PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(1)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativaL.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

(Skripsi)

Oleh

NURUL HIDAYAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

THE EFFECT OF BLACK CUMIN EXTRACTS (Nigella sativaL.) ON HISTOPATOLOGICAL APPEARANCE OF WHITE RATS (Rattus norvegicus)

LUNG ALVEOLI INDUCED GENTAMICIN

By

NURUL HIDAYAH

Gentamicin is antibiotic used to treat a variety of infections. Some studies suggest that gentamicin is xenobiotics have toxic effects on several organs in repeated use and with high doses. One of organs that damaged by xenobiotics is lungs. Black cumin is medicinal plants that can prevent the destruction with antioxidant mechanism.

This study aims to know the effect of black cumin extracts on histopathological appearance of white rats lung alveoli induced gentamicin. Microscopic appearance of alveolus was observed is alveolar edema. This experimental study using 30 male white rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain based on calculations with

frederer’s formula.The data was collected by calculated of the observed cells under a microscope. Then, existing data was analyzed using the Kruskal-wallis and Mann-whitney.


(3)

The results of this study indicate that the K1 (normal control group) showed alveolar edema with an average of 1.37 ± 1.79%, K2 (pathological control group) with an average of 55.11 ± 18.20%, K3 (treatment group 500mg/KgBB black cumin) with an average of 27.33 ± 9.61%, K4 (treatment group 1000mg/KgBB black cumin) with an average of 22.03 ± 8.48 %, K5 (treatment group 1500mg/KgBB black cumin) showed with an average of 17.57 ± 7.02%. Kruskal-wallis test results showed a significant difference in at least between two treatment groups. The most significant differences are between K1 and K2, K1 and K3, K1 and K4, and K5 K1, K2 and K3, K2 and K4, K2 and K5 withp = 0.000, while the K3 and K4 (p = 0.004), K4 and K5 (p = 0,016).

Giving black cumin extract can reduce the percentage of cell edema worth 37,54%. This study proved that black cumin extracts has a protective influence on lung alveoli appearance of white rats induced gentamicin.


(4)

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativaL.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Oleh

NURUL HIDAYAH

Gentamisin merupakan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi. Beberapa penelitian menyatakan gentamisin merupakan xenobiotik yang memiliki efek toksik di beberapa organ pada pemakaian berulang dan dengan dosis tinggi. Salah satu organ yang dirusak oleh xenobiotik adalah paru-paru. Tanaman obat jintan hitam dapat mencegah perusakan tersebut melalui mekanisme antioksidan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak jintan hitam terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus putih yang diinduksi gentamisin. Gambaran mikroskopik alveolus yang diamati yaitu berupa edema sel alveolus. Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berdasarkan perhitungan menggunakan rumus frederer.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan sel yang diamati di bawah mikroskop. Data yang telah ada kemudian dianalisis menggunakan Kruskal-wallis dan Mann-whitney.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada K1 (kelompok kontrol normal) menunjukkan edema alveolus dengan rata-rata 1,37±1,79%, K2 (kelompok kontrol patologis) dengan rata-rata 55,11±18,20%, K3 (kelompok perlakuan 500mg/KgBB jintan hitam) dengan rata-rata 27,33±9,61%, K4 (kelompok perlakuan 1000mg/KgBB jintan hitam) dengan rata-rata 22,03±8,48%, K5 (kelompok perlakuan 1500mg/KgBB jintan hitam) dengan rata-rata 17,57±7,02%. Hasil uji Kruskal-wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada paling tidak antara dua kelompok perlakuan. Perbedaan paling bermakna terdapat antara K1 dan K2, K1 dan K3, K1 dan K4, K1 dan K5, K2 dan K3, K2 dan K4, K2 dan K5 dengan nilai p=0,000, sedangkan K3 dan K4 (p=0,004), K4 dan K5 (p=0,016).


(5)

Pemberian ekstrak jintan hitam mengurangi persentase edema sel sebesar 37,54%. Terbukti bahwa ekstrak jintan hitam memiliki pengaruh protektif terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus putih yang diinduksi gentamisin.

Kata kunci: gentamisin, alveolus paru-paru, ekstrak jintan hitam,


(6)

Oleh

NURUL HIDAYAH Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(7)

Judul Skripsi :PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativaL.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Nama Mahasiswa : Nurul Hidayah Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011014 Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Susianti, M.Sc Soraya Rahmanisa, S.Si, M,Sc

NIP. 197808052005012003 NIP. 198504122010122003

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr. Sutyarso, M. Biomed. NIP. 195704241987031001


(8)

1. Tim Penguji

Ketua :

dr. Susianti, M.Sc

______________

Sekretaris :

Soraya Rahmanisa, S.Si, M.Sc

______________

Penguji

Bukan Pembimbing :

Dr. Sutyarso, M. Biomed

______________

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed

NIP. 195704241987031001


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung Barat, Bandar Lampung pada tanggal 26 Maret 1991, sebagai anak keenam dari enam bersaudara, dari Bapak Ir. Hasanuddin Tohir dan Ibu Sri Ratna.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Taman Siswa Teluk Betung diselesaikan tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Talang, Teluk Betung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2009.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi seksi bidang Akademik pada Forum Studi Islam Ibnu Sina Fakultas Kedokteran Unila. Pada tahun 2009 bekerja sebagai guru les privat. Pada tahun 2011 penulis berwirausaha di Bidang Kuliner melalui Program Mahasiswa Wirausaha Unila dan menjabat sebagai pelatih KIR di SMPN 3 Bandar Lampung serta menjabat sebagai asisten dosen bidang ilmu histologi FK Unila. Pada tahun 2012 penulis menambah kegiatan wirausaha di bidangevent organizerdansouvenir.


(10)

Kupersembahkan skripsi ini

untuk mama dan bapak tercinta

atas kasih sayangnya

yang tiada terbalas

serta doa dalam setiap sujudnya

yang selalu menyertai langkahku


(11)

i SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah, pujian dan rasa syukur hanyalah untuk Allah SWT, pencipta langit dan bumi, pembuat gelap dan terang. Dialah yang telah memberiku rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW, penutup para rasul, yang memberi kabar gembira dan ancaman, yang memberi janji dan peringatan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat yang mengikutisunnah-sunnahnya sebagai petunjuk bagi manusia untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Skripsi dengan judul “PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM(Nigella sativaL.)TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH(Rattus norvegicus)YANG DIINDUKSI GENTAMISIN”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang lebih berlimpah :


(12)

ii 2. dr. Susianti, M.Sc selaku ketua Tim Penguji yang membimbing dengan sabar

serta memberi motivasi.

3. dr. Helmi Ismunandar dan Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si, M.Sc selaku sekretaris Tim Penguji yang selalu memberikan saran dan kritik yang membangun. 4. Semua dosen, staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

yang membantu dalam proses pembelajaran selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

5. Mas Bayu Selaku laboran di bagian histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas pembelajaran yang diberikan.

6. My Hero: Mama dan Bapak, kalian bagaikan matahari di siang hari dan bagaikan bulan di malam hari.

7. Keluargaku di Lampung, Cirebon dan Semarang : Yayu Zaenah, Yayuk Ido, Bang Uyung, Yayuk Yanti, Aa, Anah, Husen, Teh Dewi, Lukman, Aa Gun Permadi, Kakak Mami, Kakak Azizah, Kakak Aab, Kakak Hakim, Kakak Al-Amin, Kakak Ahmad Sahid, Abang Dillah, Abang Rahman, Teteh Ica, Abang Rizqi, Mang Tono dan Keluarga, Mang Nunung dan Keluarga, Bi yuyu dan Keluarga, Bi Nani dan Keluarga, Bi Iin dan Keluarga, Mang Uu dan Keluarga, Bi Tonah. Terima kasih atas dukungan materil dan spirituil.

8. Khalifah Abdul Qadir Baraja’, Dr. Ir. H. Kardaya Warnika, Ir.Chamad Muzakir, Ir.Dria Sukmana, Ir. H. Su’udi (Alm), Ami Abdul Bashir Sinene.


(13)

iii 9. Guru-guru yang telah mendidikku mengenai akhlak yang baik dan

mengajariku membaca, berhitung dan ilmu pengetahuan lainnya : Umi Lulu, Mba Rahma, Umi Ani, dr.T.A Larasati, Mba Novi, Mba Lisa, dr. Oktadoni, dr. Risal, Bu Veronica, Pak Jamasri, Pak Azmal, Bu Maelas, Bu Aguslena, Bu Rahma, Pak Mapful, Bu Husnul, Pak Indra. Terima kasih atas segenap doa, semangat dan nasehat yang kalian berikan.

10. Sahabat-sahabat yang aku cintai : Rani, Ayu, Nufi, Amrina, Ari Geh, Kak Anto, Kak Rahmat, Zella, Devi uyut, Erza. Doa kalian dari jauh sana sangat bermanfaat untukku.

11. Tim Skripsiku : Nabila, Difitasari dan Hilman. Kerjasama kita sangat kompak dalam menyelesaikan seluruh penelitian.

12. Seluruh Warga Fakultas Kedokteran khususnya dorlan, keluarga cemaraku di kelas : Ayang Nida, Ayuk Nora, Abang Jahe, Shinta Idung, Tante Giska, Om Onir, Tante Intan Ota, Hani Siti, Epi Alay, Riscan, Cici, Intan Pp, Ukh Dira. Terima kasih atas semua cerita yang pernah kita lewati bersama.

13. Tetra, Ay Puti, Jahe, Mba Lisa, Nola, DM, Harli, Eci, sebagai tim medis sewaktu aku mengalami kejadian gawat darurat.

