PENGARUH POLA KAMPANYE TERHADAP SIKAP POLITIK MASYARAKAT DESA PURWOREJO KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ABSTRAK

PENGARUH POLA KAMPANYE TERHADAP SIKAP POLITIK MASYARAKAT DESA PURWOREJO

KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN

Oleh Ayu Sepsita

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan. Khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dan demokrasi.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sampel 38 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah dengan scoring pada alternatif jawaban dari angket yang disebarkan kepada responden.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 38 responden diperoleh data pada variabel pola kampanye 63,16%, variabel sikap politik masyarakat 42,10%. Serta memiliki tinggkat keeratan sebesar 8,16. Dengan demikian diketahui bahwa: (1) adanya pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran masuk dalam kategori berpengaruh, ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pola kampanye dalam meningkatkan sikap politik masyarakat. (2) Berdasarkan hasil pengujian keeratan pengaruh yang dilakukan, diketahui ada pengaruh yang signifikan antara pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran.


(2)

PENGARUH POLA KAMPANYE TERHADAP SIKAP POLITIK MASYARAKAT DESA PURWOREJO

KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2012

Oleh

Ayu Sepsita

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayu Sepsita dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 26 September 1990 yang merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Januarto dan Ibu Sri Rahayu.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peneliti antara lain: 1. TK Gotong Royong yang diselesaikan pada tahun 1996 2. SD Negeri 1 Purworejo yang diselesaikan pada tahun 2002. 3. SMP Negeri 1 Gading Rejo yang diselesaikan pada tahun 2005. 4. SMA Negeri 1 Gading Rejo yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 peneliti diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.


(5)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. dan junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. dengan segala ketulusan serta

kerendahan hati sebentuk karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Orang tua dan Keluargaku tercinta yang telah rela berkorban untuk membesarkan, membimbing dan

menyayangiku,

serta selalu berdoa untuk keberhasilan dan keberkahan dari ilmu yang ku dapat.

Adik-adikku dan Saudara-saudaraku tercinta atas motivasi dan doanya selama ini.

Sahabat-sahabatku tersayang atas segala pelajaran hidup yang telah kita lewati bersama.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan ridha-Nya yang tiada ternilai sehingga penulis dengan bimbingan dari dosen

pembimbing dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Pola

Kampanye Terhadap Sikap Politik Masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun 2012” .

Penyelesaian proposal penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dosen pembimbing yaitu Bapak Drs. Holilulloh, M.Si dan M.Mona Adha, S.Pd, M.Pd. serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bandar Lampung , 8 Januari 2013


(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Perubahan sistem politik dari orde baru ke orde reformasi saat ini secara langsung membawa perubahan besar dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia yang semakin kian terbuka dan transparan. Pemilu merupakan sarana untuk memilih wakil rakyat dalam pemerintahan. Kita telah melaksanakan pemilu legislatif, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah secara langsung, suatu ritual demokrasi dimana partisipasi rakyat dibutuhkan.

Sejarah politik Indonesia mencatat bahwa, negeri ini telah sepuluh kali menyelenggarakan pemilihan umun, yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan yang terakhir tahun 2009. Namun, pada tahun 2004 telah terjadi banyak perubahan dalam sistem pemilihan umum yang digunakan. Pada pemilu tahun 2004 dan 2009, telah menggunakan sistem pemilihan langsung untuk memilih presiden dan wakil presiden. Upaya mendemokratisasikan kehidupan bernegara menghasilkan suatu kemajuan yang signifikan, yaitu dengan diubahnya sistem pemilihan


(8)

presiden dan wakil presiden dari sistem perwakilan menjadi pemilihan langsung oleh rakyat. Perubahan ini merupakan suatu kemajuan proses demokrasi dan membuat ruang yang lebih luas bagi partisipasi aktif warganegara. Perubahan ini berimbas ke sistem politik lokal, yakni pada pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Di Indonesia, pemilihan umum telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Di dalam undang-undang ini, disebutkan bahwa pemilihan umum adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kenegaraan. Melalui pemilihan umum pula rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan struktur pemerintahan. Sistem pemilihan di Indonesia sendiri juga berlaku dengan menggunakan hak rakyat untuk memilih presiden hingga kepala daerah yang di mana semua itu telah kita laksanakan sembilan tahun lalu.

Peningkatan pemilihan umum yang berkualitas baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Oleh karena itu, untuk menarik minat masyarakat di laksanakan suatu kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu yang disebut dengan Kampanye pemilu. Kampanye pemilu merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan pada tahap sebelum pemungutan suara serta mempunyai sasaran utama yang tepat.

Sasaran utama dari kampanye yakni masyarakat yang memiliki hak pilih. Keikutsertaan pemilih dalam mengikuti kampanye diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan. Sikap positif terhadap pelaksanaan pemilihan umum dapat ditunjukkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti pemilu. Keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti


(9)

pemilihan umum dapat dilakukan dengan cara menggunakan hak pilihnya dalam memilih wakil rakyat.

Untuk menarik minat masyarakat, para tim sukses dari suatu kandidat peserta pemilu menggunakan berbagai strategi dan pola kampanye untuk pemenangan calan-calon kandidat pemilu. Pola kampanye yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan cara memasang spanduk-spanduk ditempat umum yang mudah dilihat oleh pemilih, orasi didepan para pemilih atau juga dapat dilakukan door to door kerumah warga untuk mensosialisasikan visi misi dari para kontestan pemilu sehingga pemilih lebih berkesan karena telah merasa diperhatikan oleh kontestan pemilu.

