DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
ABSTRAK
DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
Oleh
Dwi Sulistiono (1), Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. (2), Ir. Liman, M. Si. (3) Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas nutrien kandungan pelepah daun sawit, meningkatkan pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai pakan hijauan ternak, dan menurunkan kandungan lignin.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret--September 2011 bertempat di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut kontras orthogonal. Adapun perlakuan yang diberikan pada pelepah daun sawit, yaitu P0 : Pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol; P1 : Pelepah daun sawit + urea; P2 : Pelepah daun sawit + inokulum
Phanerochaete chrysosporium; P3 : Pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fermentasi pelepah daun sawit,
penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. tidak mempengaruhi kandungan lignin, air, dan suhu hasil fermentasi pelepah daun sawit.
(1) Alumni Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (2) Dosen Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
(2)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya tanah pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya pembangunan gedung-gedung untuk perumahan, perkantoran, dan perindustrian. Sehingga, perlu dilakukan alternatif lain dalam penyediaan pakan hijauan, salah satunya berasal dari limbah perkebunan.
Menurut Ahmad Mangga Barani Dirjen Perkebunan RI, dalam sambutannya saat membuka kegiatan Seminar Nasional Kelapa Sawit tahun 2010, perkebunan sawit di Indonesia berkembang dengan pesat. Bahkan data terakhir menyebutkan, jumlah perkebunan sawit di Indonesia sudah mencapai 7,3 juta ha lebih. Perkembangan perkebunan sawit terjadi sejak dua tahun terakhir kita perkirakan ke depannya akan jauh lebih pesat lagi. Bahkan, pada 2014 mendatang jumlahnya bisa mencapai 10 juta ha lebih.
Tanaman sawit menghasilkan tiga jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang tahun, namun penggunaannya sebagai
(3)
ransum ternak belum maksimal, apalagi pada peternakan rakyat. Lampung merupakan salah satu propinsi mempunyai perkebunan sawit yang cukup luas.
Menurut Mathius (2003) bahwa sebanyak 20.020 kg pelepah segar dapat dihasilkan dari satu hektar lahan dengan 130 pohon sawit dalam jangka waktu satu tahun. Ishida dan Hassan (1992) menyatakan bahwa ransum yang mengandung pelepah sawit menghasilkan daya cerna sebesar 10--40%. Hal ini menunjukkan bahwa ransum tersebut mempunyai nilai kecernaan yang termasuk rendah. Rendahnya kecernaan kemungkinan disebabkan oleh kandungan lignin yang terdapat di dalam pelepah daun sawit. Sutardi (1980) menambahkan bahwa kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya.
Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian secara kimia terhadap pelepasan ikatan antara lignin dengan gugus karbohidrat dengan cara menambahkan urea. Penambahan urea pada pakan hijauan kemudian dilanjutkan dengan fermentasi ini disebut dengan amoniasi. Pada era sekarang telah ditemukan sejenis jamur yang mampu mendegradasi senyawa lignin, yaitu kelompok white-rot fungi yangmampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mampu mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti yang telah dilaporkan bahwa Phanerochaete chrysosporium (Paul, 1992 dan Limura, 1996) dan Trametes versicolor (Jonsson et al., 1989)mampu merombak hemisellulosa, sellulosa, dan lignin. Selanjutnya dijelaskan bahwa lignin tersebut dirombak menjadi CO2 dan H2O. Enzim yang berperan didalamnya, yaitu
(4)
Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-oksidasing peroksidase (MNPs), Laccase, cytochrome P450 monooxygase system, dan catalyse the degradation of wide range of organopullutans.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penambahan urea, jamur
Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada pelepah daun sawit agar jamur tersebut melakukan pendegradasian terhadap ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga karbohidrat tersebut dapat dimanfaatkan oleh ternak. Adanya penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga ketersediaan karbohidrat dalam ransum akan meningkat. Akibatnya, akan meningkatkan nilai kecernaan ransum yang dikonsumsinya dan pemanfaatan limbah daun sawit akan lebih bermanfaat setelah dilakukan proses pendegradasian.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk
1. meningkatkan kualitas kandungan pelepah daun sawit, dengan memutuskan ikatan lignin dan karbohidrat ditandai dengan menurunnya kandungan lignin, 2. meningkatkan pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai pakan hijauan ternak.
(5)
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu diharapkan pelepah daun sawit dapat menggantikan ketersediaan hijauan atau rumput. Peternak di sekitar perkebunan sawit dapat
memanfaatkan limbah dari perkebunan sawit dan ternak dapat berlangsung
kehidupannya. Hal ini akan mengatasi permasalahan kurangnya hijauan atau rumput untuk pakan ternak ruminansia dan produktivitas ternak ruminansia akan meningkat.
D. Kerangka Pemikiran
Pakan hijauan atau rumput semakin sulit diperoleh karena semakin banyaknya lahan yang digunakan untuk bangunan. Di lain pihak, semakin banyak hutan dibuka untuk penanaman pohon sawit. Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 4.686.000 ha dan Lampung merupakan salah satu propinsi yang mempunyai perkebunan sawit cukup luas. Limbah dari perkebunan sawit, berupa pelepah daun sawit dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak pengganti hijauan atau rumput. Akan tetapi, pelepah sawit merupakan batang yang keras, berduri daunnya, dan mengandung lidi sehingga mempunyai nilai kecernaan yang rendah. Rendahnya kecernaan ini disebabkan oleh adanya ikatan antara lignin dan karbohidrat serta karbohidrat yang terikat tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Ruminansia tidak mampu mencerna atau mendegradasi ikatan lignin. Apabila ikatan ini diputus atau dirombak, maka karbohidrat yang tersedia dalam pelepah daun sawit akan dapat dimanfaatkan oleh ternak, sehingga kecernaan meningkat dan kemanfaatannya juga akan semakin meningkat.