14. Talitha, Hani Siti, Tante Gis, Memen, Ayuk Nora, Ayang Nida, Cing Charla, Cing Iqbal, Cici, Geby, Riscan, Intan Pp, Evi Lay, Galih, Falamy, Hamidi, Ghina, Arnia, Megan, Nabila, Inam, Sari, Ririn, Shinta Idung, Om Onir, Uut, Tiffany, Widhi dan seluruh warga Dorlan. Terimakasih atas perhatian kalian selama aku terbaring tak berdaya.


(14)

iv Lampung, Alumni SMAN 5 Bandar Lampung.

16. Terimakasih kepada Kak Angga FK 2007, Kak Yoga FK 2008 yang telah membantu secara langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

17. Terimakasih kepada rekan-rekan futsalku : Bang Didi, Erika, Ramayang, Elisabet, Miftah, Abigail, Olivia dan seluruh anggota tim futsal putri FK Unila.

18. Terimakasih untuk almamaterku tercinta.

19. Semua Pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, Penulis telah berusaha menyelesaikan penelitian ini dengan baik, namun Penulis adalah manusia biasa yang tidak sempurna, apabila masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini Penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri Penulis secara pribadi maupun mereka yang telah

menyediakan waktu dan sempat untuk membacanya.

Bandar Lampung, 21 Januari 2013 Penulis,


(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain yang memiliki sifat mirip dengan streptomisin, salah satu antibiotik yang ditemukan yaitu gentamisin yang merupakan golongan aminoglikosida (Syarif dkk, 2002). Gentamisin digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi oleh

Eschericia coli, Enterobacter, Kliebsiella, Proteus, Pseudomonas dan Serratia

(Katzung dkk, 2009). Antibiotik golongan aminoglikosida ini dapat menimbulkan efek toksik yang serius, penggunaannya terbatas dan telah digantikan dengan obat yang lebih aman seperti generasi ketiga sefalosporin, fluorokuinolon dan

impenem atau silastatin (Mycek dkk, 2009). Menurut survei awal yang telah kami lakukan, gentamisin lebih mudah didapatkan dan harga gentamisin lebih murah, untuk itu gentamisin masih menjadi pilihan konsumsi walaupun telah ada obat yang lebih aman.


(21)

2

Gentamisin merupakan zat xenobiotik memiliki efek samping nefrotoksik, ototoksik dan hepatotoksik. Kapasitas metabolik xenobiotik tertinggi ada di hepar. Paru, ginjal dan mukosa saluran pencernaan mempunyai kapasitas sedang (Sugiyanto, 2006). Gentamisin merupakan xenobiotik yang diduga dapat merusak alveolus paru-paru secara tidak langsung (Istiantoro, 2007).

Paru merupakan salah satu organ setelah hepar yang bereaksi terhadap perusakan oleh zat xenobiotik. Hal ini disebabkan karena paru-paru merupakan organ yang mengkatalisis reaksi biotransformasi dari zat xenobiotik (Krishna dkk, 1994). Alveolus merupakan bagian dari paru-paru yang peka terhadap zatzat xenobiotik (Robin dkk, 2009). Penelitian Karsenda pada tahun 2011 menunjukkan edema dan nekrosis sel alveolus tikus yang diinduksi gentamisin.

Efek toksik akibat perusakan oleh zat xenobiotik terhadap organ tubuh

menyebabkan banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat obat-obatan herbal untuk memproteksi perusakan tersebut.Nigella sativaL. atau jintan hitam merupakan tanaman herbal yang dikenal sebagai obat berbagai macam penyakit kecuali kematian sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.


(22)

Menurut survei yang dilakukan Mustafa pada tahun 2010, jintan hitam mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000. Di Yunani jintan hitam digunakan untuk meringankan sakit kepala, sakit gigi dan sakit perut. Jintan hitam umumnya digunakan di Timur Tengah sebagai obat tradisional untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan manusia (Al-Saleh dkk, 2006).

Menurut Direja (2007) biji jintan hitam mengandung senyawa antimikroba yang bersifat volatil maupun non volatil dengan berbagai tingkat kepolaran.

Kandungan zat gizi jintan hitam cukup tinggi. Jintan hitam mengandung 8 jenis dari 10 asam amino esensial, 7 dari 10 asam amino non esensial. Jintan hitam juga mengandung asam lemak esensial , yaitu asam linoleat dan linolenat yang penting untuk pembentukan prostaglandin E1 yang menyeimbangkan dan memperkuat sistem imun. Berbagai penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dicegah oleh pertahanan sistem imun yang kuat.

Komposisi kimia jintan hitam sangat beragam. Jintan hitam diketahui

mengandung lebih dari 100 komponen seperti minyak aromatik,trace elements, vitamin dan enzim. Kandungan biji jintan hitam antara lain minyak atsiri, minyak lemak dan saponin melantin, zat pahit nigelin, nigelon, dan timokuinon. Nigelon dan timokuinon dikenal sebagai antihistamin, antioksidan dan antiinfeksi (Achyad dan Rasyidah, 2000).


(23)

4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossein dkk (2008) yang

menggunakan babi sebagai hewan cobanya. Babi tersebut dipapar oleh gas sulfur mustard, namun sebelumnya telah diberi ekstrak jintan hitam. Gas sulfur mustard dapat membuat babi ini mengalami peradangan paru-paru. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek protektif jintan hitam terhadap peradangan paru yang disebabkan gas sulfur.

Pada tahun 2011 telah dilaporkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak sambiloto terhadap gambaran alveolus tikus putih jantan galurSprague dawley

yang diinduksi gentamisin. Untuk itu peneliti tertarik untuk melanjutkan

penelitian ini dengan menggunakan obat herbal yang berbeda yaitu berupa ekstrak jintan hitam (Nigella sativaL.) atau dikenal sebagaiHabatussauda.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu, apakah ada pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativaL.) terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin ?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativaL.) terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam hal riset di bidang ilmu histopatologi dan pengembangan obat herbal.

2. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang ilmu histopatologi dan pengembangan obat herbal.

3. Bagi instansi pendidikan, penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak jintan hitam terhadap paru-paru.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk digunakan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut di bidang ilmu histopatologi dan pengembangan obat herbal.


(25)

6

E. Kerangka Penelitian

1.Kerangka Teori

Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori dalamtext bookbuku ajar patologi Robin, yaitu kelebihan dosis zat xenobiotik dapat menyebabkan cedera paru secara tidak langsung. Gentamisin sebagai salah satu zat xenobiotik yang merupakan agen nefrotoksik dan agen ototoksik (Khan, 2011 dan Fetoni, 2012). Selain itu, gentamisin juga diduga dapat merusak alveolus paru-paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan pleura dapat mencapai

keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian secara berulang (Istiantoro, 2007).

Konsekuensi akut kerusakan pada membran kapiler alveolus adalah

permeabilitas vaskuler meningkat dan dibanjirinya alveolus, dan hilangnya kapasitas difusi dan akhirnya terjadi kerusakan alveolus paru (Robin dkk, 2009). Gambaran mikroskopis paru-paru tikus putih jantan yang diinduksi gentamisin yaitu terlihat adanya perubahan struktur histopatologi berupa edema sel alveolus dan nekrosis alveolus (Karsenda, 2011).


(26)

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa biji jintan hitam mengandung 36-38%fixed oildan 0,4-2,5%essential oil.Essential oiljintan hitam mengandung timokuinon, alkaloid, dan saponin (Ali dan Blunden, 2003). Selain itu, biji jintan hitam memiliki efek antipiretik, analgesik, antimikroba, antiinflamasi dan sebagai antioksidan (Alsaif, 2007., Farrag dkk, 2007 dan Gilani dkk, 2004). Jintan hitam juga sering digunakan sebagai obat antikanker (Shafi dkk, 2009). Hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya antioksidan yang terkandung di dalam jintan hitam. Kandungan bahan aktif jintan hitam terbanyak adalah timokuinon (27,8% -57,6%) (El-Tahir dan Bakeet, 2006 dan Gernot, 2009).

Salah satu zat aktif lain yang diisolasi dari minyak atsiri jintan hitam adalah nigelon (bentuk dimer dari ditimokuinon) yang memiliki aktivitas antihistamin (Chakhravarthy, 1993). Kandungan timokuinon dan nigelon dalam minyak jintan hitam berguna untuk mengurangi reaksi radang melalui aktivitas antioksidan (El Dakhakhny dkk, 2002).


(27)

8

Berdasarkan penelitian Hossein dkk (2011) membuktikan bahwa jintan hitam memiliki efek pencegahan terhadap saluran nafas yang meradang. Minyak esensial pada jintan hitam memiliki efek penghambatan siklooksigenase II dan 5-lipooksigenase melalui jalur metabolisme asam arakidonat dan peroksidasi membran lipid. Minyak esensial jintan hitam memiliki efek antiinflamasi karena menghambat reseptor histamin. Jintan hitam mampu menurunkan tingkat

sitokin proinflamasi dalam serum dan menurunkan perubahan patologis pada paru-paru secara signifikan (Bayir dkk, 2012). Gambar 1 menunjukkan bagan alur kerangka konsep efek protektif ekstrak jintan hitam terhadap alveolus paru-paru yang diinduksi gentamisin.

Keterangan : :Memicu

:Menghambat

Gambar 1. Kerangka teori efek protektif ekstrak jintan hitam terhadap alveolus paru yang diinduksi gentamisin.

Gentamisin Permeabilitas vaskular meningkat Kerusakan bagian alveolus paru-paru Kapasitas difusi menurun Ekstrak etanol jintan hitam : -Timokuinon -Nigelon Antiinflamasi Antioksidan


(28)

2. Kerangka Konsep

Kerangka teori di atas menunjukkan bahwa jintan hitam memiliki efek protektif terhadap perusakan alveolus paru-paru yang diinduksi oleh gentamisin.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka disusun kerangka konsep sebagaimana terdapat pada gambar 2 :

Gambar 2. Kerangka konsep pengaruh pemberian ekstrak etanol jintan hitam Terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru.