Pemilihan umum sejatinya harus menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib pilih untuk menentukan siapa pemimpin yang dipercayainya bisa membawa aspirasi dan harapan mereka yang lebih baik dimasa akan datang. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak masyarakat yang tidak memberikan suaranya dalam pemilu. Adapun pemilu yang berkualitas baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Berdasarkan hasil pra riset yang penulis lakukan, menunjukkan masih banyak masyarakat yang tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Penurunan partisipasi politik masyarakat disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya, alasan teknis, ekonomis, pesimis, kurangnya kesadaran, dan alasan karena tidak ada di tempat. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:


(10)

Tabel 1: Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran

No. Nama Dusun Jumlah DPT Jumlah Pemilih

Jumlah Golput

1 Dusun I 103 87 16

2 Dusun II 157 128 29

3 Dusun III 122 112 10

382 327 55

Sumber: Data administratif Kantor Kepala Desa Purworejo Tahun 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak perduli dengan politik, serta tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilu hal ini dikarenakan lemahnya sosialisasi pola kampanye yang diterapkan di desa Negeri Katon oleh tim sukses dari para kandidat peserta pemilu. Sehingga mempengaruhi minat masyarakat dalam memberikan hak pilihnya dalam pemilihan umum.

Bedasarkan hasil wawancara terhadap kepala desa setempat, penyebab masyarakat tidak ikut serta dalam pemilihan, faktor pemicunya antara lain tingginya tingkat penurunan partisipasi politik masyarakat di kecamatan Purworejo disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya, alasan teknis, ekonomis, apatis dan pesimis, idealis, kurangnya kesadaran, dan alasan tidak berada di tempat. Alasan teknis terjadi karena pemilih tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), alasan ekonomis biasanya alasan oleh masyarakat yang berada pada status pekerjaan lebih rendah yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, alasan apatis dan pesimis dikarenakan sikap acuh tak acuh, tidak percaya dan dikarenakan pemilih bingung untuk memilih siapa dalam pemilu, alasan idealis dengan memilih golput karena bosan dengan janji-janji para calon yang dianggap muluk-muluk, serta karena seringnya dan pelaksanaan pemilu yang berdekatan waktu pelaksanaannnya, kurangnya kesadaran masyarakat karena masih rendahnya pendidikan politik masyarakat sehingga masyarakat tidak tahu apa manfaat dan tujuan Pemilu dan terakhir faktor seperti kuliah/bekerja di luar kota.


(11)

Kampanye merupakan jembatan untuk menarik perhatian masyarakat dalam rangka partisipasi politik dalam pemilihan umum. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan melihat jumlah partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, atas dasar inilah peneliti ingin meneliti pengaruh kampanye terhadap sikap politik masyarakat desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan umum sebagai penyalur aspirasi masyarakat 2. Pola kampanye dalam meraih simpati masyarakat 3. Pengaruh kampanye terhadap sikap politik masyarakat 4. Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan umum

5. Penyebab masyarakat tidak ikut serta dalam pemilu (golput) 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “adakah pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran?


(12)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

1.6 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dan demokrasi, karena berkaitan dengan kampanye dan pemilihan umum.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan untuk:

- Masyarakat agar lebih peduli dan ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum. - Para peserta calon kandidat agar dapat menyelenggarakan kampanye dengan baik.

1.7 Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan politik dan demokrasi yang membahas pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat.

b. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjeknya adalah masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

c. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objeknya adalah pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat.


(13)

d. Ruang Lingkup Tempat

Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. e. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan tanggal 11 Januari 2013 setelah terbitnya surat izin penelitian sampai dengan selesai.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritik

A.Tinjauan Umum Tentang Pengaruh Pola Kampanye 1. Pengertian Pengaruh

Pengaruh merupakan efek yang terjadi setelah dilakukannya proses penerimaan pesan sehingga terjadilah proses perubahan baik pengetahuan, pendapat, maupun sikap. Suatu pengaruh dikatakan berhasil apabila terjadi sebuah perubahan pada si penerima pesan seperti apa yang telah disampaikan dalam makna sebuah pesan.

Menurut Stuart dalam Hafied Cangara (2002:163) “pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan”. Sedangkan menurut Hafied Cangara (2002:163) “pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita inginkan”.

Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator. Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku.


(15)

Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun diluar dirinya. Selain itu yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Antara perubahan sikap dan perilaku terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Tetapi dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan sebelum dan setelah menerima pesan sehingga terjadi perubahan pada diri individu baik pengetahuan, sikap maupun perilaku.

2. Pengertian Pola Kampanye

Menurut M. Ali dalam Ardiansyah Gani Saputra (2007:56) menyatakan bahwa “pola adalah gambar yang dibuat contoh atau model”. Kampanye politik adalah bagian dari demokrasi. Kampaye politik merupakan alat (instrument) yang sah dimana kelompok kepentingan politik berupaya untuk menjelaskan akan kebenaran maksud dan tujuannya kepada masyarakat. Kampanye politik yang sah adalah kampanye politik yang mendapatkan pengakuan atau legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu merupakan pondasi dalam kebebasan individu. Kampanye politik merupakan suatu usaha yang terkelola secara terorganisasi dan terstruktur


(16)

serta menjadi tahapan seseorang dicalonkan, dipilih atau dipilih kembali dalam sebuah jabatan politik.

