PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

ABSTRAK
PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL
BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK
PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

Oleh
Diana Sari

Hasil belajar dan keterampilan proses sains (KPS) siswa dapat ditingkatkan dan
lebih baik menggunakan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan
pembelajaran ARIAS. Hasil belajar diukur dari nilai posttest, sedangkan KPS
diukur dari pencapaian indikator penilaian KPS yang meliputi: Mengamati,
Merumuskan Hipotesis, Merencanakan Percobaan, Melakukan Percobaan
Menginterpretasikan Data, Menerapkan Konsep, dan Berkomunikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek
kognitif dan KPS siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model Inkuiri
ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS. Desain eksperimen
pada penelitian ini menggunakan bentuk True Experimental Design dengan tipe
Posttest-Only Control Design. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan
skor rata – rata hasil belajar dan pengujian hipotesis menggunakan uji

Independent Sample T Test, sedangkan analisis data KPS menggunakan data skor
observasi pada proses pembelajaran dan pengujian hipotesis menggunakan uji
Independent Sample T Test.
ii

Diana Sari
Berdasarkan tes hasil belajar diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen 1 (model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle) sebesar 85,59 (kategori sangat baik). Pada kelas eksperimen 2 (pembelajaran ARIAS) diperoleh ratarata hasil belajar siswa sebesar 78,17 (kategori baik). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui rerata skor KPS siswa pada kelas pictorial riddle sebesar 80%
(kategori baik) sedangkan pada kelas ARIAS, diketahui rerata skor KPS siswa
sebesar 68,33% (kategori baik). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model
Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan KPS dalam pembelajaran.

Kata kunci: Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle, ARIAS, KPS, hasil belajar

iii

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL
BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK
PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS


Oleh
Diana Sari
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL
BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK
PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS


(Skripsi)

Oleh
DIANA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris


: Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Penguji
Bukan Pembimbing

: Drs. Nengah Maharta, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP. 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 9 Maret 2012

Judul Skripsi

: PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA
ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK

PICTORIAL RIDDLE DENGAN
PEMBELAJARAN ARIAS
Nama Mahasiswa

: Diana Sari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022006
Program Studi

: Pendidikan Fisika

Jurusan

: Pendidikan MIPA

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
NIP 19600301 198503 1 003

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc
NIP 19580603 198303 1 022

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si.
NIP 19570803 198603 1 004

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,”
(Q.S. Asy-Syarh: 5)

“Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan
hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar

sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil”
(Mario Teguh)

“The best thing is: I’ve tried it, and the worst is: I’ll try it”
(Diana Sari)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini
sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

1.

Abah dan emak tercinta yang telah memberikan semua yang mereka punya
untuk membesarkan, mendidik, mendo’akan, memotivasi dan mengerti pada
setiap waktu, agar penulis bisa mewujudkan cita-citanya.

2.

Kakak - kakakku (Fitria, Desi Riana, Romadoni, Rismala, Aan Suhendra)

yang selalu menjadi motivasi dan membuatku bersemangat untuk menuju
keberhasilan.

3.

Keponakanku tercinta (Icel, Angga, Ardi) yang membuatku bersemangat
untuk menuju keberhasilan.

4.

Keluarga besar Pendidikan Fisika 2008.

5.

Almamater tercinta.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 5 Desember 1989, sebagai
anak terakhir dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Syamsudin dan Ibu

Rosnawati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 2
Tanjung Gading, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kotamadya Bandarlampung
dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Bandarlampung hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikanya di SMA Negeri 2 Bandarlampung dan tamat pada
tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai
mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur
PKAB.

Tahun 2010, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada tahun 2011
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukaraja, Gedongtataan
dan melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMA Negeri 1 Gedongtataan.

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama

: Diana Sari

NPM

: 0813022006

Fakultas/Jurusan

: FKIP/P MIPA

Program Studi

: Pendidikan Fisika

Alamat

: Jl. Bakau Gg. Akper Bunda Delima No 10 Tanjung Raya,
Bandarlampung


Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2012
Yang Menyatakan,

Diana Sari
NPM. 0813022006

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena kasih sayang dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika antara Model
Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle dengan Pembelajaran ARIAS” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing II atas
kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si.Selaku Pembahas yang selalu memberikan
bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.