F. Hipotesis

Pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativaL.) memiliki pengaruh terhadap gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.

Variabel independen : - Ekstrak etanol jintan hitam

500mg/KgBB

- Ekstrak etanol jintan hitam 1000mg/KgBB

- Ekstrak etanol jintan hitam 1500mg/KgBB

Variabel dependen : Gambaran

histopatologi alveolus paru-paru


(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gentamisin

1. Definisi

Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida. Aminoglikosida adalah sekelompok obat-obatan bakterisid yang berasal dari berbagai spesiesStreptomycesdan mempunyai sifat kimiawi, antimikroba,

farmakologi dan efek toksik yang sama. Selain gentamisin, yang termasuk golongan aminoglikosida adalah streptomisin, kanamisin, neomisin, amikasin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dll . Namun saat ini yang paling sering digunakan seperti gentamisin, tobramisin dan amikasin (Katzung dkk, 2009).

Aminoglikosida adalah salah satu antibiotik pilihan untuk menangani infeksi serius. Penggunaan antibiotik ini diindikasikan karena mempunyai spektrum luas terutama terhadap infeksi kuman aerob gram negatif, dan berefek sinergis terhadap gram positif bila dikombinasikan dengan antibiotik lain (misalnyaβ-laktam) (Rose, 2005).


(30)

2. Spektrum Aktivitas

Antibiotik ini mempunyai spektrum yang luas terhadap kuman aerob dan fakultatif basil gram negatif. Aktifitasnya terutama terhadapEscherichia coli, Proteus mirabilis, danKlebsiella sp, Morganella sp, Citrobacter sp, Serratia spdanEnterobacter sp,Pseudomonas sp,Acinetobacter spdan

Haemophilus influenza(Leibovici dkk, 2009).

3. Mekanisme Kerja

Aktifitas gentamisin adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk

menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom (partikel partikel kecil dalam protoplasma sel yang kaya akan RNA, tempat terjadinya sintesa protein) di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosentasa protein dikacaukan. Untuk menembus dinding bakteri mencapai ribosom, aminoglikosida yang bermuatan kation positif akan berikatan secara pasif dengan membran luar dinding kuman gram negatif yang mengandung muatan negatif (Radigan dkk, 2009).


(31)

12

Terjadinya reaksi kation antibiotik akibat adanya potensial listrik

transmembran sehingga menimbulkan celah atau lubang pada membran luar dinding kuman selain mengakibatkan kebocoran dan keluarnya kandungan intraseluler kuman memungkinkan penetrasi antibiotik semakin dalam hingga menembus membran sitoplasma, proses ini merupakan efek bakterisid aminoglikosida (Radigan dkk, 2009).

4. Farmakodinamik/Farmakokinetik

Semua golongan aminoglikosida mempunyai sifat farmakokinetik yang hampir sama. 15–30 menit paska pemberian intravena mengalami distribusi ke ruang ekstraseluler dan konsentrasi puncak dalam plasma dialami setelah 30-60 menit paska pemberian. Waktu paruh aminoglikosida rerata antara 1.5 hingga 3.5 jam pada fungsi ginjal yang normal, waktu paruh ini akan

memendek pada keadaan demam dan akan memanjang pada penurunan fungsi ginjal (Radigan dkk, 2009).

Ikatan aminoglikosida dan protein sangat lemah (protein binding< 10%) dan eliminasi obat ini terutama melalui filtrasi glomerulus. Lebih 90% dari dosis aminoglikosida yang diberikan secara intravena akan terdeteksi pada urin dalam bentuk utuh pada 24 jam pertama, sebagian kecil secara perlahan akan mengalami resiklus kedalam lumen tubulus proksimalis, akumulasi dari resiklus ini yang akan mengakibatkan toksik ginjal.


(32)

Volume distribusi aminoglikosida adalah 0.2-0.3 L/k. Volume ini setara dengan cairan ekstraseluler sehingga akan mudah tercapai konsentrasi terapeutik dalam darah, tulang, cairan sinovial, peritonium, mempunyai konsentrasi distribusi pada paru dan otak (Radigan dkk, 2009).

5. Efek Samping

Efek samping aminoglikosida yang tersering adalah nefrotoksik. Risiko kejadian nefrotoksik yang perlu diketahui oleh para klinisi sebelum

memberikan aminoglikosida yaitu : usia tua, komorbid penyakit ginjal dan gangguan hati, penggunaan aminoglikosida multidosis selama lebih dari 3 hari, menggunakan obat bersifat nefrotoksik secara bersamaan seperti vankomisin, manitol, amfoterisin B dan radiokontras untuk diagnostik atau penderita rawatIntensive Care Unitedengan hipotensi akibat hipovolemik mempunyai risiko tinggi untuk terjadi nefrotoksik.

Nekrosis tubulus renal yang mendasari nefrotoksik, umumnya bersifat ringan dan revesibel.Recoveryakan terjadi secara spontan beberapa hari setelah penghentian obat, selama tidak didapatkan hipotensi

berkepanjangan, dan tidak menggunakan obat nefrotoksik yang lain secara bersamaan dan terjadi nekrosis kortek renal akibat penyakit yang lain (Leibovici dkk, 2009).


(33)

14

Efek toksik yang lain adalah kerusakan koklea dan vestibular sehingga mengakibatkan tuli bilateral yang bersifat permanen. Efek samping ini umumnya baru terdeteksi setelah pemberian aminoglikosida selesai diberikan. Faktor faktor risiko terjadinya efek samping ini sama halnya dengan faktor risiko pada nefrotoksik. Salah satu efek samping

aminoglikosida yang lebih jarang terjadi tetapi mengancam jiwa (lifethreatening) yaitu kelumpuhan otot (neuromuscular blockade), manifestasi klinis ditandai dengan kelemahan otot, penekanan sistem pernapasan dan paralisisflaccid. Faktor risiko akan komplikasi ini adalah penderita miastenia gravis, hipomagnesemia, hipokalsemia berat dan penggunaan obat pelumpuh otot secara bersamaan (Leibovici dkk, 2009).

Efek samping yang lain yaitu hepatotoksik terutama disebabkan oleh gentamisin, karena gentamisin merupakan zat xenobiotik yang merusak hepatosit. Organ kedua yang dirusak setelah hepar adalah paru- paru. Gentamisin juga diduga dapat merusak alveolus paru-paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan pleura dapat mencapai keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian secara berulang (Istiantoro, 2007).


(34)

6. Penggunaan dalam Klinik

Pemberian antibiotik harus diberikan sedini mungkin terutama pada kasus infeksi yang berat.Surviving Sepsis Campaigne2008 menganjurkan secara empiris menggunakan antibiotik berspektrum luas untuk menangani sepsis berat atau syok septik dan merekomendasikan kombinasi antibiotik yang sinergik selama 3 sampai 5 hari pertama untuk penanganan infeksi akibat

Pseudomonas spatau infeksi netropenia. Walaupun pendapat ini masih kontroversial tetapi beberapa klinisi berpendapat bahwa untuk menghadapi sepsis berat yang kemungkinan disebabkan oleh kumanmultidrug-resistant pathogenmaka penggunaan secara empiris kombinasi antibiotik sinergis merupakan pilihan yang tepat (Leibovici dkk, 2009).

Pemilihan aminoglikosida sebagai salah satu unsur dalam kombinasi antibiotik terutama bila dikombinasikan denganβ-laktam merupakan pilihan yang rasional karena mempunyai efek sinergik antara kedua kelompok antibiotik tersebut. Kombinasi aminoglikosida dan β-laktam telah banyak digunakan pada senter yang maju sebagai inisial empirik antibiotik terutama di tempat dimana prevalensimultidrug-resistant pathogenkhususnyaPseudomonas spyang sangat tinggi (Leibovici dkk, 2009).


(35)

16

B. Paru-paru

1. Anatomi Paru-paru

Menurut Pearce dan Evelyn tahun 2005, alat pernafasan utama manusia adalah paru-paru yang terletak di dalam rongga dada. Paru-paru terletak sebelah kanan dan kiri, dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

Paru-paru merupakan kompartemen lateral dari kavitas torak. Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi dinding torak, dan pleura viseralis meliputi paru-paru termasuk permukaan dalam fisura (Moore, 2005). Paru-paru normal bersifat ringan, lunak, dan menyerupai sepon. Paru-paru juga kenyal dan dapat mengisut sampai sekitar sepertiga besarnya, jika kavitas torak dibuka. Paru-paru manusia terdiri dari dua buah, yaitu paru-paru kanan dan paru-paru-paru-paru kiri. Paru-paru-paru kanan dibagi menjadi tiga belahan atau lobus oleh fisura , sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi dua belahan atau lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong-kantong kecil, yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru atau alveolus (Pearce dan Evelyn, 2005).


(36)

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah, oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmhg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli. Setelah melalui pipa bronkial, trakea, karbon dioksida keluar melalui hidung dan mulut (Moore, 2005). Anatomi paru-paru secara umum diperlihatkan pada gambar 3.


(37)

18

2. Histologi Paru-paru

Jaringan paru-paru terdiri atas bronkioli respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli (Eroschenko, 2003). Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem pernafasan (Junqueira dkk, 2009).

Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus sebagai tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel klara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng yaitu sel alveolus tipe I. Di sepanjang bronkiolus ini, makin ke distal jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak di antaranya semakin pendek. Epitel bronkiolus yang berada di antara alveolus terdiri atas epitel kuboid bersilia, akan tetapi silia tidak dijumpai pada bagian yang lebih distal (Junqueira dkk, 2009).

