PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(1)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus

norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(Skripsi)

Oleh

DIFITASARI CIPTA PERDANA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF BLACKCUMIN EXTRACT (Nigella sativa L.) IN LIVER HISTOPATHOLOGIC APPEARANCE OF MALE RATS (Rattus

norvegicus) INDUCED BY GENTAMICIN

By

DIFITASARI CIPTA PERDANA

Gentamicin is clinically used against bacteria infection, but it’s hepatotoxic. This hepatotoxicity is caused by oxidative stress that induced by gentamicin’s metabolism. Blackcummin is a traditional drug which ussually used to treat some diseases. Blackcummin has antioxidant activity and reduces oxidative stress caused by gentamicin. This study aims to prove the exstract of blackcummin’s effect on histopathologic appearance of gentamicin-induced liver damage.

This research is preclinical trial with randomized controlled design. Research subjects were used 30 Sprague dawley strain male rats. Rats were divided into 5 groups: group I (aquadest 0,4ml), group II (gentamicin 0,4ml/kgBW/day), group III (blackcummin 500mg/kgBW and gentamicin 0,4ml/kgBW/day), group IV (blackcummin 1000mg/kgBW and gentamicin 0,4ml/kgBW/day), group V (blackcummin 1500mg/kgBW/day and gentamicin 0,4ml/kgBW/day).


(3)

Results suggests that there was significant effect of giving the treatment to hepatocyte damage male rats. Group III and IV showed better histopathologic appearance compared to pathologic group (II). This’s caused by blackcummin’s antioxidant activity, so that the damaged caused by oxidative stress which induced by gentamicin could be reduced. Histopathologic appearance of group V didn’t show significant difference compared to group II. The conclusion of this research is blackcummin extract at dose of 500-1000mg/kgBW shown to have hepatoprotector activity against gentamicin-induced liver damage.


(4)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus

norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Oleh

DIFITASARI CIPTA PERDANA

Gentamisin secara klinis digunakan untuk melawan infeksi bakteri, namun obat ini bersifat hepatotoksik. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh stress oksidatif yang dihasilkan dari metabolisme gentamisin. Jintan hitam merupakan tanaman obat tradisional yang secara empiris sering digunakan untuk mengobati penyakit. Jintan hitam bersifat antioksidan dan dapat menekan stress oksidatif yang dipicu gentamisin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak jintan hitam terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi gentamisin.

Penelitian ini merupakan uji preklinik dengan rancangan acak terkontrol. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan di Fakultas Kedokteran Unila. Subjek penelitian menggunakan 30 ekor tikus jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: kelompok I (akuades 0,4ml), kelompok II (gentamisin 0,4ml/kgBB/hari),


(5)

kelompok III (jintan hitam 500mg/kgBB dan gentamisin 0,4ml/kgBB/hari), kelompok IV (jintan hitam 1000mg/kgBB dan gentamisin 0,4ml/kgBB/hari), kelompok V (jintan hitam 1500mg/kgBB dan gentamisin 0,4ml/kgBB/hari).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pemberian perlakuan terhadap gambaran histopatologi hepar tikus. Kelompok yang diberikan jintan hitam (III dan IV) memperlihatkan gambaran histopatologi yang lebih baik dibandingkan kelompok patologis (II). Hal ini dikarenakan sifat antioksidan yang dimiliki oleh jintan hitam, sehingga kerusakan akibat stress oksidatif yang dipicu oleh gentamisin dapat ditekan. Gambaran histopatologi pada kelompok V tidak memperlihatkan perbedaan berarti dibandingkan kelompok II. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak jintan hitam dengan dosis 500-1000mg/kgBB bersifat hepatoprotektor.


(6)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus

norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Oleh

DIFITASARI CIPTA PERDANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Jurusan Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(7)

Judul Skripsi : PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Nama Mahasiswa : Difitasari Cipta Perdana

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011038

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Susianti, M.Sc

NIP. 197808052005012003

dr. Iswandi Darwis

NIP. 198606162010121009

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 1957042419803001


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Susianti, M. Sc ...

Sekretaris : dr. Iswandi Darwis ...

Penguji : Dr. Sutyarso, M.Biomed ...

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP : 195704241987031001


(9)

(10)

(11)

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT Sang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan segala karunia, keberkahan, rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan yang Diinduksi Getamisin”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terimakasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan;

2. Ibu dr. Susianti, M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Bapak dr. Helmi Ismunandar dan dr. Iswandi Darwis, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(13)

ii 4. Ibu dr. Efriyan Emantika dan dr. Dwita Anggraini, selaku Pembimbing

Akademik;

5. Orang tua tercinta, mama dan papa yang selalu memanjatkan do’a, memberi nasihat, memberikan motivasi dan semangat;

6. Adik-adik tersayang Prima, Nana, dan Putra yang tiada hentinya menyemangati hari-hariku dengan tawa kalian. Jangan pernah menyerah mengejar mimpi!;

7. Abak dan Ibuk, sosok nenek dan kakek yang selalu berdo’a untukku dan tak henti-hentinya mencurahkan semangat untukku;

8. My researchmates, Nurul Hidayah, Nabila Putri Astrini dan Hilman Fachri, terimakasih atas kebersamaan, nasehat-nasehat galau, bimbingan, dan tawa selama ini, terimakasih atas semua hal yang kita lalui, semoga proses ini tidak hanya sekedar skripsi, namun juga proses pendewasaan karakter dan kemampuan saling menghargai;

9. Wida Ratnanurmala, Nolanda Trikanti dan Ummi Kaltsum, geng YS yang selalu sentosa dengan kegalauannya, terima kasih atas kesediannya menjadi penampung uneg-uneg selama ini;

10.Mas Bayu, Mbak Romi, Pak Syahrudin dan seluruh staf Tata Usaha PSPD Unila serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya; 11.Teman-teman tersayang, Nora dan Widhi yang sudah menjadi pembimbing

bayangan, terimakasih atas bantuan kalian.

12.Sahabat-sahabat yang hebat, Ghina, Annida, Arnia, Hani, Shinta, Giska, Ayu, Marlintan, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian;


(14)

iii 13.Mbak Indri dan Mbak Dwi yang tiada bosannya memberi semangat selama

di pendidikan kedokteran dan untuk menyelesaikan skripsi ini;

14.Teman-teman angkatan 2009 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar;

15.Kakak-kakak dan adik-adik tingkatku (angkatan 2002–2010) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, 5 Januari 2013

Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Kerangka Teori ... 4

F. Kerangka Konsep ... 6

G. Hipotesis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gentamisin ... 8

1. Definisi ... 8

2. Farmakokinetik ... 8

3. Mekanisme kerja obat ... 9

4. Penggunaan klinis ... 9

5. Efek samping ... 10

B. Hepar ... 10

1. Anatomi Hepar ... 10

2. Histologi Hepar ... 11

3. Fisiologi Hepar ... 13

4. Histopatologi Hepar ... 17


(16)

v

1. Definisi ... 18

2. Manfaat ... 20

3. Kandungan Kimia ... 21

4. Mekanisme Kerja Antioksidan ... 21

D. Tikus Putih ... 23

1. Klasifikasi ... 23

2. Jenis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 25

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian... 27

2. Bahan Kimia... 27

3. Alat Penelitian ... 27

E. Prosedur Penelitian 1. Prosedur Pemberian Ekstrak Jintan Hitam ... 28

2. Prosedur Pemberian Dosis Gentamisin ... 31

3. Prosedur Penelitian ... 32

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel a. Variabel Independen... 39

b. Variabel Dependen ... 39

2. Definisi Operasional Variabel ... 39

G. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Gambaran Histopatologi Hati ... 42