xi

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA.
7. Bapak Harun, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Gedongtataan atas bantuan
dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
8. Bapak Nurdin M. Nur, S.Pd selaku pamong dan juga guru mitra selama
penelitian berlangsung.
9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Negeri 1 Gedongtataan.
10. Siswa-siswi di SMA Negeri 1 Gedongtataan.
11. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Tata, Tutik, dan Dimi.
Terimakasih atas saran, kritik, doa dan bantuannya.
12. Sahabat yang membantuku dalam pengerjaan skripsi: Dodo, Hendra dan Pipi.
13. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2008: Agustina, Ahmadi, Al Kafid, Anna,
Arief, Bayu, Dewi, Diana A, Siska, Dio, Echy , Evin, Fahru, Fathin, Henni,
Husni, Ikbal, Icha, Imeh, Ismu, Johan, Laras, Lis, Mardian, Mario, Ninik,
Niluh, Opang, Rani, Rohman, Salva, Sarah, Septa, Sinka, Theo, Widi, dan
Wira. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.
14. Temen-temen di PPL : Ika, Rateh, Echa, Trisu, Elan, Bill, Rangga, Esti, Pebri,
dan Isti. Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.
15. Kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan
satu persatu.
16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

xii

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandarlampung,

Maret 2012

Diana Sari

xiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang
penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri di jenjang SMA
karena tujuan penyelenggaraan mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai
wahana untuk melatih dan mendidik para siswa agar dapat menguasai
pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, kritis
dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Hal ini berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
menyatakan bahwa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan, yang salah satunya
merupakan bekal pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang
dipersyaratkan untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah
berusaha melaksanakan kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Namun ketercapaian tujuan ini bukan tidak ada halangan
dan masalah. Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat
ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan
materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung

2
dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan
peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya
ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga
siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut
kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat
pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang
berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama
dalam pelajaran fisika atau sains adalah suatu Keterampilan Proses Sains
(KPS). Kecakapan hidup seperti kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi merupakan bagian dari KPS. KPS merupakan
skill yang harus dimiliki anak sebagai modal dasar memahami sains. Melalui
KPS, siswa mendapatkan pengalaman belajar. Dalam hal ini, terbentuknya
pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah (model
ilmiah) yang menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis melalui
pembelajaran inkuiri sehingga KPS merupakan bagian dari proses inkuiri.

Pembelajaran inkuiri dapat dikembangkan dengan memanfaatkan pictorial
riddle sebagai teknik belajar untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar.
Pictorial riddle merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dalam rangka
pembelajaran sains melalui gambar, peragaan, atau situasi yang
sesungguhnya. Pembelajaran dengan teknik pictorial riddle mendidik siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif yang secara fisik dan mental terlibat dalam

3
kegiatan pembelajaran sehingga dapat memacu keterampilan proses sains dan
hasil belajar siswa.

Selain model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle ada juga pembelajaran
ARIAS yang diharapkan dapat membangkitkan keterampilan proses sains dan
hasil belajar siswa dimana cara penyajian pelajarannya mengandung lima
komponen yaitu: assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest
(minat/perhatian), assessment (evaluasi), dan satisfaction (kepuasan/bangga).

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilakukan penelitian
dengan judul “Perbandingan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar
Fisika antara Model Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle dengan
Pembelajaran ARIAS”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
(1) Adakah perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa antara model
Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS?
(2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model Inkuiri
ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS?

4
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
(1) perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa antara model Inkuiri
ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS
(2) perbedaan rata-rata hasil belajar antara model Inkuiri ilmiah teknik
pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dan hasil belajar.
(2) Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan
terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan
lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle merupakan pembelajaran
yang memiliki proses (a) penyajian masalah, (b) pengumpulan dan
verifikasi data, (c) mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, (d)
merumuskan penjelasan, dan (e) mengadakan analisis inkuiri.
(2) Model pembelajaran ARIAS merupakan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran ini terdiri dari lima

5
komponen yang harus dipenuhi dalam setiap pembelajarannya yaitu (a)
Assurance (percaya diri) yang berhubungan dengan sikap percaya atau
yakin akan berhasil, (b) Relevance yaitu pembelajaran yang berhubungan
dengan kehidupan siswa, (c) Interest yaitu pembelajaran yang dapat
menarik minat atau perhatian siswa, (d) Assesment yaitu yang
berhubungan dengan penilaian terhadap siswa, (e) Satisfaction yaitu
reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga dan puas pada
siswa yang penting dan perlu dalam pembelajaran.
(3) Keterampilan proses sains yang dibatasi pada indikator: mengamati,
merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, melakukakan
percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, berkomunikasi.
(4) Hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif.
(5) Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Gedongtataan tahun
ajaran 2011/2012
(6) Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok kalor
dengan submateri perpindahan kalor dan asas Black.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Konsep Belajar dan Mengajar

Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155)

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan.

Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan
perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah
kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak.
Belajar juga dikaitkan dengan perubahan. Perubahan-perubahan ini muncul
karena adanya pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Witherington, Hilgard dalam
Sukmadinata (2007: 155) menyatakan belajar dapat dirumuskan sebagai
perubahan perilaku yang relatif permanen, yang terjadi karena pengalaman.

Slameto (2003: 2) juga mengungkapkan:

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

7
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan kutipan tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan pengetahuan,
tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut secara keseluruhan
pribadi sesorang, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.

Belajar juga menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat
abilitas yang lain. Mengenai perubahan status abilitas tersebut, menurut
Bloom dalam Sardiman (2007: 23), meliputi tiga ranah /matra, yaitu matra
kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini
diperinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence).
Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut.

a. Cognitive Domain:
1) Knowledge (Pengetahuan, ingatan)
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas)
3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru)
5) Evaluation (menilai)
6) Application (menerapkan)
b. Affective Domain:
1) Receiving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respons)
3) Valuing (nilai)
4) Organization (organisasi)
5) Characterization (karakterisasi)
c. Psychomotor Domain:
1) Initiatory level

8
2) Pre-routine level
3) Rountinized level

Belajar erat kaitannya dengan mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan
suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika
belajar merupakan kegiatan siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru.
Menurut Sardiman (2007: 48)

Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu
perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani,
baik fisik maupun mental.
Pengertian mengajar seperti yang telah diuraikan diatas memberikan
penjelasan bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan
kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan
kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan
masalah.

2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk
oleh komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan
proses ( prosess-skill ) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga
interaksi dengan isinya (content). Indrawati dalam Nuh (2010: 1)
mengemukakan bahwa:

9

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah
yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,
untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan
(falsifikasi).

Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan proses sains adalah kemampuan
siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan
dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting
bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan
intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses
belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh
pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan
untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

Semiawan dalam Nuh (2010: 1) berpendapat bahwa terdapat empat alasan
mengapa keterampilan proses sains diperlukan dalam proses belajar mengajar
sehari-hari yaitu,

1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung
semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan
semua konsep dan fakta pada siswa
2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsepkonsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang
konkret
3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif

10
4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak
terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak
didik.

Model ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains.
Model ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen.
Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 3), terdapat enam langkah-langkah
model ilmiah, yaitu:

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah
Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi
Menyusun hipotesis
Menguji hipotesis melalui percobaan
Menganalisa data dan membuat kesimpulan
Mengkomunikasikan hasil

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah model ilmiah tersebut
dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang
dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa.

Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa
dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan
produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan
suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa
dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk dalam Dimyati
dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:
Berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan
terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi
kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi,

11
pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan
terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik,
diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis
penyelidikan, hipotesis ekperimen.

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam
Mahmuddin (2010: 3) sebagai berikut.

keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan
tertentu, yaitu:
1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk
mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik
obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek
3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui
dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar
satuan pengukuran.
4) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik,
gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan.
5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan
pengamatan.
6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang
diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama
ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara
parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses
dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh
karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum
melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses terpadu (terintegrasi) diuraikan oleh Weztel dalam
Mahmuddin (2010: 4) sebagai berikut:

12
Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih
membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses
terpadu meliputi:
1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan
bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.
2) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap
variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam
penyelidikan
3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik
untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan
berdasarkan karakteristik diamati.
4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data
5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Padilla dalam Nurohman (2010: 3), bahwa
keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more
complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1)
Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating,
5) Classifying, dan 6) Predicting.
Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills
adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3)
Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting
dan, 6) Formulating models.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan
proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan
keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu
penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap
keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan
proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses
sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama

13
untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010: 4), pelaksanaan
penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
diantaranya : pretes dan postes, diagnostik, penempatan kelas, dan bimbingan
karir.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa
atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus
direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Kurnia (2011: 322),
penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengamati (menggunakan 3 alat indra, memperhatikan tiga segi
atau ciri, dan memiliki sendiri informasi yang relevan dengan
masalah yang dihadapi)
2) Merumuskan hipotesis (menjelaskan mengapa sesuatu terjadi
atau alasan untuk pengamatan, menggunakan pengetahuan
sebelumnya, dan menunjukkan bahwa ada beberapa
kemungkinan penjelasan dari beberapa hal yang diamati
3) Merencanakan percobaan (menentukan alat, bahan, dan sumber
yang akan digunakan dalam penelitian, menentukan apa yag
harus diamati, diukur, dan ditulis, menentukan cara dan langkahlagkah kerja)
4) Melakukan percobaaan (melaksanakan prosedur kerja yang telah
dibuat, mampu menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan
data)
5) Menginterpretasi data (mencatat setiap pengamatan secara
terpisah, menghubungkan hasil pengamatan dengan teori, dan
membuat kesimpulan dari data)
6) Menerapkan konsep (menentukan bagaimana mengolah
pengamatan, menganalisis konsep hasil pengamatan, dan
menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi
baru)
7) Berkomunikasi (menggambarkan data dengan grafik atau table,
menulis hasil diskusi dan pembahasan, dan menjelaskan data
secara lisan)

14
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan
menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan
secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat
dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan
penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan
melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian,
menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan
akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.

3. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam
Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur
hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Djamarah dan Zain (2006 : 121)
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar,
dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak
dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak
ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

15
Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu
permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang
dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung
oleh pendapat Hamalik (2002 : 19)
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari
kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan
memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan
menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan katakata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu
permasalahan tertentu.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.
Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku
dan kemampuan internal akibat belajar yaitu
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu:
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima,
merespon, menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi
menurut nilai.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima
pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,

16
afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada
hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

4. Model Inkuiri Ilmiah

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan
pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Menurut pendapat
Schmidt dalam Ibrahim (2010: 1)
inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan
atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis.

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan
dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami
fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Piaget dalam Rhyno (2010: 1) model inkuiri adalah,

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbulsimbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan
orang lain.

17
Tujuan utama dari pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa
untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas
dasar rasa keingintahuan mereka. Siswa memegang peranan yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri menurut
Prambudi (2010:4) yaitu,

(1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, (2) Prinsip

Interaksi, (3) Prinsip Bertanya, (4) Prinsip Belajar untuk Berpikir,
(5) Prinsip keterbukaan.
Melalui pembelajaran model inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga belajar
model sains. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana
memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis
inkuri memungkinkan siswa belajar sistem, karena pembelajaran inkuiri
memungkinkan terjadi integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa
melakukan eksplorasi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan
matematika, bahasa, ilmu sosial, seni, dan juga teknik. Peran guru di dalam
pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan
oleh siswa. Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggungjawab penuh
terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menganggu proses belajar
siswa.

18
Dalam Ibrahim (2010: 5) langkah pembelajaran model inkuri, merupakan
suatu siklus yang dimulai dari:

1)
2)
3)
4)
5)

Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam
Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi
Mengajukan dugaan atau kemungkinanjawaban
Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.

Joice dan Well dalam Ibrahim (2010: 5) mengungkapkan bahwa terdapat dua
model inkuiri, yaitu latihan inkuiri dan inkuri sains.

Sintaks inkuiri sains terdiri atas empat fase, yaitu:
1) Fase investigasi dan pengenalan kepada siswa
2) Pengelompokan masalah oleh siswa
3) Identifikasi masalah dalam penyelidikan
4) Memberikan kemungkinan mengatasi kesulitan/masalah
Sintaks latihan inkuiri terdiri atas:
1) Orientasi masalah;
2) Pengumpulan data dan verifikasi;
3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5) Analisis proses inkuiri.

Pembelajaran inkuri dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara
bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan tersebut siswa
dilatih melakukan observasi terbuka, menentukan prediksi dan kemudian
menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini dapat melatih siswa membuka
pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau
kondisi dengan kehidupan nyata.

Menurut Prambudi (2010: 4) langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:

19

(1)Orientasi, (2) Merumuskan Masalah, (3) Merumuskan Hipotesis,
(4) Mengumpulkan Data, (5) Menguji Hipotesis, (6) Merumuskan
Kesimpulan.

Inkuri juga memiliki macam-macam model pembelajaran. Beberapa macam
model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge
dalam Sahrul (2009: 1) adalah,

(1) Guide Inquiry, (2) Modified Inquiry, (3) Free Inquiry, (4)
Inquiry role Approach, (5) Invitation Into Inquiry, (6) Pictorial
Riddle, (7) Synectics Lesson, (8) Value Clarification.

Model inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan modelmodel pembelajaran lain. Keunggulan model inkuiri menurut Suhana, cucu &
hanafiah (2009: 79)

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta
b.
c.
d.
e.

penguasaan keterampilan dalam proses kognitif
Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual
sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya
Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik
untuk belajar lebih giat lagi
Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuan dan minat masing-masing
Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran
berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.

