Masyarakat Jawa Dalam Pembangunan

13

b. Industrialisasi

Industrialisasi sederhana bisa didefinisikan sebagai sebuah proses di mana porsi sumbangan industri secara umum dan khususnya manufaktur pada ekonomi atau komposisi penerimaan suatu negara meningkat. Biasanya sejalan dengan menurunnya sektor pertanian. Kondisi seperti ini yang terjadi di sejumlah negara berkembang. Industrialisasi yang ditandai dengan peningkatan proses produksi bukan hanya merubah pola hidup dan pola konsumsi masyarakat tetapi juga mendorong untuk mencari daerah pemasaran hasil industri. Selain mencari daerah pemasaran, mereka juga mencari bahan baku bagi industri yang sedang mereka kembangkan dan bahan-bahan kebutuhan lain yang tidak ada. Selain itu industrialisasi juga dapat diartikan sebagai pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya dan kuantitas energi yang digunakan Lauer, 2001: 411. Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia industrialisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk menggalakkan industri dalam suatu Negara atau dalam kata lain sering disebut sebagai Pengindustrian.

2. Masyarakat Jawa Dalam Pembangunan

Dalam pengertian pembangunan terkandung arti adanya suatu usaha untuk mengembangkan dan memperbarui, mengganti yang baik menjadi lebih baik, yang sudah baik diusahakan agar semakin baik Soedjono Hoemardani, 1981. Dalam pengertian pembangunan tersebut 14 tersebut terkandung pula arti adanya suatu usaha agar benar-benar lebih maju, lebih modern dan lebih baru. Secara sederhana, tetapi mempunyai makna yang dalam, pembangunan harus mengejar hal-hal yang baik yang sebenar-benarnya baik, becik kang sayektine becik. Pada dasarnya manusia itu berkehendak baik seperti dalam arti becik kang sayektine becik tersebut. Hal ini dapat merupakan salah satu faktor motivasi pokok bagi perkembangan peradaban, bagi pembangunan yakni kehendak untuk mengubah kenyataan yang dialaminya menjadi baik, untuk kemudian ditujukan kepada yang lebih baik dan selanjutnya kepada yang lebih baik lagi. Secara singkat kita menyebut faktor motivasi tersebut sebagai semangat untuk terus-menerus baik dan selalu makin baik, semangat menyempurnakan manusia. a. Sifat Karakteristik Budaya Jawa Ajaran Moral yang dituangkan oleh R. Ng. Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha sampai saat ini menjadi butir mutiara nilai budaya Jawa, yaitu: Begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada Sebahagia-bahagianya orang yang lupa, masih lebih bahagia orang yang sadar dan waspada, orang yang bersikap eling dan waspada masih lebih beruntung daripada orang yang lupa. Kearifan budaya Ranggawarsita tersebut adalah merupakan refleksi dari karakteristik budaya jawa yang antara lain sebagai berikut: 1 Religius dan Bertuhan 2 Mempunyai toleransi keagamaan yang besar 15 3 Sangat menekankan aspek kerukunan, hormat dan keselarasan sosial 4 Lebih suka memecahkan masalah kehidupan dengan sikap mawas diri atau tepa slira agar dapat menghindari konflik dengan pihak lain b. Esensi Nilai Budaya Jawa Pembangunan suatu bangsa harus dimulai dari membangun manusia sebagai social system, sehingga aspek kondisi dan kemampuan akan tersentuh oleh pembangunan. Paradigma yang dipakai dalam membangun manusia sebagai social system ini adalah paradigma kebudayaan. Untuk masyarakat Jawa yang hidup dengan budaya Jawa, maka paradigma yang dipakai adalah paradigma Kebudayaan Jawa. Namun sesuai dengan kodratnya, kebudayaan tidaklah statis tetapi akan berkembang dan mengalami perubahan serta menyesuaikan dengan tata kehidupan manusia menurut jamannya. Jadi kebudayaan itu tidak dapat menutup diri dari pengaruh luar dan akan mengalami pergeseran budaya yang disebut sebagai pergeseran sistem nilai-nilai budaya, begitu pula dengan kebudayaan Jawa. Oleh karena itu ada tiga skenario dalam mengaplikasikan budaya Jawa dalam membangun manusia sebagai sistem sosial: a Nilai-nilai budaya Jawa yang positif dan masih relevan. Seperti: Asih ing sesami; Memayu hayuning bawono; Sepi ing pamrih rame ing gawe; Wani ngalah luhur wekasane 16 b Nilai-nilai budaya Jawa yang positif tetapi sudah kurang relevan sehingga perlu dilakukan reevaluasi, reinterpretasi dan reaktualisasi serta diberi ruh baru. Seperti: Adat-istiadat Jawa yang terlalu over simbolisasi; Arsitektur Jawa yang telah salah dalam penerapannya. c Nilai-nilai budaya Jawa yang dianggap negative dan sudah saatnya ditinggalkan. Seperti: Ilang-ilangan endhog siji; Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek

3. Penolakan Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan