PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

(1)

ABSTRACK

THE ADDING OF UREA, Phanerochaete chryrisosporium, AND Trametes sp. TO THE CONTAIN OF CRUDE FIBER OF LEAVES STEM OF OIL PALM AS

PASTURE FEEDING

By

DWI PURWANTO

This research intends to: (1) decrease the contain of crude fIber and Neutral Detergent Fiber as alternative feeding of pasture substitutian which has good quality : (2) know the treatmen of the adding of urea, Phanerocahaete Crysosporium and Trametes sp. To dagradation of crude feber and neutral detergent fiber of leaves of oil palm as pasture feeding.

This research was held on March up to Agustus 2011, located in laboratory of Nutrition and Animal Feeding Departement of Animal Husbandry Faculty of Agrikulture University of Lampung. This research was done by using Completely Rendomized Design wich four treatment and theree repetitionns. The fedding treatment given is; P0 : leaves stem of oil palm without adding or controlling ; P1 : leaves stem of oil palm + urea; P2 : leaves steem of oil palm + Phanerochaete chrysosporium inoculum; P3 : leaves stem of oil palm + Tremes sp. Inoculum the gotten data was analyzed by Variance analisis on real level of 5 % and continued by Ortogonal Contrast tes on real level of 5%.

The result of this research of leaves stem farmantation of oil palm showed that the adding of urea, Phanerochaete chrysosporium and Tremetes sp. on leaves steem farmantation of oil palm dont influence to the contain of NDF, but influence to the crude fibber of fermented leaves stem of oil palm. The contain of crude fiber of formanted leaves stem of oil palm will be the lowest ane if either


(2)

ABSTRAK

PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN

HIJAUAN

Oleh

DWI PURWANTO

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menurunkan kandungan serat kasar dan Neutral Detergent Fiber sebagai pakan alternatif pengganti hijauan yang berkualitas baik ; (2) mengetahui perlakuan penambahan urea, jamur

Phanerochaete chrysosporium, dan Trameters sp terhadap pendegradasian serat kasar dan Neutral Detergent Fiber pelepah sawit sebagai pakan hijauan.

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah : P0 : pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol; P1 : pelepah daun sawit + urea; P2 : pelepah daun sawit + inokulum Phanerochaete chrysosporium; P3: pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian fermentasi pelepah daun sawit menunjukan bahwa penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit tidak mempengaruhi kandungan NDF, tetapi mempengaruhi serat kasar pelepah daun sawit terfermentasi. Kandungan serat kasar pelepah daun sawit terfermentasi terendah jika dilakukkan penambahan baik Phanerochaete


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sumber pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

keberhasilan usaha peternakan. Ketersedian bahan pakan akhir-akhir ini sangat sulit di dapatkan karena meningkatnya bahan baku pakan ternak, dan semakin menyusutnya lahan akibat penggunaan lahan untuk keperluan sarana pemukiman, perkantoran, dan perindustrian. Kekurangan ketersedian bahan pakan ini, perlu dilakukan alternatif lain dalam penyedian sumber pakan hijauan yang berkualitas baik, salah satunya memanfaatkan limbah perkebunan.

Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang penting dan

berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 4.686.000 ha dengan produksi 5.456.700 ton pada tahun 2004 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004). Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya permintaan dunia, akan minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO). Limbah kelapa sawit memiliki limbah yang di manfaatkan sebagai sumber pakan bagi ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit, dan bungkil inti sawit. Limbah ini sangat melimpah, namun limbah tersebut belum


(4)

banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia, apalagi pada peternakan kecil atau peternakan rakyat.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil sampingan dari pemanenan buah kelapa sawit, bila dilihat dari segi ketersediaannya maka pelepah dan daun kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Mathius (2003) bahwa sebanyak 20.020 kg pelepah segar dapat dihasilkan dari satu hektar lahan dengan 130 pohon kelapa sawit dalam jangka waktu satu tahun. Ishida dan Hassan (1992) menyatakan bahwa ransum yang mengandung pelepah sawit menghasilkan daya cerna sebesar 10--40%. Dari hasil penelitian terdahulu hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2000), pelepah daun kelapa sawit mengandung 6,50% protein kasar, 32,55% serat kasar, 4,47% lemak kasar, 93,4% bahan kering, dan 56,00% TDN. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan protein kasar pelepah daun kelapa sawit cukup rendah yaitu sebesar 6,5 % dengan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 32,55%. Kandungan serat kasar yang cukup tinggi akan

mempengaruhi kecernaan bahan pakan pada ternak.

Menurut Lubis (1963), kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu

pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Pada era sekarang telah ditemukan sejenis jamur yang mampu mendegradasi senyawa lignin, yaitu kelompok white-rot fungi yang mampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mampu mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti yang telah dilaporkan bahwa Phanerochaete chrysosporium


(5)

(Paul, 1992 dan Limura, et al., 1996) dan Trametes versicolor (Jonsson et al. 1989) mampu merombak hemisellulosa, sellulosa, dan lignin. Selanjutnya dijelaskan bahwa lignin tersebut dirombak menjadi CO2 dan H2 O.

Pada penelitian ini akan dilakukan penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. Pada pelepah daun kelapa sawit agar jamur tersebut melakukan perombakan atau penurunan terhadap kandungan serat kasar dan NDF, dengan adanya penurunan serat kasar dan NDF maka diharapkan nilai kecernaan akan meningkat, sehingga kandungan serat kasar dan NDF yang turun akibat pendegradasian tersebut dapat dimanfaatkan oleh ternak. Adanya

penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga penurunan kandungan serat kasar dan NDF dalam ransum akan meningkat. Akibatnya, akan meningkatkan nilai kecernaan ransum yang dikonsumsinya dan pemanfaatan limbah daun kelapa sawit akan lebih bermanfaat setelah dilakukan proses pendegradasian.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk :

1. menurunkan kandungan serat kasar dan NDF sebagai pakan alternatif pengganti hijauan yang berkualitas baik ;

2. untuk mengetahui perlakuan penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. terhadap pendegradasian serat kasar dan NDF pelepah sawit sebagai pakan hijauan.


(6)

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi kepada para peternak serta pihak-pihak terkait mengenai kandungan serat kasar dan NDF pada pelepah daun sawit yang beramonisiasi dengan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan

Trametes sp. sehingga dapat diketahui potensi dan kegunaannya sebagai salah satu pakan alternatif yang berdaya cerna tinggi bagi ternak.