Menurut J. Kristianti (1997:69) menyebutkan bahwa:

Kampanye merupakan sarana untuk menawarkan/menyampaikan program dan pendidikan politik yang pada gilirannya mendapatkan perolehan suara. Kampanye dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk baik yang bersifat terbuka dan ditempat umum maupun bersifat dialogis diruang/tempat tertentu/jarang melalui media massa. Selanjutnya menurut pendapat Harianto dalam Ardiansyah Gani Saputra (2007:19) menyatakan bahwa:

Kampanye merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan pada tahap sebelum pemungutan suara. Adapun yang dimaksud kampanye adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para kontestan pemilu untuk menarik sebanyak mungkin di mana pada gilirannya pendukung ini akan memberikan suaranya pada partai yang menariknya tadi.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2012 Pasal 77 “Kampanye merupakan Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat didefinisikan bahwa kampanye merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para kontestan pemilu untuk menarik perhatian masyarakat agar memberikan suaranya/hak pilihnya pada saat dilaksanakannya pemilihan umum.

Pola kampanye yang dapat dilakukan adalah melalui door to door ke rumah warga, pemasangan spanduk-spanduk ditempat umum, dan mengadakan orasi diberbagai tempat untuk menarik minat pemilih.


(17)

3. Pengaruh Pola Kampanye

Pemilihan umum adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilihan umum adalah jelmaan sistem demokrasi. Melalui pemilihan umum pula rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan struktur pemerintahan. Sistem pemilihan di Indonesia sendiri juga berlaku dengan menggunakan hak rakyat untuk memilih presiden hingga kepala daerah yang dimana semua itu telah kita laksanakan sembilan tahun lalu.

Proses pelaksanaan pemilu ini sangat menarik untuk dipakai sebagai salah satu barometer untuk mengukur tingkat kesadaran politik masyarakat. Tingkat kesadaran masyarakat akan politik memberikan gambaran akan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat terhadap politik itu sendiri. Indikasi dari partisipasi politik dengan adanya pilkada berimplikasi kepada keinginan masyarakat politik untuk ikut berkompetisi mengambil posisi strategis sehingga setidaknya menimbulkan pandangan yang optimis dalam masyarakat politik yang siap untuk mengikuti kompetisi dalam pemilu. Masyarakat politik yang optimis dengan adanya pemilu langsung berpandangan bahwa ketika ada ruang politik yang memberikan peluang terhadap keberadaan figur ideal yang dapat terposisikan sebagai calon pemimpin maka dengan sendirinya akan ada yang mengikuti kompetisi dalam pilkada dan sangat yakin dengan upaya-upaya itu untuk menang. Pada esensinya munculnya pandangan tersebut dalam masyarakat politik adalah sesuatu yang beralasan ketika pandangan itu didasari oleh argument


(18)

konseptual teoritik yang sifatnya ideal, yakni dengan membangun suatu upaya-upaya yang sistematis, penguatan manajemen komunikasi politik yang efektif yang di dalamnya terdapat sebuah perencanaan yang terarah dan beroroentasi hasil yang dicapai maksimal pula, yakni memenangkan sebuah kompetisi tersebut.

Berdasarkan penelitian dan literatur yang ada menunjukkan bahwa sehari-hari. Dan apabila hal ini di lihat dari kehidupan politik yang ada dalam pandangan kedua mengatakan bahwa kampanye selayaknya secara efektif di dalam menyajikan informasinya.

Strategi kampanye pada masyarakat di bagi menjadi dua, yaitu: a. Strategi Kampanye Tertutup

Dalam hal ini kampanye harus mampu mengetahui bagaimana, apa saja, dan dimana saja tempat-tempat yang mampu membuka jalur komunikasi antara pihak calon dengan kelompok masyarakat yang jadi sasaran atau mambuat suatu kegiatan yang bersifat sosial yang nantinya mampu untuk menarik simpatik dari masyarakat tersebut. Kemudian adanya kampanye pada kelompok masyarakat juga dapat dilakukan dengan merangkul tokoh masyarakat yang dianggap mampu mengendalikan suatu kelompok massa dengan membuka dialog atas silahturahmi yang tidak langsung meminta dukungan agar berada dipihak yang diusung dalam kampanye.


(19)

b. Strategi Kampanye Terbuka

Pada kampanye terbuka banyak kegiatan sosialisasi yang jadi langkah-langkah dari calon untuk dapat menarik simpatik masyarakat yang sifatnya terang-terangan. Selain sarana hiburan, pengerahan massa juga dilakukan dijalanan atau berorasi ditempat terbuka. Selain itu hal lain yang lebih penting adalah koordinasi dengan pihak media massa untuk lebih memperluas jangkauan sosialisasi guna mempengaruhi pandangan masyarakat agar yakin memberikan suaranya pada saat pemilihan. Media massa juga merupakan wadah sosialisasi dari calon untuk menyampaikan visi, misi serta mengangkat eksistensi.

Pada umumnya menjelang pemilu khalayak mulai memalingkan perhatiannya kepada peranan dari media-media, karena hanya melalui medialah kualitas seorang calon akan banyak diketahui. Pada saat inilah biasanya peran para komunikator profesional akan menjadi tumpukan kepercayaan para calon yang ikut dalam pemilu. Bahwa media juga mampu menyampaikan informasi tentang realitas yang ada dalam masyarakat, akan tetapi juga mengutarakan apa yang seharusnya muncul dalam media. Tentang calon, tentang isu bahwa tentang bentuk pemilu yang akan datang.

Fenomena baru terkait kampanye melalui media muncul di Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya kampanye partai-partai besar yang bermunculan dihampir semua media yang ada baik media elektronik seperti televisi, radio, internet dan media cetak serta media alternatif lainnya seperti baliho, spanduk, baju kaos dan stiker. Hal ini telah kita saksikan


(20)

sejak pemilu tahun 2004 hingga saat ini, dimana kampanye telah menjadi bagian dari agenda media, baik pada saat pemilu berlangsung maupun setelah pemilu itu berakhir.