Model inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan menurut Prambudi (2010:
6)

1) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

20
3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.

Berdasarkan pendapat Prambudi maka model inkuiri akan efektif siswa dapat
menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dipecahkan.
Bahan pelajaran pun bukan berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,
melainkan sebuah kesimpulan yang memerlukan pembuktian. Proses
pembelajaran bermula dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu dan peserta
didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk berfikir. Jumlah siswa pun
harus ideal dengan kapasitas guru agar alokasi waktu mencukupi untuk
menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

5. Teknik Pictorial Riddle

Teknik pictorial riddle merupakan satu dari beberapa macam teknik
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge. Teknik
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang
telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau
situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil
maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Menurut
Sudirman dkk dalam Kaniawati (2009:17) suatu riddle biasanya berupa
gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi,
kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.

21
Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan model pictorial riddle menurut
Samsudin (2009: 24)

(1)Penyajian masalah, (2) Pengumpulan dan verifikasi data, (3)
Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, (4) Merumuskan
penjelasan, dan (5) Mengadakan analisis inkuiri.

Teknik pictorial riddle adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan
siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Hal tersebut
didukung pendapat Depino (2011: 6)

Pictorial riddle merupakan informasi ilmiah di papan poster atau
transparansi. Digunakan sebagai pusat diskusi. Dua format umum
yang dapat disajikan. Satu menggambarkan situasi dalam kondisi
normal, yang lain menggambarkan peristiwa discrepant (sesuatu
yang jelas salah dalam gambar. Jenis pertanyaan yang baik untuk
merangsang diskusi: "Apa hal yang Anda bisa tanyakan tentang
gambar ini?”

Berdasarkan uraian di atas pictorial riddle merupakan informasi ilmiah yang
disajikan di papan poster atau transparansi. Pictorial riddle digunakan sebagai
pusat diskusi siswa dalam memecahkan masalah.

6. Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, dan
Satisfaction)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran.

22
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, model, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, model, atau prosedur. Menurut
Alisyahbana (2010:98) ciri-ciri tersebut ialah :
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3) Tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai

Saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para
filosof pendidikan. Seperti model pembelajaran ARIAS yang dikembangkan
oleh filosof berdasarkan pada teori belajar. Menurut Kiranawati (2007) dalam
blognya mengungkapkan bahwa :
Model pembelajaran ARIAS merupakan model pembelajaran yang
dimodifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp
sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang
dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model
pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan
(expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu
nilai (value) dan tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy)
agar berhasil mencapai tujuan tersebut.
Teori harapan ini dikemukakan oleh Vroom dalam Hasibuan (2001: 166)
dalam RAMKUR yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting,
yaitu harapan (expentancy), nilai (valence), dan pertautan (inatrumentality).
Secara lebih terperinci Vroom menjelaskan bahwa :

23
Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi
karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai
berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang
berarti kepastian. Nilai (Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu
mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi
setiap individu tertentu. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi
dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan
hasil tingkat ke dua.
Namun dalam model ARCS tidak terdapat aspek penilaian (assessment).
Padahal penilaian merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar mengajar. Mengingat pentingnya penilaian, maka oleh
Keller dan Kopp dalam Wijaya (2008: 89) menambahkan komponen
assessment pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut,
model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu:
attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya/yakin),
satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Kemudian
dilakukan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention
menjadi interest. Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing
komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu,
model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran
ARIAS.

Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu
alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima
komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Menurut

24
Menurut Kiranawati (2007) dalam blognya mengungkapkan bahwa model
pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen yang harus dipenuhi dalam
setiap pembelajarannya yaitu :

1) Assurance (percaya diri) yang berhubungan dengan sikap percaya
atau yakin akan berhasil,
2) Relevance yaitu pembelajaran yang berhubungan dengan
kehidupan siswa,
3) Interest yaitu pembelajaran yang dapat menarik minat atau
perhatian siswa,
4) Assesment yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap
siswa,
5) Satisfaction yaitu reinforcement (penguatan) dapat memberikan
rasa bangga dan puas pada siswa yang penting dan perlu dalam
pembelajaran.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran model inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang untuk
mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memecahkan permasalahan dan
menemukan sendiri fakta-fakta melalui suatu kegiatan ilmiah dengan
membandingkan masalah dengan kondisi nyata pada areal ilmiah, membantu
siswa mengidentifikasi konsep atau model pemecahan masalah dan
mendesain cara mengatasi masalah. Proses inkuiri memberi kesempatan
kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa
dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan.