2. Analisis Mikroskopik Kerusakan Sel Hepatosit Hepar ... 47

B. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58


(17)

vi A. Kesimpulan ... 58 B. Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil pengamatan kerusakan hepatosit tikus... 49 2. Hasil rata-rata gambaran kerusakan hepatosit... 50 3. Hasil uji statistik perbandingan antar kelompok (analisis post hoc) ... 51


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alur kerangka teori ... 6

2. Diagram alur kerangka konsep... 7

3. Anatomi hati manusia ... 11

4. Histologi hepar normal ... 12

5. Aspek 3 dimensi hepar normal ... 13

6. Tanaman jintan hitam ... 20

7. Struktur kimia timoquinon ... 22

8. Diagram alir penelitian ... 38

9. Gambaran Histopatologi Kelompok K1 ... 43

10.Gambaran Histopatologi Kelompok K2 ... 44

11.Gambaran Histopatologi Kelompok K3 ... 45

12.Gambaran Histopatologi Kelompok K4... 46

13.Gambaran Histopatologi Kelompok K5... 47


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara berkembang dimana urutan penyakit-penyakit utama masih ditempati oleh berbagai penyakit-penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu indikasi peggunaan antibiotik untuk terapi. Antibiotik yang sering digunakan dalam mengobati infeksi yaitu golongan beta-laktam, sefalosporin, makrolid, sulfonamid, dan aminoglikosida (Sudoyo dkk, 2007).

Gentamisin merupakan salah satu antibiotik dari golongan aminoglikosida yang sering digunakan karena harganya relatif lebih terjangkau dan efektif melawan sebagian besar bakteri gram-negatif aerob yang resisten dengan antibiotik lain (Khan dkk, 2011). Gentamisin memiliki jangkauan

spektrum yang luas dan efektif pada bakteremia dan sepsis (Katzung, 2010).

Gentamisin juga memiliki kelemahan dibandingkan dengan antibiotik lain, karena gentamisin merupakan zat xenobiotik dan menyebabkan toksisitas pada organ. Akumulasi gentamisin di organ dapat memicu stres oksidatif. Gentamisin menahan degradasi fosfolipid sehingga megacaukan integritas membran lisosom dan terjadi kebocoran enzim. Gentamisin juga


(21)

2

membentuk kompleks gentamisin-besi dan menginduksi pembentukan radikal bebas. Selanjutnya, gentamisin juga akan memicu peroksidasi lipid yang akan mengganggu fungsi seluler dan menyebabkan nekrosis, salah satunya pada jaringan hepar (Khan dkk, 2011).

Hepar merupakan gerbang semua bahan yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna, sehingga sangat rentan terhadap gangguan metabolik, toksik, dan mikroba (Robbins dkk, 2007). Hepar dan ginjal adalah organ yang paling sering mengalami kerusakan akibat gentamisin karena terlibat dalam metabolisme dan sekresi xenobiotik, sehingga rentan terjadi kondisi patologis. Gentamisin juga menyebabkan gangguan

permeabilitas membran hepatosit. Hepar tikus yang terpapar gentamisin memperlihatkan perubahan hepatoseluler, sinusoid yang berdilatasi dan memadat disertai perdarahan (Khan dkk, 2011).

Efek toksik gentamisin pada hepar dapat dinetralisir oleh antioksidan. Beberapa penelitian menunjukkan berbagai antioksidan yang terdapat dalam ekstrak tanaman obat dapat digunakan untuk menekan stres oksidatif yang diinduksi gentamisin pada hewan percobaan. Ekstrak tanaman obat utamanya berperan sebagai pembersih/penyapu radikal bebas, membentuk kompleks dengan logam (metal chelation), serta menstabilkan sistem membran (Abdel-Raheem, 2010). Berbagai tanaman obat seperti mahkota dewa, sambiloto, dan jintan hitam terbukti efektif mencegah atau melindungi organ dari efek toksik gentamisin (Safa dkk, 2010).


(22)

3

Jintan hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki khasiat antioksidan. Penelitian membuktikan bahwa jintan hitam memiliki efek protektif melawan iskemia organ akibat radikal bebas (Bayrak dkk, 2008). Jintan hitam juga bertindak sebagai pembersih berbagai spesies oksigen reaktif termasuk anion radikal superoksida dan radikal hidroksil (Badary dkk, 2003). Jintan hitam mampu mencegah hepatotoksisitas akibat obat ataupun penyakit secara signifikan (Hosseinzadeh, 2007).

Penelitian Al- Ghamdi (2003) menunjukkan bahwa Nigella sativa L. dengan dosis 250-500 mg/kgBB mampu melindungi hepar dari kerusakan akibat karbontetraklorida. Selain itu dari penelitian Kanter dkk (2005) dan El-Shenawy dkk (2008) didapatkan bahwa 0,2 ml/kgBB jintan hitam efektif melindungi hepar dari stres oksidatif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi gentamisin.

B. Perumusan Masalah

Kerusakan hepar akibat gentamisin serta sifat hepatoprotektif dan

antioksidan dari jintan hitam membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan merumuskan masalah penelitian yaitu: “Apakah ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) berpengaruh terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi gentamisin? “.


(23)

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi gentamisin.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak jintan hitam terhadap kerusakan hepar yang diinduksi oleh gentamisin.

2. Penelitian ini mendukung visi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung yang berbasis agromedicine melalui pengembangan tanaman obat tradisional berbasis bukti ilmiah.

3. Mendukung upaya pengembangan jintan hitam (Nigella sativa L.) sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat yang memiliki sifat antioksidan alami.

E. Kerangka Teori

Akumulasi gentamisin di organ dapat memicu stres oksidatif dan memegang peranan penting dalam progresi cedera hepatik, termasuk susunan biomolekul seperti membran lipid, protein, dan asam nukleat khususnya pada beberapa organel seperti mitokondria dan lisosom pada jaringan hepar (Khan dkk, 2011).


(24)

5

Hepar tikus yang mengalami jejas akibat stres oksidatif yang diinduksi gentamisin akan memperlihatkan perubahan hepatoseluler, sinusoid yang berdilatasi dan memadat disertai perdarahan. Selanjutnya, akan terjadi gangguan fungsi seluler dan nekrosis jaringan hepar. Antioksidan dapat digunakan untuk melawan stres oksidatif ini sehingga tidak terjadi gangguan fisiologis dan morfologis hepar (Khan dkk, 2011).

Jintan hitam merupakan salah satu antioksidan yang bertindak sebagai pemulung berbagai spesies oksigen reaktif termasuk anion radikal superoksida dan radikal hidroksil yang dicetuskan oleh gentamisin (Badary dkk, 2003). Pemindaian dengan Thin Layer Chromatography (TLC) pada sampel minyak jintan hitam memperlihatkan adanya empat komponen utama, yaitu timoquinon, carvacrol, tanethol, dan 4-terpineol, yang mana bertanggung jawab terhadap khasiat antiradikal (Basha dkk, 1995).

Timoquinon dalam jintan hitam mampu meningkatkan enzim antioksidan seperti Superoxide Dismutase (SOD), katalase and glutation peroksidase secara signifikan, serta menghambat iron-dependent microsomal lipid peroxidation secara efisien (Badary dkk, 2000). Selanjutnya, khasiat jintan hitam sebagai antioksidan dan kandungan aktifnya terhadap kerusakan sel hepatosit hepar yang diinduksi gentamisin dapat disimpulkan dalam sebuah kerangka teori seperti pada gambar. 1.


(25)

6

Gambar 1. Kerangka Teori Pengaruh Jintan Hitam terhadap Kerusakan Hepar Diinduksi Gentamisin.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yang menjabarkan hubungan antar variabel pada penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.


(26)

7

Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh Jintan Hitam terhadap Kerusakan Hepar Diinduksi Gentamisin.

