PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BLACK CUMIN (Nigella sativa L.) EXTRACT TO THE WHITE RAT (Rattus norvegicus) SPERMATOGENIC CELL COUNT

INDUCED GENTAMICIN

By

NABILA PUTRI ASTRINI

Gentamicin is an antibiotic which is used for serious infections from gram-negative bacteria but it has a toxic effect on the testes of rat. Black cumin is considered to provide a protective effect due to the antioxidant content in it. This study aim to determined the effect of black cumin (Nigella sativa L.) extracts to the white rat (Rattus norvegicus) spermatogenic cell count induced gentamicin.

This study was an experimental research method posttest only with control group designed using 30 Sprague Dawley rats were divided into five groups. Normal control group (K1) which only given aquadest orally, negative control group (K2) which only given gentamicin 80mg/kg Body Weight (BW) intraperitoneally for eight days, and two days later, followed by the administration of aquadest, while the other three treatment groups were given gentamicin 80mg/kgBW intraperitoneally for eight days and added by extracts of black cumin


(2)

500mg/kgBW (K3), 1000mg/kgBW (K4) and 1500mg/kgBW (K5) which given orally for ten days. After treatment, the testicular histology preparations made with Haematoxilin Eosin staining. Histological changes will be observed by counting the number of spermatogenic cells with a magnification of 400 times in nine tubules per treatment.

The results showed K1 (336,56 ± 33,96), K2 (295,00 ± 70,51), K3 (306,78 ± 49,27), K4 (309,78 ± 31,22), and K5 (287,89 ± 27,38). However, from the analysis of the result showed that the obtained results were not significant with p=0.195 (p> 0.5). The conclusion of the study is statistically no influence on black cumin extracts to white rat spermatogenic cells count induced gentamicin, but the effect was seen in clinically.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG

DIINDUKSI GENTAMISIN

Oleh

NABILA PUTRI ASTRINI

Gentamisin merupakan antibiotik yang biasa digunakan digunakan untuk infeksi serius dari bakteri gram negatif namun memiliki efek toksik pada testis tikus. Jintan hitam dianggap dapat memberikan efek protektif karena kandungan antioksidan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap jumlah sel spermatogenik tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only with control group design dengan menggunakan 30 tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan. Kelompok kontrol normal (K1) hanya diberikan akuades peroral, kelompok kontrol negatif (K2) hanya diberikan gentamisin 80mg/kgBB selama delapan hari secara intraperitoneal dan dua hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian akuades, sedangkan ketiga kelompok


(4)

perlakuan lainnya diberikan gentamisin 80mg/kgBB intraperitoneal selama delapan hari ditambah dengan ekstrak jintan hitam 500mg/kgBB (K3), 1000mg/kgBB (K4) dan 1500mg/kgBB (K5) yang diberikan peroral selama sepuluh hari. Setelah perlakuan, dibuat preparat histologi testis dengan pewarnaan Haematoksilin Eosin. Perubahan histologi akan diamati dengan menghitung jumlah sel spermatogenik dengan perbesaran 400 kali pada sembilan tubulus per perlakuan.

Hasil penelitian terlihat pada K1 (336,56 ± 33,96), K2 (295,00 ± 70,51), K3 (306,78 ± 49,27), K4 (309,78 ± 31,22), dan K5 (287,89 ± 27,38). Namun, secara statistik tidak terlihat hasil signifikan yaitu p=0,195(p>0,05). Kesimpulan dari penelitian adalah secara statistik tidak ada pengaruh ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel spermatogenik tikus yang diinduksi gentamisin namun secara klinik terlihat ada pengaruh.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah besar di dunia. Penggunaan obat yang tidak rasional ditandai dengan penggunaan obat yang terlalu banyak atau tidak sesuai dosis, lama konsumsi tidak tepat, peresepan tidak sesuai diagnosis, serta pengobatan sendiri dengan obat yang seharusnya dengan resep dokter.

Penggunaan obat yang tidak rasional terjadi di seluruh dunia. Obat-obatan yang diberikan atau dijual dengan tidak semestinya, mencapai lebih dari 50 persen. Hal ini mengakibatkan lebih dari 50 persen pasien gagal

mengkonsumsi obat secara tepat. Salah satu contohnya adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun secara individu (WHO, 2012). Kesehatan masyarakat dalam bahaya karena risiko untuk timbulnya efek samping obat semakin besar. Salah satu contoh dari obat tersebut adalah gentamisin.


(6)

2

Gentamisin sebagai antibiotik golongan Aminoglikosida, sering kali digunakan untuk infeksi serius dari bakteri gram negatif (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Univeristas Sriwijaya, 2009). Namun, obat ini memiliki efek samping seperti alergi, reaksi iritasi, perubahan biologis dan reaksi toksik. Reaksi toksik yang biasa terjadi meliputi ototoksik, nefrotoksik dan neurotoksik (Istiantoro dan Gan, 2007; Mycek dkk, 2001). Selain efek toksik pada organ tersebut, dari hasil penelitian Narayana (2007), gentamisin juga memiliki efek toksik pada testis tikus.

Testis adalah salah satu organ yang berpotensi menerima jejas. Hal ini karena aliran darah dapat membawa berbagai macam zat termasuk zat toksik dari satu organ ke organ yang lain. Stress dan jejas tidak hanya berpengaruh terhadap gambaran morfologik, tetapi juga pada status fungsional sel dan jaringan (Kumar dan Robbins, 2007).

Menurut Narayana (2007), toksisitas pada testis akibat induksi gentamisin memperlihatkan gambaran histopatologi berupa deplesi epitel seminiferus, vakuola, celah pada epitel seminiferus, piknosis nukleus dan atrofi pada beberapa tubulus. Testis melaksanakan dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma (spermatogenesis) dan mengeluarkan testosteron (Sherwood, 2001). Bila terjadi penurunan jumlah sel penyusun testis, tentu akan berpotensi menyebabkan gangguan kesuburan pada seorang pria.


(7)

3

Adanya perusakan organ, khususnya testis, oleh obat yang biasa digunakan dalam terapi, menjadikan maraknya penelitian mencari pengobatan alternatif yang memiliki efek protektif terhadap organ dari paparan obat yang sulit untuk digantikan tersebut. Salah satu contohnya adalah Zahedi dkk (2010) yang meneliti efek protektif Zingiber officinale terhadap toksisitas gentamisin terhadap sperma tikus. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Zingiber officinale memiliki efek protektif pada sperma dari kerusakan oksidatif akibat gentamisin, karena Zingiber officinale memiliki kandungan antioksidan yang kuat. Tanaman obat lainnya yang diduga memiliki efek sitoprotektif dari stres oksidatif yang disebabkan oleh gentamisin adalah jintan hitam (Nigella sativa Linn).

Pada ajaran agama Islam, jintan hitam merupakan salah satu obat terbaik dalam mengobati segala penyakit, kecuali kematian. Hal ini membuat penggunaan jintan hitam sebagai obat, tersebar luas di seluruh bagian dunia dimana umat muslim berada (Paarakh, 2010). Berdasarkan penelitian Al-Ghamdi (2003) diketahui bahwa jintan hitam dengan dosis 250-500mg/kgBB ternyata mampu melindungi hepar dari induksi karbon tetraklorida (CCl4) .

Biji jintan hitam memiliki kandungan fixed oils, essential oils, protein, alkaloid dan saponin. Namun, aktivitas biologi yang terlihat paling menonjol dari biji ini adalah thymoquinone. Thymoquinone diketahui merupakan sumber dari antioksidan (Ali dan Blunden, 2003). Menurut penelitian Mousavi dkk (2010) diketahui bahwa thymoquinone memiliki efek


(8)

4

sitoprotekif dari sitotoksisitas melalui mekanisme antioksidan. Selain thymoquinone pada jintan hitam, masih ada zat lain pada jintan hitam yang memiliki efek sitoprotektif.

Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti mengenai pengaruh ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap jumlah sel spermatogenik tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan pengamatan hasil akan dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, karena lokasi penelitian dan pengamatan hasil terjangkau jaraknya oleh peneliti.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah secara rinci yaitu apakah ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) memiliki pengaruh terhadap jumlah sel spermatogenik tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin?

C. Tujuan

Mengetahui pengaruh ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap jumlah sel spermatogenik tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.


(9)

5

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari empat aspek yaitu 1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai khasiat jintan hitam terhadap jumlah sel spermatogenik yang diinduksi oleh gentamisin.

2. Bagi pembangunan

Hasil penelitian ini diharapkan memacu pemerintah dalam upaya mengembangkan tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat yang memiliki zat aktif antioksidan.

3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Hasil penelitian ini dapat mendukung kemajuan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang berbasis agromedicine melalui pengembangan tanaman obat tradisional berbasis bukti ilmiah.


(10)

6

4. Bagi peneliti sendiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan terapi menggunakan gentamisin nantinya.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka teori

Kerangka teori yang menggambarkan efek jintan hitam terhadap kerusakan akibat gentamisin, dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka teori induksi gentamisin pada testis yang dipengaruhi oleh ekstrak jintan hitam.


(11)

7

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yang menggambarkan hubungan antar variabel pada penelitian, dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2. Kerangka konsep pemberian jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap jumlah spermatogenik yang diinduksi gentamisin

F. Hipotesis

Pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) memiliki pengaruh terhadap jumlah sel spermatogenik tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Toksisitas Gentamisin

Gentamisin merupakan antibiotik prototip golongan aminoglikosida.

Aminoglikosida adalah sekelompok obat-obatan bakterisid yang berasal dari berbagai spesies Streptomyces (Katzung, 2010). Antibiotik harus memiliki toksisitas selektif setinggi mungkin. Hal ini dapat diartikan obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut, belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy, 2007).

Aktifitas antimikroba gentamisin tertuju pada basil gram negatif yang aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik rendah sekali. Aktivitas terhadap gram positif sangat terbatas. Pengaruh aminoglikosida adalah menghambat sintesis protein dan menyebabkan salah baca dalam penterjemahan mRNA bakteri (Istiantoro dan Gan, 2007).

Struktur polikation gentamisin yang sangat polar mencegah absorbsi yang adekuat setelah pemberian peroral. Dosis yang akan diabsorbsi lewat saluran cerna hanya kurang dari 1 %. Pemberian peroral hanya dimaksudkan untuk


(13)

9

mendapatkan efek lokal saja, misalnya persiapan prabedah usus (Istiantoro dan Gan, 2007). Oleh karena itu, pemberian aminoglikosida (kecuali neomisin) harus diberikan secara parenteral untuk mencapai kadar serum yang adekuat (Mycek dkk, 2001).

Ekskresi gentamisin berlangsung terutama melalui filtrasi glomerulus (Istiantoro dan Gan, 2007). Gentamisin secara utuh diekskresikan rata-rata 70% dari keseluruhan jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh, melalui kemih (Tjay dan Rahardja, 2010).

Gentamisin sering kali digunakan untuk infeksi serius dari bakteri gram negatif (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Univeristas Sriwijaya, 2009). Hal ini dipaparkan pula oleh Katzung (2010), bahwa gentamisin digunakan secara luas terhadap bakteri enterik gram negatif terutama pada bakterimia, sepsis, atau endokarditis. Namun, disamping fungsinya yang sangat penting dalam terapi, gentamisin juga memiliki efek samping.

Menurut Istiantoro dan Gan (2007), efek samping oleh gentamisin dalam garis besarnya dibagi dalam tiga kelompok yaitu alergi, reaksi iritasi dan toksik, serta perubahan biologik. Toksik menjadi salah satu efek samping yang ditimbulkan. Toksisitas yang berkaitan dengan dosis sering kali terjadi (Mycek dkk, 2001). Namun menurut Tjay dan Rahardja (2010), toksisitas terhadap organ yang sering terjadi akibat golongan aminoglikosida, tidak tergantung dari tingginya kadar dalam darah, melainkan dari lamanya


(14)

10

pemakaian serta jenis aminoglikosidanya. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan gentamisin maksimal 1-2 kali sehari dengan dosis 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis (garam sulfat) secara intravena atau intramuskular.

Efek toksik dari gentamisin yang paling sering disebutkan dalam beberapa literatur dan begitu pula menurut Istiantoro dan Gan (2007) meliputi efek ototoksik, nefrotoksik dan neurotoksik. Namun ternyata, berdasarkan penelitian Akondi dkk (2010), gentamisin memiliki efek toksik terhadap organ reproduktif yang dapat menganggu fertilitas. Meskipun efek toksik terhadap organ reproduksi saat ini hanya sebatas penemuan pada hewan percobaan, penelitian terhadap efek toksik pada testis perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk dilaksanakan penelitin lanjutan.

Toksisitas yang dimaksud adalah efek toksik terhadap organ penghasil sperma yaitu testis. Gentamisin diketahui dapat menghambat pembelahan sel pada sel germinal testis dan sintesis protein di testis. Hal inilah yang mungkin menyebabkan gentamisin juga dapat mengurangi jumlah sperma, motilitas sperma dan viabilitas sperma (Akondi dkk, 2010).

Pemberian gentamisin diketahui dapat menginduksi stres oksidatif, berkurangnya jumlah antioksidan, peroksidasi lipid dan perubahan


(15)

11

alasan yang kuat mengapa gentamisin bersifat sitotoksik terutama untuk organ testis.

Ada banyak penelitian yang sudah banyak disebarluaskan mengenai hal ini. Salah satunya menurut Khaki dkk (2009), efek pemberian aminoglikosida yaitu gentamisin 5 mg/kgBB secara IP selama 14 hari, terhadap jaringan testis pada tikus dengan menggunakan mikroskop cahaya dan elektron, terlihat bahwa sel germinal testis semua tikus yang diberikan obat mengalami deplesi sel germinal testis, nekrosis sel germinal testis, khusus pada sel Leydig dan spermtogonia memperlihatkan penampilan seperti fibroblas abnormal, terdapat jarak abnormal antara satu sel Leydig dengan sel Leydig di sebelahnya.

Testis merupakan organ kuat, mudah bergerak, dan terletak di dalam skrotum. Testis menerima darah dari sebuah cabang aorta abdominalis yaitu arteriae testicularis. Sedangkan, aliran darah kotor keluar melalui venae testiculares sebagai jalinan vena yaitu plexus pampiniformis (Snell, 2006).


(16)

12

Menurut Sherwood (2001), testis melaksanakan dua fungsi, yaitu

menghasilkan sperma (spermatogenesis) dan mengeluarkan testosteron. Dua testis orang dewasa membentuk sperma dengan jumlah mencapai 120 juta per hari (Guyton dan Hall, 2006).

Testis memiliki sekitar 250 lobulus testis dengan masing-masing lobulus berisi 1-4 tubulus seminiferus sehingga di dalam tubuh pria terdapat sekitar 250-1000 tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus terdiri dari epitel

germinal. Epitel germinal terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel sertoli atau sel penyokong dan sel spermatogenik (Junqueira dan carneiro, 2005).

Gambar4. Tubulus seminiferus normal perwarnaan Pararosanilineae Toluidine Blue (PT) pembesaran sedang (Junqueira dan Careiro, 2005).


(17)

13

Gambar 5 . Sel epitelium germinal testis pewarnaan H&E perbesaran sedang (Junqueira dan Careiro, 2005).

B. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

Jintan hitam (Nigella sativa L.) atau yang lebih sering dikenal dengan istilah black seed , black cumin atau habatul barakah adalah spesies tanaman yang tergolong famili Ranunculaceae. Tanaman ini memiliki biji yang bermanfaat bagi pengobatan herbal dan telah digunakan di seluruh dunia, baik untuk mengobati ataupun mencegah berbagai macam penyakit (Ali dan Bunden, 2003; Tariq, 2008).

Menurut Tariq (2008), jintan hitam, awalnya merupakan pengobatan tradisional yang terdapat di kawasan Jazirah Arab. Jintan hitam

direkomendasikan untuk mengatasi masalah kesehatan seperti demam, batuk, bronchitis, asma, sakit kepala kronik, migrain, pusing, dysmenorrhea,

obesitas, diabetes, paralisis, hemiplagia, backpain, infeksi, inflamasi, reumatik, hipertensi, dan gangguan gastrointestinal seperti dispepsia,


(18)

14

flatulence, disentri, dan diare. Sedangkan di negara-negara benua Asia termasuk Indonesia, tanaman ini juga sering dipakai dalam pengobatan tradisional.

Secara taksonomi jintan hitam diklasifikasikan Hutapea (1994) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ranunculales Famili : Ranunculaceae Genus : Nigella

Spesies : Nigella sativa

Tumbuhan ini tumbuh hingga mencapai tinggi 20-30 cm, dengan daun hijau lonjong, ujung dan pangkal runcing, tepi beringgit, dan pertulangan menyirip. Bunganya majemuk, bentuk karang, kepala sari berwarna kuning, mahkota berbentuk corong berwarna antara biru sampai putih, dengan 5-10 kelopak bunga dalam satu batang pohon (Hutapea, 1994).

Biji jintan hitam memiliki kandungan fixed oils, essential oils, protein, alkaloid dan saponin. Namun, aktivitas biologi yang terlihat paling menonjol dari biji ini adalah thymoquinone. Thymoquinone merupakan komponen utama dari essential oils, akan tetapi juga dapat ditemukan pada fixed oils.


(19)

15

Biji ini memiliki efek antiinflamasi, analgesik, antipiretik, antimikrobial dan antineoplastik dan sitoprotektif (Ali dan Blunden, 2003).

Penelitian mengenai jintan hitam juga dilakukan oleh Sultan dkk (2012) mengenai efek dari fixed oil (BCFO) dan essential oil (BCEO) yang terkandung di dalam jintan hitam, melawan stress oksidatif yang dapat menyebabkan multiple organ toxicity. Sampel yang digunakan adalah 30 tikus galur Sprague Dawley. Perlakuan yang dilakukan Sultan dkk (2012) pada sampel kelompok perlakuan adalah dengan memberikan injeksi

potassium bromated sebagai stres oksidatif ringan. Dari penelitian ini terlihat bahwa essential oils dari jintan hitam memiliki kemampuan paling efektif dalam menurunkan tingkat potassium bromated dalam menyebabkan multiple organ toxicity sehingga jintan hitam dapat membantu mengurangi tingkat nekrosis pada organ.

Menurut Mousavi dkk (2010), thymoquinone diketahui merupakan sumber dari antioksidan. Sedangkan alkaloid, selain berfungsi sebagai antioksidan, juga berfungsi sebagai kemopreventif kanker dan agen neurofarmakologi (Rao, 2003). Saponin memiliki fungsi sebagai imunostimulan,

hipokolesterolemia, antikanker, antifungal, antiviral dan juga antioksidan (Francis dkk, 2002).


(20)

16

C. Efek Proteksi Jintan Hitam terhadap Gentamisin

Aksi farmakologi dari ekstrak mentah jintan hitam dilaporkan bahwa, terdapat efek proteksi terhadap nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas yang diinduksi oleh penyakit atau bahan kimia (Ali dan Bunden, 2003). Hal ini mungkin akan memberikan efek proteksi yang sama pada toksisitas gentamisin terhadap testis.

Dari penelitiannya Mousavi dkk (2010), dapat diketahui bahwa thymoquinone pada jintan hitam memiliki efek sitoprotekif dari sitotoksisitas melalui

mekanisme antioksidan. Selain thymoquinone, terdapat pula saponin dan alkaloid yang memiliki efek sebagai antioksidan.

Antioksidan mempunyai peranan yang besar dalam melindungi tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (Ernawati dkk, 2009).

Antioksidan berfungsi menghambat radikal bebas atau memulung radikal bebas setelah selesai dibentuk. Jejas sel yang diinduksi radikal bebas

merupakan mekanisme penting kerusakan sel. Radikal bebas yang terbentuk atau berasal dari luar tubuh, ketika terpapar dengan sel, segera menyerang dan mendegradasi asam nukleat serta berbagai molekul membran (Kumar dan Robbins, 2007).