Model inkuiri dengan teknik pictorial riddle memberi kesempatan pada siswa
untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru
melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle

25
adalah salah satu teknik untuk mengembangkan keterampilan proses sains
dan hasil belajar siswa.

Selain model inkuiri ilmiah dengan teknik pictorial riddle ada juga
pembelajaran ARIAS yang diharapkan dapat membangkitkan keterampilan
proses sains dan hasil belajar siswa dimana cara penyajian pelajarannya
mengandung lima komponen yaitu: assurance (percaya diri), relevance
(relevansi), interest (menarik), assessment (evaluasi), dan satisfaction
(penguatan).

Dalam model pembelajaran ARIAS ini siswa berusaha dibangkitkan rasa
percaya diri dalam hal pemecahan masalah dengan memberikan
permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa, selain itu siswa
terus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dan menemukan pengetahuan sekaligus menguasai
konsep suatu materi pembelajaran. Selain itu juga diberikan penilaian
terhadap proses pembelajaran maupun hasil dari pembelajaran, yang
kemudian akan diberikan penghargaan kepada siswa yang mencapai nilai
tertinggi dalam proses pembelajaran maupun hasil belajarnya, sehingga siswa
akan lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar yang baik dan juga
termotivasi untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya dengan persaingan yang
sehat. Dalam model ini pula berusaha untuk mengajak siswanya dalam
menarik kesimpulan, yang dikuatkan oleh guru, sehingga konsep yang
diterima oleh siswa akan semakin kuat.

26
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri
ilmiah teknik Pictorial Riddle (X1) dan inkuiri terbimbing dengan
pembelajaran ARIAS (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah KPS (Y1)
dan hasil belajar (Y2). Dalam penelitian ini ada dua KPS dan dua hasil belajar
yang diukur yaitu KPS pada model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle (R1)
dan KPS pada pembelajaran ARIAS (R2), serta hasil belajar pada model
inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle (R3) dan hasil belajar pada
pembelajaran ARIAS (R4), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk
mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata KPS dan hasil belajar siswa
dengan pembelajaran inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dan pembelajaran
ARIAS. Menurut Sudirman dkk dalam Kaniawati (2009:17) teknik Pictorial
adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di
dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi
yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis
dan kreatif siswa. Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan model
pictorial riddle menurut Samsudin (2009: 24), yaitu penyajian masalah,
pengumpulan dan verifikasi data, mengadakan eksperimen dan pengumpulan
data, merumuskan penjelasan, dan mengadakan analisis inkuiri. Menurut
Kiranawati (2007) dalam blognya mengungkapkan bahwa model
pembelajaran ARIAS mengandung lima komponen yaitu: assurance (percaya
diri), relevance (relevansi), interest (minat/perhatian), assessment (evaluasi),
dan satisfaction (kepuasan/bangga). Berdasarkan uraian tersebut bahwa KPS
dan rata-rata hasil belajar siswa dengan model inkuiri ilmiah teknik pictorial

27
riddle lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan KPS dan hasil belajar
siswa dengan pembelajaran ARIAS. Model inkuiri ilmiah teknik pictorial
riddle Pictorial lebih dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa serta
menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran, berpartisipasi aktif dalam
bereksperimen, aktif dalam berdiskusi, dan bekerja sama dengan teman satu
kelompok. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram
kerangka pemikiran.

Kelas A

Kelas B

Pictorial Riddle

Hasil belajar

ARIAS

KPS

KPS

Hasil belajar

Dibandingkan
KPS dan rata-rata hasil belajar siswa dengan model inkuiri ilmiah teknik
pictorial riddle lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan KPS dan
hasil belajar siswa dengan pembelajaran ARIAS
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

28
C. Hipotesis Tindakan

1.

Hipotesis Pertama
H

O

: Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa
pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik
pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS.

H1

: Ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa pada
pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial
riddle dengan pembelajaran ARIAS.

2.

Hipotesis Kedua
H

O

: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada
pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial
riddle dengan pembelajaran ARIAS.

H1

: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran
fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan
pembelajaran ARIAS.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Gedongtataan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri
atas 7 kelas berjumlah 204 siswa.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 7 kelas diambil 2
kelas. Teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian
yang terambil sebagai sampel adalah kelas X2 kelompok eksperimen 1 dan
kelas X3 sebagai kelompok eksperimen 2.
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True
Experimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Pada desain
ini, terdapat posttest yang diberikan setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

30
R1

X1

O

1

R2