(6)
Penambahan urea dalam fermentasi hijauan berfungsi hanya sebagai pelepas ikatan antara lignin dan karbohidrat pada pakan hijauan yang difermentasi. Sebaliknya, jamur mempunyai kemampuan untuk pelepaskan ikatan antara lignin dan karbohidrat yang kemudian dilanjutkan dengan perombakan pada ligninnya. Lignin tersebut akan berubah menjadi H2O dan CO2, sehingga karbohidrat yang terlepas lebih banyak dan
kemanfaatannya bagi ternak juga akan meningkat.
Penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. ke dalam pelepah daun sawit, diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan antara lignin dan karbohidrat, sehingga karbohidrat termasuk selulosa dan hemiselulosa yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh ternak meningkat. Apabila pelepah sawit yang telah diolah dengan jamur dikonsumsi oleh ternak ruminansia, diharapkan akan meningkatkan kecernaaan dan produk volatile fatty acid (VFA). Volatile fatty acid yang dihasilkan di dalam metabolisme ruminansia akan diubah menjadi energi, daging, lemak tubuh, dan susu. Oleh karena itu, pelepah sawit yang telah diolah dengan jamur akan mampu menggantikan ketersediaan rumput lapang yang semakin sulit didapatkan.
(7)
E. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini, yaitu
1. penambahan urea, jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. akan memengaruhi kandungan lignin, suhu, dan air,
2. pelepah daun sawit yang telah diolah dengan jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. akan menurun kandungan lignin, suhu
fermentasi, serta meningkatkan kandungan H2O nya dibandingkan dengan tanpa
(8)
II. TIJAUAN PUSTAKA
A. Pelepah Sawit
Sawit adalah tanaman perkebunan atau industri yang berupa pohon batang lurus dari famili palmae dan dari spesies Elaeis guineensis Jacq. Tanaman tropis yang dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini berasal dari Amerika. Perkebunan sawit pertama dibangun di Tanah Hitam, Hulu Sumatera Utara, oleh Schadt seorang Jerman pada 1991 (Syukur, 2004). Luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 4.686.000 ha dengan produksi 5.456.700 ton pada tahun 2004 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004). Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya permintaan dunia, akan minyak sawit (CPO). Tanaman sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang tahun, namun penggunaannya sebagai ransum ternak belum maksimal, apalagi pada peternakan rakyat.
Pelepah daun sawit merupakan hasil sampingan dari pemanenan buah sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka pelepah dan daun sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Sesuai pernyataan Devendra (1990), siklus
(9)
pelepah mencapai 10 kg. Satu ha lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga setiap 14 hari akan dihasilkan ± 4.440 kg atau 8.880 kg/bulan/ha. Kandungan bahan kering dari pelepah daun sawit sebesar 35% sehingga jumlah bahan kering pelepah
sawit/bulan/ha sebesar 3.108 kg. Kebun sawit yang sudah produktif seluas 1 ha mampu menyediakan pelepah sawit/ pakan ternak sebanyak untuk 3 satuan ternak (3 ekor ternak sapi/kerbau dewasa).
Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrien pelepah daun sawit dengan rumput (%)
No Nutrien Pelepah Daun Sawit Rumput
---(%)---
1 Bahan Kering (BK) 29,81 24,4
2 Abu 4,48 14,5
3 Protein Kasar (PK) 9,22 8,2
4 Lemak Kasar (LK) 3,34 1,44
5 Serat Kasar (SK) 31,09 31,7
6 BETN 51,87 44,2
7 TDN 58,5 56,2
Sumber : Fakhri (2010)
Pelepah sawit merupakan bahan/batang yang keras, berduri daunnya dan
mengandung lidi sehingga sulit diolah menjadi pakan ternak. Menurut Ishida dan Hassan (1992), dari daun sawit didapat hijauan segar yang dapat diberikan langsung ke ternak baik yang berbentuk segar maupun yang telah diawetkan seperti dengan melakukan silase maupun amoniasi. Perlakuan dengan silase memberi keuntungan, karena lebih aman dan dapat memberi nilai nutrisi yang lebih baik dan sekaligus memanfaatkan limbah pertanian. Keuntungan lain dengan perlakuan silase ini adalah pengerjaannya mudah dan dapat meningkatkan kualitas dari bahan yang disilase. Jafar dan Hassan (1990) menyatakan bahwa pelepah daun sawit dapat diproses dalam bentuk pellet dan diawetkan dalam bentuk silase.
(10)
Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pelepah sawit meliputi helai daun, dengan setiap satunya mengandung lamina, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan menguncup, dengan lebarnya antara 2,5 cm hingga 4 cm. Ada dua jenis bentuk kedudukan helai daun dalam Elaeis oleifera. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran, dengan setiap lapan pelepah membentuk satu pusaran.
Stomata atau rongga terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis wujud pada permukaan helai daun. Pelepah matang mempunyai duri, dan berukuran hingga 7,5 cm, dengan petiol lebih kurang satu perempat daripada panjang pelepah
(Kushairi, 2005).