(21)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(Skripsi)

Oleh

NABILA PUTRI ASTRINI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only with control group design.

B. Tempat dan Waktu

Perlakuan pada hewan percobaan dilakukan di Animal House, Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan

pembuatan preparat dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Periode penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.


(23)

18

Sampel penelitian sebanyak 30 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok, dengan rumus penentuan sampel berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut (Sastroatmojo dan Ismael, 2008).

� −1 −1 ≥15 5−1 ( −1) ≥15

4 −4≥ 15 4 ≥15 + 4 ≥4, 75

≥ 5 Keterangan:

t = jumlah perlakuan.

n= jumlah hewan coba tiap kelompok perlakuan.

Jadi, tiap kelompok perlakuan dibutuhkan minimal sampel ( ≥ 5) untuk masing-masing perlakuan dan jumlah perlakuan sebanyak 5 buah, sehingga sampel perlakuan minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 25 ekor.

Kriteria inklusi

1. Sehat

2. Memiliki berat badan antara 200-250 gram 3. Jenis kelamin jantan


(24)

19

Kriteria eksklusi

1. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital)

2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 % setelah masa adaptasi di laboratorium.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang akan digunakan ada dua, yaitu gentamisin dengan dosis 80mg/kgBB dan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan dosis 500mg/kgBB, 1000mg/kgBB, dan 1500mg/kgBB.

2. Bahan Kimia

Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan preparat histologis dengan metode parafin meliputi: bahan utama berupa potongan jaringan hewan yang telah difiksasi dengan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%. Larutan yang diperlukan adalah, ethanol absolut, xylol, parafin, gliserin 99,5 %, ewit (albumin), larutan hematoksilin, lithium karbonat, larutan eosin dan DPX (Muntiha, 2001).


(25)

20

3. Alat Penelitian

a. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g,

untuk menimbang berat tikus. 2) Spuit oral 1 cc

3) Spet oral

4) Gunting minor set, untuk membedah perut tikus (laparotomi). 5) Kapas dan alkohol.

b. Alat pembuatan preparat histopatologi

Adapun alat pembuat preparat histologi adalah talenan, pisau skalpel, pinset, saringan, tissue casset, mesin prosessor otomatis, mesin vakum, mesin bloking, freezer (-20°C), mesin mikrotom, pisau mikrotom, water bath 46 °C, kaca obyek, kaca penutup, rak khusus untuk pewarnaan, oven 60°C (Muntiha, 2001).


(26)

21

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

a. Cara pembuatan ekstrak etanol jintan hitam:

Ekstrak dibuat di Labotatorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila. Proses pembuatan ekstrak etanol jintan hitam dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut.

Menurut Sulistianto dkk (2004), ekstraksi dimulai dari penimbangan jintan hitam. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40ºC sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Selanjutnya dari ekstrak ini akan dibuat larutan stok. Larutan stok yang dimaksud adalah larutan pekat dengan dosis 100g/100ml, hal ini dimaksud agar mempermudah dalam perlakuan pada tikus saat percobaan. Ekstrak dibuat dengan melarutkan 100 g berat ekstrak jintan hitam ke dalam 100 ml akuades sehingga 1 ml ekstrak mengandung 1000 mg.


(27)

22

b. Cara perhitungan dosis ekstrak jintan hitam:

Dosis pertengahan ekstrak etanol jintan hitam yang akan digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan pada penelitian Tamad dkk (2011) sebesar 500, 1000 dan 1500mg/kgBB. Pada penelitian tersebut dosis ini telah terbukti dapat menurunkan kadar serum kreatinin, serum urea, dan Blood Urea Nitrogen (BUN) terhadap tikus yang diinduksi gentamisin.

1) Dosis untuk tiap tikus kelompok III

500mg/kgBB x 0,2 kg (berat tikus) = 100 mg 2) Dosis untuk tiap tikus kelompok IV

1000mg/kgBB x 0,2 kg = 200 mg 3) Dosis untuk tiap tikus kelompok V

1500mg/kgBB x 0,2 kg = 300 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 g. Untuk masing-masing dosis per hari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak jintan hitam pada masing-masing tikus kelompok III, IV dan V.

Tikus kelompok III


(28)

23

1000 � 1 =

100 � � x =0,1

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,1 ml.

Tikus kelompok IV

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

1000 � 1 =

200 � � x = 0,2

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok IV akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml.

Tikus kelompok V

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

1000 � 1 =

300 � � x = 0,3

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok V akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml.


(29)

24

2. Prosedur Pemberian Dosis Gentamisin

Dosis gentamisin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah terbukti dapat meningkatkan serum kreatinin, serum urea dan BUN pada tikus percobaan yang diberikan gentamisin 80mg/kgBB/hari dan diberikan selama 8 hari (Singh dkk, 2009).

Dosis gentamisin pada tikus yang telah terbukti toksis yaitu 80mg/KgBB. Hal ini berarti sebagai berikut :

Pada berat tikus rata-rata sekitar 200 mg atau 0,2 kg maka dosis per ekor tikus sebesar 80mg/kgBB x 0,2 kg = 16 mg (per ekor tikus).

Dosis gentamisin yang dipilih adalah vial 80 mg dalam 2 ml, hal ini dikarenakan pemberian lewat intraperitoneal. Maka perhitungan dosis injeksinya adalah sebagai berikut :

80 � 2 =

16 � � Maka x adalah

�=16 �� 2 80 �


(30)

25

3. Prosedur Penelitian

a. Tikus sebanyak 30 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, dimana hanya akan diberi akuades. Kelompok II sebagai kontrol patologis, dimana diberikan gentamisin dengan dosis 80mg/kgBB. Kelompok III adalah perlakuan coba dengan pemberian ekstrak jintan hitam dosis 500mg/kgBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak

1000mg/kgBB, dan kelompok V dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1500mg/kgBB. Kemudian selang 2 jam kelompok III, IV dan V diberikan induksi gentamisin sebesar 80mg/kgBB. Masing-masing diberikan secara intraperitoneal selama 8 hari. Kemudian pada hari ke-9 dan ke-10, masing-masing tikus dari kelompok III, IV dan V tetap diberikan ekstrak jintan hitam.

b. Mencekoki tikus dengan ekstrak jintan hitam selama 8 hari dan melakukan injeksi gentamisin secara intraperitoneal selama 8 hari, dilanjutkan pemberian ekstrak jintan hitam per oral hingga hari ke-10. Tikus tetap diberikan makan ad libitum.

c. Setelah 10 hari, perlakuan diberhentikan.