4. Metode Kampanye

Kampanye pemilu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2012 dalam Pasal 77 dapat dilakukan melalui:

a. Pertemuan terbatas b. Pertemuan tatap muka

c. Penyebaran bahan kampanye pemilu kepada umum d. Pemasangan alat peraga di tempat umum

e. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik f. Rapat umum, dan

g. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada proses pemilihan umum, kampanye politik bertolak belakang dari konsep maknanya (meanings). Pada dasarnya kampanye politik diartikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas yang terencana, strategis dan taktis, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih dan membentuk serta menanamkan harapan, sikap keyakinan, orientasi dan perilaku pemilih. Selain itu, kampanye politik dapat juga dijadikan sebagai alat untuk memasarkan ide-ide atau gagasan utama setiap pasangan calon atau


(21)

disebut juga produk politik kepada masyarakat, produk yang dimaksud disini adalah :

a. Policy adalah tawaran program kerja jika pasangan calon tersebut kelak terpilih. Policy merupakan solusi yang ditawarkan kontestan untuk memecahkan masalah kemasyarakatan berdasarkan isu-isu yang dianggap penting oleh para pemilih. Policy yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

1) Menarik perhatian 2) Mudah terserap pemilih 3) Atribut.

b. Person adalah kandidat yang akan dipilih melalui pemilu. Kualitas person dapat dilihat melalui tiga dimensi, yakni:

1) Kualitasinstrumental

2) Dimensi simbolis dan fenotipe optic dan 3) Dimensi kualitas.

c. Party dapat juga dilihat sebagai substansi produk politik. Partai mempunyai identitas utama, aset reputasi, dan identitas estetik. Ketiga hal tersebut akan dipertimbangkan oleh para pemilih. Oleh karena itu unsur-unsur ini harus dikelola dengan baik.

d. Presentation adalah bagaimana ketiga substansi produk politik (policy person, party) disajikan. Presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih.

Secara garis besarnya bahwa makna politis yang akhirnya tertanam dalam benak pemilih merupakan hasil dari interaksi dua faktor. Pertama adalah


(22)

kualitas dan kuantitas dari stimulus politik itu sendiri. Kedua adalah rujukan kognitif berupa kesadaran atau alam pikiran seseorang yang memaknainya.

Apapun ragam dan tujuannya, upaya yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral) yaitu:

a. Kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap isu tertentu.

b. Pada tahap berikutnya diarahkan pada perubahan sikap. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. c. Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk

mengubah perilaku khalayak secara kongkrit dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye.

Tindakan kampanye politik yang persuasif menjadi titik tolak kampanye, ada beberapa macam teori kampanye, namun secara ringkas Klingeman dan Romellan dalam Adam Mubarok Badeng (2011:20) membedakan “kampanye ke dalam kampanye informatif dan kampanye komunikatif. Kampanye informatif dilakukan secara satu arah dimana pesan-pesan kampanye mengalir secara linear dari sumber kepada para penerima kampanye, tidak terjadi dialog antara pelaku dan penerima kampanye”.


(23)

Pelaku kampanye sepenuhnya mengandalkan media massa, iklan, baliho dan lainnya sebagai media perantara untuk menyalurkan pesan-pesannya. Sedangkan kampanye komunikatif lebih berorientasi kepada khalayak dan menekankan pada pentingnya interaksi dan dialog khalayak sasaran.

Memberikan suara adalah salah satu tindakan terakhir dalam kampanye pemilihan, suatu rangkaian pertukaran yang panjang dan kadang-kadang memanas membentuk proses komunikasi. Dalam memahami ciri dasar kampanye politik sebagai proses komunikasi dengan melihat kembali perspektif dasar kita tentang kegiatan manusia.

B.Tinjauan Umum Partisipasi Politik dan Sikap Politik Masyarakat 1. Pengertian Partisipasi Politik

Menurut Samuel P. Huntington dan joan M Nelson dalam Marlini Tarigan (2009:28) “partisipasi politik merupakan kegiatan warga preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah”.

Menurut Miriam Budiarjo (2006:66) “Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy”.

Sedangkan menurut Ramlan Surbakti dalam Marlini Tarigan (2009:28) “partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya


(24)

sesuai dengan istilah partisipasi, (politik) berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan.”

Berdasarakan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah suatu kegiatan yang untuk ikut serta dalam masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

2. Pengertian Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar ada pula yang menganggap bahwa sikap adalah kebiasaan saraf (neural setting) sebelum memberikan respon. Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperolehnya informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Sikap dapat memberikan arah kepada tingkah atau perbuatan seseorang tersebut untuk menyenangi dan menyukai sesuatu atau sebaliknya.

Menurut Cutlip dan Center dalam Yanti Setianti (2007:8), menyebutkan bahwa “suatu sikap atau attitude adalah kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah atau situasi tertentu”. Selanjutnya Natawijaya dalam Mar`at (1984:66), mendefinisikan “sikap sebagai


(25)

kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai, bahkan menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respon terhadap objek atau situasi yang mempunyai arti baginya”.

Allport berpendapat bahwa pengertian sikap sebenarnya sangat banyak. Sebelas pengertian sikap dari pengertian-pengertian yang dirangkum Allport sebagai berikut: (Allport dalam Mar`at 1984:20-21)

a. Attitudes are learned, yang berarti sikap tidaklah merupakan sistem fisiologis ataupun diturunkan, tetapi diungkapkan bahwa sikap dipandang sebagai hasil belajar diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan.

b. Attitudes have referent, yang berarti bahwa sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.

c. Attitudes are social learning, yang berarti bahwa sikap diperoleh melalui interaksi dengan manusia lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasehat, teladan atau percakapan.

d. Attitudes have readiness to respond, yang berarti adanya kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

e. Attitude are affective, yang berarti bahwa perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap, akan tampak pada pilihan yang bersangkutan, apakah positif, negatif atau ragu.

f. Attitudes are very intensive, yang berarti bahwa tingkat intensitas sikap terhadap objek tertentu kuat atau juga lemah.