D. Kerangka Pemikiran

Sumber pakan hijauan ternak khususnya ruminansia sangat sulit di dapatkan pada era sekarang ini karena makin sempitnya lahan hijauan yang berahli fungsi sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan perkebunan. Di lain pihak banyak pengembang perkebunan baik dari pemerintah maupun pihak swasta yang membuka hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 4.686.000 ha dan Lampung merupakan salah satu propinsi yang mempunyai perkebunan sawit cukup luas. Limbah sawit yang berasal dari pelepah daun sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak sebagai pengganti hijauan atau rumput, akan tetapi limbah pelepah sawit memiliki tekstur yaitu berbatang keras, berduri daunnya, mengandung lidi, dan berserat tinggi, sehingga mempunyai daya cerna yang rendah. Rendahnya kecernaan ini

dikarenakan kandungan serat kasar yang tinggi dan NDF yang tinggi. Rendahnya kecernaan ini mengakibatkan pelepah sawit ini jarang dipakai dalam pakan khususnya bagi ternak ruminansia. Apabila kandungan serat kasar dan NDF ini dapat dirombak maka kandungan serat kasar dan NDF dalam pelepah sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan ternak ruminansia yang sangat


(7)

berpotensi, sehingga kecernaan meningkat dan pelepah daun sawit akan dapat dimanfaatkan secara baik bagi hewan ruminansia khususnya.

Penggunaan urea dalam fermentasi hijauan berfungsi untuk pendegradasian terhadap serat kasar dan NDF pada hijauan yang akan difermentasi. Sebaliknya, jamur mempunyai kemempuan sebagai pendegradasian serat kasar dan NDF yang sangat baik dengan cara perombakan yang dilakukan oleh reaksi yang dilakukan dengan cara fermentasi, sehingga mengalami reaksi dan penurunan kandungan serat kasar dan NDF, sehingga serat kasar dan NDF menurun dan daya cerna akan meningkat sehingga pelepah daun sawit dapat di manfaatkan sebagai sumber pakan alternatif yang baik. Jamur pendegradasi serat kasar dan NDF yang paling aktif adalah white-rot fungi, seperti Phanerochaete dan Trametes sp. yang mampu melakukan pendegradasian serat kasar dan NDF yang baik.

Penambahan jamur Phanerochaete dan Trametes sp. ke dalam pelepah daun sawit di harapkan akan terjadi reaksi pendegradasian terhadap serat kasar dan NDF yang mengakibatkan penurunan kandungan serat kasar dan NDF, sehingga meningkatkan kecernaan bagi ternak, dengan demikian pelepah daun sawit dapat dimanfaatkan bagi ternak karena kandungan serat kasar dan NDF yang rendah. Apabila pelepah sawit yang telah diolah dengan jamur dikonsumsi oleh ternak ruminansia, diharapkan akan meningkatkan kecernaaan dan produk volatile fatty acid (VFA). Volatile fatty acid yang dihasilkan didalam metabolisme ruminansia akan diubah menjadi energi, daging, lemak tubuh, dan susu. Dengan ini, pelepah daun sawit yang telah diolah dengan jamur akan mampu menggantikan rumput lapang dan sumber pakan ternak lainnya yang makin sulit didapatkan sekarang ini.


(8)

E. Hipotesis

Hipotesis yang di ajukan pada penelitian ini, yaitu :

1. penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. mempengaruhi kandungan serat kasar dan NDF pelepah daun sawit, 2. pelepah daun sawit yang telah difermentasi dengan jamur Phanerochaete

chrysosporium dan Trametes sp. akan menghasilkan kandungan serat kasar dan NDF yang rendah daripada tanpa perlakuan dengan jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Sawit

Kelapa sawit (Elais guineesis) termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya tumbuh di daerah antara 12° Lintang Utara 12° Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000 - 2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum berkisar antara 24°--38°C, ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0--500 meter (Risza, 1995).

Klasifikasi botani tanaman kelapa sawit sebagai berikut : Kelas : Angiospermae

Ordo : Palmales Famili : Palmaceae Sub-famili : Palminae Genus ; Elaeis

Spesies : Elais Oleivera, Elais melanococca, dan Elais odora.

Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Bagian tanaman kelapa sawit yang penting adalah akar, batang dan daun. Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut. Sistem penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Sebagaimana fungsi akar pada umumnya, akar kelapa


(10)

sawit juga berperan terutama dalam penyerapan unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman (Ginting,1975). Adapun karakter akar tanaman ini antara lain adalah :

1. tidak berbuku atau asesori lain; 2. berwarna putih atau kekuningan;

3. bentuk ujungnya meruncing sehingga mudah menerobos ke dalam tanah; 4. ujung akar tumbuh terus, namun tidak secepat pertumbuhan batang. Daun tanaaman sawit bersirip gelap, bertulang sejajar, panjangnya mencapai 3--5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun, panjang pelepah dapat mencapai 9 meter. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100--160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral. Arah spiral ada yang kekiri dan ada pula yang kekanan, hal ini tampaknya merupakan pancaran ragam genetis. Produksi daun per tahun tergantung pada iklim setempat, terutama pada saat tanaman tersebut tumbuh (Syamsulbahri, 1996)

B. Potensi Pelepah Sawit

Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang penting dan berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 4.686.000 ha dengan produksi 5.456.700 ton pada tahun 2004 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004). Jumlah ini akan terus meningkat dengan


(11)

Produksi tandan buah segar (TBS) akan makin bertambah pada masa mendatang seiring dengan makin luasnya area perkebunan kelapa sawit yang berproduksi. Menurut Aritonang (1986), produksi tandan buah segar kelapa sawit per hektar per tahun sebesar 12,60--27,00 ton, bungkil inti sawit sebesar 0,30--0,60 ton, dan lumpur minyak sawit sebesar 0,60--1,40 ton.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil sampingan dari pemanenan buah kelapa sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka pelepah dan daun kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Sesuai pernyataan Devendra (1990), siklus pemangkasan setiap 14 hari, tiap pemangkasan sekitar 3 pelepah daun dengan berat 1 pelepah mencapai 10 kg. Satu ha lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga setiap 14 hari akan dihasilkan ±4.440 kg atau 8.880 kg/bulan/ha. Kandungan bahan kering dari pelepah daun sawit sebesar 35% sehingga jumlah bahan kering pelepah sawit/bulan/ha sebesar 3.108 kg.

Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2000), pelepah daun kelapa sawit mengandung 6,50% protein kasar, 32,55% serat kasar, 4,47% lemak kasar, 93,4 bahan kering dan 56,00% TDN. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan protein kasar pelepah daun kelapa sawit cukup rendah yaitu sebesar 6,5 % dengan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 32,55%. Kandungan serat kasar yang cukup tinggi akan mempengaruhi kecernaan bahan pakan pada ternak.

Dari analisa kimia dinyatakan bahwa daun kelapa sawit tersusun dari 70% serat dan 22% karbohidarat yang dapat larut dalam bahan kering. Ini menunjukkan bahwa daun kelapa sawit dapat diawetkan sebagai silase dan telah diindikasikan bahwa


(12)

kecernaan bahan kering akan bertambah 45% dari hasil silase daun kelapa sawit (Ishida dan Hassan, 1992).

Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrien pelepah daun sawit dengan rumput (%)

No Nutrien Pelepah Daun Sawit Rumput

---(%)---

1 Bahan Kering (BK) 29,81 24,4

2 Abu 4,48 14,5

3 Protein Kasar (PK) 9,22 8,2

4 Lemak Kasar (LK) 3,34 1,44

5 Serat Kasar (SK) 31,09 31,7

6 BETN 51,87 44,2

7 TDN 58,5 56,2

Sumber : Fakhri (2010)

Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi mencapai 45%. Demikian pula daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber atau pengganti pakan hijauan. Namun adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara pencacahan yang dilanjutkan dengan cara penggilingan. Pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit disarankan tidak lebih dari 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun kelapa sawit, dapat ditambahkan produk sampingan lain dari kelapa sawit. Pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan dalam jangka panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik (Balai Penelitian Ternak, 2003). Penggunan daun kelapa sawit dalam pakan telah

dicobakan pada sapi pedaging dan sapi perah. Pada sapi pedaging dan sapi perah, daun kelapa sawit dapat diberikan 30--40% dari makanan (Ishida dan Hassan, 1992).


(13)

C. Pendegradasian Lignin

Limbah pertanian dan agroindustri yang digunakan dalam pakan ternak umumnya berkualitas rendah. Rendahnya kualitas pakan di karena tingginya kandungan serat kasar, ikatan lignoselulosa, lignohemiselulosa, dan silika. Hal ini yang

menyebabkan kecernaan limbah pertanian tersebut rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kecernaan tersebut dengan melakukan amonisasi dengan penambahan urea. Amoniasi adalah proses penambahan amoniak dalam pakan ternak yang diinkubasi selama 7--30 hari (Bantungan, et al., 1987).

Amoniasi diharapkan dapat merenggangkan ikatan lignoselulosa dan

lignohemiselulosa, sehingga menurunkan kandungan serat kasar yang tinggi

menjadi rendah serta memudahkan mikroba rumen untuk merombak ikatan tersebut yang akhirnya akan meningkatkan kecernaan bahan pakan. Amoniasi

menghasilkan urease oleh mikroba pakan yang akan mengubah urea menjadi amoniak dan karbondioksida. Menurut Andayani dan Yatno (2001), kecernaan bahan kering, NDF, dan ADF pada pucuk tebu meningkat dengan proses amoniasi. Penggunaan urea secara langsung ke dalam ransum cukup berbahaya dan perlu dilakukan secara hati-hati. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan urea dalam pakan, yaitu :

1. penggunaan urea akan efektif jika kandungan protein ransum rendah, 2. penambahan urea maksimal sebanyak 1% dari total bahan kering ransum

atau antara 2--3% dari total konsentrat,

3. penggunaan urea akan efisien jika pada waktu diberikan bersamaan dengan pakan yang mudah dicerna (tetes, pati, dan bekatul), mineral, dan vitamin.


(14)

Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di dalam rumen tidak akan dapat berlangsung. Polimer alami yang sukar terdegradasi di lingkungan adalah lignoselulose (kayu) terutama bagian lignin. Lignin adalah polimer alami yang tergolong ke dalam senyawa rekalsitran karena tahan terhadap degradasi atau tidak cepat redegradasi dengan cepat di lingkungan. Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang terdapat pada dinding sel tumbuhan yang berfungsi memberikan kekuatan pada tanaman (Munir, 2006). Bagan ikatan antara lignin dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.


(15)

Gambar 2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pendegradasi lignin

Lignin tersusun dari tiga senyawa fenilpropanoid, yaitu alkohol komaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun secara random membentuk polimer lignin yang amorfus atau tidak beraturan (Higuchi, 1980). Rumus bangun lignin dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk struktur lignin

Lignin merupakan salah satu polimer fenilpropanoid yang sulit dirombak

(recalcitrant). Hal ini disebabkan oleh strukturnya heterogen dan sangat kompleks. Lebih dari 30% material tumbuhan tersusun oleh lignin, sehingga dapat


(16)

memberikan kekuatan pada kayu terhadap serangan mikroorganisme ( Orth et al., 1993).

Beberapa kelompok jamur yang dilaporkan mampu mendegradasi senyawa lignin, misalnya kelompok white-rot fungi yang mampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mempunyai kemampuan mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti Phanerochaete chrysosporium dan Coriolus versicolor yang mampu merombak hemisellulosa, sellulosa dan lignin dari limbah tanaman menjadi CO2

dan H2O (Paul, 1992; Limura, et al., 1996).

Gambar 4. Jamur Phanerochaete chrysosporium

Klasifikasi botani tanaman jamur Phanerochaete chrysosporium : Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota Class : Basidiomycetes Subclass : Agaricomycetidae Order : Polyporales

Family : Phanerochaetaceae Genus : Phanerochaete


(17)

Species

Phanerochaete allantospora Phanerochaete chrysosporium Phanerochaete radicata Phanerochaete avellanea Phanerochaete burtii

Phanerochaete salmonicolor Phanerochaete tuberculata Phanerochaete velutina Phanerochaete carnosa Phanerochaete chrysorhizon Phanerochaete arizonica

Pada umumnya basidiomisetes white-rot fungi mensintesis 3 macam enzim, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-peroksidase (MNPs) dan Laccase. Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin ( Srinivasan et al., 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi senyawa-senyawa fenol. Dilaporkan, sebagian besar reaksi degradasi lignin oleh basidiomisetes dikatalisis oleh enzim lignin peroksidase, Mn peroksidase (Addleman and Archibald 1993; Dozoretz, et al., 1993).

