PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH
TEKNIK PICTORIAL RIDDLE
Oleh
Pramita Sylvia Dewi
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik
Pictorial Riddle; (2) rata-rata hasil belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara
model pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMAN 13 Bandarlampung dan sampelnya adalah siswa kelas XI IPA2 dan XI IPA1 yang berjumlah 80 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara cluster random sampling. Desain penelitian ini adalah
One-Shot Case Study. Data hasil belajar diperoleh dari nilai rata-rata tes hasil belajar.
(2)
Pramita Sylvia Dewi
iii
Hasil analisis data dengan rata-rata nilai hasil belajar pada kelas ARIAS sebesar 64,39 sedangkan pada kelas Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle sebesar 74,91. Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle; (2) Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
(3)
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH
TEKNIK PICTORIAL RIDDLE
Oleh
PRAMITA SYLVIA DEWI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(4)
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE
Nama Mahasiswa : Pramita Sylvia Dewi Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022056
Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Agus Suyatna, M.Si. Drs. Nengah Maharta, M.Si. NIP 19600821 198503 1 004 NIP. 19551213 198303 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ...
Sekretaris : Drs. Nengah Maharta, M.Si. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
(6)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Pramita Sylvia Dewi
NPM : 0913022056
Fakultas/Jurusan : FKIP/P. MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Perumahan Bataranila Jl. Sakura 92, Kecamatan Natar, Kelurahan Hajimena, Kabupaten Lampung Selatan.
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan,
Pramita Sylvia Dewi NPM. 0913022056
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada Tanggal 3 April 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Apandi, S.Sos. dan Ibu Trisni Rahartini, S.IP.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di TK UNILA Bandarlampung. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 1 Rajabasa Raya dan diselesaikan pada tahun 2003, Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di SMP 19 Bandarlampung hingga tahun pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikanya di SMA Negeri 13 Bandarlampung dan diselesikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, selama 40 hari dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
(8)
MOTTO
…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri….
(QS. Ar Ra’d : 11)
“Don’t to do others, what you wouldn’t want done to you” (Pramita Sylvia Dewi)
“Aku belajar dari sosok terhebat, perjalanan yang membentuk sebuah namaku” (Pramita Sylvia Dewi)
(9)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ’Alamin…
Teriring doa dan rasa syukur kehadiratAllah SWT,
ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada :
Papa dan Mamaku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta, memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak pernah lelah berkorban,
memberiku semangat serta berdoa untuk keberhasilanku Adikku yang memotivasi, mendoakanku, serta memberi
semangat untukku dalam menuju keberhasilan Para pengajar dan pembimbing yang aku hormati
Keluarga Besar Pendidikan Fisika 2009 Almamater tercinta
(10)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik
Pictorial Riddle” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan serta bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, nasihat- nasihat yang bijak, saran, dan kritiknya selama proses penyusunan skripsi ini.
(11)
5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku pembahas atas saran dan kritik yang diberikan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.
7. Bapak Triyatmo, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandarlampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
8. Bapak Drs. Agus Sugianto selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah, seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 atas kerja sama dan kekompakannya.
10.Teman-temanku, Cawan; Merta, Rina, Hanny, Bebe, Putri, Galuh dan Citra terima kasih atas dukungan, do’a, semangat, dan kepedulian kalian terhadapku selama ini.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandarlampung, April 2013 Penulis,
(12)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 6
1. Belajar dan Mengajar ... 6
2. Hasil Belajar ... 8
3. Model Inkuiri Ilmiah ... 11
4. Pembelajaran ARIAS ... 14
5. Teknik Pictorial Riddle ... 16
B. Kerangka Pemikiran ... 17
C. Hipotesis ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 22
B. Sampel Penelitian ... 22
(13)
xiv
D. Variabel Penelitian ... 23
E. Instrumen Penelitian ... 23
F. Analisis Instrumen ... 24
G. Teknik Pengumpulan Data ... 28
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28
1. Analisis Data ... 28
2. Pengujian Hipotesis ... 28
1) Uji Normalitas ... 28
2) Uji Hipotesis ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34
a. Uji Validitas ... 34
b. Uji Reliabilitas ... 37
2. Tahapaan Pelaksanaan ... 38