(26)

g. Attitudes have a time dimension, yang berarti bahwa sikap tersebut mungkin hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi belum tentu sesuai pada saat lainnya. Karena itu sikap dapat berubah tergantung pada situasi.

h. Attitude have duration factor, yang berarti bahwa sikap dapat bersifat relatif “konsisten” dalam sejarah hidup individu.

i. Attitudes are complex, yang berarti bahwa sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu.

j. Attitudes are evaluation, yang berarti bahwa sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.

k. Attitudes are inferred, yang berarti bahwa sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan yang tidak memadai.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi maupun kelompok.

3. Komponen Sikap

Secara sederhana sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan individu merespon suatu objek, akan tetapi sikap ini dibentuk oleh


(27)

komponen-komponen prilaku yang cukup kompleks. Menurut Rosernberg dan Hovland dalam Abu Ahmadi (2000:165) menyatakan bahwa sikap itu merupakan predesposisi untuk merespon sejumlah stimulus dengan sejumlah tertentu. Ketiga respon atau komponen sikap tersebut yaitu, sebagai berikut:

a. Komponen afektif, menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan dan tidak menyenangkan.

b. Komponen kognitif, berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan objek. c. Komponen behavioral atau konasi (pernyataan tentang kecenderungan

bertingkah laku), atau komponen konatif melibatkan salah satu keinginan untuk bertindak terhadap objek.

Ketiga komponen tersebut sangat erat hubungannya dengan penelitian yang melalui komponen kognitif akan timbul kepercayaan yang datang dari apa yang kita lihat atau apa yang kita alami. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik objek. Melalui komponen afektif seseorang dapat memberikan evaluasi yang dapat bersikap positif dan negatif dengan berdasarkan emosional. Sedangkan melalui kognitif seseorang dapat melahirkan tingkah laku dan sikap terhadap objek.

Menurut Newcomb dalam Ardiansyah Gani Saputra (2007:34) sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya


(28)

berinteraksi ke dalam pola yang lebih luas. Pendapat ini selanjutnya dijabarkan oleh Allport dalam Yanti Setianti (2007:20) bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:

a. Komponen kognisi yang hubungannya dengan belief, ide dan konsep

b. Komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang

c. Komponen kognisi yang menyangkut kecenderungan bertingkah laku.

4. Ciri-ciri sikap

Agar dapat lebih memahami sikap ini perlu kiranya mengenali ciri-ciri sikap. Menurut W. A Gerungan (2000:152) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

a. Attitude tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu, dalam hubungannya dengan objeknya.

b. Attitude dapat berubah-rubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang.

c. Attitude itu tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan tertentu terhadap objek. Dengan kata lain, attitude itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Attitude dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga berkenaan dengan sederetan objek yang serupa.

e. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Karena sikap tidak dibawa sejak lahir, ini berarti seseorang pada waktu dilahirkan belum memiliki sikap tertentu. Sikap tertentu dalam proses perkembangan individu bersangkutan. Oleh karena itu maka sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap senantiasa terarah terhadap suatu


(29)

objek, oleh karena itu sikap selalu terbentuk dan dipelajari dalam hubungannya dengan objek. Begitu juga sikap masyarakat terhadap pola kampanye atau suatu objek tersebut. Karena hubungan yang terjadi antara seseorang dengan objek, dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap objek itu. Sikap mengandung perasaan, ini menunjukan sikap terhadap suatu objek selalu disertai oleh perasaan dengan intensitas tertentu.

5. Pengertian Politik

Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik.

Secara etimologis, politik berasal dari kata polis (bahasaYunani) yang artinya negara kota. Kemudian diturunkan kata lain seperti polities (warganegara), politikos (kewarganegaraan atau civics) dan politik etehne (kemahiran politik) dan politik eepisteme (ilmu politik)

Menurut Rod Hague dalam Wikipedia (2012:2) menyebutkan bahwa “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok -kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya”.


(30)

Selanjutnya Miriam Budiardjo (2006:30) menyebutkan bahwa “politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksan akan tujuan-tujuan itu”.

Selain itu Ramlan Surbakti dalam Miriam Budiarjo (2006:31) juga menyebutkan bahwa “politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa politik adalah pola interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama.

6. Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesama serta alam lingkungan disekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2007:24) “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan


(31)

kebudayaan”. Selanjutnya Harold J. Laski dalam Miriam Budiarjo (2006:34) menjelaskan bahwa “masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama”. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt dalam Wikipedia (2012:1) “masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas pengertian masyarakat dapat didefinisikan bahwa masyarakat mencakup semua hubungan dan kelompok dalam suatu wilayah.

7. Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto (2007:24-25) dalam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini:

1. Manusia yang hidup bersama. Dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka mininnya adalah dua orang yang hidup bersama

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.


(32)

8. Sikap Politik Masyarakat

Sikap politik masyarakat dapat dilihat dengan jelas melalui aktivitas-aktivitas politiknya, begitu juga dalam masyarakat dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan bersama oleh masyarakat itu sendiri. Sikap politik masyarakat ditunjukan melalui bentuk partisipasi politik seseorang. Partisipasi politik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non-konvensional. Menurut pendapat Masoed dalam Ardiansyah Gani Saputra (2001:47) “kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk non-konvensional termasuk beberapa yang mungkin legal maupun yang ilegal, penuh kekerasan, dan revolusioner”.