Ke arah distal dari bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus ke dalam dinding bronkiolus semakin banyak sampai dinding tersebut seluruhnya ditempati muara tersebut, dan saluran nafas tersebut kini bernama duktus alveolaris. Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus.


(38)

Dalam lamina profia yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman sel otot polos. Berkas otot polos mirip sfingter ini tampak sebagai tombol di antara alveoli yang berdekatan. Otot polos tidak lagi dijumpai pada ujung distal duktus alveolaris (Junqueira dkk, 2009).

Dinding duktus alveolaris dibentuk oleh sederetan alveoli yang saling bersebelahan. Sekelompok alveoli bermuara ke dalam sebuah duktus alveolaris disebut sakus alveolaris (Eroschenko, 2003).

Alveolus merupakan penonjolan mirip kantung di bronkus respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab atas terbentuknya struktur berongga di paru-paru. Secara struktural, alveolus menyerupai kantung kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam (Junqueira dkk, 2009). Gambar 4 menunjukkan gambaran histologi alveolus.


(39)

20

Keterangan :P1 = Sel tipe 1 P2 = Sel tipe 2 C =Capillary

M = Makrofag E = Endotel

Gambar 4. Histologi alveolus paru-paru (Anonim, 2009).

3. Histopatologi Paru-paru

Secara histopatologis, edema paru diawali dengan kerusakan membran kapiler alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas endotelium kapiler paru dan epitel alveoli. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya edema sel alveoli dan interstisial (Muttaqin, 2002).


(40)

Menurut Guyton dan Hall (2009) edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang

menyebabkan tekanan cairan interstisial paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan bebas. Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli.

Alveoli merupakan kantong-kantong udara yang sangat kecil pada paru yang berada pada area di luar pembuluh-pembuluh darah kecil paru-paru. Oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan karbon dioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya (Muttaqin, 2002).

Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peningkatan tekanan intravaskular. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.


(41)

22

Etiologi tersering dari edema paru adalah masalah jantung. Etiologi lain yang dapat menyebabkan cairan edema memasuki alveoli yaitu

pneumonia, paparan terhadap racun tertentu, obat-obatan, olahraga dan hidup pada dataran tinggi. Edema alveolus secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Edema alveoli (Ahmad, 2012).

4. Fisiologi Paru-paru

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasanexternal, oksigen dihrup melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli dan oksigen berikatan dengan hemoglobin di dalam kapiler pulmonaris (Pearce dan Evelyn, 2005).


(42)

Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfir ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi) (Guyton dan Hall, 2009).

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Selama inspirasi, volume torak bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu

sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Pearce dan Evelyn, 2005).

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga torak, menyebabkan volume torak berkurang. Pengurangan volume torak ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Pearce dan Evelyn,2005).


(43)

24

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5

μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbon dioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Pearce dan Evelyn, 2005).


(44)

C. Jintan Hitam

1. Definisi

Jintan hitam merupakan tanaman berbunga tahunan (Achyad dan Rasyidah 2000). Tanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan

ketinggian lebih kurang 30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah Levant, kawasan Mediterania timur sampai ke arah timur Samudera Indonesia, dan dikenal sebagai gulma semusim dengan keanekaragaman yang kecil. Budidaya perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji (Hutapea 1994). Klasifikasi jintan hitam sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranunculales Famili : Ranunculaceae Genus :Nigella


(45)

26

Deskripsi tanaman jintan hitam (gambar 6) yaitu berwarna hijau kemerahan pada batangnya. Batang tanaman tegak, lunak, beralur, berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarang dan disertai dengan adanya bulu-bulu yang berkelenjar. Daun berbentuk daun lanset garis (lonjong), panjang 1,5 sampai 2 cm, merupakan daun tunggal yang ujung dan pangkalnya runcing, tepi berigi dan berwarna hijau. Pertulangan menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu.

Keterangan : a = Bunga b = Daun c = Akar d = Buah e = Batang

Gambar 6.Tanaman jintan hitam (Muharam, 2010). a

b

d

e


(46)

Daun pembalut bunga (kelopak bunga) kecil, berjumlah lima, berbentuk bundar telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Merupakan bunga majemuk dan berbentuk karang. Mahkota bunga pada umumnya berjumlah delapan, berwarna putih kekuningan, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek. Bibir bunga ada dua, bibir bunga bagian atas pendek, berbentuk lanset dengan ujung memanjang berbentuk benang . Ujung bibir bagian bawah tumpul, benang sari banyak, dan gundul. Kepala sari berwarna kuning, berbentuk sedikit tajam, tangkai sari berwarna kuning. Tanaman jintan hitam berakar tunggang, berwarna cokelat. Buah jintan hitam berbentuk bulat panjang, polong dan berwarna cokelat kehitaman. Biji jintan hitam (gambar 7) berukuran kecil, berbentuk bulat, berwarna hitam, berkeriput tidak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelenjar.


(47)

28

2. Kegunaan Jintan Hitam

Biji jintan hitam kerap digunakan sebagai salah satu bahan bumbu dapur berbau khas. Biasanya, masakan-masakan daerah seperti dari Jawa dan Sumatera sering menambahkan bahan ini ke dalam masakannya. Jenis jintan, terbagi dalam dua rupa, yaitu jintan putih dan jintan hitam. Jintan putih lebih sering digunakan sebagai bumbu masak dibanding jintan hitam. Khusus jintan hitam ternyata banyak mengandung khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit. Di beberapa daerah, biji yang juga disebut jintan hitam pahit di Malaysia ini juga digunakan sebagai peluruh keringat, peluruh buang angin, obat perangsang, peluruh haid, serta memperlancar air susu ibu (Anonim 2009).

Jintan hitam memiliki banyak kegunaan berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan. Beberapa kegunaan jintan hitam adalah sebagai berikut :

a. Memperkuat sistem kekebalan tubuh

Jintan hitam meningkatkan rasio antara sel-Thelperdengan sel-T penekan (supressor) sebesar 55-72%, yang mengindikasikan

peningkatan aktivitas fungsional sel pembunuh alami dan efek jintan hitam sebagai imunomodulator (El-Kadi dkk, 1989., Haq dkk, 1999).


(48)

Kandungan timokuinon pada jintan hitam menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon, melindungi kerusakan sel oleh infeksi virus, menghancurkan sel tumor dan meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi sel-B (Gali-Muhtasib dkk, 2007).

b. Memiliki aktivitas antihistamin

Histamin adalah zat yang diproduksi oleh jaringan tubuh yang dapat menyebabkan reaksi alergi dan berhubungan dengan suatu kondisi seperti asma bronkial. Salah satu zat aktif yang diisolasi dari minyak atsiri jintan hitam adalah nigelon (bentuk dimer dari ditimokuinon) yang memiliki aktivitas antihistamin, sehingga dapat digunakan untuk terapi asma bronkhial dan penyakit alergi lainnya. Mekanisme kerja nigelon sebagai antihistamin adalah dengan menghambat aktivitas protein kinase C dan menurunkan pengambilan kalsium dari sel yang berguna menghambat aktivitas fungsional enzim fosfolipase A2 pada metabolisme prostaglandin (Chakhravarthy 1993).

c. Memiliki aktivitas antitumor

Salomi dkk (1992) mengemukakan bahwa asam lemak berantai panjang yang berasal dari jintan hitam dapat mencegah pembentukan

Ehrlich Ascites Carcinoma(EAC) dan selDalton’s Lymphoma Ascites (DLA) yang merupakan jenis sel kanker yang umum ditemukan pada manusia.


(49)

30

Kandungan timokuinon pada jintan hitam dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker osteosarkoma dengan mempengaruhi aktivitas gen p53 (Roepke dkk, 2007). Pada kanker esofagus, kandungan timokuinon juga menginduksi terjadinya apoptosis pada sel kanker (Hoque dkk, 2005). Kemampuan aktivitas antikanker pada jintan hitam juga didukung oleh efek sitotoksisitas secarain vivodan

in vitroekstrak biji jintan hitam (Salomi dkk, 1992).

d. Memiliki aktivitas antimikroba

Ekstrak air jintan hitam memiliki aktivitas antijamur pada pengujian

in vivo(Khan dkk,2003). Selain itu, zat aktif pada minyak atsiri jintan hitam efektif melawan bakteri sepertiStaphylococcus aureus(Hannan dkk, 2008).

e. Memiliki aktivitas antiperadangan dan antioksidan

Kandungan timokuinon dan nigelon dalam minyak jintan hitam berguna untuk mengurangi reaksi radang melalui aktivitas antioksidan (El Dakhakhny dkk, 2002). Mekanisme antiradang lainnya dari

timokuinon adalah dengan menghambat pembentukan mediator peradangan seperti leukotrien pada leukosit (Mansour dan Tornhamre 2004., Hoque dkk, 2005).


(50)

Jintan hitam juga baik dikonsumsi oleh orang yang sehat karena jintan hitam mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Selain itu, jintan hitam mengandung beta karoten yang dikenal dapat menghancurkan sel karsinogenik. Biji jintan hitam kaya akan sterol khususnya beta sterol yang dikenal mempunyai aktivitas antikarsinogenik.