Jamur pendegradasi kayu dilaporkan mampu mensintesis satu atau dua jenis enzim tersebut di atas, misalnya Phanerochaetechrysosporium, Trametes versicolor mampu mengekskresikan lignin-peroksidase dan manganese-peroksidase ke dalam medium, sedangkan kelompok brown- rot fungi hanya mampu mensintesis


(18)

lignin-peroksidase saja. Enzim ligninase dan organisme yang mampu memproduksi enzim tersebut mempunyai peluang yang sangat besar untuk diaplikasikan di industri-industri, seperti misalnya untuk degradasi polutan, biokonversi lignin, biobleaching dan biopulping dari potongan-potongan kayu (wood chip), desulfurisasi minyak bumi dan batu bara dan deligninasi limbah pertanian

(Dosoretz et al., 1993). Proses degradasi lignin oleh white-rot fungi juga berguna untuk bioremediasi. Menurut Sulistinah (2008) jamur Melanotus sp mampu tumbuh pada media ligninase dan berpotensi sebagai jamur pendegradasi lignin. Secara ekologis, pengelompokan fungi pelapuk kayu ada dua, yaitu fungi pelapuk putih (FPP) dan fungi palapuk coklat. Fungi pelapuk putih dapat mendegradasi lignin, hemiselulosa, maupun selulosa. Kayu yang didegradasi oleh FPP akan menjadi putih atau keputih-putihan, lunak, tetapi tidak menyusut. Sebaliknya, fungi pelapuk coklat dapat mendegradasi hemiselulosa, dan selulosa, tetapi tidak dapat mendegradasi lignin. Di alam presentase fungi pelapuk coklat lebih sedikit daripada fungi pelapuk putih. Jamur basidiomisetes merupakan kelompok utama pendegrasi lignoselulosa. Green dan Higly (1997) menyatakan bahwa berdasarkan mekanisme degradasi, jamur pembusuk kayu digolongkan ke dalam jamur

pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat yang masing-masing memiliki metabolisme degradatif yang berbeda. Jamur busuk putih mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk lignin, sedangkan jamur busuk coklat cenderung mendegradasi bagian selulosa dan hemiselulosa, tetapi tidak lignin. Jamur pembusuk putih mendegrasi lignin untuk mendapatkan selulosa dari lignoselulosa. Ketidakteraturan struktur lignin ini menyebabkan proses degradasi menjadi kompleks dan enzim-enzim yang berperan dalam degradasi lignin bekerja


(19)

secara nonspesifik. Proses ini berlangsung melalui pembentukan radikal-radikal yang dapat menyerang sejumlah besar molekul organik.

Penggunaan kultur campuran antar jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat memiliki prospek yang tinggi untuk mendapatkan glukosa dari alternative dari material lignoselulosa (Munir dan Goenadi, 1990). Menurut Nakasone (1993), fungi pelapuk putih dikelompokkan ke dalam lima ordo, yaitu: Aphlyllophorales, Agaricales, Auriculariales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Fungi pelapuk putih lebih banyak dijumpai pada kayu Angiospermae atau kayu keras. Selanjutnya, dijelaskan bahwa semua fungi pelapuk coklat termasuk Basidiomycetes yang umumnya Polyporales dan sebagian besar berasosiasi dengan konifer. Tidak kurang terdapat 125 spesies fungi pelapuk coklat dan dikelompokkan ke dalam empat ordo, yaitu: Aphullophorales (Corticiaceae, Coniophoraceae, Fistulinaceae, dan Polyoraceae), Agaricales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Sebagian besar fungi pelapuk coklat tersebut merupakan kelompok Polyporaceae. Sekitar 85% fungi pelapuk coklat berasosiasi dengan inang kayu Gimnospermae.

D. Metode Proksimat

Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk menentukan kandungan zat makanan secara kimia pada pada suatu pakan atau ransum. Bagan kandungan zat di dalam pakan terdapat pada Gambar 5. Analisis yang dilakukan analisis proksimat hanya mencakup analisis terhadap air, abu/ mineral, protein, lemak, dan serat kasar. Selama ini, pakan konsentrat dan hijauan banyak dianalisis dengan menggunakan analisis proksimat. Metode ini sebenarnya kurang tepat untuk menduga kandungan serat kasar dalam pakan hijauan.


(20)

Gambar 5. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Proksimat

E. Analisis Serat Kasar

Karbohidrat dalam pakan mempunyai dua fraksi utama yaitu serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Serat kasar mempunyai pengertian sebagai fraksi

karbohidrat yang tidak larut dalam basa dan asam encer setelah pendidihan selama 30 menit. Analisa serat kasar ini tidak diperoleh fraksi selulosa dan lignin sehingga fraksi-fraksi tersebut perlu di ketahui secara khusus untuk hijauan makanan ternak atau umumnya pakan berserat. Untuk mengetehui fraksi selulosa dan lignin perlu dilakukan analisa lain yang lebih khusus yaitu metoda analis Van Soest.

Pakan

Air Bahan

Abu/ Bahan organik

Protein Bahan organik non-ogen

Oooooooooooooooooooooo

Lemak Karbohidrat


(21)

F. Metode Van Soest

Metode Van Soest merupakan salah satu alternative metode mengevaluasi zat makanan secara kimiawi pakan atau ransum khususnya pada bagian kandungan serat kasar. Bahan kering tanaman mengandung dua bagian utama, yaitu dinding sel atau neutral-detergent-insoluble fiber (NDF) dan isi sel atau neutral-detergent- solubles (NDS). Bagan kandungan zat makanan menurut Metode Van Soest terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Van Soest

+ 72% H2SO4 (15°C) + larutan detejen asaml (1 jam) + larutan detejen netral (1 jam)

Pakan

Larut /isi sel/NDS Tidak larut/dinding sel/ (NDF) kering

Larut/ hemisellulosa/ADS mineral

Tidak larut/lignoselulosa/ADF

Larut/selulosa Tidak larut/lignin dan silika


(22)

G. Neutural Detergent Fiber (NDF)

Komponen serat yang tergabung dalam NDF merupakan bahan yang tidak larut dalam matrix dinding sel tanamaan. Serat tersebut secara kovalen terikat sangat kuat dengan ikatan hidrogen, kristallin atau ikatan intramolekular lain yang sangat resisten terhadap larutan yang masih berada pada tingkat konsentrasi fisiologi. Karena larutan netral tidak bersifat hidrolitik maka hampir semua ikatan-ikatan tersebut berada dalam residu NDF. Hal ini dapat dilihat apabila dibandingkan antara nilai daya cerna in vitro dan in vivo dari NDF. Terdapat sedikit perbedaan daya cerna akibat dari adanyapenghancuran beberapa komponen seperti silika dan tanin oleh neutural detergent.

Tidak semua komponen dari dinding sel terikat ke dalam matriks. Pektin, sebagai contoh hampir 90% nya dapat dilarutkan oleh larutan detergen netral, demikian juga pektin adalah komponen yang mudah difermentasikan, sehingga hal ini memperlihatkan tidak adanya pengaruh lignifikasi pada ikatan pektin. Dengan demikian NDF tidak dapat dinyatakan mewakili komponen dinding sel secara keseluruhannya, tetapi hanya mewakili sebagai residu dari komponen nutrisi yang mempunyai ikatan dengan matriks lignin da secara physik merupakan struktur yang tidak dapat larut dan mempunyai pengaruh khusus baik pada rumen maupun pada saluran pencernaan non ruminan.