Bentuk-bentuk partisipasi politik konvensional menurut Mas’oed adalah pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan dan komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. Sedangkan bentuk partisipasi politik non-konvensional adalah tidak mau memberikan suara (golput) pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap harta benda (perusakan, pengeboman, pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), perang gerilya dan revolusi.


(33)

2.2 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir sebagai berikut.

Diagram Kerangka Pikir

Gambar 1: Diagram Kerangka Pikir 2.3Hipotesis

Menurut Koestoro (2006:89) “Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu hal yang masih bersifat sementara tentatif”. Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan sementara mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya sampai ada bukti melalui penyajian data. Rumusan jawaban sementara untuk masalah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: adanya pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

Pola Kampanye (X) 1. Kampanye

Terbuka 2. Kampanye

Tertutup

Sikap Politik Masyarakat (Y) 1. Partisipasi Politik

Konvensional 2. Partisipasi Politik


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi saat ini secara sistematis dan menuntut untuk dicarikan jalan keluarnya. Penelitian ini membahas masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat khususnya siswa usia remaja pada tingkat satuan pendidikan, yaitu pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Berdasarkan penelitian pendahuluan di Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran, diketahui bahwa jumlah masyarakat tersebut adalah 513. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Data Jumlah Penduduk Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2012

No Nama Dusun Jumlah Penduduk

1 Dusun I 135

2 Dusun II 203

3 Dusun III 175

Jumlah 513


(35)

Berdasarkan data tabel 2 jumlah penduduk di desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran dapat dilihat jumlah pemduduk yang sudah terdaftar sebagai pemilih tetap adalah seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Data Jumlah Pemilih Tetap di desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2012

No Nama Dusun Jumlah Pemilih Tetap

1 Dusun I 103

2 Dusun II 157

3 Dusun III 122

Jumlah 382

Sumber : Data administratif Kantor Kepala Desa Purworejo Tahun 2012

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pemilih tetap yang ada di desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran dengan jumlah 382.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini. Menurut Sudarwan Danim (2000:89) “sampel/contoh adalah sub unit populasi survei/populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target”.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:62) mengemukakan bahwa:

Apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

1.Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana

2.Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data

3.Besarkecilnya resiko yang ditanggung peneliti .


(36)

3. Teknik Sampling

Melihat keadaan populasi dalam penelitian ini adalah 382 maka sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan 10% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap yang menjadi sampel.

100 10  R

100 10

R

100 382

R

38

R Orang

3.3 Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Jenis Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok variabel, yaitu: a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola kampanye. b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap politik masyarakat desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

2. Definisi Konseptual

Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah: X Jumlah DPT


(37)

Pola Kampanye (X):

Pola Kampanye adalah kegiatan yang dilakukan oleh para kontestan pemilu untuk menarik perhatian masyarakat agar memberikan suaranya/hak pilihnya pada saat dilaksanakannya pemilihan umum melalui berbagai cara.

Sikap Politik Masyarakat (Y):

Sikap politik masyarakat adalah tindakan-tindakan atau aktivitas untuk merespon suatu objek dan dibentuk oleh komponen perilaku.

3. Definisi Operasional

Pengaruh pola kampanye adalah efek yang terjadi setelah dilakukan kampanye politik dalam pemilu. Indikator-indikator yang dapat mengukur pengaruh pola kampanye yaitu:

1. Kampanye terbuka 2. Kampanye tertutup

Sementara itu, sikap politik masyarakat adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang ditunjukkan melalui bentuk partisipasi politik seseorang. Sikap politik yang timbul antara lain pada aspek:

1. Partisipasi Politik Konvensional 2. Partisipasi Politik Non-Konvensional

4. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah dengan scoring pada alternatif jawaban dari angket yang disebarkan kepada responden.


(38)

a. Pengaruh pola kampanye akan diukur dengan mengunakan angket tertutup. Indikator pengukuran pengaruh kampanye meliputi visi, misi dan progran. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b dan c.

1) Memilih alternatif a diberi nilai 3 (tiga) 2) Memilih alternatif b diberi nilai 2 (dua) 3) Memilih alternatif c diberi nilai 1 (satu)

b. Sikap politik masyarakat, indikator pengukuran sikap politik masyarakat meliputi partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non konvensional. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b dan c. 1) Memilih alternatif a diberi nilai 3 (tiga)

2) Memilih alternatif b diberi nilai 2 (dua) 3) Memilih alternatif c diberi nilai 1 (satu)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok

Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data pokok penulis menggunakan angket. Dalam penelitian ini angket disebar dimasyarakat desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kampanye terhadap sikap politik masyarakat.

Angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis. Dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai bobot atau skor nilai yang berbeda. Menurut Mohammad Natsir (1999:404) “skor yang diberikan adalah:


(39)

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberikan skor 3

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberikan skor 2 c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan skor 1 2. Teknik Penunjang

a. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu kemudian baru dilakukan wawancara dengan responden mengenai masalah yang diteliti yaitu pengaruh kampanye terhadap sikap politik masyarakat.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan fakta-fakta yang terjadi pada objek penelitian yaitu di Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten pesawaran.

3.5 Uji Persyaratan Angket 1. Validitas Angket

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau suatu instrumen. Jadi suatu angket dapat dikatakan valid apabila mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dalam penelitian ini ditentukan melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai.

2. Reliabilitas Angket

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu akat pengumpulan data yaitu uji reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto


(40)

(2002:154) reliabilitas menunjukkan bahwa “suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagi berikut:

a. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden b. Hasil uji coba dikelompokkan menjadi item ganjil dan item genap

Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product Moment (Sutrisno Hadi, 2005:318), yaitu :

                  N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2

2 ( ) ( )

) )( (

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara gejala x dan y x = variabel bebas

y = variabel terikat

N = jumlah sampel yang diteliti

c. Memberi reliabilitas dengan rumus Sperman Brown (Sutrisno Hadi, 2005:37)

)

(

1

)

(

2

gg gg xy

r

r

r

Keterangan :

Rxy = koefisien reliabilitas seluruh item

Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan item genap

d. Kriteria besarnya koefisien korelasi menurut Manase Malo (1989:139) 0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi


(41)

0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

3.6 Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini menggunakan suatu analisis data deskriptif, yaitu menguraikan data-data menjadi kalimat secara sistematis. Analisa dalam suatu penelitian sangatlah penting. Analisa data yang dimaksudkan sebagai suatu cara untuk memperoleh data sebagai hasil penelitian ini dapat diketahui secara jelas. Dalam hal ini untuk mengetahui adakah pengaruh kampanye terhadap sikap politik masyarakat digunakan analisis deskriptif. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2005:39) yaitu:

I =

K NR

NT

Keterangan:

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase Muhamad Ali (2003:123) digunakan rumus seabagi berikut:

% 100 x N F P


(42)

Keterangan:

P = besarnya persentasi

F = jumlah alternatif seluruh item N = jumlah responden

Untuk menafsirkan banyaknya persentase menurut Suharsimi Arikunto (2009:196) yang diperoleh dengan kreteria sebagai berikut :

76% - 100% = baik 56% - 75% = sedang 40% - 55% = tidak baik

Penelitian ini menggunakan suatu analisis deskriptif dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat, yaitu: (Sudjana, 2002:280)

ij ij ij B j i K L J

E

E

O

x

2

2



  Keterangan:

2

x = Chi Kuadrat

B j i

= Jumlah baris

K L J

= Jumlah kolom

ij

O = Banyak data yang diharapkan terjadi

ij

E = Banyak data hasil pengamatan Dengan kriteria sebagai berikut:


(43)

a. Jika x2 hitung lebih besar atau x2 tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis diterima

b. Jika x2 hitung lebih kecil atau x2 tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis ditolak

Selanjutnya data diuji dengan rumus koefisien kontingensi, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat.

n

x

x

C

2

2

C = Koefisien kontingensi

2

x = Chi kuadrat

N = Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajad asosiasi faktor-faktor maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sutrisno Hadi, 2005:317)

m

m

Cmaks

1

Keterangan:

Cmaks = koefisien kontingensi maksimum

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji pengaruh makin dekat harga C maksimum maka makin besar derajad asosiasi antar faktor.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 2000. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.

Badeng Mubarak, Adam. 2011. Dampak Kampanye Terhadap Perolehan Suara Padapemilihan Umum Kepala Daerahkota Makassar Periode 2009 -2014. Makassar. Universitas Hasanuddin

Ali, Muhammad. 2003. Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung. Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi

Aksara.

_________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rhineka Cipta.

Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta. Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta. Bumi Aksara.

Gani Saputra, Ardiansyah. 2007. Peranan Tim Kampanye Pasangan Abdul Hakim dan Zainal Iskandar dalam Pemenangan Pilkada Putaran Pertama Kota Bandar Lampung 2005. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Eresco.

Hadi, Sutrisno. 2005. Metode Research. Jogjakarta. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.


(45)

Kristianti, J. 1997. Menyelenggarakan Pemilu yang bersifat Luber dan Jurdil. Bandung. CSIS.

Malo, Manase. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kurnia.

Mar`at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serat Pengukuran. Bandung . Penerbit Ghalia.

Natsir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Setianti, Yanti. 2007. Kampanye dalam merubah sikap khalayak. Jatinangor.

Universitas Padjadjaran.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta. CV Rajawali. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung. Tarsindo.

Tarigan, Marlini. 2009. Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten Temanggung Dalam Pelaksanaan Pilkada Tahun 2008. Semarang. Universitas Dipogoro. Undang-undang Republik Indonesia No.8. Tahun 2012.


(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran masuk dalam kategori berpengaruh, ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pola kampanye dalam meningkatkan sikap politik masyarakat.

2. Sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran masuk dalam kategori sedang, yaitu dari 38 responden terdapat 16 responden (42,10%), hal ini diantaranya dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu, misalnya saja ikut memberikan hak pilihnya dalam pemilihan umum maupun ikut serta dalam organisasi suatu partai politik.

3. Berdasarkan hasil pengujian keeratan pengaruh yang dilakukan, diketahui ada pengaruh yang signifikan antara pola kampanye terhadap sikap


(47)

politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat bahwa x² hitung lebih besar dari x² tabel (x² hitung ≥ x² tabel ), yaitu 17,11 ≥ 9,49 pada taraf signifikan 5 % (0,05) dan derajat kebebasan = 4, serta mempunyai derajat keeratan pengaruh antar variabel dalam kategori berperan dengan koefisien kontingensi C = 0,56 dan koefisien kontingensi maksimum = 0,816. Berdasarkan perhitungan tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,56, berada pada kategori berminat. Sehingga dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran.

5.2 Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada lembaga penyelenggara pemilu/KPU agar dapat mengawasi dan memperhartikan kampanye pemilu dengan seksama agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan.

2. Kepada para peserta pemilu agar dapat memperhatikan cara dan peraturan-peraturan yang dalam pelaksanaan kampanye.

3. Kepada masyarakat agar dapat meningkatkan lagi partisipasinya dalam pelaksanaan kampanye pemilu serta dapat menggunakan hak pilihnya secara benar dan sesuai dengan hati nurani.