3. Kandungan Jintan Hitam

Biji dan daun jintan hitam mengandung saponin dan polifenol (Hutapea, 1994). Kandungan kimia jintan hitam adalah minyak atsiri, minyak lemak, melantin (saponin), nigelin (zat pahit), zat samak, nigelon, timokuinon , kandungan biji jintan hitam antara lain timokuin, timohidrokuinon, ditimokuinon, timol, karvakrol, nigelisin, nigelidin, nigelimin-N-oksida dan alfa-hedrin. Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam jintan hitam merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas. Komposisi biji jintan hitam disajikan pada tabel 2, 3 dan 4 (Rahmi, 2011) :

Tabel 1.Komposisi biji jintan hitam. Komposisi Jumlah (gr/100gr) Air Lemak Serat kasar Protein Abu Karbohidrat

6,4 ± 0,15 32,0 ± 0,54 6,6 ± 0,69 20,2 ± 0,82 4,0 ± 0,29 37,4 ± 0,87


(51)

32

Tabel 2.Komposisi sterol pada biji jintan hitam. Sterol Jumlah (% per 100 gr) Kampesterol

Stigmasterol

Β-sitosterol

11,9 ± 0,99 18,6 ± 1,52 69,4 ± 2,78

Tabel 3.Komposisi vitamin dari biji jintan hitam. Vitamin (μg per 100 gr)

B1(Thamin) B2(Riboflavin) B6(Pyridoxin) PP(Niasin) Asam Folat

831 ± 11,36 63 ± 3,32 789 ± 8,89 6311 ± 16,52 42 ± 4,58

D. Tikus Putih

Tikus putih atauRattus norvegicusmerupakan hewan percobaan yang sering dinamakan dengan tikus besar. Dibandingkan dengan tikus liar, tikus

laboratorium lebih cepat menjadi dewasa dan umumnya lebih mudah

berkembang biak. Berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan dengan berat tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa 200- 250 gram (Widiarto, 2011).


(52)

Tikus merupakan hewan yang mewakili kelas mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimia, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah, serta eksresi menyerupai manusia. Sifat lain yang menguntungkan dari tikus putih yaitu cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar dari pada mencit (Abimosaurus, 2006). Keuntungan utama tikus putih galurSprague dawleyadalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).


(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metodeposttest only with control group design. Penelitian eksperimental merupakan suatu

rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat. Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba yang dipilih secara random yang dibagi menjadi 5 kelompok.

B. Tempat dan Waktu

Adaptasi hewan coba dilakukan diAnimal HouseFakultas Kedokteran Universitas Lampung. Perlakuan pada hewan coba dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,

sedangkan pembuatan preparat dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak etanol jintan hitam dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, sedangkan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Periode penelitian selama 2 bulan.


(54)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawleyberumur 10-16 minggu. Pemilihan sampel menggunakan cara

simple random sampling, pada penelitian ini diperlukan 5 kali perlakuan. Rumus penentuan sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut (Sastroatmojo dan Ismael, 2008) :

(t-1)(n-1)≥ 15 (5-1)(n-1)≥ 15

4n-4≥ 15 4n≥ 19

n≥ 5

Jumlah minimal sampel perkelompok dibulatkan menjadi 5 ekor tikus

perkelompok. Berdasarkan perhitungan tersebut, peneliti akan menggunakan 6 ekor tikus pada masing-masing kelompok percobaan, maka total hewan coba pada penelitian ini adalah 30 ekor.

Kriteria inklusi :

1. Sehat

2. Memiliki berat badan antara 200-250 gram 3. Jenis kelamin jantan


(55)

36

Kriteria eksklusi :

1. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital)

2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 % setelah masa adaptasi di

Animal House.

3. Mati

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Terdapat dua jenis bahan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini. Bahan penelitian yang pertama yaitu, gentamisin dengan dosis 80 mg/KgBB dan bahan yang kedua ekstrak jintan hitam (Nigella sativaL.) dengan dosis 500 mg/KgBB, 1000 mg/KgBB, dan 1500 mg/KgBB.

2. Bahan Kimia

Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan preparat histologis dengan metode parafin meliputi: larutan bouin untuk fiksasi, garam fisiologis NaCl (0,9 %), alkohol teknis, toluol, xilol, parafin dengan titik cair 50-55ºC, pewarna haematokslin dan eosin Y, akuades,Meyer’salbumin, entelan (Suntoro, 1983).


(56)

3. Alat Penelitian a. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Neraca analitikMetler Toledodengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat tikus.

2) Spuit oral 1 cc

3) Spuit 1 cc

4) Gunting minor set, untuk membedah perut tikus (laparotomi).

5) Kapas dan alkohol.

b. Alat pembuatan preparat histopatologi

Adapun alat pembuat preparat histologi adalah mikrotom.

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativaL.) a. Cara pembuatan ekstrak etanol jintan hitam:

Ekstrak dibuat di Laboratorium Kimia Organik FMIPA Unila. Proses pembuatan ekstrak etanol jintan hitam dalam penelitian ini


(57)

38

Menurut Sulistianto dkk (2004), ekstraksi dimulai dari penimbangan jintan hitam. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakanblenderatau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam.

Kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporatorpada suhu 40 º C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Selanjutnya dari ekstrak ini akan dibuat larutan stok.

Larutan stok yang dimaksud adalah larutan pekat dengan dosis 100 g/ 100 ml, hal ini dimaksud agar mempermudah dalam perlakuan pada tikus saat percobaan. Ekstrak dibuat dengan melarutkan 100 g berat ekstrak jintan hitam ke dalam 100 ml akuades sehingga 1 mL ekstrak mengandung 1000 mg.

b. Cara perhitungan dosis ekstrak jintan hitam:

Dosis pertengahan ekstrak etanol jintan hitam yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasar pada penelitian Utami dkk (2011) sebesar 500, 1000 dan 1500 mg/KgBB. Pada penelitian tersebut dosis ini telah terbukti dapat menurunkan kadar serum kreatinin, serum urea, dan


(58)

1) Dosis untuk tiap tikus kelompok III

500 mg/KgBB x 0,2 kg (berat tikus) = 100 mg 2) Dosis untuk tiap tikus kelompok IV

1000 mg/KgBB x 0,2 kg = 200 mg 3) Dosis untuk tiap tikus kelompok V 1500 mg/KgBB x 0,2 kg = 300 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 g. Untuk masing-masing dosis per hari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak jintan hitam pada masing-masing tikus kelompok III, IV dan V.

Tikus kelompok III

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

x = 0,1

Jadi masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,1 ml.


(59)

40

Tikus kelompok IV

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

x = 0,2

Jadi masing-masing tikus pada kelompok IV akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,2 ml.

Tikus kelompok V

Dosis larutan stok = dosis per hari tikus

x = 0,3

Jadi masing-masing tikus pada kelompok V akan diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,3 ml.

2. Prosedur Pemberian Dosis Gentamisin

Dosis gentamisin yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah terbukti dapat meningkatkan serum kreatinin, serum urea dan BUN pada tikus percobaan yang diberikan gentamisin 80 mg/KgBB/hari dan diberikan selama 8 hari (Singh dkk,


(60)

Dosis gentamisin pada tikus yang telah terbukti toksis yaitu 80 mg/KgBB. Hal ini berarti pada berat tikus rata-rata sekitar 200 mg atau 0,2 Kg maka dosis per ekor tikus sebesar 80 mg/KgBB x 0,2 Kg = 16 mg (per ekor tikus).

Dosis gentamisin yang dipilih adalah vial 80 mg dalam 2 ml, hal ini dikarenakan pemberian lewat intraperitoneal. Maka perhitungan dosis injeksinya adalah sebagai berikut :

Maka x adalah


(61)

42

3. Alur Penelitian

a. Tikus sebanyak 30 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, dimana hanya akan diberi akuades. Kelompok II sebagai kontrol patologis, dimana diberikan gentamisin dengan dosis 80 mg/KgBB. Kelompok III adalah perlakuan coba dengan pemberian ekstrak jintan hitam dosis 500 mg/KgBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1000 mg/KgBB, dan kelompok V dengan dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1500 mg/KgBB. Kemudian selang 2 jam kelompok III, IV dan V diberikan induksi gentamisin sebesar 80 mg/KgBB. Masing-masing diberikan secara intraperitoneal selama 8 hari. Kemudian pada hari ke-9 dan ke-10, masing-masing tikus dari kelompok III, IV dan V tetap diberikan ekstrak jintan hitam.

b. Mencekoki tikus dengan ekstrak jintan hitam selama 8 hari dan melakukan injeksi gentamisin secara intraperitoneal selama 8 hari, dilanjutkan pemberian ekstrak jintan hitam per oral hingga hari ke-10. Tikus tetap diberikan makanad libitum.

c. Setelah 10 hari, perlakuan diberhentikan.

d. Enam tikus jantan dari tiap kelompok dinarkosis dengan kloroform.

e. Dilakukan laparotomi, diambil paru-paru untuk dibuat sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin.


(62)

Hematoksilin mempunyai sifat pewarna basa, yaitu memulas unsur jaringan yang basofilik. Eosin memulas unsur jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini paling banyak digunakan (Junqueira dkk, 2007).

f. Sampel paru-paru ini difiksasi dengan formalin 10 %. Selanjutnya sampel ini dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk pembuatan sediaan mikroskopis alveolus paru-paru.

g. Metode teknik histopatologi adalah menurut Akoso dkk (1999) :

1)Fixation

a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ paru-paru yang telah terpilih segera dengan larutan pengawet formalin 10 %.

b) Mencuci dengan air mengalir.

2)Trimming

a) Mengecilkan organ .

b) Memasukkan potongan organ paru-paru tersebut ke dalam

embedding cassette..

3)Dehidrasi

a) Menuntaskan air dengan meletakkanembedding cassette


(63)

44

b) Berturut-turut melakukan perendaman organ paru-paru dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolut I, II, III selama 1 jam.

4)Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukanclearingdengan xilol I, II, III masing-masing 1 jam.

5)Impregnasi

Impregnasidengan menggunakan parafin I, II, III masing-masing selama 2 jam.

6)Embedding

a) Membersihkan sisa parafin yang ada pada pan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas.

b) Menyiapkan paraffin cair dengan memasukkan parafin ke dalam cangkir logam dan memasukkan dalam oven dengan suhu di atas 58ºC.

c) Menuangkan parafin cair dalam pan.

d) Memindahkan satu per satu dariembedding cassetteke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.