Serat biasanya digunakan sebagai indeks negatif dari kualitas pakan, dimana secara umum digambarkan bagian dari komponen pakan yang tidak di cerna. Meskipun NDF telah mencakup semua komponen yang tidak dapat dicerna, dibandingkan dengan ADF (NDF – hemiselulosa + selulosa), atau serat kasar (lignin +


(23)

hemiselulosa), korelasi NDF dengan daya cerna pada ruminan sering tidak bisa menggambarkan hasil yang diinginkan. Hal ini telah menyebabkan digunakannya ADF sebagai standar untuk menguji daya cerna hijauan, meskipun NDF lebih baik hubungannya dengan ruminansi (mamah biak), efisiensi, dan konsumsi pakan. Standar kebutuhan serat untuk ruminansia hanya bisa dinyatakan dengan nilai NDF, hal ini disebabkan hemiselulosa mempunyai pengaruh yang besar. Nilai NDF adalah kandungan semua serat yang teranalisis, dan ini satu-satunya cara yang bisa menggambarkan kandungan serat meskipun dari bahan hijauan atau konsenterat yang berbeda. NDF adalah satu-satunya analisis serat yang bisa merangking komponen pakan mulai dari yang tidak berserat, sedikit mengandung serat sampai pada bahan yang sangat tinggi seratnya seperti jerami, pelepah daun sawit, dan selulosa.


(24)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

B. Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa pelepah daun sawit, larutan mineral (0,6gram MgSO4, 0,5gram KCl, 5gram NH4NO3, 0,001gram CuSO4,

0,01gram FeSO4 dan air sehingga menjadi 1000 ml), larutan inokulum (1gram

glukosa, 5gram pepton, 1gram yeast ekstrak), jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah golok, terpal, timbangan, oven, mesin penggilingan, plastik, crusible+cawan petri, kompor listrik, panci, ember, tali rafia, botol bekas air mineral, timbangan analitik, dandang, label, termometer, selang.


(25)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu :

P0 : pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol P1 : pelepah daun sawit + urea

P2 : pelepah daun sawit + inokulum Phanerochaete chrysosporium P3 : pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.

Penampilan tata letak fermentasi pelepah daun sawit dilakukan secara acak, tata letak tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

P02 P21 P13 P23

P03 P33 P01 P32

P31 P12 P22 P11

Gambar 7. Skema tata letak

D. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan tepung pelepah daun sawit

Sebanyak 8 buah pelepah daun sawit diperoleh dari Perkebunan PTPN VII Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pelepah tersebut dipotong-potong sepanjang sekitar 2 cm, kemudian dijemur di bawah sinar

matahari selama tujuh hari, dilajutkan dengan dilakukan penggilingan lolos saring 40 mash, sehingga berupa tepung. Tepung pelepah daun sawit ditambahkan air panas sehinggan berkadar air sekitar 70%, kemudian dilanjutkan dengan


(26)

b. Persiapan bahan fermentasi

a) Pengukusan tepung pelepah daun sawit

Pengukusan daun sawit di kerjakan dengan pengukusan tepung sawit ditambahkan air panas di kukus selama 15 menit sehingga kadar air menjadi 70%.

b) Persiapan inokulum murni

Membuat larutan mineral atau tumbuh dengan cara mencampur 0,6 g Mg SO4, 0,5 g KCl, 5 g NH4 NO3, 0,001 g CuSO4, 0,01 g Fe SO4 dan air sehingga menjadi 1000 ml. Membuat larutan inokulum dengan cara mencampur 1 g glukosa, 5 g peptone, 1 g yeast ekstrak. Larutan mineral dan inokulum dicampur dan dipanaskan hingga mendidih. Didiamkan hingga dingin, kemudian dituang ke dalam botol. Jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. diperoleh dari Laboratorium Pathologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang akan dibiakkan, diambil beberapa oase (dilakukan dekat dengan api

Bunsen), kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing botol yang berisi larutan inokulum. Botol ditutup, kemudian disimpan pada 28 oC suhu ruang selama 4 hari.

c. Percobaan fermentasi

Tepung pelepah daun sawit yang sudah dikukus diberi 4 perlakuan dan 3 ulangan. Kemudian diinkubasi atau difermentasi selama satu minggu, selanjutnya dipanen setelah itu dilakukan analisis proksimat (kadar air dan serat kasar) dan Van Soest.


(27)

Perlakuan tersebut di atas menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Secara garis besar skema analisis dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Skema analisis pelepah daun sawit

Analisis

tambahkan Pelepah daun

sawit

Dipotong-potong Dicacah

Digiling

Didinginkan Dikukus

Urea atau Inokulum cair

Inkubasi 7 hari Panen

Digiling


(28)

d. Prosedur analisis Proksimat

a) Kadar air

1) Cawan porselin yang bersih dipanaskan kedalam oven 105°C selama kurang lebih 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (A)

2) Sampel analisa dimasukan kedalam cawan porselin sebanayak ± 1 g dan kemudian dicatat bobotnya (B)

3) Cawan porselin berisi sampel dipanaskan didalam oven 105°C selama ± 6 jam, kemudian cawan porselin didinginkan didalam deksikator selama 15 menit, cawan porselin berisi sampel analisis tersebut ditimbang (C), kemudian kadar air dihitung dengan rumus :

KA =

x 100 %

Keterangan : KA : kadar air (%)

A : bobot cawan porselin tanpa tutup cawan(g)

B : bobot cawan porselin berisi sampel sebelum dipanaskan tanpa tutup cawan (g)

C : bobot cawan porselin berisi sampel sesudah dipanaskan tanpa tutup cawan (g)


(29)

b) Kadar serat kasar

1) Kertas saring ditimbang dan dicatat bobotnya (A), sampel analisis 0.1 g dimasukan dan kertas saring berisi sampel dicatat bobotnya (B) 2) Sampel dituangkan kedalam gelas enlenmayer dan ditambahkan 200ml

H2SO4 0.25 N, gelas enlermayer dan alat kondensor dihubungkan

3) Alat pemanas dinyalakan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih dan disaring dengan kain linen

4) Sampel dibilas dengan air suling panas menggunakan botol semprot sampai bebas asam dan dilakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam

5) Residu dimasukan kedalam gelas enlenmayer dan ditambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, kemudian gelas dengan alat kondensor dihubungkan 6) Sampel dipanaskan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih

dan disaring menggunakan corong kaca berdasarkan kertas saring whatman ashless yang sudah diketahui bobotnya (C)

7) Residu dibilas dengan air suling panas menggunakan botol semprot sampai bebas basa

8) Uji lakmus dilakukan untuk mengetahui bebas basa dan dibilas dengan menggunakan Aceton, kemudian kertas whatman ashless berisi residue lipat

9) Sampel dipanaskan dalam oven 105°C selama 6 jam dan didinginkan ke dalam deksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang dan dicatat bobotnya (D)


(30)

10)Sampel diletakan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya (E), kemudian diabukan kedalam tanur 600°C selama 2 jam terhitung sejak suhu 600°C

11)Tanur dimatikan dan didiamkan selama 1 jam kemudian sampel dimasukan ke dalam deksikator sampai mencapai suhu kamar biasa 12)Ditimbang dan dicatat bobotnya (F), kemudian kadar serat kasar

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

KS

X 100%

Keterangan :

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (g)

B : bobot kertas berisi sampel (g) C : bobot kertas whatman ashless (g)

D : bobot kertas whatman ashless berisi residu (g) E : bobot cawan porselin (g)

F : bobot cawan porselin berisi abu (g) (Fathul, 1999)


(31)

e. Prosudur analisis serat Metode Van Soest

Analisis serat metode Van Soest untuk mengetahui kandungan NDF dilakukan dengan prosedur berikut.