B. Pendegradasi Lignin
Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, pada umumnya berkualitas rendah. Rendahnya kualitas ini, karena adanya kandungan serat kasar yang tinggi, ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta silika. Hal ini yang menyebabkan kecernaan limbah pertanian tersebut rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kecernaan tersebut dengan melakukan amoniasi dengan
penambahan urea. Amoniasi adalah proses penambahan amoniak dalam pakan ternak yang diinkubasi selama 7--30 hari (Bantugan, et al., 1987). Amoniasi diharapkan
(11)
dapat merenggangkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, sehingga memudahkan mikroba rumen untuk merombak ikatan tersebut yang akhirnya akan meningkatkan kecernaan bahan pakan. Amoniasi menghasilkan urease oleh mikroba pakan yang akan mengubah urea menjadi amoniak dan karbondioksida. Menurut Andayani dan Yatno (2001), kecernaan bahan kering, NDF, dan ADF meningkat dengan proses amoniasi. Penggunaan urea secara langsung ke dalam ransum cukup berbahaya dan perlu dilakukan secara hati-hati. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010) beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
penggunaan urea akan efektif jika kandungan protein ransum rendah,
penambahan urea maksimal sebanyak 1% dari total bahan kering ransum atau antara 2--3% dari total konsentrat,
penggunaan urea akan efisien jika pada waktu diberikan bersamaan dengan pakan yang mudah dicerna (tetes, pati, dan bekatul), mineral, dan vitamin.
Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan dapat berlangsung. Polimer alami yang sukar terdegradasi di lingkungan adalah lignoselulose (kayu) terutama bagian lignin. Lignin adalah polimer alami yang tergolong ke dalam senyawa rekalsitran karena tahan terhadap degradasi atau tidak cepat redegradasi dengan cepat di lingkungan. Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang terdapat pada dinding sel tumbuhan yang berfungsi memberikan kekuatan pada tanaman (Munir, 2006). Bagan ikatan antara lignin dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
(12)
(13)
Gambar 2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pendegradasi lignin
Lignin tersusun dari tiga senyawa fenilpropanoid, yaitu alkohol komaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun secara random membentuk polimer lignin yang amorfus atau tidak beraturan (Higuchi, 1980). Rumus bangun lignin dapat dilihat pada Gambar 3.
(14)
Lignin merupakan salah satu polimer fenilpropanoid yang sulit dirombak
(recalcitrant). Hal ini disebabkan oleh strukturnya heterogen dan sangat kompleks. Lebih dari 30% material tumbuhan tersusun oleh lignin, sehingga dapat memberikan kekuatan pada kayu terhadap serangan mikroorganisme ( Orth et al., 1993).
Beberapa kelompok jamur yang dilaporkan mampu mendegradasi senyawa lignin, seperti misalnya kelompok white-rot fungi yangmampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mempunyai kemampuan mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti misalnya Phanerochaete chrysosporium dan Coriolus sp. yangmampu merombak hemisellulosa, sellulosa dan lignin dari limbah tanaman menjadi CO2 dan
H2O (Paul, 1992; Limura, 1996).
(15)
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Berikut ini
merupakan klasifikasi dan taksonomi dari jamur :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota Class : Basidiomycetes Subclass : Agaricomycetidae Order : Polyporales Family : Polyporales Genus : Phanerochaete
Species
Phanerochaete allantospora Phanerochaete arizonica Phanerochaete avellanea Phanerochaete burtii
Phanerochaete carnosa Phanerochaete chrysorhizon Phanerochaete chrysosporium Phanerochaete radicata Phanerochaete salmonicolor Phanerochaete tuberculata Phanerochaete velutina
(16)
Pada umumnya Basidiomyceteswhite-rot mensintesis 3 macam enzim, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-Lignin-peroksidase (MNPs) dan Laccase. Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin (Srinivasan et al., 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi senyawa-senyawa fenol.
Sebagian besar reaksi degradasi lignin dilakukan oleh basidiomisetes yang dikatalisis oleh enzim lignin peroksidase dan Mn peroksidase (Addleman dan Archibald, 1993; Dozoretz et al., 1993). Beberapa jamur pendegradasi kayu dilaporkan mampu mensintesis satu atau dua jenis enzim tersebut di atas, misalnya Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp. mampu mengekskresikan lignin-peroksidase dan manganese-peroksidase ke dalam medium, sedangkan kelompok brown- rot fungi hanya mampu mensintesis lignin-peroksidase saja. Enzim ligninase dan organisme yang mampu memproduksi enzim tersebut mempunyai peluang yang sangat besar untuk diaplikasikan di industri-industri, seperti misalnya untuk degradasi polutan, biokonversi lignin, biobleaching dan biopulping dari potongan-potongan kayu (wood chip), desulfurisasi minyak bumi dan batu bara dan deligninasi limbah pertanian (Dosoretz et al., 1993). Proses degradasi lignin oleh white-rot fungi juga berguna untuk bioremediasi. Trametes sp. memiliki deskripsi tubuh berdiameter 5--15 cm, melengkung , permukaan atas berbulu dengan zona-zona variasi warna, tidak bertangkai (sessil). Spora berwarna putih, silindris, permukaan licin. Habitat pada kayu lapuk atau parasit pada kayu hidup soliter atau berkelompok kecil, hidup sepanjang musim. Edibilitas tidak dapat dikonsumsi karena tekstur yang keras/liat.