G. Hipotesis

Ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) berpengaruh terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi gentamisin.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gentamisin

1. Definisi

Antibiotik merupakan suatu substansi kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Dorland, 2011). Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang diisolasi dari Microspora purpurea. Obat ini efektif terhadap organisme gram-positif dan gram-negatif . Gentamisin merupakan pilihan lini pertama dari golongan aminoglikosida karena harganya relatif lebih terjangkau dan ampuh melawan sebagian besar bakteri gram-negatif aerob yang resisten dengan antibiotik lain (Katzung, 2010).

2. Farmakokinetik

Absorpsi gentamisin melalui pencernaan kurang baik, dan lebih baik jika diberikan melalui intravena, intraperitoneal, intramuskular dan kulit. Waktu paruh gentamisin adalah 2-3 jam dengan ikatan protein plasma kurang dari 30%. Gentamisin tersebar di dalam cairan


(28)

9

ekstraseluler dan hanya sebagian kecil yang masuk cairan

serebrospinal. Gentamisin juga dapat melintasi plasenta dan masuk ke dalam ASI dan diekskresikan melalui urine (Hardjosaputra dkk, 2008).

3. Mekanisme Kerja Obat

Gentamisin akan berikatan dengan ribosomal subunit 30s dan 50s pada bakteri dan mengacaukan sintesis proteinnya sehingga terjadi

kerusakan membran sel bakteri (Katzung, 2010).

4. Penggunaan Klinis

Gentamisin adalah antibiotika alami atau semisintetik golongan aminoglikosida yang secara klinis digunakan untuk melawan bakteri gram negatif (Khan dkk, 2011). Bila gentamisin dikombinasi dengan antibiotika beta-laktam akan menghasilkan efek sinergis terhadap pseudomonas, proteus,enterobacter, klebsiella, serratia, dan strain-strain gram negatif lain yang kemungkinan resisten terhadap antibiotik lainnya. Gentamisin tidak memiliki efektifitas terhadap organisme anaerob (Katzung, 2010).

Gentamisin digunakan pada septikemia dan infeksi berat lain yang disebabkan oleh bakteri gram-negatif aerob, infeksi saluran kemih, infeksi saluran empedu, dan infeksi serius lain. Kombinasi gentamisin dengan beta-laktam dapat digunakan untuk endokarditis bakterial. Gentamisin juga dapat digunakan sebagai kemoprofilaksis pada operasi abdominal (Hardjosaputra dkk, 2008). Tingginya penggunaan


(29)

10

gentamisin yang tidak rasional yang berlebihan dan tidak tepat guna sangat meningkatkan prevalensi patogen yang resisten terhadap beberapa obat, serta meningkatnya toksisitas dan efek samping obat, menurunnya efektifitas dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan (Katzung, 2010).

5. Efek Samping

Gentamisin memiliki efek samping neurotoksisitas, ototoksisitas (auditori dan vestibular), nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin) dengan kejadian lebih dari 10%. Edema, gatal, dan kemerahan adalah reaksi samping yang terjadi pada kurang dari 10% pengguna. Efek samping lain yang lebih jarang (< 1%) yaitu agranulositosis, reaksi alergi, dispnea, granulositopenia, fotosensitif, pseudomotor serebral, dan trombositopenia (Katzung, 2010). Gentamisin juga bersifat toksik pada berbagai organ seperti ginjal, hepar, paru-paru, dan kulit karena menginduksi radikal bebas dan stress oksidatif (Khan dkk, 2011).

B. Hepar

1. Anatomi Hepar

Hepar merupakan kelenjar paling besar dari tubuh dengan berat pada orang dewasa mencapai 1,5 kg atau 2-2,5 % dari berat tubuh, dan sekitar 5% dari berat tubuh pada anak-anak. Organ ini terletak di


(30)

11

kuadran kanan atas cavum abdominis dan dibungkus oleh kapsula Glisson (tunika fibrosa) (Widjaja, 2008).

Gambar 3 memperlihatkan penampang hepar yang terbagi menjadi dua lobus, yaitu lobus hepatis dekstra yang besar dan lobus hepatis sinistra yang lebih kecil. Keduanya dipisahkan di antero-superior oleh

ligamentum falsiforme dan di posterior-inferior oleh fissura untuk ligamentum venosum dan ligamentum teres (Faiz dan Moffat, 2008). Hepar menerima darah dari dua sumber, yaitu 30% berasal dari arteri hepatika propria dan 70% dari vena porta (Moore dan Agur, 2007).

Gambar 3. Gambaran makroskopik hepar manusia dari anterior (Moore dan Agur, 2007).

2. Histologi Hepar

Hepar terdiri dari satuan heksagonal yang disebut lobulus hepar. Di pusat setiap lobulus, terdapat sebuah vena sentral yang dikelilingi lempeng-lempeng sel hepar, yaitu hepatosit dan sinusoid secara radial seperti yang terlihat pada gambar 4. Jaringan ikat disini membentuk


(31)

12

triad porta, dimana terdapat cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan cabang duktus biliaris (gambar 5). Sinusoid mengangkut darah dari vena porta dan arteri hepatika di daerah porta ke vena sentral setiap lobulus hati. Baik vena sentral maupun sinusoid dilapisi endotel dari jenis tidak utuh/diskontinu pada sinusoid (Eroschenko, 2010).

Gambar 4. Potongan hepar normal menunjukkan kapiler sinusoid beserta sel endotelnya yang berada di dekat hepatosit dengan pewarnaan PT (Junqueira dkk, 2007).


(32)

13

Gambar 5. Aspek 3 dimensi dari hepar normal (Junqueira dkk, 2007).

Aliran darah hepar dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus hepatik dan terletak di traktus portal. Asinus ini berada di antara dua atau lebih venula hepatik terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dimana zona pertama terletak paling dekat dengan traktus portal sehingga paling banyak menerima darah kaya oksigen,

sedangkan zona ketiga terletak paling jauh dan hanya menerima sedikit oksigen. Zona ketiga ini juga merupakan zona yang paling mudah terkena jejas. Zona dua atau zona intermediet adalah zona yang berada diantara zona pertama dan ketiga (Junqueira dkk, 2007).

3. Fisiologi Hepar

Fungsi utama dari hepar adalah metabolisme, detoksifikasi, dan menginaktifkan komponen endogen (steroid dan hormon lainnya)


(33)

14

maupun substansi eksogen (obat, toksin, dll) (Boron dan Emile, 2005). Menurut Price dan Wilson (2006), penjabaran fungsi utama hepar adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan dan ekskresi empedu

Hepar berfungsi mebentuk dan mengeskresikan empedu, yang berguna untuk pencernaan dan absorbsi lemak di usus halus.

b. Metabolisme karbohidrat

Hepar berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Hepar juga merupakan tempat terjadinya glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis.

c. Metabolisme protein

Hepar juga merupakan tempat sintesis protein. Protein yang

disintesis di hepar yaitu albumin serta globulin alfa dan beta. Hepar juga menghasilkan beberapa protein lain seperti fibrinogen,

protrombin, faktor V, VII, IX dan X yang berperan dalam sistem koagulasi darah. Selain pembentukan protein, di hepar juga terjadi penyimpanan asam amino dan pembentukan urea dari amonia yang nantinya akan dibuang melaui feses dan urin.

d. Metabolisme lemak

Hepar bekerja menghidolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan lipoprotein menjadi asam lemak dan gliserol. Selain itu, hepar juga


(34)

15

memegang peran utama dalam sintesis kolesterol dan penimbunan lemak.

e. Penimbunan vitamin dan mineral

Vitamin B12, tembaga, besi, dan vitamin larut lemak yaitu A,D,E,K disimpan di dalam hepar.

f. Metabolisme steroid

Hepar menginaktifkan dan menyekresi aldosteron, glukokortikoid, estrogen, progesteron, dan testosteron.

g. Detoksifikasi

Hepar bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal.

h. Gudang darah dan filtrasi

Sinusoid hepar merupakan depot darah yang mengalir kembali dari vena kava. Selain itu kerja fagositik sel Kupffer membuang bakteri dan debris dari darah.

4. Histopatologi Hepar

Menurut Robbins dkk (2007), proses yang terjadi pada unit struktural hepar sebagai respons terhadap jejas, inflamasi, benda asing ataupun mikroorganisme akan menampilkan berbagai pola histopatologi berbeda, yaitu:


(35)

16

a. Peradangan

Cedera hepatosit yang menyebabkan influks sel radang akut atau kronis ke hepar disebut hepatitis. Jika hepatosit mengalami kerusakan, makrofag penyapu akan dengan cepat menelan sel radang di parenkim yang normal. Benda asing, organisme, dan berbagai obat dapat memicu reaksi granulomatosa.

b. Degenerasi

Kerusakan akibat gangguan toksik atau imunologis dapat menyebabkan hepatosit membengkak, tampak edematosa (degenerasi balon), dengan sitoplasma iregular bergumpal dan rongga-rongga jernih yang lebar. Selain itu, bahan empedu yang tertahan dapat menyebabkan hepatosit tampak membengkak sepeti berbusa (degenerasi busa). Zat mungkin menumpuk di hepatosit, termasuk besi, tembaga, dan empedu yang tertahan.

c. Kematian sel

Hampir semua gangguan yang signifikan terhadap hepar dapat menyebabkan dekstruksi hepatosit. Pada nekrosis, tersisa hepatosit yang mengalami mumifikasi dan kurang terwarnai, umumnya akibat iskemia (nekrosis koagulasi). Kematian sel yang bersifat toksik atau diperantarai oleh sel imun terjadi melalui apoptosis, yang hepatositnya menjadi ciut, piknotik, dan sangat easinofilik.

Hepatosit dapat mengalami pembengkakan osmotik dan pecah, yang disebut sebagai degenerasi hidropik atau nekrosis litik.


(36)

17

Pada iskemia dan sejumlah reaksi obat dan toksin, nekrosis hepatosit tersebar di sekitar vena sentral (nekrosis sentrilobularis). Bila terjadi peradangan atau cedera toksik yang berat, apoptosis atau nekrosis hepatosit mungkin meluas ke lobulus yang

berdekatan dalam pola porta-ke-porta, porta-ke-sentral, atau sentral-ke-sentral.

d. Fibrosis

Jaringan fibrosa terbentuk sebagai respons terhadap peradangan atau gangguan toksik langsung ke hepar. Pengendapan kolagen menimbulkan dampak permanen pada pola aliran darah hepar dan perfusi hepatosit. Pada tahap awal, fibrosis mungkin terbentuk di dalam atau di sekitar saluran porta atau vena sentralis atau mungkin mengendap langsung di dalam sinusoid. Seiring dengan berjalannya waktu, untai-untai fibrosa menghubungkan regio hepar (porta-ke-porta, porta-ke-sentral, atau sentral-ke-sentral), suatu proses yang disebut bridging necrosis. Tidak seperti lesi lain yang umumnya reversibel, fibrosis dianggap sebagai konsekuensi ireversibel kerusakan hepar.

e. Sirosis

Dengan berlanjutnya fibrosis dan cedera parenkim, hepar terbagi-bagi menjadi nodus hepatosit yang mengalami regenerasi dan dikelilingi oleh jaringan parut dan disebut sirosis.


(37)

18

C. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

1. Definisi

Nigella sativa L. yang dikenal sebagai jintan hitam di Indonesia, telah digunakan sebagai herbal pengobatan sejak 2000-3000 tahun sebelum Masehi dan tercatat dalam banyak literatur kuno mengenai ahli

pengobatan terdahulu seperti Ibnu Sina (980 - 1037 M), dan Al-Biruni (973-1048 M), Al-Antiki, Ibnu Qayyim dan Al-Baghdadi (Anonim, 2012).

Jintan hitam dikenal dengan berbagai nama, misalnya dalam bahasa Latin jintan hitam disebut sebagai ‘Panacea’yang berarti ’penyembuh segalanya’, sedangkan dalam bahasa Arab dikenal dengan ‘Habbah Sawda’ atau ‘Habbat el Baraka’yang diterjemahkan sebagai ‘biji yang diberkahi’. Di India jintan dikenal sebagai Kalonji, sedangkan di China dikenal dengan Hak Jung Chou (Aggarwal dkk, 2008).

Gambar 6.a dan 6.b memperlihatkan tanaman dan biji jintan hitam. Tanaman ini berbatang tegak, biasanya berusuk, serta berbulu kasar yang kadang-kadang rapat atau jarang. Daun jintan hitam berbentuk lanset dan bergaris dengan panjang 1,5-2 cm, ujung meruncing, serta memiliki tiga tulang daun yang berbulu. Bunganya memiliki lima kelopak bunga dengan bentuk bulat telur, biasanya berwarna biru pucat atau putih. Bagian tanaman yang biasa dimanfaatkan adalah bijinya. Biji jintan hitam kecil dan pendek ( panjangnya hanya 1-3mm ),


(38)

19

berwarna hitam, berbentuk trigonal, tampak seperti batu api jika diamati dengan mikroskop. Biji-biji ini berada dalam buah yang berbentuk bulat telur atau agak bulat (Khasanah, 2009).

Terdapat 14 spesies tanaman dengan genus sama yang termasuk keluarga Ranunculaceae ini, yaitu Nigella arvensis, Nigella ciliaris, Nigella damascene, Nigella hispanica, Nigella integrifolia, Nigella nigellastrum, Nigella orientalis dan Nigella sativa. Dari semua spesies ini, Nigella sativa merupakan pesies yang paling sering diteliti dengan tujuan terapi dibandingkan spesies lainnya, walaupun spesies-spesies tersebut juga berimplikasi dalam kepentingan terapi (Aggarwal dkk, 2008). Secara taksonomi jintan hitam diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ranunculales Famili : Ranunculaceae Genus : Nigella


(39)

20

Gambar 6. Tanaman Jintan Hitam (a) pohon dan bunga, dan (b) Biji (Yildiz dkk, 2008).

2. Manfaat

Jintan hitam (Nigella sativa L.) memiliki efek antiinflamasi, antialergi, antiparasit, antimikroba, antiasma, antioksidan dan antikanker. Kandungan-kandungan di dalam Nigella sativa seperti timoquinon, timol, carvacrol dan kandungan lainnya, mampu

membersihkan radikal bebas serta mampu menghentikan pertumbuhan dan mencegah kanker bermetastatis (Randhawa, 2011).

Derajat toksisitas yang sangat rendah serta sifat sitoprotektif dan antioksidannya memberikan jintan hitam keunggulan dibanding tanaman obat lain. Timoquinon dalam jintan hitam juga berperan sebagai protektor hepar dari induksi berbagai bahan toksik (Alsaif, 2007). Jintan hitam juga mampu meningkatkan kadar enzim


(40)

21

antioksidan dan menurunkan lipid peroksidase sehingga bersifat antioksidan (Kanter dkk, 2005).

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa jintan hitam juga memiliki manfaat lain, misalnya jintan hitam bersifat antihistamin,

antihipertensi, bersifat hipoglikemik, antifungal, antiinflamasi (Al-Ghamdi, 2003). Jintan hitam juga lebih aman digunakan sebagai suplemen karena karena sifat antioksidannya (Randhawa, 2011).

3. Kandungan Kimia

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biji jintan hitam

mengandung 36-38% fixed oil dan 0,4-2,5% essential oil. Essential oil jintan hitam mengandung timoquinon, alkaloid dan saponin (Ali dan Blunden, 2003). Penelitian-penelitian lain menyebutkan bahwa kandungan Nigella sativa seperti timoquinon, timodihidroquinon, ditimoquinon, timol, carvacrol, nigellimine-N-oxide, nigellidine dan alfa-hederin, yang bersifat antikanker (Randhawa, 2011).