1) Timbang sampel pelepah daun sawit sebanyak 0,5--1 gram (kering udara dan sudah di giling)

2) Masukan sampel pelepah daun sawit ke dalam gelas beaker600 ml 3) Tambahkan 100 ml larutan detergen netral dan2--3 tetes decalin 4) Simpan di tempat pemanasan tunggu sampai 5--6 menit sampai mulai

panas kemudian dihitung waktu pemanasannya selama 60 menit sambil di reflux dangan aliran air untuk menghindari sampel yang menempel di dinding gelas dan tidak terendam larutan

5) Apabila mengerjakan lebih dari satu sampel pelepah daun sawit bisa di tambah 3 menit antara satu dengan lainnya untuk memberikan semua bahan yang di larutkan dimulai dari panas yang cukup 6) Setelah 60 menit didihkan baker diambil dari pemanas dan biarkan

sebentar supaya bahan padatan mengendap di bawahnya 7) Siapkan gelas saring pada tempatnya dan panaskan dengan air

mendidih

8) Bahan larutan kemudian di saring secara pelan-pelan mulai dari bahan cairan yang terlarut cukup dengan vaccum yang rendah dayanya 9) Kemudian bagian padatannya bisa dimasukan ke saringan sambil di

bilas dengan air mendidih sampai semua sampel habis masuk ke gelas saring


(32)

10) Vakum bisa ditambahkan kekuatannya sesuai dengan kebutuhannnya 11) Sampel dicuci sekitar 2 kali dengan air panas, 2 kali dengan aseton

dan kemudian dapat di keringkan

12) Crusibel dikeringkan minimal 8 jam pada suhu 105°C dalam oven yang dilengkapi dengan sistem kipas

13) Setelah ditimbang di dapatkan berat kering resisu NDF

E. Peubah Penelitian

Peubah yang diukur yaitu serat kasar dan NDF. F. Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis varian pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilakukan uji lanjut kontras orthogonal.


(33)

(34)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

1. Penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit tidak mempengaruhi kandungan NDF, tetapi mempengaruhi terhadap kandungan serat kasar pelepah daun sawit

terfermentasi.

2. Kandungan serat kasar pelepah daun sawit terfermentasi terendah jika dilakukan penambahan baik Phanerochaete chrysosporium maupun Trametes sp.

B. Saran

Saran yang diajukan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih optimal perlu dilakukan penelitian dengan waktu fermentasi kurang dari tujuh hari atau dengan waktu dua, empat, dan enam hari. Perlu dibuat tempat yang khusus atau lemari kaca untuk menghindari agar tidak terkontaminasi dengan jamur lain.


(35)

PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN

HIJAUAN

(Skripsi)

Oleh

DWI PURWANTO

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(36)

PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN

HIJAUAN

Oleh

DWI PURWANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(37)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa dalam batang ... 12

2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan pendegradasi lignin ... 13

3. Bentuk struktur lignin ... 13

4. Jamur Phanerochaete chrysosporium ... 14

5. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Proksimat ... 18

6. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Van Soest... 19

7. Skema tata letak ... 23

8. Skema analisis pelepah daun sawit... 25

9. Diagram pengaruh penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. terhadap kandungan serat kasar... .. 31

10. Diagram pengaruh penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. terhadap kandungan NDF... 35

11. Diagram pencar dan garis regresi hubungan serat kasar dan NDF... 38

12. Kegiatan Pengambilan Pelepah daun kelapa sawit di area PTPN. VII Natar... ... 48

13. Kegiatan pencacahan pelepah daun kelapa sawit... 48


(38)

17. Kegiatan penggilingan pelepah daun kelapa sawit... 50 18. Pelepah daun kelapa sawit yang sudah di giling halus... 51 19. Pembuatan Inokulum Phanerochaete chrysporium dan Trametes sp. .... 51 20. Inokulum Phanerochaete chrysporium dan Trametes sp. ... . 52 21. Pengukusan pelepah daun kelapa sawit... 52 22. Kegiatan pencampuran Inokulum Phanerochaete chrysporium dan

Trametes sp. pada pelepah daun kelapa sawit... 53 23. Tata letak penelitian... 53 24. Sampel pelepah dun kelapa sawit pada umur fermrntasi 4 hari ... 54 25. Sampel pelepah daun sawit hasil fermentasi umur 7 hari setelah

dioven 135°C... 55 26. Sampel pelepah daun kelapa sawit yang siap dianalisis serat kasar dan


(39)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR GAMBAR……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Deskripsi Tanaman Sawit... 7

B. Potensi Pelepah Sawit ... 8

C. Pendegradasian Lignin ... 11

D. Metode Proksimat ... 17

E. Analisis Serat Kasar... 18

F. Metode Van Soest ... 19


(40)

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian………... 23

D. Pelaksanaan Penelitian...………... 23

a. Persiapan tepung pelepah daun sawit... ... 23

b. Persiapan bahan fermentasi... ... 24

a) Pengukusan tepung pelepah daun sawit... 24

b) Persiapan inokulum murni... 24

c. Percobaan fermentasi... 24

d. Prosedur analisis Proksimat... 26

a) Kadar air... 26

b) Kadar serat kasar... ... 27

e. Prosedur analisis serat Metode Van Soest... ... 29

E. Peubah Penelitian... ... 30

F. Analisis Data... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

A. Pengaruhan Penambahan Urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. terhadap Kandungan Serat Kasar pada Pelepah Daun Sawit... 31

B. Pengaruh Penambahan Urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. terhadap Kandungan NDF... 34


(41)

B. Saran ... ... 40 DAFTAR PUSTAKA... 41 LAMPIRAN... 44


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Addleman, K. and F. Archibald. 1993. “Kraft pulp bleaching and delignification by dikaryons and monokaryon of Trametes. Versicolor”. Applied and

Environmental Microbiology, 59(1): 266-273

Agosin, E., B. Monties, and E. Odier. 1986. “Structural change in wheat straw component during Decay by Lignin-degrading White-Rot Fungi in Relation to Improvement of Digestibility for Ruminant”. J. Sci. Food Agric. 21:397-403 Andayani, J. dan Yatno. 2001. “The Effect of Combanation Between Levels of urea and Ammoniation Periods of Top Cane on Fiber Components and in Sacco Digestibility”. Media Peternakan. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. Edisi Khusus. Vol. 24 (3) Desember 2001 : 1-3

Aritonang, D. 1986. “Perkebunan Kelapa Sawit, Sumber Pakan Ternak di Indonesia”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. V. No.4; 93-99 Balai Penelitian Ternak. 2003. Perkebunan Kelapa Sawit dapat Menjadi Basis Pengembangan Sapi Potong. Bogor.

