahan kering tanaman mengandung dua bagian utama, yaitu dinding sel atau neutral-detergent-insoluble fiber (NDF) dan isi sel atau


(25)

neutral-detergent- solubles (NDS). Bagan kandungan zat makanan menurut Metode Van Soest terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Van Soest

tanur (3jam, 500°C) + 72% H2SO4 (15°C)

+ larutan detejen asaml (1 jam) + larutan detejen netral (1 jam)

Pakan

Larut /isi sel/NDS Tidak larut/dinding sel/ (NDF)

Larut/ hemisellulosa/ADS Tidak larut/lignoselulosa/ADF

Larut/selulosa Tidak larut/lignin dan silika


(26)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan Penelitian dilaksanakan pada Maret--September 2011, bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Makanan dan nutrisi sapi perah Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa pelepah daun sawit, larutan mineral (0,6 g MgSO4; 0,5 g KCl; 5 g NH4NO3; 0,001 g CuSO4; 0,01 g

FeSO4 dan air sehingga menjadi 1000 ml), larutan inokulum (1 g glukosa; 5 g

peptone; 1 g yeast ekstrak), jamur Phanerochaete chrysosporium dan jamur Trametes sp.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah golok, terpal, timbangan, oven, mesin pengiling, plastik, crusible + cawan petri, kompor listrik, panci, ember, tali rafia + selang, botol air minum, timbangan analitik, dandang, label dan


(27)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh akan dilakukan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT).

P02 P21 P13 P23

P03 P33 P01 P32

P31 P12 P22 P11

Gambar 6. Skema tata letak Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

P0 : Fermentasi pelepah daun kelapa sawit tanpa perlakuan P1 : Fermentasi pelepah daun kelapa sawit + Urea

P2 : Fermentasi pelepah daun kelapa sawit + Phanerochaete chrysosporium P3 : Fermentasi pelepah daun kelapa sawit + Trametes sp.

Secara garis besar percobaan ini tergambar pada skema Gambar 7.

Gambar 7. Tata alur percobaan Analisis tambahkan Pelepah daun sawit Dipotong-potong Dicacah Digiling Didinginkan Dikukus Urea atau Inokulum cair Inkubasi 14 hari Panen

Digiling Van Soest;


(28)

Tepung pelepah daun sawit yang sudah dikukus diberi perlakuan sebanyak empat macam, terdiri dari: tanpa penambahan atau kontrol, urea, inokulum Phanerochaete chrysosporium, dan inokulum Trametes sp. Kemudian diinkubasi atau

difermentasi selama satu minggu, selanjutnya dilakukan metode Van Soest. Bagan kandungan hemisellulosa dan selulosa menurut metode Van Soest terdapat pada Gambar 5.

D. Peubah yang Diamati

Peubah yang akan diukur dalam penelitian ini terdiri atas hemisellulosa dan selulosa.

E. Persiapan Bahan Penelitian

1. Persiapan Tepung Pelepah Daun Sawit

Sebanyak 8 buah pelepah daun sawit diperoleh dari Perkebunan PTPN VII Desa Tanjung Rejo, Natar, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Pelepah tersebut dipotong-potong sepanjang sekitar 2 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 7 hari, dilajutkan dengan penggilingan lolos saring 40 mash, sehingga berbentuk tepung. Tepung pelepah daun sawit ditambahkan air panas sehingga berkadar air sekitar 70%, kemudian dilanjutkan dengan pengukusan selama 15 menit.


(29)

2. Persiapan Inokulum Murni

Membuat larutan mineral atau tumbuh dengan cara mencampur 0,6 g Mg SO4; 0,5 g KCl; 5 g NH4 NO3; 0,001 g CuSO4; 0,01 g Fe SO4 dan air sehingga menjadi 1000

ml. Membuat larutan inokulum dengan cara mencampur 1 g glukosa, 5 g peptone, 1 g yeast ekstrak. Larutan mineral dan inokulum dicampur dan dipanaskan hingga mendidih. Didiamkan hingga larutan dingin, kemudian dituang ke dalam botol. Jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. diperoleh dari

Laboratorium Pathologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang akan dibiakkan, diambil beberapa oase (dilakukan dekat dengan api Bunsen), kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing botol yang berisi larutan inokulum. Botol ditutup, kemudian disimpan pada suhu ruang selama 7 hari.


(30)

Judul Penelitian : PERANAN UREA, Phanerochaete

chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN HEMISELULOSA SERTA SELULOSA PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

Nama : Ferdian Marga Dinata

NPM : 0614061033

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Ir. Liman, M. Si.

NIP 19670422 199402 1 001

Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc. NIP 19590330 198303 2 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(31)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Liman, M.Si. ……….. Sekretaris : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. ....…….. Penguji Bukan Pembimbing : Ir. Yusuf Widodo, M. P. .………..