(1)

36 Keterangan:

P = besarnya persentasi

F = jumlah alternatif seluruh item N = jumlah responden

Untuk menafsirkan banyaknya persentase menurut Suharsimi Arikunto (2009:196) yang diperoleh dengan kreteria sebagai berikut :

76% - 100% = baik 56% - 75% = sedang 40% - 55% = tidak baik

Penelitian ini menggunakan suatu analisis deskriptif dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat, yaitu: (Sudjana, 2002:280)

ij ij ij B j i K L J

E

E

O

x

2

2



 

Keterangan:

2

x = Chi Kuadrat

B

j i

= Jumlah baris

K

L J

= Jumlah kolom

ij

O = Banyak data yang diharapkan terjadi

ij

E = Banyak data hasil pengamatan Dengan kriteria sebagai berikut:


(2)

37 a. Jika x2 hitung lebih besar atau x2 tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis

diterima

b. Jika x2 hitung lebih kecil atau x2 tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis ditolak

Selanjutnya data diuji dengan rumus koefisien kontingensi, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat.

n

x

x

C

2

2

C = Koefisien kontingensi

2

x = Chi kuadrat N = Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajad asosiasi faktor-faktor maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sutrisno Hadi, 2005:317)

m

m

Cmaks

1

Keterangan:

Cmaks = koefisien kontingensi maksimum

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji pengaruh makin dekat harga C maksimum maka makin besar derajad asosiasi antar faktor.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 2000. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.

Badeng Mubarak, Adam. 2011. Dampak Kampanye Terhadap Perolehan Suara Padapemilihan Umum Kepala Daerahkota Makassar Periode 2009 -2014. Makassar. Universitas Hasanuddin

Ali, Muhammad. 2003. Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung. Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi

Aksara.

_________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta. Rhineka Cipta.

Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta. Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta. Bumi Aksara.

Gani Saputra, Ardiansyah. 2007. Peranan Tim Kampanye Pasangan Abdul Hakim dan Zainal Iskandar dalam Pemenangan Pilkada Putaran Pertama Kota Bandar Lampung 2005. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Eresco.

Hadi, Sutrisno. 2005. Metode Research. Jogjakarta. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.


(4)

Koestoro. 2006. Strategi Penelitian sosial dan Pendidikan. Surabaya. Yayasan Kampusina.

Kristianti, J. 1997. Menyelenggarakan Pemilu yang bersifat Luber dan Jurdil. Bandung. CSIS.

Malo, Manase. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kurnia.

Mar`at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serat Pengukuran. Bandung . Penerbit Ghalia.

Natsir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Setianti, Yanti. 2007. Kampanye dalam merubah sikap khalayak. Jatinangor.

Universitas Padjadjaran.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta. CV Rajawali. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung. Tarsindo.

Tarigan, Marlini. 2009. Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten Temanggung Dalam Pelaksanaan Pilkada Tahun 2008. Semarang. Universitas Dipogoro. Undang-undang Republik Indonesia No.8. Tahun 2012.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran masuk dalam kategori berpengaruh, ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pola kampanye dalam meningkatkan sikap politik masyarakat.

2. Sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran masuk dalam kategori sedang, yaitu dari 38 responden terdapat 16 responden (42,10%), hal ini diantaranya dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu, misalnya saja ikut memberikan hak pilihnya dalam pemilihan umum maupun ikut serta dalam organisasi suatu partai politik.

3. Berdasarkan hasil pengujian keeratan pengaruh yang dilakukan, diketahui ada pengaruh yang signifikan antara pola kampanye terhadap sikap


(6)

74

politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat bahwa x² hitung lebih besar dari x² tabel (x² hitung ≥ x² tabel ), yaitu 17,11 ≥ 9,49 pada taraf signifikan 5 % (0,05) dan derajat kebebasan = 4, serta mempunyai derajat keeratan pengaruh antar variabel dalam kategori berperan dengan koefisien kontingensi C = 0,56 dan koefisien kontingensi maksimum = 0,816. Berdasarkan perhitungan tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,56, berada pada kategori berminat. Sehingga dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh pola kampanye terhadap sikap politik masyarakat di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran.

5.2 Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada lembaga penyelenggara pemilu/KPU agar dapat mengawasi dan memperhartikan kampanye pemilu dengan seksama agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan.

2. Kepada para peserta pemilu agar dapat memperhatikan cara dan peraturan-peraturan yang dalam pelaksanaan kampanye.

3. Kepada masyarakat agar dapat meningkatkan lagi partisipasinya dalam pelaksanaan kampanye pemilu serta dapat menggunakan hak pilihnya secara benar dan sesuai dengan hati nurani.


Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

28 194 120

OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN

0 4 118

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA HALANGAN RATU KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

0 12 85

PENYUSUNAN DRAFT STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBUATAN GULA MERAH KELAPA (STUDI KASUS DI PENGRAJIN GULA MERAH KELAPA DESA PURWOREJO KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN)

14 102 54

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

3 21 148

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

10 75 74

Jaringan Komunikasi Dan Peran Perempuan Dalam Mempertahankan Budaya Barat (Studi Kasus Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)

0 17 102

PENGARUH PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KECAMATAN KUALA (STUDY KASUS MASYARAKAT DESA BALAI KASIH KECAMATAN KUALA KABUPATEN LANGKAT).

1 2 23

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN SISTEM MAGANG DI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) USAHA JAYA DESA KAGUNGAN RATU NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN - Raden Intan Repository

0 0 118