4. Mekanisme Kerja Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa atau substansi yang menjaga oxygen radicals tetap terkontrol dalam konsentrasi tertentu (Kuntz dan Kuntz, 2006). Efek antioksidan dapat diperoleh dari tanaman obat, salah satunya dari jintan hitam. Timoquinon (gambar 7) sebagai salah satu komponen aktif dalam jintan hitam mampu menghambat pengaruh buruk dari radikal bebas melalui berbagai mekanisme. Timoquinon


(41)

22

bertindak sebagai pembersih/pemungut berbagai Reactive Oxygen Spesies termasuk anion radikal superoksida dan radikal hidroksil (Badary dkk, 2003).

Timoquinon mampu meningkatkan enzim antioksidan seperti Superoxide Dismutase (SOD), katalase and glutation peroksidase secara signifikan, serta menghambat iron-dependent microsomal lipid peroxidation secara efisien pada tikus yang mengalami nefropati hiperlipidemia yang diinduksi doksorubisin (Badary dkk, 2000). Senyawa ini mampu menurunkan stres oksidatif seluler dengan

menginduksi glutation pada eksperimen ensefalomyelitis alergika tikus Lewis betina (Mohamed dkk, 2003). Sifat antioksidan ini akan

melindungi hepar dari jejas dan iskemi sehingga mencegah kerusakan struktural dan morfologis (Padhye dkk, 2008).


(42)

23

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

1. Klasifikasi

Dalam taksonomi klasifikasi tikus putih adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentai Subordo : Odontoceti Familia : Muridae Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus (Anonim, 2013).

2. Jenis

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan pengerat yang sering digunakan untuk penelitian, selain karena memiliki sifat fisiologis yang lebih dekat dengan manusia (kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernapasan, peedaran darah, dan ekskresi), tikus memiliki sifat tenang meskipun mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan (Ngatidjan, 2006).

Tikus putih (Rattus norvegicus) juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang, dan ukurannya lebih besar dari


(43)

24

pada mencit. Tikus putih ini memiliki ciri-ciri meliputi albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya,

pertumbuhannya lebih cepat, temperamennya lebih baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap perlakuan (Anggarawati, 2006). Keuntungan utama tikus putih (Rattus norvegicus) galur Spargue dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan metode acak terkontrol.

B. Waktu dan Tempat

Pembuatan ekstrak jintan hitam dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Unila. Terminasi hewan coba serta pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unila. Secara keseluruhan penelitian ini membutuhkan waktu selama 3 bulan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sampel penelitian sebanyak 30 ekor dipilih secara acak dan dibagi ke dalam 5 kelompok


(45)

26

dengan pengulangan sebanyak 5 kali, sesuai dengan rumus frederer (Sastroatmojo dan Ismael, 2008).

Menurut rumus Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental yakni (t-1)(n-1)>15. Dimana t merupakan kelompok perlakuan, dan n adalah jumlah pengulangan atau sampel setiap kelompok.

(t-1)(n-1) ≥ 15 (5-1)(n-1) ≥ 15 4(n-1)≥ 15 4n-4 ≥15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75 n≥ 5

Dari rumus ini didapatkan kelompok sampel lebih atau sama dengan 5, namun peneliti akan menggunakan sampel sebanyak 6 untuk tiap

kelompok, sehingga total sampel seluruhnya adalah 30 ekor. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 200-250 gram c. Jenis kelamin jantan


(46)

27

2. Kriteria ekslusi

a. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital)

b. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu gentamisin dengan dosis 80 mg/kgBB dan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan 1500 mg/kgBB.

2. Bahan Kimia

Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologis dengan metode paraffin meliputi : Larutan Bouin’s untuk fiksasi, garam fisiologis NaCl (0,9%), alkohol teknis, toluol, xylol, akuades, pewarna haematoxylin dan eosin Y, parafin dengan titik cair 50-550 C, Meyer’s albumin, enthelan (Yunadir, 2008).

3. Alat Penelitian

a. Alat Penelitian


(47)

28

1) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat badan tikus.

2) Spuit oral 1 cc 3) Spuit 1 cc

4) Gunting minor set untuk membedah perut tikus (laparatomi) 5) Kapas dan alkohol

b. Alat Pembuat Preparat Histologi

Pembuatan preparat histologi menggunakan mikrotom.

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

a. Cara pembuatan ekstrak etanol jintan hitam

Ekstrak dibuat di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila dengan menggunakan etanol sebagai pelarut.

Menurut Sulistianto dkk (2004), ekstraksi dimulai dari

penimbangan jintan hitam. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70% ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam dan kemudian dilanjutkan dengan maserasi selama 24 jam.


(48)

29

Bahan yang telah dimaserasi selama 24 jam selanjutnya disaring (filtrasi). Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotary evaporator pada suhu 400 C sehingga diperoleh ekstrak. Selanjutnya dari larutan ekstrak ini akan dibuat larutan stok. Larutan stok yang dimaksud adalah larutan pekat dengan dosis 100 g/100 ml, hal ini dimaksudkan agar mempermudah dalam perlakuan pada tikus saat percobaan. Ekstrak dibuat dengan melarutkan 100 g berat ekstrak jintan hitam kedalam 100 ml akuades sehingga dalam 1 ml ekstrak mengandung 1000 mg.

b. Cara perhitungan dosis ekstrak jintan hitam

Dosis pertengahan ekstrak etanol jintan hitam yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasar pada penelitian Utami dkk (2011) sebesar 500, 1000, 1500mg/kgBB. Pada penelitian tersebut dosis ini telah terbukti dapat menurunkan kadar serum kreatinin, serum urea, dan blood urea nitrogen (BUN) terhadap tikus yang diinduksi gentamisin.

1) Dosis untuk tiap kelompok III

500 mg/kgBB x 0,2 kg (berat tikus) = 100 mg

2) Dosis untuk tiap kelompok IV 1000 mg/kgBB x 0,2 kg = 200 mg


(49)

30

3) Dosis untuk tiap kelompok V 1500 mg/kgBB x 0,2 Kg = 300 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 gr. Untuk masing-masing dosis perhari ada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak jintan hitam pada masing-masing kelompok III, IV dan V.

Tikus kelompok III

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

1000 �

1 =

100 �

� x = 0,1 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,1 ml

Tikus kelompok IV

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

1000 �

1

=

200 �

� x = 0,2 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok IV akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml.


(50)

31

Tikus kelompok V

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

1000 �

1 =

300 �

� x = 0,3 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok V akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml.

2. Prosedur pemberian Dosis Gentamisin

Dosis gentamisin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah terbukti dapat meningkatkan serum kreatinin, serum urea dan BUN pada tikus percobaan yang diberikan gentamisin 80 mg/kgBB/hari dan diberikan selama 8 hari (Singh dkk, 2008).

Dosis gentamisin pada tikus yang telah terbukti toksis yaitu 80 mg/kgBB. Hal ini berarti sebagai berikut :

Pada berat tikus rata-rata sekitar 200 mg atau 0,2 kg maka dosis perekor tikus sebesar:

80 mg/kgBB x 0,2 = 16 mg (perekor tikus)

Dosis gentamisin yang dipilih adalah vial 80 mg dalam 2 ml, hal ini dikarenakan pemberian obat lewat intraperitoneal. Maka perhitungan dosis injeksinya adalah sebagai berikut:

80 �

2 =

16 �


(51)

32

Maka x adalah : x =

16 �� 2

80 �

x = 0,4 ml

3. Prosedur penelitian

a. Tikus sebanyak 30 ekor dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, yang hanya diberikan aquades. Kelompok II sebagai kontrol patologis, diberikan gentamisin dengan dosis 80 mg/kgBB. Kelompok III adalah kelompok perlakuan coba dengan pemberian ekstrak jintan hitam dosis 500 mg/kgBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1000 mg/kgBB, dan kelompok V dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1500 mg/kgBB. Kemudian selang 2 jam kemudian, kelompok III, IV, dan V diberikan induksi gentamisin sebesar 80 mg/kgBB. Masing-masing diberikan secara intra peritoneal selama 8 hari. Kemudian pada hari 9 dan 10, masing-masing tikus dari kelompo III, IV, dan V tetap diberikan ekstrak jintan hitam.

b. Mencekoki tikus dengan ekstrak jintan hitam selama 8 hari dan melakukan injeksi gentamisin secara intraperitoneal selama 8 hari, dilanjutkan pemberian ekstrak jintan hitam peroral hingga hari ke 10. Tikus tetap diberi makan ad libitum.