(31)

26

e. Dilakukan laparotomi, diambil testis untuk dibuat sediaan

mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Hematoksilin mempunyai sifat pewarna basa, yaitu memulas unsur jaringan yang basofilik. Eosin memulas unsur jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini paling banyak digunakan (Junqueira dkk, 2005).Sampel testis ini difiksasi dengan meredam jaringan dengan larutan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% berfungsi sebagai bahan pengawet agar terhindar dari pencernaan jaringan oleh enzim-enzim (otolisis) atau bakteri dan untuk melindungi struktur fisik sel. Selanjutnya sampel ini dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Unila untuk pembuatan sediaan mikroskopis sel germinal testis.

f. Metode teknik histopatologi adalah menurut Akoso dkk (1999) : 1) Fixation

a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ testis yang telah terpilih segera dengan larutan pengawet formalin 10 %. b) Mencuci dengan air mengalir.

2) Trimming

a) Mengecilkan organ ± 3 .

b) Memasukkan potongan organ testis tersebut ke dalam embedding cassette.


(32)

27

3) Dehidrasi

a) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu.

b) Berturut-turut melakukan perendaman organ testis dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolut I, II, III selama 1 jam.

4) Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I, II, III masing-masing 1 jam.

5) Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan parafin I, II, III masing-masing selama 2 jam.

6) Embedding

a) Membersihkan sisa parafin yang ada pada pan dengan

memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas. b) Menyiapkan paraffin cair dengan memasukkan paraffin ke

dalam cangkir logam dan memasukkan dalam oven dengan suhu di atas 58ºC.


(33)

28

d) Memindahkan satu per satu dari embedding cassette ke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.

e) Memasukkan pan dalam air.

f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan testis dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6ºC beberapa saat. g) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada

dengan menggunakan scapel/pisau hangat.

h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing.

i) Memblok paraffin siap potong dengan mikrotom.

7) Cuttting

a) Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.

b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu. c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron.

d) Memilih lembaran potongan yang paling baik, mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna.

f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau


(34)

29

pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.

g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator (pada suhu 37ºC) selama 24 jam sampa jaringan melekat sempurna.

8) Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoxylin Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilol I, II, III masing-masing selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan Alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga, akuades selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan dalam zat warna Harris Hematoxylin selama 20 menit. Kemudian memasukkan potongan organ testis dalam akuades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang-goyang organ. Keenam, mencelupkan organ dalam asam alkohol 2-3 celupan. Ketujuh, dibersihkan dalam akuades bertingkat masing-masing 1 menit dan 15 menit. Kedelapan, memasukkan potongan organ dalam Eosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan V masing-masing 5 menit.


(35)

30

9) Mounting

Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide di atas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan tutup dengn cover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.


(36)

31

Timbang berat badan tikus

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus diberi perlakuan selama 8 hari

Cekok Cekok Cekok Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

Cekok I.P. I.P. I.P. I.P

Akuades Gentamisin Gentamisin Gentamisin Gentamisin 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80mg/kgBB 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Pada hari ke 9 dan 10

Cekok I.P. Cekok Cekok Cekok

Akuades Akuades Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Tikus di narkosis dengan kloroform

Lakukan laparotomi lalu testis tikus diambil

Sampel testis difiksasi dengan formalin 10%

Sample testis dikirim ke LAB PA dan Histologi FK untuk pembuatan preparat histologi

Pengamatan preparat histologi testis dengan mikroskop

Gambar 6. Diagram alir penelitian

Setelah 2 jam


(37)

32

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak jintan hitam. b. Variabel dependen adalah jumlah sel spermatogenik.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pemberian ekstrak jintan hitam

Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus percobaan yang dilakukan terbagi atas 5 kelompok percobaan.

1) Kelompok I

Tikus diberikan akuades sebanyak 0,4 ml.

2) Kelompok II

Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml selama 8 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian 0,4 ml akuades pada hari ke-9 dan ke-10.

3) Kelompok III

Tikus diberikan ekstak jintan hitam sebanyak 0,1 ml per oral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara


(38)

33

intraperitoneal sebanyak 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,1 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,2 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml per oral.

b. Jumlah sel spermatogenik

Sel spermatogenik terdiri dari spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder dan spermatid (Junqueira dan Carneiro, 2005). Semua sel pada semua tahap perkembangan yang telah disebutkan, akan dihitung secara keseluruhan per tubulus seminiferus sebagai sel


(39)

34

spermatogenik. Menurut Wahyuni (2012), karakteristik sel spermatogenik sebagai berikut.

1) Jumlah sel spermatogonium : jumlah sel dengan bentuk bulat, dekat membran basal, inti berbentuk lonjong dengan kromatin halus dan selaput inti tipis yang diamati dan dhitung dibawah mikroskop

2) Jumlah sel spermatosit : jumlah sel berbentuk bulat, besar, inti gelap dengan kromosom terlihat jelas yang diamati dan dihitung dibawah mikroskop

3) Jumlah sel spermatid : jumlah sel berbentuk bulat, lebih kecil dari spermatosit, inti bulat, pucat dan terang yang diamati dan dihitung dibawah mikroskop

Sediaan mikroskopis dengan pewarnaan HE diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 40 X 10 (Wahyuni, 2012). Pengamatan akan dilakukan pada sembilan tubulus seminiferus untuk tiap

perlakuan (Astuti dkk, 2008).

G. Analisis Data

Analisis data berupa variabel numerik. Pada kelompok yang tidak

berpasangan akan diuji dengan menggunakan uji one way annova kemudian dilanjutkan dengan pos hoc test metode tukey test untuk mengetahui


(40)

35

kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Untuk uji normalitas data akan dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Apabila data tidak memenuhi syarat penelitian, maka akan diuji dengan uji Kruskal Wallis.


(41)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan ... 4 D. Manfaat ... 5 E. Kerangka Pemikiran ... 6 F. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8 A. Toksisitas Gentamisin ... 8 B. Jintan Hitam (Nigella sativa L.) ... 13 C. Efek Proteksi Jintan Hitam terhadap Gentamisin ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17 A. Desain Penelitian ... 17 B. Tempat dan Waktu ... 17 C. Populasi dan Sampel ... 17 D. Bahan dan Alat Penelitian ... 19 E. Prosedur Penelitian ... 21 F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operational Variabel ... 32


(42)

v

G. Analisa Data ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36 A. Hasil Penelitian ... 36 B. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47 A. Kesimpulan ... 47 B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(43)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil pengamatan jumlah sel spermatogenik tikus ... 39

2. Rerata jumlah spermatogenik tikus ... 40

3. Analisis data secara statistik ... 52

4. Analisis normalitas data ... 54

5. Analisis varians data ... 55

6. Analisis varians data setelah transformasi data ... 55


(44)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Oleh

NABILA PUTRI ASTRINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr.Susianti, M.Sc ………

Sekretaris : dr.Syazili Mustofa ………

Penguji Bukan

Pembimbing : Dr.Sutyarso, M.Biomed ………

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP 195704241987031001


(46)

Ku Persembahkan Buah Keringatku

Selama 5 Bulan

untuk

Papa danMama Tersayang

yang Senantiasa Mendoakan dan

Mendukung Langkahku Menggapai

Satu Langkah Lebih Dekat menjadi

Seorang Dokter.