(17)
Secara ekologis, pengelompokan fungi pelapuk kayu ada dua, yaitu fungi pelapuk putih (FPP) dan fungi palapuk coklat. Fungi pelapuk putih dapat mendegradasi lignin, hemiselulosa, maupun selulosa. Kayu yang didegradasi oleh FPP akan menjadi putih atau keputih-putihan, lunak, tetapi tidak menyusut. Sebaliknya, fungi pelapuk coklat dapat mendegradasi hemiselulosa, dan selulosa, tetapi tidak dapat mendegradasi lignin. Di alam presentase fungi pelapuk coklat lebih sedikit daripada fungi pelapuk putih. Jamur Basidiomycetes merupakan kelompok utama pendegrasi lignoselulosa. Green dan Higly (1997) menyatakan bahwa berdasarkan mekanisme degradasi, jamur pembusuk kayu digolongkan ke dalam jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat yang masing-masing memiliki metabolisme degradatif yang berbeda. Jamur busuk putih mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk lignin, sedangkan jamur busuk coklat cenderung
mendegradasi bagian selulosa dan hemiselulosa, tetapi tidak lignin. Jamur pembusuk putih mendegrasi lignin untuk mendapatkan selulosa dari lignoselulosa. Ketidak teraturan struktur lignin ini menyebabkan proses degradasi menjadi kompleks dan enzim-enzim yang berperan dalam degradasi lignin bekerja secara nonspesifik. Proses ini berlangsung melalui pembentukan radikal-radikal yang dapat menyerang sejumlah besar molekul organik.
Penggunaan kultur campuran antar jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk coklat memiliki prospek yang tinggi untuk mendapatkan glukosa dari alternatif dari material lignoselulosa (Munir dan Goenadi, 1990). Menurut Nakasone (1993), fungi
(18)
pelapuk putih dikelompokkan ke dalam lima ordo, yaitu: Aphlyllophorales, Agaricales, Auriculariales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Fungi pelapuk putih lebih banyak dijumpai pada kayu Angiospermae atau kayu keras. Selanjutnya, dijelaskan bahwa semua fungi pelapuk coklat termasuk Basidiomycetes yang
umumnya Polyporales dan sebagian besar berasosiasi dengan konifer. Tidak kurang terdapat 125 spesies fungi pelapuk coklat dan dikelompokkan ke dalam empat ordo, yaitu: Aphullophorales (Corticiaceae, Coniophoraceae, Fistulinaceae, dan
Polyoraceae), Agaricales, Tremellales, dan Dacrymycetales. Sebagian besar fungi pelapuk coklat tersebut merupakan kelompok Polyporaceae. Sekitar 85% fungi pelapuk coklat berasosiasi dengan inang kayu Gimnospermae.
C. Suhu
Pengujian aktivitas enzimatik secara kualitatif dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat-isolat jamur tersebut pada media dan diinkubasi pada suhu ruang (280C) selama 7 hari. Setelah tumbuh, isolat-isolat jamur tersebut diinokulasikan pada media
ligninase dan diinkubasi pada suhu ruang selama 14 hari (Paterson dan Bridge, 1992). Jamur Phanerochaete chrysosporium merupakan jamur pelapuk putih yang ada pada kayu. Jamur ini menghasilkan enzim ekstraseluler LiP, MnP, dan lakase (Bajpai, 1999). Enzim yang dihasilkan ini berperan dalam pelapukan kayu, pendegradasian sampah, serta lignin. Phanerochaete chrysosporium mempunyai suhu pertumbuhan optimum 400C, pH 4--7, dan anaerob. Dibandingkan dengan yang lainnya, jamur pelapuk putih merupakan jenis yang paling aktif mendegradasi lignin
(19)
dan menyebabkan warna kayu lebih muda. Jamur pelapuk putih memerlukan sumber karbon sebagai energi tambahan atau nutrisinya agar kandungan polisakarida dalam kayu tidak terdegradasi.
Phanerochaete chrysosporium lebih sering digunakan untuk penerapan dalam bidang bioteknologi daripada tahap sporanya, setelah umur empat hari jamur ini akan
mencapai fase liginolitik dan segera memulai mendegradasi lignin (Wainwright, 1992). Tumbuh pada suhu 10--40 0C (Cookson, 1995) dengan suhu optimum 370C (Iriani, 2003), pH berkisar antara 4--4,5 dan memerlukan kandungan oksigen tinggi. Phanerochaete chrysosporium tidak dapat tumbuh pada substrat yang hanya
mengandung lignin sebagai sumber karbon untuk menunjang perkembangbiakan sel, sehingga dibutuhkan sumber karbon lain seperti glukosa, sukrosa, dan lain-lain (Eaton et al., 1998). Ada variasi dalam tingkat pertumbuhan jamur pelapuk putih, suhu optimum untuk pertumbuhan, toleransi terhadap suhu ekstrim antara genera atau spesies dan di dalam spesies. Pertumbuhan jamur Phanerochaete chrysosporium antara 00C dan 300C, sekitar 18% dan 40% tidak mampu bertahan pada inkubasi 35 dan 400C (Walter et al., 2002)
D. Air (H2O)
Beberapa spesies jamur sangat efektif dalam merendahkan lignin, ada yang dapat mengalami degradasi lengkap (yaitu mineralisasi menjadi CO2 dan H2O) dalam
kondisi tertentu. Jamur ini memiliki berbagai pola kolonisasi kayu, tetapi ketika hadir dalam lumen sel mereka menyebabkan pembusukan yang progresif dari lapisan
(20)
dinding menghasilkan progresif penipisan dinding (Deacon, 1983). Ada beberapa spesies jamur sedang dipelajari untuk merendahkan lignin, seperti Phanerochaete chrysosporium, Trametes (Coriolus) versicolor, Pleurotus ostreatus, Phlebia radiata, Ceriporiopsis subvermispora dan Bjerkandera adusta Coriolus versicolor
mendegradasi kayu oleh serangan simultan pada lignin dan polisakarida, sedangkan untuk contoh C.subvermispora mendegradasi lignin. Jamur ini juga menarik untuk produksi pulp biomekanik (Eriksson et al., 1990; Fischer et al., 1994; Kirk dan Farrell., 1994).