(52)

33

d. Enam tikus jantan dari tiap kelompok dinarkosis dengan kloroform

e. Dilakukan laparatomi pada tikus yang telah dinarkosis dan diambil hepar untuk dibuat sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

Hemaktosilin bersifat pewarna basa, yaitu memulas jaringan basofilik sedangkan eosin memulas jaringan yang bersifat

asidofilik. Kombinasi ini merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan (Junquiera dkk, 2007).

f. Sampel hepar difiksasi dengan formalin 10% dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk pembuatan sediaan mikroskopis jaringan hepar.

g. Metode teknik histopatologi yaitu: 1) Fixation

a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ hati yang telah dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%. b) Mencuci dengan air mengalir.

2) Trimming

a) Mengecilkan organ ±3 mm.

b) Memasukkan potongan organ hati tersebut ke dalam embedding cassette.


(53)

34

3) Dehidrasi

a) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu.

b) Berturut-turut melakukan perendaman organ hati dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolut I, II, III selama 1 jam.

4) Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I, II, III masing-masing selama 1 jam.

5) Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan paraffin I, II, III masing-masing selama 2 jam.

6) Embedding

a) Membersihkan sisa paraffin yang ada pada pan dengan memanaskan beberapa saat diatas api dan usap dengan kapas.

b) Menyiapkan paraffin cair dengan memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven dengan suhu diatas 580 C.

c) Menuangkan paraffin cair ke dalam pan.

d) Memindahkan satu-persatu dari embedding cassette ke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya. e) Memasukkan pan ke dalam air.


(54)

35

f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan hati dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-60 C beberapa saat. g) Meotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada

dengan menggunakan scalpel hangat.

h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing.

i) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom. 7) Cutting

a) Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.

b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu. c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. d) Memilih lembaran potongan yang paling baik,

mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Memindahkan lembaran jaringan kedalam waterbath selama beberapa detik samapai mengembang sempurna. f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan

tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengan atau pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara dibawah jaringan.


(55)

36

g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator (suhu 370 C) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna.

8) Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoxylin Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilol I, II, III masing-masing selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga yaitu aquades selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan dalam zat warna Harris Hematoxylin selama 20 menit.

Kemudian memasukkan potongan organ hati dalam aquades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang-goyangkan organ. Keenam, mencelupkan organ dalam asam alkohol 2-3 celupan. Ketujuh, dibersihkan dalam aquades bertingkat masing-masing 1 dan 15 menit. Kedelapan, memasukkan potongan organ dalam eosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir memasukkan kedalam xilol IV dan V masing-masing 5 menit.


(56)

37

9) Mounting

Setelah pewarnaan selesai menempatkan slide diatas kertas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara

10)Membaca slide dengan mikroskop

Slide diperiksa di bawah mikroskop sinar dengan pembesaran 400x. Metode yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded (Yunidar, 2008).


(57)

38


(58)

39

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen:

1) Perlakuan coba: pemberian ekstrak jintan hitam dan gentamisin.

2) Perlakuan kontrol negatif: pemberian gentamisin tanpa pemberian ekstrak jintan hitam.

3) Perlakuan kontrol normal: pemberian akuades.

b. Variabel dependen adalah gambaran histopatologi hepar tikus.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Independen

Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus percobaan yang dilakukan terbagi atas kelompok percobaan. 1) Kelompok I

Tikus diberikan aquades sebanyak 0,4 ml. 2) Kelompok II

Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml selama 8 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian aquades sebanyak 0,4 ml pada hari ke 9 dan 10.

3) Kelompok III

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,1 ml peroral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara


(59)

40

intraperitoneal 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus hanya diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,1 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml peroral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara intraperitoneal 0,4 ml ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,2 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml peroral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara

intraperitoneal 0,4 ml. Kedua perlakuan ini dibarikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,3 ml.

b. Gambaran Histopatologi

Sediaan mikroskopis dengan pewarnaan HE diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x10 pada 5 lapang pandang kemudian dtentukan persentase kerusakannya. Kerusakan yang dinilai adalah hepatosit yang mengalami degenerasi, dimana hepatosit terlihat membengkak, tampak edematosa (degenerasi balon), dengan sitoplasma iregular bergumpal dan rongga-rongga jernih yang lebar (Robbins dkk, 2007). Tiap lapangan pandang


(60)

41

dihitung dalam bentuk persentase antara rentang 0% - 100% berdasarkan kriteria diatas.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan histopatologi di bawah

mikroskop diuji analisis statistik menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data (Saphiro-Wilk). Jika varian data distribusi normal serta homogen, maka dilanjutkan dengan metode one way annova. Jika varian data tidak berdistribusi normal maka alternatifnya dipilih uji Kruskal-Wallis. Hipotesis akan dianggap bermakna bila p<0,05. Jika pada uji ANOVA menghasilkan nilai p<0,05, maka dilanjutkan dengan analisis pos hoc test, yaitu dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009).


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Raheem, IT. 2010. Greentea ameliorates renal oxidative damage induced by gentamicin in rats. Pak J Pharmaceut Sci. (23) :21-28.

Aggarwal, B.B., A.B. Kunnumakkara., K.B. Harikumar. 2008. Potential of spice-derived phytochemicals for cancer prevention. Planta Med.

Al-Ghamdi, M.S. 2003. Protective effect of Nigella sativa seeds against carbon tetrachloride-induced liver damage. The American Journal of Chinese Medicin. (31) :721-728.

Al-Ghasham, A. 2008. Study of protective effect of date and Nigella sativa on aflatoxin B1 toxicity. Int J Health S. 2(2); 26-44.

Alsaif, M.A. 2007. Effect of thimoquinone on thanol-induced hepatotoxicity in wistar rats. J Med Sci. 7:11164-1170.

Anonim. 2013. Taxonomy of Rattus novergicus.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?lvl=0&id=10 116. Diakses tanggal 11 Januari 2013.

Anonim. 2012. Sejarah dan Manfaat Habbatusauda.

http://rindusunnah.com/index.php/kesehatan/643-sejarah-a-manfaat-habbatussauda. Diakses tanggal 10 Oktober 2012.

B.H, Ali. dan G. Blunden. 2003. Pharmacological and toxicological properties of Nigella sativa. Phytother Res, 17(4), pp. 299-305.

Badary, O.A., R.A. Taha., A.M. El-Din., M.H. Bdel-Wahab. 2003.

Thymoquinone is a potent superoxide anion scavenger. Drug Chem Toxicol. (26) :87–98.

Badary, O.A., A.B. bdel-Naim., M.H. bdel-Wahab. 2000. The influence of thymoquinone on doxorubicin-induced hyperlipidemic nephropathy in rats. Toxicology. (143) :219–226.

Baratawidjaja, K.G. dan I. Rengganis. 2012. Imunologi Dasar. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.


(62)

61

Basha, A.L., M.S. Rashed., H.Y. Aboul-Enein. 1995. Thin layer chromatographic assay of thymoquinone in black seed oil and identification of

dithymoquinone and thymol. J Liq Chromatogr. (18):105–115. Bayrak, O., N. Bavbek., O.F. Karatas. 2008. Nigella sativa protects against

ischaemia/reperfusion injury in rat kidneys. Nephrol Dial Transplant. ( 23): 2206-2212.