(64)

f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan paru-paru dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6 ºC beberapa saat.

g) Memotong parafin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan skapel/pisau hangat.

h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing.

i) Memblok parafin siap potong dengan mikrotom.

7)Cuttting

a) Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.

b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu. c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. d) Memilih lembaran potongan yang paling baik,

mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Memindahkan lembaran jaringan ke dalamwater bath


(65)

46

f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut denganslidebersih dan menempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.

g) Menempatkanslideyang berisi jaringan pada inkubator (pada suhu 37ºC) selama 24 jam sampa jaringan melekat sempurna.

8)Staining(pewarnaan) dengan Harris Hematoksilin Eosin

Setelah jaringan melekatsempurnapadaslideyang terbaik, selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilol I, II, III masing-masing selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan Alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga, akuades selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan dalam zat warna Harris Hematokslin selama 20 menit.Kemudian memasukkan potongan organ paru-paru dalam akuades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang-goyang organ. Keenam, mencelupkan organ dalam asam alkohol 2-3 celupan. Ketujuh, dibersihkan dalam akuades bertingkat masing-masing 1 menit dan 15 menit.


(66)

Kedelapan, memasukkan potongan organ dalam Eosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, Alkohol 96%, alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan V masing-masing 5 menit.

9)Mounting

Setelah pewarnaan selesai, menempatkanslidedi atas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahanmountingyaitu kanada balsam dan tutup dengncover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.

10) Membacaslidedengan mikroskop

Slidediperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100X, 200X, atau 400X. Metode yang digunakan dengan melihat preparat adalah prosedurDouble Blinded.


(67)

48

Timbang berat badan tikus

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus diberi perlakuan selama 8 hari

Cekok Cekok Cekok

Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

Cekok I.P. I.P. I.P. I.P

Akuades Gentamisin 80 mg/kgBB Gentamisin 80 mg/kg Gentamisin 80 mg/kgBB Gentamisin 80 mg/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari Pada hari ke 9 dan 10

Cekok I.P. Cekok Cekok Cekok

Akuades Akuades Jintan hitam Jintan hitam Jintan hitam 500 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 1500 mg/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Tikus di narkosis dengan kloroform Lakukan Laparotomi lalu paru-paru tikus diambil Sempel paru-paru difiksasi dengan formalin 10%

Sample paru-paru dikirim ke LAB PA dan Histologi FK untuk pembuatan sediaan histopatologi Pengamatan sediaan histopatologi dengan mikroskop

Gambar 8.Diagram alur penelitian

Setelah 2 jam


(68)

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak etanol jintan hitam.

b. Variabel dependen adalah gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Independen

Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus percobaan yang dilakukan terbagi atas 5 kelompok percobaan.

1) Kelompok I

Tikus diberikan akuades sebanyak 0,4 ml.

2) Kelompok II

Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml selama 8 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian 0,4 ml akuades pada hari ke-9 dan ke-10.


(69)

50

3) Kelompok III

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,02 ml per oral kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara

intraperitoneal sebanyak 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,02 ml.

4) Kelompok IV

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,04 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,04 ml.

5) Kelompok V

Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,08 ml per oral kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,08 ml per oral.


(70)

b. Variabel Dependen.

Variabel dependen adalah gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus, berupa edema sel alveolus. Dari setiap tikus dibuat preparat jaringan paru, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Preparat dibaca dalam 5 lapang pandang, yaitu pada keempat sudut dan bagian tengah preparat menggunakan mikroskop perbesaran objektif 1000x. Sasaran yang dibaca adalah perubahan struktur pada daerah alveolus. Penilaian kerusakan alveolus dihitung berdasarkan persentase kerusakannya (Akoso dkk, 1999). Jumlah rasio kerusakan untuk 5 lapangan pandang tiap tikus dijumlah kemudian dirata-ratakan (Nurjunieva, 2006).

G. Analisis Data

Analisis data berupa variabel numerik. Untuk uji normalitas data dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Berdasarkan uji normalitas, data tidak memenuhi syarat penelitian, maka diuji dengan uji Kruskal Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna.


(71)

(72)

Abimosaurus. 2006. Mencit dan Tikus Putih GalurWistardanSprague dawleyuntuk Praktikum dan Penelitian. repository.ipb.ac.id.

Achyad, D dan R. Rasyidah . 2000. Jintan Hitam (Nigella sativa L.) [Terhubung Berkala]. www.asiamaya.com.

Ahmad. 2012. Pulmonary Edem. ahmadkelhy.blogspot.com.

Akoso, B., S. Satja., D. Sri., T. Budi., A. Margaretha. 1999.Manual Standar Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Jakarta : Departemen Pertanian.

Al-Saleh, I., L. Antuono., A. Moretti., G. Billedo., El-Doush. 2006. Jintan Hitam Sebagai Obat Tradisional. www.scribd.com.

Ali dan Bunden. 2003. Pharmacological and Toxicological Properties ofNigella sativa.Phytother Res17: 299-305.

Alsaif, M. 2007. Effedct of Thymoquinone on Ethanol-Induced Hepatotoxicity in Wistar Rats. J. Med. Sci. 7 : 1164-1170.

Anonim. 2009. Jinten Hitam[Terhubung Berkala].

http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/.

Aulia, K. 2010. Perbedaan Histopatologi Alveolus antara Injeksi Hcl dengan Cairan LambungIntratrachealpada Model Sindrom Aspirasi Paru Tikus Wistar. Semarang : FK UNDIP.

Bayir, Y., A. Albayrak., I. Can., Y. Karagoz., A. Cakir., H. Suleyman., H. Uyanik., N. Yayla., B. Polat., E. Karakus., M. Keles. 2012.Nigella sativaAs A Potential Therapy For The Treatment Of Lung Injury Caused By Cecal Ligation And Puncture-Induced Sepsis Model In Rats.1. Cell Mol Biol (Noisy-le-grand). 2012 Jun 15;58 Suppl:OL1860-687.

Chakhravarty, N. 1993. Inhibition of Histamine Release from Mast Cells by Nigellone. Ann Allergy. 1993 Mar: 70(3) : 237-42.


(73)

Dahlan, M. 2009.Seri Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam.Jakarta : Bina Mitra Press.

Dekhuijen, P. 2004. Antioxidant Properties of N-acetylcystein: Their Relevance in Relation to Chronic Obstructive Pulmonary Disease.Eur Respir J. 23:629-636. Direja. 2007. Efek Antimikroba Jintan Hitam. www.scribd.com.

El-Dakhakhny, M., N. Madi ., N. Lembert ., H. Ammon. 2002.Nigella sativaoil, nigellone and derived thymoquinone inhibit synthesis of 5-lipoxygenase products in polymorphonuclear leukocytes from rats.J of Ethnopharmacology. 81:161164. El-Kadi, A., O. Kandil ., A. Tabuni. 1989.Nigella sativa and cell mediated immunity.

Arch AIDS Res. 1989;1:232-233.

El-Tahir, K., D. Bakeet. 2006. The Black SeedNigella sativaLinnaeusA Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. J T U Med Sc. 1: 1-19.

Farrag, A., K. Mahdy., G. Rahman., M. Osfor. 2007. Protective effect ofNigella sativaSeeds Against Lead Induced Hepatorenal Damage in Male Rats. Pakistan Journal of Biological Sciences. 10: 2809-2816.

Fetoni, A., S. Eramo., R. Rolesi., D. Troiani., G. Paludetti. 2012. Antioxidant

treatment with coenzyme Q-ter in prevention of gentamycin ototoxicity in an animal model.Italy :Institute of Otolaryngology and 1 Human Physiology, Catholic

University of Rome.

Eroschenko, V. 2003.Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional.Jakarta : EGC.

Gali-Muhtasib ,H., N. El-Najjar ., R. Schneider-Stock . 2007. The medicinal potential of black seed (Nigella sativa) and its components.Advances in Phytomedicine. 2:133-153.

Gernot, K. 2009. Spice Page: Onion Seeds (Nigella sativa, falsely Black Cumin or Black Caraway). Available from: http:// www.unigraz.

Gilani, A., Q. Jabeen., M. Asad. 2004. A Review of Medicinal Uses and Pharmacological Activities of Nigella sativa.Pakistan Journal of Biological Sciences.4: 441-451.

Govindasamy, N.2011.Antioxidant Activity of Black Cumin. Kuala Lumpur : School of Arts and Science Tunku Abdul Rahman College.


(74)

activity ofNigella sativaagainst clinical isolates of methicillin resistant

Staphylococcus aureus. J of Ayub Med College Abbottabad. 20: 72-74.

Haq, A., P. Lobo., M. Al-Tufail., N. Rama., S. Al-Sedairy. 1999. Immunomodulatory of EffectNigella sativaProtein Fractionated by Ion Exchange Chromatography.Int J Immunopharmacol21 (4) : 283-295.

Hossein, B., V. Nasim., A. Sediqa. 2008. The protective effect ofNigella sativaon lung injury of sulfur mustard-exposed Guinea pigs. Medical Journal Pubmed.

Hoque ,A., S. Lippman., T. Wu., Y. Xu., Z. Liang., S. Swisher., H. Zhang., L. Cao., J. Ajani., X. Xu . 2005. Increased 5-lipoxygenase expression and induction of apoptosis by its inhibitors in esophageal cancer: a potential target for prevention.J

Carcinogenesis. 26:785791.

Hutapea, J. 1994.Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Ed ke-3. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. hlm 163-165.

Isroi. 2010. Biology Rat (Rattus norvegicus). isroi.wordpress.com. Istiantoro, Y., V, Gan. 2007.Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI.