(21)
III. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--September 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa pelepah daun sawit, larutan mineral (0,6 g MgSO4; 0,5 g KCl; 5 g NH4NO3; 0,001 g CuSO4; 0,01 g FeSO4 dan
air sehingga menjadi 1000 ml), larutan inokulum (1 g glukosa; 5 g peptone; 1 g yeast ekstrak), jamur Phanerochaete chrysosporium dan jamur Trametes sp.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah golok, terpal, timbangan, oven, mesin pengiling, plastik, crusible + cawan petri, kompor listrik, panci, ember, tali rafia + selang, botol air minum, timbangan analitik, dandang, label dan thermometer.
(22)
C. Metode Penelitian
Tepung pelepah daun sawit yang sudah dikukus diberi perlakuan sebanyak empat macam, terdiri dari:
P0 : Pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol P1 : Pelepah daun sawit + Urea
P2 : Pelepah daun sawit + inokulum Phanerochaete chrysosporium P3 : Pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.
Kemudian diinkubasi atau difermentasi selama satu minggu, selanjutnya dilakukan analisis proksimat (kandungan air) dan Van Soest. Perlakuan tersebut di atas dicobakan ke dalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dilakukan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilakukan uji lanjut kontras orthogonal. Secara garis besar percobaan ini terlihat pada skema Gambar 5.
P02 P21 P13 P23
P03 P33 P01 P32
P31 P12 P22 P11
(23)
Berikut ini adalah gambar tata alur penelitian yang digunakan :
Gambar 6. Tata alur percobaan
a. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk menentukan kandungan zat makanan secara kimia pada pada suatu pakan atau ransum. Bagan kandungan zat di dalam pakan terdapat pada Gambar 7. Analisis proksimat yang dilakukan hanya mencakup analisis kandungan air dan serat kasar. Selama ini, pakan konsentrat dan hijauan banyak dianalisis dengan menggunakan analisis proksimat. Metode ini sebenarnya kurang tepat untuk menduga kandungan serat kasar dalam pakan hijauan.
analisis
tambahkan Pelepah daun sawit
Didinginkan Dikukus
Urea atau inokulum cair Inkubasi 7 hari
Panen Digiling
Proksimat : Kadar Air Van Soest : Lignin Dipotong-potong
(24)
Gambar 7. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Proksimat
b. Metode Van Soest
Metode Van Soest merupakan salah satu alternatif metode mengevaluasi zat makanan secara kimiawi khususnya pada bagian kandungan serat kasar. Bahan kering tanaman mengandung dua bagian utama, yaitu dinding sel atau neutral detergent-insoluble fiber (NDF) dan isi sel atau neutral detergent solubles (NDS). Bagan kandungan zat makanan menurut metode Van Soest terdapat pada Gambar 8.
Pakan
Air Bahan Kering
Abu/ Mineral
Protein Bahan Organik non-ogen
Lemak Karbohidrat
Serat Kasar Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen Bahan Organik
(25)
Gambar 8. Bagan zat makanan dalam pakan menurut metode Van Soest
D. Peubah yang Diamati
Peubah yang akan diukur dalam penelitian ini terdiri atas lignin, suhu, dan H2O.
E. Persiapan Bahan Penelitian
1. Persiapan tepung pelepah daun sawit
Sebanyak 8 buah pelepah daun sawit diperoleh dari Perkebunan PTPN VII Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Pelepah tersebut dipotong-potong sepanjang sekitar 2 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 7
tanur (3jam, 500°C)
+ 72% H2SO4 (15°C)
+ larutan deterjen asam (1 jam) + larutan deterjen netral (1 jam)
Pakan
Larut /isi sel/NDS Tidak larut/dinding sel/ (NDF) kering
Larut/ hemisellulosa/ADS Tidak larut/lignoselulosa/ADF
Larut/selulosa Tidak larut/lignin dan silika
(26)
hari, dilanjutkan dengan penggilingan lolos saring 40 mash, sehingga berbentuk tepung. Tepung pelepah daun sawit ditambahkan air panas sehingga berkadar air sekitar 70%, kemudian dilanjutkan dengan pengukusan selama 15 menit.
2. Persiapan inokulum murni
Membuat larutan mineral atau tumbuh dengan cara mencampur 0,6 g Mg SO4; 0,5 g KCl; 5 g NH4 NO3; 0,001 g CuSO4; 0,01 g Fe SO4 dan air sehingga menjadi 1000 ml.
Membuat larutan inokulum dengan cara mencampur 1 g glukosa, 5 g peptone, 1 g yeast ekstrak. Larutan mineral dan inokulum dicampur dan dipanaskan hingga mendidih. Didiamkan hingga larutan dingin, kemudian dituang ke dalam botol. Jamur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes sp.diperoleh dari Laboratorium Pathologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang akan dibiakkan, diambil beberapa oase (dilakukan dekat dengan api Bunsen), kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing botol yang berisi larutan inokulum. Botol ditutup, kemudian disimpan pada suhu ruang selama 7 hari.
(27)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada fermentasi pelepah daun sawit dengan penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. tidak mempengaruhi
kandungan lignin, air, dan suhu hasil fermentasi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar pemanenan hasil fermentasi pelepah daun sawit dilakukankan pada hari ke- 4 bukan pada hari ke- 7 hal ini dikarenakan pada hari ke- 4 merupakan produksi maksimum dari fermentasi pelepah daun sawit dan pada hari ke- 7 hasil fermentasi telah mengalami penguapan sehingga hasil didapatkan tidak maksimum.