a. Kelas Eksperimen 1 (XI IPA2) ... 38
b. Kelas Eksperimen 2 (XI IPA1) ... 41
3. Hasil Pengumpulan Data ... 44
4. Hasil Uji Data Penelitian ... 46
a. Uji Normalitas Data ... 46
b. Hasil Uji Independen Samples T Test ... 47
5. Keputusan Hipotesis ... 49
B. Pembahasan ... 51
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 62
2. Pemetaan ... 66
(14)
xv
4. RPP dengan ARIAS ... 78
5. RPP dengan Pictorial Riddle ... 91
6. LKK ARIAS ... 105
7. LKK Pictorial Riddle ... 119
8. Kunci jawaban LKK ARIAS ... 140
9. Kunci jawaban LKK Pictorial Riddle ... 143
10.Soal Tes Hasil Belajar ... 149
11.Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 154
12.Rubrikasi Tes Pilihan Jamak Hasil Belajar ... 156
13.Rubrikasi Tes Uraian Hasil Belajar ... 159
14.Lembar Penilaian Proses oleh Guru ... 162
15.Data Hasil Uji Coba Soal Pilihan Jamak di Kelas XII IPA1 ... 164
16.Data Hasil Uji Coba Soal Uraian di Kelas XII IPA1 ... 165
17.Hasil Uji Validitas Butir Soal Pilihan Jamak Anates ... 166
18.Hasil Uji Validitas Butir Soal Uraian Anates ... 171
19.Data Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif (Produk) ... 174
20.Data Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif (Proses) XI IPA2 ... 180
21.Data Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif (Proses) XI IPA1 ... 181
22.Uji Sampel Tidak Berhubungan (Independent Sample T-Test) Pada Hasil Belajar Siswa ... 182
23.Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 184
24.Surat Keterangan Penelitian ... 185
(15)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintaks Pembelajaran Inkuiri ... 13
2.2 Tahap Pembelajaran Inkuiri Ilmiah dengan model pictorial riddle ... .... 17
2.3. Perlakuan yang diberikan pada kelas XI IPA2 dan XI IPA1 ... 20
3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan ButirSoal ... 27
4.1 Hasil uji validitas soal pilihan jamak submateri Tekanan Hidrostatis dan HK. Archimdes ... 34
4.2 Hasil uji validitas soal uraian submateri Tekanan Hidrostatis dan HK. Archimedes ... 36
4.3 Hasil uji reliabilitas soal submateri Tekanan Hidrostatis dan HK. Archimedes ... 37
4.4 Perolehan skor hasil belajar ... 45
4.5 Hasil uji normalitas tes hasil belajar ... 46
4.6 Hasil uji perbedaan pada tes hasil belajar ... 48 .
(16)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Paradigma Pemikiran ... 18 3.1 Desain Eksperimen One-Shot Case Study ... 23 4.1 Grafik nilai rata-rata hasil belajar pada masing-masing kelas
eksperimen ... 52 4.2 Grafik nilai rata-rata proses pada masing-masing kelas eksperimen ... 53
(17)
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika adalah mata pelajaran yang di anggap sulit oleh siswa, kebanyakan dari mereka memperoleh hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran ini. Diantara banyak siswa menganggap mata pelajaran fisika adalah satu bidang ilmu pengetahuan alam yang tergolong sulit. Anggapan ini menyebabkan siswa kurang menyukai pelajaran fisika, sehingga menjadi salah satu faktor hasil belajaranya masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMAN 13 Bandar Lampung dengan guru bidang studi fisika. Fisika merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi.
Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di dalamnya terdapat persiapan antara guru dengan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga semua siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada
(18)
2 guru yang terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah, siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.
Pembelajaran inquiry merupakan proses pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa dituntut lebih banyak belajar sendiri untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam menyelesaikan masalah harus dikurangi agar siswa dapat mengembangkan kreativitas pemecahan masalah secara optimal.
Ada banyak model pembelajaran inkuiri yang bisa dikembangkan, salah satunya adalah pembelajaran ARIAS yang diharapkan dapat membangkitkan hasil belajar siswa, dimana cara penyajian pelajarannya mengandung lima komponen yaitu: assurance (percaya diri), relevance (relevan), interest (minat/perhatian), assessment (evaluasi), dan satisfaction (kepuasan/bangga).
Selain model inkuiri terbimbing pada pembelajaran ARIAS, ada juga pembelajaran inkuiri yang dikembangkan dengan memanfaatkan pictorial
riddle sebagai teknik belajar untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar.
Pictorial Riddle merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dalam rangka pembelajaran sains melalui gambar, peragaan atau situasi yang
(19)
3 untuk berfikir kritis dan kreatif yang secara fisik dan mental terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memacu hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran ARIAS dengan inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle? (2) Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar fisika siswa, antara
model pembelajaran ARIAS dengan inkuiri ilmiah teknik pictorial
riddle?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran ARIAS dengan inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle.
(2) Manakah yang lebih tinggi model pembelajaran ARIAS dengan inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle.