Bouayed, J. dan T. Bohn. 2010. Exogenous antioxidants—Double-edged swords in cellular redox state : Health beneficial effects at physiologic doses versus deleterious effects at high doses. Oxid Med Cell Longev. 3(4): 228–237. Boron, W.F. dan L.B. Emile. 2005. Medical Physiology. Elsevier. Philadepphia. Brunton, L.L., J.S. Lazo., K.L. Parker. 2006. Goodman and Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutic.McGraw-Hill. New York.

Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 28. EGC. Jakarta. El-Shenawy, N.S., M.F. Soliman., S.I. Reyad. 2008. The effect of antioxidant

properties of aqueous garlic extract and Nigella sativa as

anti-schistosomiasis agents in mice. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. (50): 29-36. Eroschenko, V.P. 2010. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional.

Ed.9. EGC. Jakarta.

Faiz, O. dan D. Moffat. 2008. At a Glance series Anatomi. Erlangga. Jakarta. Hardjosaputra, S.L.P., L. Purwanto., T. Kemalasari. 2008. Daftar Obat Indonesia.

Ed 11. Nusantara Lestari Ceriapratama. Jakarta.

Hosseinzadeh, H. 2007. Effect of thymoquinone and Nigella sativa seeds oil on lipid peroxidation level during global cerebral ischemia reperfusion injury in rat hippocampus. Phytomedicine .(14): 621-627.

Isroi. 2010. Biology Rat (Rattus norvegicus). http://isroi.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Septeber 2012.

Junqueira, L., C. Jose., O. Roberto. 2007. Histologi Dasar. EGC. Jakarta. Kanter, M., O. Coskun., M. Budancamanak. 2005. Hepatoprotective effects of

Nigella sativa L and Urtica dioca L on lipid peroxidation, antioxidant enzyme systems and liver enzymes in carbon tetrachloride-treated rats. World J Gastroenterol. (11) : 6684-6688.


(63)

62

Kanter, M., H. Demir., C. Karakaya. 2005. Gastroprotective activity of Nigella sativa L oil and its constituent, thymoquinone against acute alcohol-induced gastric mucosal injury in rats. World J Gastroenterol. (11): 6662–6666. Katzung, B.G. 2010. Farmakologi Dasar dan Kinik. Edisi 10. EGC. Jakarta Khan, M.R., I. Badar., A. Siddiquah. 2011. Prevention of hepatorenal toxicity

with Sonchus asper in gentamicin treated rats. BMC Complementary and Alternative Medicine. 11:113.

Khan, S.A., A. Priyamvada., N. Farooq. 2009. Protective effect of green tea extract on gentamicin-induced nephrotoxicity and oxidative damage in rat kidney. Pharmacol Res. (59):254-262.

Khasanah, N. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Respon Proliferasi Limfosit Limpa Mencit BALB/C yang Diinfeksi Salmonella typhimuriu [tesis]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponogero. Semarang.

Kuntz, E. dan H.D. Kuntz. 2006. Hepatology: Principles and Practice. 2nd Ed. Springer Medizine Verlag Hiedelburg. Berlin.

Miller, R.D. 2005. Miller ’s Anesthesia, 6th ed. Elsevier. California.

Mohamed , A., A. Shoker., F. Bendjelloul. 2003. Improvement of experimental allergic encephalomyelitis (EAE) by thymoquinone; an oxidative stress inhibitor. Biomed Sci Instrum. (39):440–445.

Moore, K. dan M. Agur. 2007. Essential Clinical Anatomy. Lippincott Williams and Wilkins. Toronto.

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Bagian farmakologi dan toksikologi Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Padhye, S., S. Banerjee., A. Ahmad . 2008. From here to eternity - the secret of pharaohs: Therapeutic potential of black cumin seeds and beyond. Cancer Ther. 6(b): 495–510.

Price, S.A. dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis dan Penyakit. EGC. Jakarta.

Randhawa, M.A. 2011. Anticancer activity of Nigella sativa (black seed) - a review. Am J Chin Med. 39(6):1075-91.

Robbins, S.L., V. Kumar., S.R. Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Ed 7. EGC. Jakarta.


(64)

63

Safa, J., H. Argani., B. Bastani. 2010. Protective effect of grape seed extract on gentamicin- induced acute kidney injury. Iran J Kid Dis. (4) :285-291. Sastroatmojo, S. dan S. Ismael. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Sagung Seto. Jakarta.

Singh, P., M.M. Srivastava., L.D. Khemani. 2009. Renoprotective effects of andrographolid paniculata (Burm. F.) Nees In Rats. Department of Chemistry Dayalbagh Educational Institute. India. 114:136-139.

Sudoyo, A.W., B. Setiyohadi., I. Alwi., S. Setiati. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Pusat Penerbitan Depeartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.

Sulistianto, D.E., M. Harini., N.S. Handajani. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) Secara Oral. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Upaganlawar, A., M. Farswan., S. Rathod. 2006. Modification of biochemical parameters of gentamicin nephrotoxicity by coenzymes Q10 and green tea in rat. Ind J Exp Biol. (44):416-418.

Utami, F.S., H. Tamad., Z.S. Sulistyo. 2011. Gambaran Histopatologi Hepatosit Tikus Putih setelah Pemberian Jintan Hitam Dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan 1500 mg/kgBB Selama 21 Hari (subkronik). Mandala of Health. 5 (3).

Widjaja, H. 2008. Anatomi Abdomen.EGC. Jakarta.

Yildiz, F., S. Coban., A. Terzi., M. Ates., N. Aksoy., H. Cakir., A.R. ocak., M. Bitiren. 2008. Nigella sativa relieves the deleterious effects of ischemia reperfusion injury on liver. World J Gastroenterol. 14(33): 5204–5209. Yunadir. 2008. Buku Panduan Laboratorium Histopatologi. Laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


(1)

intraperitoneal 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus hanya diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,1 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml peroral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara intraperitoneal 0,4 ml ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,2 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml peroral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara

intraperitoneal 0,4 ml. Kedua perlakuan ini dibarikan selama 8 hari, pada hari ke 9 dan 10 tikus diberikan ekstrak jintan hitam peroral sebanyak 0,3 ml.

b. Gambaran Histopatologi

Sediaan mikroskopis dengan pewarnaan HE diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x10 pada 5 lapang pandang kemudian dtentukan persentase kerusakannya. Kerusakan yang dinilai adalah hepatosit yang mengalami degenerasi, dimana hepatosit terlihat membengkak, tampak edematosa (degenerasi balon), dengan sitoplasma iregular bergumpal dan rongga-rongga jernih yang lebar (Robbins dkk, 2007). Tiap lapangan pandang


(2)

41

dihitung dalam bentuk persentase antara rentang 0% - 100% berdasarkan kriteria diatas.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan histopatologi di bawah

mikroskop diuji analisis statistik menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data (Saphiro-Wilk). Jika varian data distribusi normal serta homogen, maka dilanjutkan dengan metode one way annova. Jika varian data tidak berdistribusi normal maka alternatifnya dipilih uji Kruskal-Wallis. Hipotesis akan dianggap bermakna bila p<0,05. Jika pada uji ANOVA menghasilkan nilai p<0,05, maka dilanjutkan dengan analisis pos hoc test, yaitu dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Raheem, IT. 2010. Greentea ameliorates renal oxidative damage induced by gentamicin in rats. Pak J Pharmaceut Sci. (23) :21-28.

Aggarwal, B.B., A.B. Kunnumakkara., K.B. Harikumar. 2008. Potential of spice-derived phytochemicals for cancer prevention. Planta Med.

Al-Ghamdi, M.S. 2003. Protective effect of Nigella sativa seeds against carbon tetrachloride-induced liver damage. The American Journal of Chinese Medicin. (31) :721-728.