(28)
Oleh
DWI SULISTIONO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(29)
DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
(Skripsi)
Oleh :
DWI SULISTIONO
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(30)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa dalam batang …………..… 11
2. Penampang lignin, hemiselulosa, dan selulosa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pendegradasi lignin ……….... 12
3. Bentuk struktur lignin ………...….. 12
4. Jamur Phanerochaete chrysosporium ………...…. 13
5. Skema tata letak ………..…. 21
6. Tata alur percobaan ... 22
7. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Proksimat... 23
8. Bagan zat makanan dalam pakan menurut Metode Van Soest ... 24
9. Grafik suhu selama masa inkubasi fermentasi ………...…..… 27
10. Data kandungan lignin (%) ………..…...……….…..… 29
11. Data kandungan air setelah fermentasi ………..………….…...… 33
12. Pelepah daun sawit ……….……... 43
13. Pengadukan pelepah daun sawit ………....… 43
14. Proses pencacahan pelepah daun sawit ……….……….... 44
15. Proses penimbangan pelepah daun sawit ………..…... 44
16. Proses pengeringan pelepah daun sawit ………...…….. 45
17. Proses penggilingan pelepah daun sawit ……….……..…... 45
18. Hasil penggilingan pelepah daun sawit ……….………….. 46
(31)
20. Hasil pembuatan inokulum cair ………..…….… 47
21. Proses inkubasi inokulum cair dan jamur ………...… 47
22. Hasil inkubasi pada Phanerochaete crysosoporium ……….…... 48
23. Hasil inkubasi pada Trametes sp. ……….…..…..… 48
24. Tata letak inkubasi sampel ………...…… 49
(32)
DAFTAR PUTAKA
Adaskaveg, J.E., R.L. Gilbertson dan M.R. Dunlap. 1995. “Effects of incubation time and temperature on in vitro seceltive delignification of silver leaf oak by Ganoderma colossum”. Appl. Environ. Microbiol. 61:138-144
Addleman, K. dan F. Archibald. 1993. “Kraft pulp bleaching and delignification by dikaryons and monokaryon of Trametes versicolor”. Applied and
Environmental Microbiology. 59(1): 266-273
Andayani dan Yatno. 2001. “Mikroba Rumen”. http://www.disnakkeswan.go.id /publikasi/ pro134.pdf. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011
Bajpai,1999 S.M. dan Anantharaman, N. 2006 “Activity enhanchement of ligninolytic enzymes of Trametes versicolor with bagasse powder”. African Journal of Biotech. 5. 189–194
Bantungan, S. C., L. T. Trung, dan T.A. Atega. 1987.“Makers vs total collection
for digestibility in cattle feed urea treated rice straw with varying of suplementation”. Phil. J. Vet. Anim. Sci. 13:1-8
Blanchette R.A. 1995. “Degradation of lignocellulose complex in wood”. Can. J. Bot. 73 (Suppl. 1):S999-S1010
Blanchette R.A., K.R. Cease dan A.R. Abad. 1991. “An evaluation of different forms of deterioration found in archaeological wood”. Int. Biodeter. 28:3-22 Cookson, J.T., 1995. Bioremediation Engineering Design and Application. McGraw Hill Inc. New York. USA
Deacon, JW. 1983. “Introduction to Modem Mycology”. Wilkinson (Ed). dalam Basic Microbiology. 2nd Ed. Vol 7.7. JF Oxford: Blackwell Scientific Publication Devendra, C. 1990. “Roughage resources for feeding in the asean region”. The First Asean Workshop on Technology of Animal Feed Production Utility Food Waste Material
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. “Statistik Perkebunan Kelapa Sawit dan Coklat Indonesia”. Jakarta
(33)
Dozoretz, C.G., N. Rothschild, dan Y. Hadar. 1993. “Overproduction of lignin peroxidase by Phanerochaete chrysosporium”. Applied and Environmetal Microbiology. 59 (6) : 1919-1926
Eaton, R.A dan M.D.C. Hale., 1992. Wood Decay, Pest and Protection. Scool of Wood Science University of Wales. Bangor
Eriksson, K.-EL, Blanchette, RA dan Ander, P. 1990. Microbial and Enzymatic Degradation of Wood and Wood Components. Wood Science. Berlin: Springer-Verlag
Fakhri, S. 2010. “Evaluasi potensi pelepah sawit (Oil Palm Fronds) sebagai pakan
ternak ruminansia”.Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Fischer, K., Akhtar, M., Blanchette, RA, Burnes, TA, Messner, K. dan Kirk, TK. 1994. ”Reduction of resin content in wood chips during experimental biological pulping processes”.Holzforschung. 48: 285-290
Green, F. dan T.L. Higly. 1997. “Mechanism of brown-root decay: paradigm of paradox”. Int. Biodet. Biodegrad. 39:113-124
Hatakka A. 1994. “Lignin-modifying enzymes from selected white-rot fungi: production and role in lignin degradation”. FEMS Microbiol. Rev. 13: 125-135 _________. 2001. “Biodegradation of lignin. In: Steinbüchel A”.Wiley VCH (ed.) Biopolymers. Vol 1: Lignin, Humic Substances and Coal. 129-180. Germany Higuchi, T. 1980. Lignin Structure and morphological distribution in plant cell wall. In: Lignin Biodegradation, Microbiologi, Chemistry, and Potention Application, Vol. 1. K. Kick, T. Higuchi dan H. Chang (Ed). CRC Press. Boca Raton. Florida
Ishida dan Hassan. 1992. “Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pakan Domba”. http://peternakanuin.blogspot.com/ 2007/12/perlauan-silase-dan-amoniasi-daun.html
Jafar, M.D. dan Hasan. 1990. Optimum Steaming Condition Of Oil Palm Press Fiber For Feed Utilization Processing And Utilition Of Oil Palm By Product For Ruminant. Mardi-Tarc Collaborative Study. Malaysia
Jim Deacon. 1983. The Microbial World. Institute of Cell and Molecular Biology. The University of Edinburgh
Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, dan P. O. Nyman. 1989. “Trametes versicolor ligninase: isozyme sequence homology and substrate specificity”. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146
(34)
Kersten P.J., B. Kalyanaraman, K.E. Hammel, B. Reinhammar dan T.K. Kirk. 1990. “Comparison of lignin peroxidase, horseradish peroxidase and laccase in the oxidation of methoxybenzenes”. Biochem. J. 268:475-480
Kirk, TK dan RL Farrell. 1994. “Enzimatik pembakaran degradasi mikroba
lignin”. Rev Microbiol. 41:465-501.