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(32)

PERSEMBAHAN

Untaian kata sederhana kutulis dengan pena keikhlasan

Untuk segala Cinta, Kasih dan Penantian, Setulus hati kupersembahkan untuk

orang-orang yang berarti dalam kehidupanku

Papa dan Mama tercinta, adik-adikku

yang senantiasa berdoa untuk keberhasilanku

Teriring do’a untuk Papa dan Mama tercinta. Semoga Allah SWT kelak

menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.

Untuk keluarga besarku, bangsa dan agama kupersembahkan penghormatan

dan baktiku.


(33)

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

(Al Baqoroh : 185)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, Kita baru yakin ketika kita telah berhasil melakukannya dengan baik.


(34)

Ketika aku meminta setangkai bunga segar pada Allah SWT, tetapi Dia memberiku kaktus berduri

Akupun meminta hewan mungil nan cantik, Tetapi Dia memberiku ulat berbulu

Aku sedih, aku kecewa, dan berkata dalam hati betapa tidak adilnya ini

Namun, kemudian hari kaktus pun berbunga dengan indahnya Lalu ulat berbulu pun berubah menjadi kupu-kupu

Itulah jalan Allah SWT indah pada saatnya

Allah SWT tidak memberi apa yang kita harapkan, tetapi Dia memberi apa yang kita perlukan.


(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang pada 04 Januari 1987 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marsidi dan Ibu Mega Azhar.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negri 4 Merbau Mataram pada tahun 2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negri 1 Tanjung Bintang pada tahun 2003, dan sekolah menengah atas di SMA Gajah Mada pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada 2006.

Penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) pada Juli sampai Agustus 2010 di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), Pengalengan, Bandung Selatan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) sebagai Anggota bidang I Pelatihan dan Pengembangan pada periode 2007/2008, Ketua bidang IV Dana dan Usaha pada periode 2008/2009, selain itu penulis juga pernah menjadi sebagai Anggota Badan Pengarah pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan pada periode 2009/2010.


(36)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, keajaiban, dan rejeki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Liman S. Pt., M. Si.--selaku Pembimbing Utama--atas nasihat,

bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc.--selaku Pembimbing Anggota--atas bimbingan, saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

3. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M. P.--selaku Pembahas--atas saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.Si.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;

6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.-- atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

7. Ibu Dian Septianova, S.Pt. M.T.A.--selaku dosen Pembimbing Akademik--atas nasihat dan bimbingannya selama masa studi;


(37)

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas segala pengorbanan, kasih sayang, do’a restu, semangat dan saran yang diberikan kepada penulis;

10. Yuni Ariska Marga, Rina Agustina Marga, Apri Yansyah Marga, dan Mareta Zandini semua keluarga besarku atas perhatian, kasih sayang, keceriaan, dan dukungannya;

11. Dwi Sulistiono dan Dwi Purwanto selaku rekan tim penelitian—atas semua bantuan, pengertian, perhatian, kebersamaan, dan kesabaran yang telah diberikan selama melaksanakan penelitian;

12. Teman–teman angkatan ‘06 : Andra, Andik, Anggi, Ivan, Made, Jepron, Doni, Zaky, Priyo, Alek, Rizky, Aulia, Wahyu (T13) dan seluruh teman angkatan ’06 atas persahabatan, persaudaraan yang indah;

13. Bang Ucieth, Bang Dodo, Bang Lay, Bang Arief, Bang Andreas dan semua angkatan ’04, ’05, ’07, ’08, ’09, ’10 terima kasih atas bantuan persaudaraannya kepada penulis.

Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan berkat dari Tuhan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada fermentasi pelepah daun sawit adalah sebagai berikut :

1. Perlakuan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit mempengaruhi kandungan hemiselulosa dan selulosa hasil fermentasi pelepah daun sawit.

2. Perlakuan yang terbaik pada paremeter hemiselulosa terdapat pada

fermentasi pelepah daun sawit + Trametes sp dan Pada parameter selulosa terdapat pada fermentasi pelepah daun sawit tanpa perlakuan, pelepah daun sawit + urea, serta pelepah daun sawit + Phanerochaete

chrysosporium.

B. Saran

Dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian fermentasi Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp terhadap kandungan hemiselulosa dan selulosa, dengan perlakuan lama


(1)

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

(Al Baqoroh : 185)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, Kita baru yakin ketika kita telah berhasil melakukannya dengan baik.


(2)

Ketika aku meminta setangkai bunga segar pada Allah SWT, tetapi Dia memberiku kaktus berduri

Akupun meminta hewan mungil nan cantik, Tetapi Dia memberiku ulat berbulu

Aku sedih, aku kecewa, dan berkata dalam hati betapa tidak adilnya ini

Namun, kemudian hari kaktus pun berbunga dengan indahnya Lalu ulat berbulu pun berubah menjadi kupu-kupu

Itulah jalan Allah SWT indah pada saatnya

Allah SWT tidak memberi apa yang kita harapkan, tetapi Dia memberi apa yang kita perlukan.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang pada 04 Januari 1987 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marsidi dan Ibu Mega Azhar.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negri 4 Merbau Mataram pada tahun 2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negri 1 Tanjung Bintang pada tahun 2003, dan sekolah menengah atas di SMA Gajah Mada pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada 2006.

Penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) pada Juli sampai Agustus 2010 di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), Pengalengan, Bandung Selatan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) sebagai Anggota bidang I Pelatihan dan Pengembangan pada periode 2007/2008, Ketua bidang IV Dana dan Usaha pada periode 2008/2009, selain itu penulis juga pernah menjadi sebagai Anggota Badan Pengarah pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan pada periode 2009/2010.


(4)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, keajaiban, dan rejeki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Liman S. Pt., M. Si.--selaku Pembimbing Utama--atas nasihat,

bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc.--selaku Pembimbing Anggota--atas bimbingan, saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

3. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M. P.--selaku Pembahas--atas saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.Si.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;

6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.-- atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

7. Ibu Dian Septianova, S.Pt. M.T.A.--selaku dosen Pembimbing Akademik--atas nasihat dan bimbingannya selama masa studi;


(5)

8. Bapak dan Ibu dosen atas ilmu dan nasihat yang diberikan selama masa studi serta staf administrasi (Bu Erni) Jurusan Peternakan;

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas segala pengorbanan, kasih sayang, do’a restu, semangat dan saran yang diberikan kepada penulis;

10. Yuni Ariska Marga, Rina Agustina Marga, Apri Yansyah Marga, dan Mareta Zandini semua keluarga besarku atas perhatian, kasih sayang, keceriaan, dan dukungannya;

11. Dwi Sulistiono dan Dwi Purwanto selaku rekan tim penelitian—atas semua bantuan, pengertian, perhatian, kebersamaan, dan kesabaran yang telah diberikan selama melaksanakan penelitian;

12. Teman–teman angkatan ‘06 : Andra, Andik, Anggi, Ivan, Made, Jepron, Doni, Zaky, Priyo, Alek, Rizky, Aulia, Wahyu (T13) dan seluruh teman angkatan ’06 atas persahabatan, persaudaraan yang indah;

13. Bang Ucieth, Bang Dodo, Bang Lay, Bang Arief, Bang Andreas dan semua angkatan ’04, ’05, ’07, ’08, ’09, ’10 terima kasih atas bantuan persaudaraannya kepada penulis.

Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan berkat dari Tuhan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(6)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada fermentasi pelepah daun sawit adalah sebagai berikut :

1. Perlakuan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit mempengaruhi kandungan hemiselulosa dan selulosa hasil fermentasi pelepah daun sawit.

2. Perlakuan yang terbaik pada paremeter hemiselulosa terdapat pada

fermentasi pelepah daun sawit + Trametes sp dan Pada parameter selulosa terdapat pada fermentasi pelepah daun sawit tanpa perlakuan, pelepah daun sawit + urea, serta pelepah daun sawit + Phanerochaete

chrysosporium.

B. Saran

Dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian fermentasi Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp terhadap kandungan hemiselulosa dan selulosa, dengan perlakuan lama


Dokumen yang terkait

Penggunaan Pelepah Kelapa Sawit Fermentasi dengan Berbagai Level Biomol+ pada Pakan terhadap Bobot Non Karkas Domba Lokal Jantan

0 39 56

Uji Pakan Berbasis Pelepah Daun Kelapa Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Dengan Phanerochaete chrysosporium Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole

0 53 60

PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

0 21 52

DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.

0 11 42

DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp TERHADAP KADAR ABU, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN).

3 30 48

Hasil biodegradasi lignoselulosa pelepah kelapa sawit oleh phanerochaete chrysosporium sebagai antioksidan dan bahan pakan ternak ruminansia

0 3 102

Hasil biodegradasi lignoselulosa pelepah kelapa sawit (Elaeis guineensis) oleh phanerochaete chrysosporium sebagai antioksidan dan bahan pakan ternak ruminansia

0 3 189

Morfologi Serat Pelepah Tanaman Salak Hasil Proses Biopulping Menggunakan Kultur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes versicolor

0 3 5

PENGARUH FERMENTASI KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa)DAN AMPAS TAHU DENGAN Phanerochaete chrysosporium DAN Neurospora crassa TERHADAP KANDUNGAN SELULOSA, LIGNIN, HEMISELULOSA DAN KECERNAAN SERAT KASAR.

0 1 7

Keywords : Palm Fronds, Long Storage, Cellulose, Hemicellulose. PENDAHULUAN - Pengaruh Lama Penyimpanan Hasil Fermentasi Pelepah Sawit Oleh Trichoderma Sp Terhadap Kandungan Selulosa Dan Hemiselulosa

0 0 10