(47)

Judul Skripsi : PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM

(Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH

SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI

GENTAMISIN

Nama Mahasiswa : Nabila Putri Astrini

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011065

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

dr.Susianti, M.Sc dr.Syazili Mustofa

NIP 197808052005012003 NIP 198307132008121003

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr.Sutyarso, M.Biomed NIP 195704241987031001


(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, DKI Jakarta pada tanggal 21 Agustus 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Ir.Rahman Dewanto dan Ibu Rini Mulyani, S.E.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Gaya Putra, diselesaikan di Jakarta pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDS Gaya Remaja, Jakarta pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 30, Jakarta pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 13, Jakarta pada tahun 2009.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Di waktu yang sama, penulis juga diterima di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Solo melalui seleksi nilai SNMPTN. Semasa kuliah, penulis pernah menjabat sebagai kardiak yaitu sebutan bagi anggota muda Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas, Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai sekretaris bidang Dana Usaha (Danus) FSI Ibnu Sina periode 2010-2011. Pada periode selanjutnya (2011-2012), menjabat sebagai staf ahli dinas


(49)

Pendidikan dan Profesi (Pendpro) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila. Pada periode yang sama, penulis menjabat sebagai Asisten Wilayah 1, Pengurus Harian Nasional (PHN) bidang Pendpro, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Dalam bidang akademik, penulis hingga saat ini menjabat sebagai Asisten Dosen Histologi.


(50)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan ke Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Jumlah Sel Spermatogenik Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Gentamisin” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan FK Unila;

2. Ibu dr. Susianti, M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Bapak dr. Syazili Mustofa, selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(51)

ii

4. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu;

5. Bapak dr. Syazili Mustofa, selaku Pembimbing Akademik; 6. Mama dan Papa yang selalu mendoakan dari jauh sana;

7. Rahmat Habibie Barianto yang selalu setia jadi adik dan membantu di kala sulit;

8. Hilman Fachri, Nurul Hidayah dan Difitasari C.Perdana selaku teman 1 tim dalam penelitian yang senantiasa kompak dalam suka maupun duka. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan selama perkuliahan Nolanda Trikanti,

Ranintha Br. Surbakti, Elis Sri Alawiyah, Harli Feriyadi, Tetra Arya Saputra, Sandi Falenra, H.Sahdiah, dan Fajar Al Habibi.

10. Andri Nur Azizah dan temannya yang sudah memberi tumpangan untuk istirahat sejenak di kosannya serta petunjuknya dalam menjelajah bogor saat penjemputan tikus di IPB.

11. Kakak Angga 2007 yang sudah mengajarkan teknik menyuntik intraperitoneal tikus dan teknik pencekokan.

12. Al Husni yang sudah membantu mencarikan nomor telepon penjual tikusnya.

13. Ibu Pipih selaku penjual tikus di IPB yang sudah membantu saya mendapatkan tikus.

14. Kondektur DAMRI yang sudah memperbolehkan tikus-tikus saya diangkut dengan DAMRI


(52)

iii

15. Bapak Supir Angkot yang telah baik hati mengantar saya dan teman saya dari IPB Dramaga ke IPB Baranangsiang

16. M.Pasca Yogatama, Kharisma Wibawa, Widhi Astuti, Rinavi Adrin, H. Sahdiah dan Arif Yudho yang telah membantu saya dalam mempersiapkan penelitian saya.

17. Kakak Saga 2008 yang telah memberi petunjuk tempat pembuatan ekstrak.

18. Nora Ramkita, RA Siti Marhani, Wida Ratna Nurmala, Annida Nurul Had, Ghina Yona Nurmufti, Ayu Zahera, Evi Febriani L, Vindita Mentari, Aprimond syuhar dan semua teman yang tak bisa disebutkan satu per satu.

19. Ibu Prapti, Bapak Rohadi, Alif, Nata, Resan (Keluarga Kosan Arbenta), terima kasih untuk doa dan dukungannya.

20. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Akhir kata,Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Nusa Bangsa, Agama dan Umat.Aamiin.

Bandar Lampung, 24 Januari 2013

Penulis


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only with control group design.

B. Tempat dan Waktu

Perlakuan pada hewan percobaan dilakukan di Animal House, Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan

pembuatan preparat dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Periode penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.


(54)

18

Sampel penelitian sebanyak 30 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok, dengan rumus penentuan sampel berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut (Sastroatmojo dan Ismael, 2008).

� −1 −1 ≥15 5−1 ( −1) ≥15

4 −4≥ 15 4 ≥15 + 4 ≥4, 75

≥ 5 Keterangan:

t = jumlah perlakuan.

n= jumlah hewan coba tiap kelompok perlakuan.

Jadi, tiap kelompok perlakuan dibutuhkan minimal sampel ( ≥ 5) untuk masing-masing perlakuan dan jumlah perlakuan sebanyak 5 buah, sehingga sampel perlakuan minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 25 ekor.

Kriteria inklusi

1. Sehat

2. Memiliki berat badan antara 200-250 gram 3. Jenis kelamin jantan


(55)

19

Kriteria eksklusi

1. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital)

2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 % setelah masa adaptasi di laboratorium.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang akan digunakan ada dua, yaitu gentamisin dengan dosis 80mg/kgBB dan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan dosis 500mg/kgBB, 1000mg/kgBB, dan 1500mg/kgBB.

2. Bahan Kimia

Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan preparat histologis dengan metode parafin meliputi: bahan utama berupa potongan jaringan hewan yang telah difiksasi dengan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%. Larutan yang diperlukan adalah, ethanol absolut, xylol, parafin, gliserin 99,5 %, ewit (albumin), larutan hematoksilin, lithium karbonat, larutan eosin dan DPX (Muntiha, 2001).


(56)

20

3. Alat Penelitian

a. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g,

untuk menimbang berat tikus. 2) Spuit oral 1 cc

3) Spet oral

4) Gunting minor set, untuk membedah perut tikus (laparotomi). 5) Kapas dan alkohol.

b. Alat pembuatan preparat histopatologi

Adapun alat pembuat preparat histologi adalah talenan, pisau skalpel, pinset, saringan, tissue casset, mesin prosessor otomatis, mesin vakum, mesin bloking, freezer (-20°C), mesin mikrotom, pisau mikrotom, water bath 46 °C, kaca obyek, kaca penutup, rak khusus untuk pewarnaan, oven 60°C (Muntiha, 2001).