Kushairi, A. ,Rafii, M.Y., Rajanaidu, N., dan Jalani, B.S. 2002. “Performance and heritability estimations on oil palm progenies tested in different environments”. Journal of Oil Palm Research. 14(1):15-24
Limura ,Y. P . Hartikainen , K . Tatsumi. 1996 . “Dechlorination of
tetrachloroguaiacol by laccase of white rot basidiomycete Coriolus versicolor Appl. Microbiol”. Biotechnol. 45 : 434-439
Mathius. 2003. “Pakan Sapi Limbah Sawit”. http://peternakan.litbang.deptan. go.id /publikasi/semnas/pro06-134.pdf. Diakses pada Tanggal 13 Januari 2012 Munir, E. 2006. “Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi : Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi pada Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam, diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara”. Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 1 Mei 2006. Universitas Sumatera Utara. 2010
Munir, E. dan D.H. Goenadi. 1990. “Bioconversion of Oil Palm trunk delivered lignocellulose to sugars”. Menara Perkebunan. 67 : 37- 44
Nakasone KK. 1993. “Biodiversity and Coarse Wind Debris in Southern Forests”. McWim JW dan Crossley DA (Ed). Proceeding of the workshop on coarse Woody Debris in Southern Forests: Effect on Biodiversity. 35-42. Athens
Orth, A.B., D.J. Royse, dan M. Tien. 1993. Ubiquity of Lignin Peroxidase among Various Wood-Degrading Fungi. Applied and Environmental Microbiology. 59 (12) : 4017-4023
Paterson, R.R.M., dan P.D. Bridge. 1992. “Biochemical Techniques For Filamentous Fungi”. International Mycological Institute. 22-29
Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc
Pioner Development Foundation. 1991. “Silage Technology”. A.Trainers Manual. Pioner Development Foundation for Asia and The Pacific Inc. 15 – 24
Rayner A.D.M., Boddy L. 1988. Fungal decomposition of wood. Great Britain. John Wiley and Sons
(35)
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Syukur. 2004. “Limbah Perkebunan Sawit”. http://library.usu.ac.id/download/
ternak-Nevy.pdf. Diakses pada Tanggal 15 Mei 2011
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif. Penerbit Swadaya. Jakarta
Wainwright, M. 1992. Introduction to Fungal Biotechnology. John Wiley dan Sons. Chichester
Walter M, Guthrie J, Sivakumaran S, Parker E, Slade A, McNaughton D dan Boyd Wilson KSH (2002). “Screening NZ busuk putih asli terisolasi untuk PCP degradasi”. (Diserahkan ke Bioremediasi Journal. September 2002)
(36)
Judul Penelitian : DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
Nama : Dwi Sulistiono
NPM : 0614061029
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc. NIP 19590330 198303 2 001
Ir. Liman, M. Si.
NIP 19670422 199402 1 001
2. Ketua Jurusan Peternakan
Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006
(37)
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc. ………..
Sekretaris : Ir. Liman, M. Si. ....……..
Penguji Bukan Pembimbing : Ir. Yusuf Widodo, M. P. .………..
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
(38)
Dengan senantiasa mengucapkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yesus
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai ungkapan bakti dan kasihku
kepada:
“
Bapak dan Emak
”
Kakakku, adikku dan saudara- saudaraku
atas do’a, dukungan, dan kasih
(39)
In this life we cannot always do great things But we can do small things with great love
“Mother Teresa”
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5)
Jangan beritahu kami mengapa harus menderita, cukup buatlah
kami yakin bahwa kami menderita demi keluhuranMu
Kesakitan membuat kita berpikir
Pikiran membuat Anda bijaksana
Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup
“John Pattrick”
Keputusan terpenting dalam hidup tidaklah pernah mudah,
Yang terbaik dari ini semua bukanlah apa yang kau miliki
tetapi bagaimana cara kau mendapatkannya
(40)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sri Pendowo pada 07 Januari 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daliman dan Ibu Jamingah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Fransiskus Xaverius Kalirejo pada 2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Xaverius
Pringsewu pada 2003, dan sekolah menengah atas di SMA Xaverius Pringsewu pada 2006. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada 2006.
Penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) pada Juli sampai Agustus 2010 di Acuan Farm, Kabupaten Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) sebagai anggota bidang IV Dana dan Usaha pada periode 2007/2009, selain itu penulis juga pernah menjadi sebagai Koordinator Badan Pengarah pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan pada periode 2010/2011.