Junqueira, L., C. Jose., dan O. Roberto. 2009.Histologi Dasar. Jakarta : EGC. Karsenda, Y. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto terhadap Gambaran Histopatologis Alveolus Paru-paru Tikus Putih Jantan GalurSprague Dawleyyang Diinduksi Gentamisin. Bandar Lampung : FK Unila.

Katzung,B., Trevor., J. Anthony .2009.Buku Bantu Farmakologi. Jakarta : EGC. Khan, M., M. Ashfaq ., H. Zuberi ., M. Mahmood ., A. Gilani . 2003. The in vivo antifungal activity of the aqueous extract fromNigella sativaseeds.J Phytotherapy Res.17:183186.

Khan, M., I. Badar., A. Siddiquah. 2011. Prevention of hepatorenal toxicity with

Sonchus asperin gentamicin treated rats. Medical Journal: Pubmed.

Krishna., J. Nath., T. Ong. 1994. Metabolisme dan Transformasi Zat Xenobiotik. www.phytosanitary.org.

Leibovici, L., L. Vidal ., M. Paul. 2009. Aminoglycosides drugs in clinical practice : an evidence approach. Journal of Antimicrobial Chemotherapy.


(75)

Mansour, M dan S. Tornhamre. 2004. Inhibition of 5-lipoxygenase and leukotriene C4 synthase in human blood cells by thymoquinone.J of Enzyme Inhibition and Med Chem. 19:431436.

Marianti, A. 2009. Aktivitas Antioksidan Jus Tomat pada Pencegahan Kerusakan Jaringan Paru-paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Miller., D. Mark dan A. Marty. 2010. Impact of Environmental Chemicals on Lung Development. Medical Journal: PMC.

Mohammad, H., R. Keyhanmanesh., S. Khamneh., M. Ebrahimi. 2011. The effect of

Nigella sativaextract on tracheal responsiveness and lung inflammation in

ovalbumin-sensitized guinea pigs.Clinics (Sao Paulo). 2011 May; 66(5): 879887, doi: 10.1590/S1807-59322011000500027, PMCID: PMC3109390.

Moore, K. 2005.Anatomi Klinis Dasar.Jakarta : EGC.

Muharam, A. 2010. Daun jinten hitam [Terhubung Berkala]. http://bptp-pasirjati.com/2010/09/khasiat-jinten-hitam-temu-irengselama.html.

Mustafa, M. 2011.Jintan Hitam untuk Pengobatan Tumor Tiroid. Jawa Barat : Kompasiana.

Muttaqin, A. 2002.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba.

Mycek, M., H. Richard ., C. Pamela . 2009.Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.

Nurjunieva, P. 2006. Pengaruh Pemberian Meniran(Phyllantus sp.)terhadap Gambaran Mikroskopik Paru Tikus Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Skripsi. Semarang : FK UNDIP.

Parhizkar ,S., L. Latiff., S. Rahman., M. Dollah., H. Parichehr. 2011. Assessing estrogenic activity ofNigella sativain ovariectomized rats using vaginal cornification assay. Africa :J Pharmacy and PharmacologyVol. 5(2), pp. 137-142.

Pearce, C dan Evelyn. 2005.Anatomi Fisiologis untuk Paramedis.Jakarta : Gramedia.

Peter, K.2004. Handbook of Herbs and Spices, Volume 2. USA : Woodhead Publishing Company.


(76)

Radigan, E., N. Gilchrist ., M. Miller. 2009. Management of aminoglycosides in the Intensive Care Medicine.Journal of Intensive Care Medicine.

Rahmi, A. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Gambaran Histopatologi Organ Testis Mencit. Bogor : IPB.

Robin, S., R. Cotran., V. Kumar. 2009.Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Roepke ,M., A. Diestel., K. Bajbouj., D. Walluscheck., P. Schonfeld., A. Roessner., R. Schneider-Stock., H. Gali-Muhtasib. 2007. Lack of p53 augments thymoquinone-induced apoptosis and caspase activation in human osteosarcoma cells.J Cancer Biol Therapy.6:160169.

Rose, J. 2005.Aminoglycosides In : Textbook of Critical Care 5th ed.Fink MD, Vincent JL, Kochanek PM (eds).Elsevier Saunders,Philadelphia-Pennsylvania. Salomi ,N., S. Nair., K. Jayawardhanan ., C. Varghese ., K. Panikkar. 1992. Antitumour principles fromNigella sativaseeds.J Cancer Lett. 31;63(1):41-6. Sastroatmojo, S., S. Ismael. 2008.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta : Sagung Seto.

Shafi, G., A. Munshi., T. Hasan., A. Alshatwi., A. Jyothy dan D. Lei. 2009. Induction of apoptosis in Hela Cells by Chloroform Fraction of Seed Extract ofNigella sativa.

Cancer Cell International, 9: 29.

Singh., Pratibha., Srivastava., M. Mohan., Khemani., L. Dev. 2008. Renoprotective effects of andrographolid Paniculata ( Bur m.f. ) Nees In Rats. India :Departement of chemistry Dayalbagh Educational Institute. 114 : 136139.

Sugiyanto. 2006. Peran Aktivasi Metabolik pada Toksikologi Biokimiawi Xenobiotik. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM.

Sulistianto, D.E., M. Harini., N. Handajani. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa( Phaleria macrocarpa ( Scheff ) Boerl )terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih( Rattus norvegicus L )setelah perlakuan dengan Karbon

Tetraklorida ( CCL4 ) secara oral. Skripsi . Surakarta : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Suntoro, N. 1983.Mengenal Beberapa Binatang di Alam Sekitarnya. Jakarta : Pustaka Dian.


(77)

Syarif, A., A. Setawati., A. Muchtar., A. Arif., B. Bahry., B. Suharto., D. Tirza., F. Suyatna., H. Dewoto., H. Utama., I. Darmansjah., L. Kunardi., M. Wiria., Nafrialdi., P. Wilmana., Z. Bustami., P. Ascobat., R. Setiabudy., S. Santoso., S. Suherman., S. Sukarban., R. Sunaryo., S. Wardhini., S. Ganiswarna., T. Handoko., U. Sjamsudin., V. Ganiswarna., Y. Mariana., Y. Istiantoro., J. Zubaidi. 2002.Farmakologi dan Terapi Edisi 3 (dengan perbaikan). Jakarta : FK UI.

Utami, F., Tamad., Z. Hidayat., H. Sulistyo. 2011. Gambaran Histopatologi Hepatosit Tikus Putih setelah Pemberian Jintan Hitam Dosis 500mg/Kgbb, 1000mg/Kgbb, dan 1500mg/Kgbb selama 21 Hari (Subkronik). Mandala of Health. 5,(3).

Widiarto. 2011. Hewan Uji Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus). Yogyakarta : FKH UGM.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abimosaurus. 2006. Mencit dan Tikus Putih GalurWistardanSprague dawleyuntuk Praktikum dan Penelitian. repository.ipb.ac.id.

Achyad, D dan R. Rasyidah . 2000. Jintan Hitam (Nigella sativa L.) [Terhubung Berkala]. www.asiamaya.com.

Ahmad. 2012. Pulmonary Edem. ahmadkelhy.blogspot.com.

Akoso, B., S. Satja., D. Sri., T. Budi., A. Margaretha. 1999.Manual Standar Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Jakarta : Departemen Pertanian.

Al-Saleh, I., L. Antuono., A. Moretti., G. Billedo., El-Doush. 2006. Jintan Hitam Sebagai Obat Tradisional. www.scribd.com.

Ali dan Bunden. 2003. Pharmacological and Toxicological Properties ofNigella sativa.Phytother Res17: 299-305.

Alsaif, M. 2007. Effedct of Thymoquinone on Ethanol-Induced Hepatotoxicity in Wistar Rats. J. Med. Sci. 7 : 1164-1170.

Anonim. 2009. Jinten Hitam[Terhubung Berkala]. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/.

Aulia, K. 2010. Perbedaan Histopatologi Alveolus antara Injeksi Hcl dengan Cairan LambungIntratrachealpada Model Sindrom Aspirasi Paru Tikus Wistar. Semarang : FK UNDIP.

Bayir, Y., A. Albayrak., I. Can., Y. Karagoz., A. Cakir., H. Suleyman., H. Uyanik., N. Yayla., B. Polat., E. Karakus., M. Keles. 2012.Nigella sativaAs A Potential Therapy For The Treatment Of Lung Injury Caused By Cecal Ligation And Puncture-Induced Sepsis Model In Rats.1. Cell Mol Biol (Noisy-le-grand). 2012 Jun 15;58 Suppl:OL1860-687.

Chakhravarty, N. 1993. Inhibition of Histamine Release from Mast Cells by Nigellone. Ann Allergy. 1993 Mar: 70(3) : 237-42.


(2)

Dahlan, M. 2009.Seri Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam.Jakarta : Bina Mitra Press.

Dekhuijen, P. 2004. Antioxidant Properties of N-acetylcystein: Their Relevance in Relation to Chronic Obstructive Pulmonary Disease.Eur Respir J. 23:629-636. Direja. 2007. Efek Antimikroba Jintan Hitam. www.scribd.com.

El-Dakhakhny, M., N. Madi ., N. Lembert ., H. Ammon. 2002.Nigella sativaoil, nigellone and derived thymoquinone inhibit synthesis of 5-lipoxygenase products in polymorphonuclear leukocytes from rats.J of Ethnopharmacology. 81:161164. El-Kadi, A., O. Kandil ., A. Tabuni. 1989.Nigella sativa and cell mediated immunity. Arch AIDS Res. 1989;1:232-233.

El-Tahir, K., D. Bakeet. 2006. The Black SeedNigella sativaLinnaeusA Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. J T U Med Sc. 1: 1-19.

Farrag, A., K. Mahdy., G. Rahman., M. Osfor. 2007. Protective effect ofNigella sativaSeeds Against Lead Induced Hepatorenal Damage in Male Rats. Pakistan Journal of Biological Sciences. 10: 2809-2816.