(57)

21

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

a. Cara pembuatan ekstrak etanol jintan hitam:

Ekstrak dibuat di Labotatorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila. Proses pembuatan ekstrak etanol jintan hitam dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut.

Menurut Sulistianto dkk (2004), ekstraksi dimulai dari penimbangan jintan hitam. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40ºC sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Selanjutnya dari ekstrak ini akan dibuat larutan stok. Larutan stok yang dimaksud adalah larutan pekat dengan dosis 100g/100ml, hal ini dimaksud agar mempermudah dalam perlakuan pada tikus saat percobaan. Ekstrak dibuat dengan melarutkan 100 g berat ekstrak jintan hitam ke dalam 100 ml akuades sehingga 1 ml ekstrak mengandung 1000 mg.


(58)

22

b. Cara perhitungan dosis ekstrak jintan hitam:

Dosis pertengahan ekstrak etanol jintan hitam yang akan digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan pada penelitian Tamad dkk (2011) sebesar 500, 1000 dan 1500mg/kgBB. Pada penelitian tersebut dosis ini telah terbukti dapat menurunkan kadar serum kreatinin, serum urea, dan Blood Urea Nitrogen (BUN) terhadap tikus yang diinduksi gentamisin.

1) Dosis untuk tiap tikus kelompok III

500mg/kgBB x 0,2 kg (berat tikus) = 100 mg 2) Dosis untuk tiap tikus kelompok IV

1000mg/kgBB x 0,2 kg = 200 mg 3) Dosis untuk tiap tikus kelompok V

1500mg/kgBB x 0,2 kg = 300 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 g. Untuk masing-masing dosis per hari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak jintan hitam pada masing-masing tikus kelompok III, IV dan V.

Tikus kelompok III


(59)

23

1000 � 1 =

100 � � x =0,1

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,1 ml.

Tikus kelompok IV

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

1000 � 1 =

200 � � x = 0,2

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok IV akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml.

Tikus kelompok V

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

1000 � 1 =

300 � � x = 0,3

Jadi, masing-masing tikus pada kelompok V akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml.


(60)

24

2. Prosedur Pemberian Dosis Gentamisin

Dosis gentamisin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah terbukti dapat meningkatkan serum kreatinin, serum urea dan BUN pada tikus percobaan yang diberikan gentamisin 80mg/kgBB/hari dan diberikan selama 8 hari (Singh dkk, 2009).

Dosis gentamisin pada tikus yang telah terbukti toksis yaitu 80mg/KgBB. Hal ini berarti sebagai berikut :

Pada berat tikus rata-rata sekitar 200 mg atau 0,2 kg maka dosis per ekor tikus sebesar 80mg/kgBB x 0,2 kg = 16 mg (per ekor tikus).

Dosis gentamisin yang dipilih adalah vial 80 mg dalam 2 ml, hal ini dikarenakan pemberian lewat intraperitoneal. Maka perhitungan dosis injeksinya adalah sebagai berikut :

80 � 2 =

16 � � Maka x adalah

�=16 �� 2 80 �


(61)

25

3. Prosedur Penelitian

a. Tikus sebanyak 30 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, dimana hanya akan diberi akuades. Kelompok II sebagai kontrol patologis, dimana diberikan gentamisin dengan dosis 80mg/kgBB. Kelompok III adalah perlakuan coba dengan pemberian ekstrak jintan hitam dosis 500mg/kgBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak

1000mg/kgBB, dan kelompok V dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1500mg/kgBB. Kemudian selang 2 jam kelompok III, IV dan V diberikan induksi gentamisin sebesar 80mg/kgBB. Masing-masing diberikan secara intraperitoneal selama 8 hari. Kemudian pada hari ke-9 dan ke-10, masing-masing tikus dari kelompok III, IV dan V tetap diberikan ekstrak jintan hitam.

b. Mencekoki tikus dengan ekstrak jintan hitam selama 8 hari dan melakukan injeksi gentamisin secara intraperitoneal selama 8 hari, dilanjutkan pemberian ekstrak jintan hitam per oral hingga hari ke-10. Tikus tetap diberikan makan ad libitum.

c. Setelah 10 hari, perlakuan diberhentikan.


(62)

26

e. Dilakukan laparotomi, diambil testis untuk dibuat sediaan

mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Hematoksilin mempunyai sifat pewarna basa, yaitu memulas unsur jaringan yang basofilik. Eosin memulas unsur jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini paling banyak digunakan (Junqueira dkk, 2005).Sampel testis ini difiksasi dengan meredam jaringan dengan larutan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% berfungsi sebagai bahan pengawet agar terhindar dari pencernaan jaringan oleh enzim-enzim (otolisis) atau bakteri dan untuk melindungi struktur fisik sel. Selanjutnya sampel ini dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Unila untuk pembuatan sediaan mikroskopis sel germinal testis.

f. Metode teknik histopatologi adalah menurut Akoso dkk (1999) : 1) Fixation

a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ testis yang telah terpilih segera dengan larutan pengawet formalin 10 %. b) Mencuci dengan air mengalir.

2) Trimming

a) Mengecilkan organ ± 3 .

b) Memasukkan potongan organ testis tersebut ke dalam embedding cassette.


(63)

27

3) Dehidrasi

a) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu.

b) Berturut-turut melakukan perendaman organ testis dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolut I, II, III selama 1 jam.

4) Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I, II, III masing-masing 1 jam.

5) Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan parafin I, II, III masing-masing selama 2 jam.

6) Embedding

a) Membersihkan sisa parafin yang ada pada pan dengan

memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas. b) Menyiapkan paraffin cair dengan memasukkan paraffin ke

dalam cangkir logam dan memasukkan dalam oven dengan suhu di atas 58ºC.


(64)

28

d) Memindahkan satu per satu dari embedding cassette ke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.

e) Memasukkan pan dalam air.

f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan testis dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6ºC beberapa saat. g) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada

dengan menggunakan scapel/pisau hangat.

h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing.

i) Memblok paraffin siap potong dengan mikrotom.

7) Cuttting

a) Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.

b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu. c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron.

d) Memilih lembaran potongan yang paling baik, mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna.

f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau


(65)

29

pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.

g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator (pada suhu 37ºC) selama 24 jam sampa jaringan melekat sempurna.

8) Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoxylin Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilol I, II, III masing-masing selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan Alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga, akuades selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan dalam zat warna Harris Hematoxylin selama 20 menit. Kemudian memasukkan potongan organ testis dalam akuades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang-goyang organ. Keenam, mencelupkan organ dalam asam alkohol 2-3 celupan. Ketujuh, dibersihkan dalam akuades bertingkat masing-masing 1 menit dan 15 menit. Kedelapan, memasukkan potongan organ dalam Eosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan V masing-masing 5 menit.


(66)

30

9) Mounting

Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide di atas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan tutup dengn cover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.


(67)

31

Timbang berat badan tikus

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus diberi perlakuan selama 8 hari

Cekok Cekok Cekok Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

Cekok I.P. I.P. I.P. I.P

Akuades Gentamisin Gentamisin Gentamisin Gentamisin 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80mg/kgBB 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Pada hari ke 9 dan 10

Cekok I.P. Cekok Cekok Cekok

Akuades Akuades Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Tikus di narkosis dengan kloroform

Lakukan laparotomi lalu testis tikus diambil

Sampel testis difiksasi dengan formalin 10%

Sample testis dikirim ke LAB PA dan Histologi FK untuk pembuatan preparat histologi

Pengamatan preparat histologi testis dengan mikroskop

Gambar 6. Diagram alir penelitian

Setelah 2 jam


(68)

32

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak jintan hitam. b. Variabel dependen adalah jumlah sel spermatogenik.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pemberian ekstrak jintan hitam

Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus percobaan yang dilakukan terbagi atas 5 kelompok percobaan.

1) Kelompok I

Tikus diberikan akuades sebanyak 0,4 ml.

2) Kelompok II

Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml selama 8 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian 0,4 ml akuades pada hari ke-9 dan ke-10.

3) Kelompok III

Tikus diberikan ekstak jintan hitam sebanyak 0,1 ml per oral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara


(69)

33

intraperitoneal sebanyak 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,1 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,2 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml per oral.

b. Jumlah sel spermatogenik

Sel spermatogenik terdiri dari spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder dan spermatid (Junqueira dan Carneiro, 2005). Semua sel pada semua tahap perkembangan yang telah disebutkan, akan dihitung secara keseluruhan per tubulus seminiferus sebagai sel


(70)

34

spermatogenik. Menurut Wahyuni (2012), karakteristik sel spermatogenik sebagai berikut.

1) Jumlah sel spermatogonium : jumlah sel dengan bentuk bulat, dekat membran basal, inti berbentuk lonjong dengan kromatin halus dan selaput inti tipis yang diamati dan dhitung dibawah mikroskop

2) Jumlah sel spermatosit : jumlah sel berbentuk bulat, besar, inti gelap dengan kromosom terlihat jelas yang diamati dan dihitung dibawah mikroskop

3) Jumlah sel spermatid : jumlah sel berbentuk bulat, lebih kecil dari spermatosit, inti bulat, pucat dan terang yang diamati dan dihitung dibawah mikroskop

Sediaan mikroskopis dengan pewarnaan HE diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 40 X 10 (Wahyuni, 2012). Pengamatan akan dilakukan pada sembilan tubulus seminiferus untuk tiap

perlakuan (Astuti dkk, 2008).

G. Analisis Data

Analisis data berupa variabel numerik. Pada kelompok yang tidak

berpasangan akan diuji dengan menggunakan uji one way annova kemudian dilanjutkan dengan pos hoc test metode tukey test untuk mengetahui


(71)

35

kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Untuk uji normalitas data akan dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Apabila data tidak memenuhi syarat penelitian, maka akan diuji dengan uji Kruskal Wallis.


(1)

9) Mounting

Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide di atas tisu pada

tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada

balsam dan tutup dengn cover glass, cegah jangan sampai

terbentuk gelembung udara.


(2)

Timbang berat badan tikus

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari Tikus diberi perlakuan selama 8 hari

Cekok Cekok Cekok Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

Cekok I.P. I.P. I.P. I.P Akuades Gentamisin Gentamisin Gentamisin Gentamisin 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80 mg/kgBB 80mg/kgBB 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Pada hari ke 9 dan 10

Cekok I.P. Cekok Cekok Cekok

Akuades Akuades Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari Tikus di narkosis dengan kloroform

Lakukan laparotomi lalu testis tikus diambil Sampel testis difiksasi dengan formalin 10%

Sample testis dikirim ke LAB PA dan Histologi FK untuk pembuatan preparat histologi Pengamatan preparat histologi testis dengan mikroskop

Gambar 6. Diagram alir penelitian

Setelah 2 jam


(3)

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak jintan hitam.

b. Variabel dependen adalah jumlah sel spermatogenik.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pemberian ekstrak jintan hitam

Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus

percobaan yang dilakukan terbagi atas 5 kelompok percobaan.

1) Kelompok I

Tikus diberikan akuades sebanyak 0,4 ml.

2) Kelompok II

Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml

selama 8 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian 0,4 ml

akuades pada hari ke-9 dan ke-10.

3) Kelompok III

Tikus diberikan ekstak jintan hitam sebanyak 0,1 ml per oral


(4)

intraperitoneal sebanyak 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan

selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak

jintan hitam per oral sebanyak 0,1 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml per oral

kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara

intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada

hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral

sebanyak 0,2 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml per oral

kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara

intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada

hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak

0,3 ml per oral.

b. Jumlah sel spermatogenik

Sel spermatogenik terdiri dari spermatogonium, spermatosit primer,

spermatosit sekunder dan spermatid (Junqueira dan Carneiro, 2005).

Semua sel pada semua tahap perkembangan yang telah disebutkan,


(5)

spermatogenik. Menurut Wahyuni (2012), karakteristik sel

spermatogenik sebagai berikut.

1) Jumlah sel spermatogonium : jumlah sel dengan bentuk bulat,

dekat membran basal, inti berbentuk lonjong dengan kromatin

halus dan selaput inti tipis yang diamati dan dhitung dibawah

mikroskop

2) Jumlah sel spermatosit : jumlah sel berbentuk bulat, besar, inti

gelap dengan kromosom terlihat jelas yang diamati dan dihitung

dibawah mikroskop

3) Jumlah sel spermatid : jumlah sel berbentuk bulat, lebih kecil dari

spermatosit, inti bulat, pucat dan terang yang diamati dan dihitung

dibawah mikroskop

Sediaan mikroskopis dengan pewarnaan HE diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 40 X 10 (Wahyuni, 2012). Pengamatan

akan dilakukan pada sembilan tubulus seminiferus untuk tiap

perlakuan(Astuti dkk, 2008).

G. Analisis Data

Analisis data berupa variabel numerik. Pada kelompok yang tidak

berpasangan akan diuji dengan menggunakan uji one way annova kemudian


(6)

kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Untuk uji normalitas data

akan dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Apabila data