(41)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, keajaiban, dan rejeki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc.--selaku Pembimbing Utama--atas nasihat,
bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
2. Bapak Ir. Liman, M. Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas bimbingan, saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi; 3. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M. P.--selaku Pembahas--atas saran, arahan, dan ilmu
yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;
6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
7. Bapak Ir. Ahmad Dakhlan, M.P.--selaku dosen Pembimbing Akademik--atas nasihat dan bimbingannya selama masa studi;
(42)
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas segala pengorbanan, kasih sayang, do’a restu, semangat dan saran yang diberikan kepada penulis;
10. Mas Kiwit, Mas Wisnu, Mas Dodi, Mas Kelik, Mas Pieter, Mb Betty, Mb Andry, Mb Ruri, Mb Pipit, Mb Maria, Mb Hesti, Mb Kiki dan semua keluarga besarku atas perhatian, kasih sayang, keceriaan dan dukungannya;
11. Ferdian Marga Dinata dan Dwi Purwanto selaku rekan tim penelitian--atas semua bantuan, pengertian, perhatian, kebersamaan, dan kesabaran yang telah diberikan selama melaksanakan penelitian;
12. Teman-teman angkatan ‘06 : Andra, Andik, Anggi, Ivan, Made, Jepron, Doni, Zaky, Priyo, Alek, Anwar, Yunia, Dian, Taufik, Qisti, Daniel, dan seluruh teman angkatan ’06 atas persahabatan, persaudaraan yang indah;
13. Bang Ucieth, Bang Dodo, Bang Lay, Bang Arief, Bang Andreas, Dhani Ariestama, Andes, Tegar, Zul, Komeng, Budi, Yayuk, Lina, Ucoek (Deni), Poronk , Nano, Tri, Dewa, Fauzan dan semua angkatan ’01, ’02, ’03, ’04, ’05, ’07, ’08, ’09, ’10 terima kasih atas bantuan persaudaraannya kepada penulis.
Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan berkat dari Tuhan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2012 Penulis,
(1)
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc. ………..
Sekretaris : Ir. Liman, M. Si. ....…….. Penguji Bukan Pembimbing : Ir. Yusuf Widodo, M. P. .………..
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001
(2)
Dengan senantiasa mengucapkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yesus
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai ungkapan bakti dan kasihku
kepada:
“
Bapak dan Emak
”
Kakakku, adikku dan saudara- saudaraku
atas do’a, dukungan, dan kasih
sayang yang diberikan serta untuk almamater yang ku banggakan.
(3)
In this life we cannot always do great things But we can do small things with great love
“Mother Teresa”
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5)
Jangan beritahu kami mengapa harus menderita, cukup buatlah
kami yakin bahwa kami menderita demi keluhuranMu
Kesakitan membuat kita berpikir
Pikiran membuat Anda bijaksana
Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup
“John Pattrick”
Keputusan terpenting dalam hidup tidaklah pernah mudah,
Yang terbaik dari ini semua bukanlah apa yang kau miliki
tetapi bagaimana cara kau mendapatkannya
“ Vincent DST”
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sri Pendowo pada 07 Januari 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daliman dan Ibu Jamingah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Fransiskus Xaverius Kalirejo pada 2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Xaverius
Pringsewu pada 2003, dan sekolah menengah atas di SMA Xaverius Pringsewu pada 2006. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada 2006.
Penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) pada Juli sampai Agustus 2010 di
Acuan Farm, Kabupaten Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) sebagai anggota bidang IV Dana dan Usaha pada periode 2007/2009, selain itu penulis juga pernah menjadi sebagai Koordinator Badan Pengarah pengurus di Himpunan Mahasiswa Peternakan pada periode 2010/2011.
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, keajaiban, dan rejeki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc.--selaku Pembimbing Utama--atas nasihat,
bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
2. Bapak Ir. Liman, M. Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas bimbingan, saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi; 3. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M. P.--selaku Pembahas--atas saran, arahan, dan ilmu
yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;
6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
7. Bapak Ir. Ahmad Dakhlan, M.P.--selaku dosen Pembimbing Akademik--atas nasihat dan bimbingannya selama masa studi;
(6)
8. Bapak dan Ibu dosen atas ilmu dan nasihat yang diberikan selama masa studi serta staf administrasi (Bu Erni) Jurusan Peternakan;
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas segala pengorbanan, kasih sayang, do’a restu, semangat dan saran yang diberikan kepada penulis;
10. Mas Kiwit, Mas Wisnu, Mas Dodi, Mas Kelik, Mas Pieter, Mb Betty, Mb Andry, Mb Ruri, Mb Pipit, Mb Maria, Mb Hesti, Mb Kiki dan semua keluarga besarku atas perhatian, kasih sayang, keceriaan dan dukungannya;
11. Ferdian Marga Dinata dan Dwi Purwanto selaku rekan tim penelitian--atas semua bantuan, pengertian, perhatian, kebersamaan, dan kesabaran yang telah diberikan selama melaksanakan penelitian;
12. Teman-teman angkatan ‘06 : Andra, Andik, Anggi, Ivan, Made, Jepron, Doni, Zaky, Priyo, Alek, Anwar, Yunia, Dian, Taufik, Qisti, Daniel, dan seluruh teman angkatan ’06 atas persahabatan, persaudaraan yang indah;
13. Bang Ucieth, Bang Dodo, Bang Lay, Bang Arief, Bang Andreas, Dhani Ariestama, Andes, Tegar, Zul, Komeng, Budi, Yayuk, Lina, Ucoek (Deni), Poronk , Nano, Tri, Dewa, Fauzan dan semua angkatan ’01, ’02, ’03, ’04, ’05,
’07, ’08, ’09, ’10 terima kasih atas bantuan persaudaraannya kepada penulis.
Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan berkat dari Tuhan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2012 Penulis,