Al-Ghasham, A. 2008. Study of protective effect of date and Nigella sativa on aflatoxin B1 toxicity. Int J Health S. 2(2); 26-44.

Alsaif, M.A. 2007. Effect of thimoquinone on thanol-induced hepatotoxicity in wistar rats. J Med Sci. 7:11164-1170.

Anonim. 2013. Taxonomy of Rattus novergicus.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?lvl=0&id=10 116. Diakses tanggal 11 Januari 2013.

Anonim. 2012. Sejarah dan Manfaat Habbatusauda.

http://rindusunnah.com/index.php/kesehatan/643-sejarah-a-manfaat-habbatussauda. Diakses tanggal 10 Oktober 2012.

B.H, Ali. dan G. Blunden. 2003. Pharmacological and toxicological properties of Nigella sativa. Phytother Res, 17(4), pp. 299-305.

Badary, O.A., R.A. Taha., A.M. El-Din., M.H. Bdel-Wahab. 2003.

Thymoquinone is a potent superoxide anion scavenger. Drug Chem Toxicol. (26) :87–98.

Badary, O.A., A.B. bdel-Naim., M.H. bdel-Wahab. 2000. The influence of thymoquinone on doxorubicin-induced hyperlipidemic nephropathy in rats. Toxicology. (143) :219–226.

Baratawidjaja, K.G. dan I. Rengganis. 2012. Imunologi Dasar. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.


(4)

61

Basha, A.L., M.S. Rashed., H.Y. Aboul-Enein. 1995. Thin layer chromatographic assay of thymoquinone in black seed oil and identification of

dithymoquinone and thymol. J Liq Chromatogr. (18):105–115. Bayrak, O., N. Bavbek., O.F. Karatas. 2008. Nigella sativa protects against

ischaemia/reperfusion injury in rat kidneys. Nephrol Dial Transplant. ( 23): 2206-2212.

Bouayed, J. dan T. Bohn. 2010. Exogenous antioxidants—Double-edged swords in cellular redox state : Health beneficial effects at physiologic doses versus deleterious effects at high doses. Oxid Med Cell Longev. 3(4): 228–237. Boron, W.F. dan L.B. Emile. 2005. Medical Physiology. Elsevier. Philadepphia. Brunton, L.L., J.S. Lazo., K.L. Parker. 2006. Goodman and Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutic.McGraw-Hill. New York.

Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 28. EGC. Jakarta. El-Shenawy, N.S., M.F. Soliman., S.I. Reyad. 2008. The effect of antioxidant

properties of aqueous garlic extract and Nigella sativa as

anti-schistosomiasis agents in mice. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. (50): 29-36. Eroschenko, V.P. 2010. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional.

Ed.9. EGC. Jakarta.

Faiz, O. dan D. Moffat. 2008. At a Glance series Anatomi. Erlangga. Jakarta. Hardjosaputra, S.L.P., L. Purwanto., T. Kemalasari. 2008. Daftar Obat Indonesia.

Ed 11. Nusantara Lestari Ceriapratama. Jakarta.

Hosseinzadeh, H. 2007. Effect of thymoquinone and Nigella sativa seeds oil on lipid peroxidation level during global cerebral ischemia reperfusion injury in rat hippocampus. Phytomedicine .(14): 621-627.

Isroi. 2010. Biology Rat (Rattus norvegicus). http://isroi.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Septeber 2012.

Junqueira, L., C. Jose., O. Roberto. 2007. Histologi Dasar. EGC. Jakarta. Kanter, M., O. Coskun., M. Budancamanak. 2005. Hepatoprotective effects of

Nigella sativa L and Urtica dioca L on lipid peroxidation, antioxidant enzyme systems and liver enzymes in carbon tetrachloride-treated rats. World J Gastroenterol. (11) : 6684-6688.


(5)

Kanter, M., H. Demir., C. Karakaya. 2005. Gastroprotective activity of Nigella sativa L oil and its constituent, thymoquinone against acute alcohol-induced gastric mucosal injury in rats. World J Gastroenterol. (11): 6662–6666. Katzung, B.G. 2010. Farmakologi Dasar dan Kinik. Edisi 10. EGC. Jakarta Khan, M.R., I. Badar., A. Siddiquah. 2011. Prevention of hepatorenal toxicity

with Sonchus asper in gentamicin treated rats. BMC Complementary and Alternative Medicine. 11:113.

Khan, S.A., A. Priyamvada., N. Farooq. 2009. Protective effect of green tea extract on gentamicin-induced nephrotoxicity and oxidative damage in rat kidney. Pharmacol Res. (59):254-262.

Khasanah, N. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Respon Proliferasi Limfosit Limpa Mencit BALB/C yang Diinfeksi Salmonella typhimuriu [tesis]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponogero. Semarang.

Kuntz, E. dan H.D. Kuntz. 2006. Hepatology: Principles and Practice. 2nd Ed. Springer Medizine Verlag Hiedelburg. Berlin.

Miller, R.D. 2005. Miller ’s Anesthesia, 6th ed. Elsevier. California.

Mohamed , A., A. Shoker., F. Bendjelloul. 2003. Improvement of experimental allergic encephalomyelitis (EAE) by thymoquinone; an oxidative stress inhibitor. Biomed Sci Instrum. (39):440–445.

Moore, K. dan M. Agur. 2007. Essential Clinical Anatomy. Lippincott Williams and Wilkins. Toronto.

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Bagian farmakologi dan toksikologi Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Padhye, S., S. Banerjee., A. Ahmad . 2008. From here to eternity - the secret of pharaohs: Therapeutic potential of black cumin seeds and beyond. Cancer Ther. 6(b): 495–510.

Price, S.A. dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis dan Penyakit. EGC. Jakarta.

Randhawa, M.A. 2011. Anticancer activity of Nigella sativa (black seed) - a review. Am J Chin Med. 39(6):1075-91.

Robbins, S.L., V. Kumar., S.R. Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Ed 7. EGC. Jakarta.


(6)

63

Safa, J., H. Argani., B. Bastani. 2010. Protective effect of grape seed extract on gentamicin- induced acute kidney injury. Iran J Kid Dis. (4) :285-291. Sastroatmojo, S. dan S. Ismael. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Sagung Seto. Jakarta.

Singh, P., M.M. Srivastava., L.D. Khemani. 2009. Renoprotective effects of andrographolid paniculata (Burm. F.) Nees In Rats. Department of Chemistry Dayalbagh Educational Institute. India. 114:136-139.

Sudoyo, A.W., B. Setiyohadi., I. Alwi., S. Setiati. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Pusat Penerbitan Depeartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.

Sulistianto, D.E., M. Harini., N.S. Handajani. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) Secara Oral. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Upaganlawar, A., M. Farswan., S. Rathod. 2006. Modification of biochemical parameters of gentamicin nephrotoxicity by coenzymes Q10 and green tea in rat. Ind J Exp Biol. (44):416-418.

Utami, F.S., H. Tamad., Z.S. Sulistyo. 2011. Gambaran Histopatologi Hepatosit Tikus Putih setelah Pemberian Jintan Hitam Dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan 1500 mg/kgBB Selama 21 Hari (subkronik). Mandala of Health. 5 (3).

Widjaja, H. 2008. Anatomi Abdomen.EGC. Jakarta.

Yildiz, F., S. Coban., A. Terzi., M. Ates., N. Aksoy., H. Cakir., A.R. ocak., M. Bitiren. 2008. Nigella sativa relieves the deleterious effects of ischemia reperfusion injury on liver. World J Gastroenterol. 14(33): 5204–5209. Yunadir. 2008. Buku Panduan Laboratorium Histopatologi. Laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

0 4 75

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

0 7 75

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

8 73 77

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

6 51 69

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ENZIM ASPARTATE AMINOTRANSFERASE (AST) SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL

1 34 52

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

1 24 71

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Mencegah Kerusakan Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Gentamisin.

0 1 5

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 0 90