Bantungan, S. C.L.T. Trung, dan T. A. Atega. 1987. “Makers vs total collection for digestibility in cattle feed urea treated rice straw with varying of

supplementation”. Phil. J. Vet. Anim. Sci. 13 (A): 1-8

De Koker, T. H., K. K. Nakasone, J. Haarhof, H.H. Burdsall Jr., and B. J. H Janse.2003. “Phylogeneticrelationships of the genus Phanerochaete

chrysosporium inferred from the internal transcribed spacer region”. Mycol. Res. 107: 1032-1040

Devendra, C. 1990. “Roughage Resources for Feeding in The Asean Region”. The First Asean Workshop on Technology of Animal Feed Production Utility Food Waste Material

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit dan Coklat Indonesia. Jakarta.

Dozoretz, C.G., N. Rothschild, and Y. Hadar. 1993. “Overproduction of lignin Peroxidase by Phanerochaete chrysosporium”. Applied and Environmetal Microbiology, 59 (6) : 1919-1926


(43)

TERNATIF. [5 Nopember 2010]

Fathul, F. 1999. Penuntun Praktikum. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan Makanan Ternak. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Green, F. and T.L. Higly. 1997. “Mechanism of brown-root decay: paradigm of paradox”. Int. Biodet. Biodegrad. 39:113-124

Ginting, D. 1975. Bercocok Tanam Tanaman Kelapa Sawit (Elais Guineensis Jacq) dan Pengolahan Hasilnya. SPMA Negeri Medan

Higuchi, T. 1980. “Lignin Structure and morphological distribution in plant cell wall”. In: “Lignin Biodegradation, Microbiologi, Chemistry, and Potention Application, Vol. 1. Ed. K. Kick”, T. Higuchi and H. Chang. CRC Press. Boca Raton, Florida : 1-19

Ishida dan Hassan. 1992. “Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pakan Domba”. http://peternakanuin.blogspot.com/ 2007/12/perlauan-silase-dan-amoniasi-daun.html- diakses pada 6 Maret 2011 Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, and P. O. Nyman. 1989. “Trametes versicolor ligninase: isozyme sequence homology and substrate specificity”. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. “Departemen Peternakan FP USU”, Medan.

Limura ,Y. P . Hartikainen , K . Tatsumi. 1996 . “Dechlorination of

tetrachloroguaiacol by laccase of white rot basidiomycete Coriolus versicolor Appl. Microbiol”. Biotechnol. 45 : 434-439

Lubis. D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT.Pembangunan Jakarta

Mathius. 2003. “Pakan Sapi Limbah Sawit”. http://peternakan.litbang.deptan. go.id /publikasi/semnas/pro06-134.pdf diakses 23 Maret 2011

Munir, E. 2006. “Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi : Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi pada Fakultas Matematikan dan Ilmu

Pengetahuan Alam, diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara”. Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 1 Mei 2006. Universitas Sumatera Utara. 2010

Munir, E. dan D.H. Goenadi. 1990. “Bioconversion of Oil Palm trunk delivered lignocellulose to sugars”. Menara Perkebunan 67 : 37- 44.


(44)

Orth, A.B., D.J. Royse, and M. Tien. 1993. “Ubiquity of Lignin Peroxidase among Various Wood-Degrading Fungi”. Applied and Environmental Microbiology, 59 (12) : 4017-4023

Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc.

Risza, S. 1995. Kelapa Sawit (Upaya Peningkatan Produktivitas). Kanisius. Jakarta.

Shi, J., R. R. Sharma-shivappa, & M. S. Chin. 2009. “Microbial pretreamen of cotton stalk by submergeb cultivation of Phanerochaete chrysosporium. Bioresour. Technol. 100:4388-4395

Singh, D. and S. Chen. 2008. “The White-rot fungus Phanerochaete

chrysosporium: conditions for the production of lignin-degrading enzymes”. Appl. Microbiol. Biotechnol. 81:399-417

Srinivasan, C, T.M.D. Souza, K. Boominathan, and C.A.Reddy. 1995. Demonstration of Laccase in the WhiteRot Basidiomycete Phanerochaete chrysosporium. Apliedand Environmental Microbiology, 61 (2): 4274-4277. Sulistinah, N. 2008. “Potensi Melanotus Sp. dalam mendegrasi lignin”. Jurnal Biologi XII (1):6-8

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Takano, M., M. Nakamura, A. Nishida, dan M. Ishihara. 2004. “Manganase peroxidase froom Phanerochaete chrysosporium:WD1694. Bull. FFPRI 3(1):7-13

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosopkojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Valli, K., J.B Dines., Joshi dan H. Mitchael.1992. “Degradation of 2,4

Dinitrotolune by the Lignin-Degrading. Fungus Phanerochaete Chrysosporium”. Journal Applied and Environmental Mikrobiology.

Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif. Penerbit Swadaya Depok.


(45)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Penambahan Urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. terhadap Kandungan Serat Kasar dan Neutral Detergent Fiber Pelepah Daun Sawit Sebagai Pakan Hijauan

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P., selaku Dosen Pembimbing, atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi;

2. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Anggota, atas bimbingan, dorongan, arahan, motivasi, semangat dan nasihatnya;

3. Bapak Ir. Liman, M.Si., selaku dosen Penguji, atas saran dan perbaikannya; 4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung, atas izin untuk melaksanakan Penelitian; 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S., selaku Ketua Jurusan Peternakan, atas

izin untuk melaksanakan Penelitian;

6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Peternakan, atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;


(46)

8. Bapak, Ibu dosen dan beserta staf jurussan Peternakan atas ilmu dan didikan

yang telah diberikan bantuannya kepada penulis;

9. ‘Mamak dan Bapak’ serta keluarga besar ku atas segala limpahan kasih

sayang, do’a, dukungan, nasihat, dan semua yang telah diberikan kepada

penulis selama ini;

10. Dekil, Ferdian, Andra, Ivan, Andik, Anggi, Jepron, Doni, Zaky, Alex, Prio, dan kawan-kawan 04,05, 06, 07, 08, 09, 10, 11 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semangat dan waktu yang di berikan; 11. Andre, Alim, Naufal, Fandi, Ari, Vico, Azi, Suwiki, Kucluk, Sardi, Bastian,

Rudi, Iis, Jeto, Mukri, Sasa, Lorent, Kiki, Rini, Omie, Cherly, Sasa, Ishak, Putra, Well, Yoyon, Erwin, Nani, Dhebox, Octa, Budud, udin, miung,serta kawan-kawan yang selalu memberikan bantuan pikiran, motifasi dan materi; 12. Untuk Pacar Ku Eneng Yuni yang selalu menyayangi Ku, memperhatikan

Ku, menemani Ku dan mencintai Ku dengan tulus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 03 April 2012


(47)

Alhamdulillah...