Fetoni, A., S. Eramo., R. Rolesi., D. Troiani., G. Paludetti. 2012. Antioxidant

treatment with coenzyme Q-ter in prevention of gentamycin ototoxicity in an animal model.Italy :Institute of Otolaryngology and 1 Human Physiology, Catholic

University of Rome.

Eroschenko, V. 2003.Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional.Jakarta : EGC.

Gali-Muhtasib ,H., N. El-Najjar ., R. Schneider-Stock . 2007. The medicinal potential of black seed (Nigella sativa) and its components.Advances in Phytomedicine. 2:133-153.

Gernot, K. 2009. Spice Page: Onion Seeds (Nigella sativa, falsely Black Cumin or Black Caraway). Available from: http:// www.unigraz.

Gilani, A., Q. Jabeen., M. Asad. 2004. A Review of Medicinal Uses and Pharmacological Activities of Nigella sativa.Pakistan Journal of Biological Sciences.4: 441-451.

Govindasamy, N.2011.Antioxidant Activity of Black Cumin. Kuala Lumpur : School of Arts and Science Tunku Abdul Rahman College.


(3)

Guyton, A dan J. Hall. 2009.Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hannan ,A., H. Saleem., S. Chaudary., M. Barkaat., M. Arshad. 2008. anti bacterial activity ofNigella sativaagainst clinical isolates of methicillin resistant

Staphylococcus aureus. J of Ayub Med College Abbottabad. 20: 72-74.

Haq, A., P. Lobo., M. Al-Tufail., N. Rama., S. Al-Sedairy. 1999. Immunomodulatory of EffectNigella sativaProtein Fractionated by Ion Exchange Chromatography.Int J Immunopharmacol21 (4) : 283-295.

Hossein, B., V. Nasim., A. Sediqa. 2008. The protective effect ofNigella sativaon lung injury of sulfur mustard-exposed Guinea pigs. Medical Journal Pubmed.

Hoque ,A., S. Lippman., T. Wu., Y. Xu., Z. Liang., S. Swisher., H. Zhang., L. Cao., J. Ajani., X. Xu . 2005. Increased 5-lipoxygenase expression and induction of apoptosis by its inhibitors in esophageal cancer: a potential target for prevention.J

Carcinogenesis. 26:785791.

Hutapea, J. 1994.Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Ed ke-3. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. hlm 163-165.

Isroi. 2010. Biology Rat (Rattus norvegicus). isroi.wordpress.com. Istiantoro, Y., V, Gan. 2007.Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI.

Junqueira, L., C. Jose., dan O. Roberto. 2009.Histologi Dasar. Jakarta : EGC. Karsenda, Y. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto terhadap Gambaran Histopatologis Alveolus Paru-paru Tikus Putih Jantan GalurSprague Dawleyyang Diinduksi Gentamisin. Bandar Lampung : FK Unila.

Katzung,B., Trevor., J. Anthony .2009.Buku Bantu Farmakologi. Jakarta : EGC. Khan, M., M. Ashfaq ., H. Zuberi ., M. Mahmood ., A. Gilani . 2003. The in vivo antifungal activity of the aqueous extract fromNigella sativaseeds.J Phytotherapy Res.17:183186.

Khan, M., I. Badar., A. Siddiquah. 2011. Prevention of hepatorenal toxicity with Sonchus asperin gentamicin treated rats. Medical Journal: Pubmed.

Krishna., J. Nath., T. Ong. 1994. Metabolisme dan Transformasi Zat Xenobiotik. www.phytosanitary.org.

Leibovici, L., L. Vidal ., M. Paul. 2009. Aminoglycosides drugs in clinical practice : an evidence approach. Journal of Antimicrobial Chemotherapy.


(4)

Mansour, M dan S. Tornhamre. 2004. Inhibition of 5-lipoxygenase and leukotriene C4 synthase in human blood cells by thymoquinone.J of Enzyme Inhibition and Med Chem. 19:431436.

Marianti, A. 2009. Aktivitas Antioksidan Jus Tomat pada Pencegahan Kerusakan Jaringan Paru-paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Miller., D. Mark dan A. Marty. 2010. Impact of Environmental Chemicals on Lung Development. Medical Journal: PMC.

Mohammad, H., R. Keyhanmanesh., S. Khamneh., M. Ebrahimi. 2011. The effect of Nigella sativaextract on tracheal responsiveness and lung inflammation in

ovalbumin-sensitized guinea pigs.Clinics (Sao Paulo). 2011 May; 66(5): 879887, doi: 10.1590/S1807-59322011000500027, PMCID: PMC3109390.

Moore, K. 2005.Anatomi Klinis Dasar.Jakarta : EGC.

Muharam, A. 2010. Daun jinten hitam [Terhubung Berkala]. http://bptp-pasirjati.com/2010/09/khasiat-jinten-hitam-temu-irengselama.html.

Mustafa, M. 2011.Jintan Hitam untuk Pengobatan Tumor Tiroid. Jawa Barat : Kompasiana.

Muttaqin, A. 2002.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba.

Mycek, M., H. Richard ., C. Pamela . 2009.Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.

Nurjunieva, P. 2006. Pengaruh Pemberian Meniran(Phyllantus sp.)terhadap Gambaran Mikroskopik Paru Tikus Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Skripsi. Semarang : FK UNDIP.

Parhizkar ,S., L. Latiff., S. Rahman., M. Dollah., H. Parichehr. 2011. Assessing estrogenic activity ofNigella sativain ovariectomized rats using vaginal cornification assay. Africa :J Pharmacy and PharmacologyVol. 5(2), pp. 137-142.

Pearce, C dan Evelyn. 2005.Anatomi Fisiologis untuk Paramedis.Jakarta : Gramedia.

Peter, K.2004. Handbook of Herbs and Spices, Volume 2. USA : Woodhead Publishing Company.


(5)

Qodiriyah, T. 2010. Biji jinten hitam [Terhubung Berkala].

http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/07/06/pengobatan-cara-rasulullah-saw/. Radigan, E., N. Gilchrist ., M. Miller. 2009. Management of aminoglycosides in the Intensive Care Medicine.Journal of Intensive Care Medicine.

Rahmi, A. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Gambaran Histopatologi Organ Testis Mencit. Bogor : IPB.

Robin, S., R. Cotran., V. Kumar. 2009.Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Roepke ,M., A. Diestel., K. Bajbouj., D. Walluscheck., P. Schonfeld., A. Roessner., R. Schneider-Stock., H. Gali-Muhtasib. 2007. Lack of p53 augments thymoquinone-induced apoptosis and caspase activation in human osteosarcoma cells.J Cancer Biol Therapy.6:160169.

Rose, J. 2005.Aminoglycosides In : Textbook of Critical Care 5th ed.Fink MD, Vincent JL, Kochanek PM (eds).Elsevier Saunders,Philadelphia-Pennsylvania. Salomi ,N., S. Nair., K. Jayawardhanan ., C. Varghese ., K. Panikkar. 1992. Antitumour principles fromNigella sativaseeds.J Cancer Lett. 31;63(1):41-6. Sastroatmojo, S., S. Ismael. 2008.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta : Sagung Seto.

Shafi, G., A. Munshi., T. Hasan., A. Alshatwi., A. Jyothy dan D. Lei. 2009. Induction of apoptosis in Hela Cells by Chloroform Fraction of Seed Extract ofNigella sativa. Cancer Cell International, 9: 29.

Singh., Pratibha., Srivastava., M. Mohan., Khemani., L. Dev. 2008. Renoprotective effects of andrographolid Paniculata ( Bur m.f. ) Nees In Rats. India :Departement of chemistry Dayalbagh Educational Institute. 114 : 136139.

Sugiyanto. 2006. Peran Aktivasi Metabolik pada Toksikologi Biokimiawi Xenobiotik. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM.

Sulistianto, D.E., M. Harini., N. Handajani. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa( Phaleria macrocarpa ( Scheff ) Boerl )terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih( Rattus norvegicus L )setelah perlakuan dengan Karbon

Tetraklorida ( CCL4 ) secara oral. Skripsi . Surakarta : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Suntoro, N. 1983.Mengenal Beberapa Binatang di Alam Sekitarnya. Jakarta : Pustaka Dian.


(6)

Syarif, A., A. Setawati., A. Muchtar., A. Arif., B. Bahry., B. Suharto., D. Tirza., F. Suyatna., H. Dewoto., H. Utama., I. Darmansjah., L. Kunardi., M. Wiria., Nafrialdi., P. Wilmana., Z. Bustami., P. Ascobat., R. Setiabudy., S. Santoso., S. Suherman., S. Sukarban., R. Sunaryo., S. Wardhini., S. Ganiswarna., T. Handoko., U. Sjamsudin., V. Ganiswarna., Y. Mariana., Y. Istiantoro., J. Zubaidi. 2002.Farmakologi dan Terapi Edisi 3 (dengan perbaikan). Jakarta : FK UI.

Utami, F., Tamad., Z. Hidayat., H. Sulistyo. 2011. Gambaran Histopatologi Hepatosit Tikus Putih setelah Pemberian Jintan Hitam Dosis 500mg/Kgbb, 1000mg/Kgbb, dan 1500mg/Kgbb selama 21 Hari (Subkronik). Mandala of Health. 5,(3).

Widiarto. 2011. Hewan Uji Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus). Yogyakarta : FKH UGM.


Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

0 4 75

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

0 7 75

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

5 28 64

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

6 51 69

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ENZIM ASPARTATE AMINOTRANSFERASE (AST) SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL

1 34 52

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

1 24 71

Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Kerusakan Alveolus Paru Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Dipapar Asap Rokok.

0 0 3

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Mencegah Kerusakan Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Gentamisin.

0 1 5