Hanya padaMu aku bersyukur yang menciptakan

Alam Raya ini dan yang menciptakan semua

kejadian-kejadian di bumi ini

Ungkapan bhakti dan kasih ku kupersembahkan sebuah karya kecil

ini, untuk sebuah kehormatan ku dan kenangan bersama Bapak dan

Ibu tercinta yang sabar membesarkan, merawat dan mendidik penulis

untuk menjadi seseorang yang dapat di banggakan.

Untuk kakak ku dan adik ku tersayang, yang selalu menjadi

bayang-bayang curahan emosi, kebahagian, maupun sasaran amarahku

Sebuah ungkapan terimakasih untuk seseorang yang selalu ada dihati,

pikiran dan yang menemani setiap jejak langkahku

(ku berharap suatu saat kita dapat di satukan untuk lebih dekat dan saling mencinta hingga ujung usia)

Untuk semua keluaga besarku,

sahabat-sahabatku, serta almamater tercinta dan yang


(48)

Barang siapa yang menempuh suatu jalan

untuk menuntut ilmu, Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga

(HR Muslim)

Jangan pernah percaya jika seseorang mengatakan

" gak usaha capek2 deh kamu gak mungkin bisa"

karena sebenarnya dia sedang mencari sesorang

yang bisa menemaninya dalam setiap kegagalanya

(Gusbud

)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan

menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu

itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum.

Kalau harta itu akan berkurang apabila

dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila

dibelanjakan.


(49)

(50)

Judul Skripsi : PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN

NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN Nama Mahasiswa : Dwi Purwanto

No. Pokok Mahasiswa : 0614061028 Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Ir. Yusuf Widodo, M.P. Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc.

NIP 1956109198503 1 003 NIP 19590330198303 2 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(51)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Yusuf Widodo, M.P. _________________

Sekretaris : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. _________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Liman, M.Si. _________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc. NIP 19610826 198702 1 001


(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada 11 Februari 1987, sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Saptono dan Ibu Wayan Sumarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Pewa Kecamatan Natar pada 1993, kemudian melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 5 Merak Batin, Kecamatan Natar yang diselesaikan pada 1999, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Natar pada 2002, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar diselesaikan pada 2005.

Pada 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) pada 2008--2009 menjabat sebagai anggota bidang IV. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum di Penggemukan Sapi Sony Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada 2010.


(1)

Alhamdulillah...

Hanya padaMu aku bersyukur yang menciptakan

Alam Raya ini dan yang menciptakan semua

kejadian-kejadian di bumi ini

Ungkapan bhakti dan kasih ku kupersembahkan sebuah karya kecil

ini, untuk sebuah kehormatan ku dan kenangan bersama Bapak dan

Ibu tercinta yang sabar membesarkan, merawat dan mendidik penulis

untuk menjadi seseorang yang dapat di banggakan.

Untuk kakak ku dan adik ku tersayang, yang selalu menjadi

bayang-bayang curahan emosi, kebahagian, maupun sasaran amarahku

Sebuah ungkapan terimakasih untuk seseorang yang selalu ada dihati,

pikiran dan yang menemani setiap jejak langkahku

(ku berharap suatu saat kita dapat di satukan untuk lebih dekat dan saling mencinta hingga ujung usia)

Untuk semua keluaga besarku,

sahabat-sahabatku, serta almamater tercinta dan yang


(2)

Barang siapa yang menempuh suatu jalan

untuk menuntut ilmu, Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga

(HR Muslim)

Jangan pernah percaya jika seseorang mengatakan

" gak usaha capek2 deh kamu gak mungkin bisa"

karena sebenarnya dia sedang mencari sesorang

yang bisa menemaninya dalam setiap kegagalanya

(Gusbud

)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan

menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu

itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum.

Kalau harta itu akan berkurang apabila

dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila

dibelanjakan.


(3)

(4)

Judul Skripsi : PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN

NEUTRAL DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

Nama Mahasiswa : Dwi Purwanto

No. Pokok Mahasiswa : 0614061028

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Yusuf Widodo, M.P. Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc.

NIP 1956109198503 1 003 NIP 19590330198303 2 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(5)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Yusuf Widodo, M.P. _________________

Sekretaris : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. _________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Liman, M.Si. _________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc. NIP 19610826 198702 1 001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada 11 Februari 1987, sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Saptono dan Ibu Wayan Sumarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Pewa Kecamatan Natar pada 1993, kemudian melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 5 Merak Batin, Kecamatan Natar yang diselesaikan pada 1999, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Natar pada 2002, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar diselesaikan pada 2005.

Pada 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) pada 2008--2009 menjabat sebagai anggota bidang IV. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum di Penggemukan Sapi Sony Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada 2010.


Dokumen yang terkait

Penggunaan Pelepah Kelapa Sawit Fermentasi dengan Berbagai Level Biomol+ pada Pakan terhadap Bobot Non Karkas Domba Lokal Jantan

0 39 56

DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.

0 11 42

PERANAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp. TERHADAP KANDUNGAN HEMISELULOSA SERTA SELULOSA PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUAN

0 8 38

DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp TERHADAP KADAR ABU, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN).

3 30 48

Hasil biodegradasi lignoselulosa pelepah kelapa sawit oleh phanerochaete chrysosporium sebagai antioksidan dan bahan pakan ternak ruminansia

0 3 102

Pendugaan Kadar Neutral Detergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Pakan Berdasarkan Hasil Analisa Proksimat

0 6 81

Hasil biodegradasi lignoselulosa pelepah kelapa sawit (Elaeis guineensis) oleh phanerochaete chrysosporium sebagai antioksidan dan bahan pakan ternak ruminansia

0 3 189

Morfologi Serat Pelepah Tanaman Salak Hasil Proses Biopulping Menggunakan Kultur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes versicolor

0 3 5

PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL DETERGENT FIBER (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER (ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 38

PENGARUH PENAMBAHAN MIKROBA LOKAL (MOL) TERHADAP KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA RANSUM LENGKAP TERFERMENTASI.

0 0 2