(20)
4 D. Manfaat Penelitian
(1) Dapat menjadi alternatif pilihan bagi guru di SMAN 13 Bandar Lampung dalam menerapkan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(2) Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak sekolah di SMAN 13 Bandar Lampung sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan pendidikan pada umumnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
(1) Model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen yang harus dipenuhi dalam setiap pembelajarannya yaitu (a) Assurance (percaya diri) yang berhubungan dengan sikap percaya atau yakin akan hasil, (b) Relevance yaitu pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (c) Interest yaitu pembelajaran yang dapat menarik minat dan perhatian siswa, (d) Assesment yaitu berhubungan dengan penilaian siswa, (e) Satisfaction yaitu reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga pada siswa yang penting dan perlu dalam pembelajaran.
(2) Model inkuri ilmiah teknik Pictorial Riddle merupakan pembelajaran yang memiliki proses (a) penyampaian masalah, (b) pengumpulan dan verifikasi data, (c) mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, (d) merumuskan penjelasan, dan (e) pengadaan analisis inkuiri.
(21)
5 (3) Hasil belajar yang diamati, yaitu pada aspek kognitif siswa setelah
melalui proses pembelajaran.
(4) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013. (5) Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Fluida Statis
yaitu pada pokok bahasan Tekanan Hidrostatis dan Hukum Archimedes. (6) Penelitian ini membandingkan antara model pembelajaran ARIAS
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Belajar dan Mengajar
Gagne mendefinisikan dalam Komalasari (2011: 5),
Belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya untuk melakukan berbagai jenis performance (kerja).
Menurut pendapat Sunaryo dalam Komalasari (2011: 5),
Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.
Berdasarkan pendapat di atas, maka jika dikaitkan perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skills) bermasyarakat meliputi keterampilan berfikir
(memecahkan masalah) dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap. Jadi, jika disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama, dan dengan isyarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.
(23)
7 Menurut pengertian belajar secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan dalam Slameto (2010: 2),
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai tingkat pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan kutipan tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, dimana banyak sekali baik sifat maupun jenisnya yang tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Misalnya saja perubahan dalam arti belajar dengan contoh jika seorang anak yang patah tangannya karena tertabrak mobil. Perubahan itu jelas bukan termasuk dalam golongan perubahan arti belajar. Demikian juga dengan perubahan tingkah laku yang misalnya
seeorang dalam keadaan mabuk. Perubahan yang terjadi dalam aspek lain dan tidak termasuk dalam arti perubahan tingkah laku.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pecapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua prilaku aktif yaitu guru dan
(24)
8 siswa. Perpaduan dari unsur kedua manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.
Menurut pendapat Sudjana dalam Fahturohman dan Sutikno (2011: 9), Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya proses
memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Pengertian mengajar seperti yang telah diuraikan di atas, memberikan penjelasan bahwa proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan oleh guru dan murid untuk pencapaian tujuan secara optimal. Dimana mengajar merupakan kegiatan ketertiban individu anak didik mutlak adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali didasari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pembelajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku, dan menyatu dalam konsep pengajaran atau pendidikan.
2. Hasil Belajar
Setiap proses pembelajaran akan mencapai suatu puncak kegiatan dengan melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran tersebut. Belajar merupakan tindakan dan prilaku yang kompleks, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang berada di ruang sekitar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai puncak proes belajar, dimana siswa memiliki kemampuan –
(25)
9 kemampuan setelah menerima pengalaman belajarnya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121),
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dan proses belajar. Akhir dari kegiatan ini yang menjadi tolak ukur tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diuraikan bahwa siswa yang memiliki kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tersebut dengan menganalisis
kemmpuan pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi sebuah pemikiran karena hasil belajar merupakan suatu kemempuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
(26)
10 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu hasil belajar ranah kognitif, ranah psikimotorik dan ranah afektif. Setiap ranah memiliki indikator tertentu dalam pencapaian hasil belajar, sehingga setiap ranah memiliki indikator pencapaian yang berbeda. Hasil belajar pada penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif.
Dimensi proses kognitif menurut Widodo dalam Kamrianti (2006: 1), mencakup:
(1) Mengingat (remember)
Merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar
bermakna. Tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses macam kognitif yaitu
mengenali (recognizing) dan mengingat. Terdiri dari kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, memandai, menamai dan sebagainya.
(2) Memahami (understand)
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyususn materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak terbatas hanya mengingat namun dapat menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu
menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan dan sebagainya.
(3) Mengaplikasi (apply)
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasi berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural, namun kategori ini juga mencakup dua macam proses kognitif yaitu
menjalankan dan mengimplementasi. Kata operasionalnya adalah
melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai, dan sebagainya.
(27)
11 (4) Menganalisis (analyze)
Pertanyaan anaslisi menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur - unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur - unsur tersebut. Kata operasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengintegrasikan, membedakan dan sebagainya.
(5) Mengevalusi (evaluate)
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini yaitu memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, memprediksi, menilai, membenarkan, dan
sebagainya. (6) Membuat (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata operasionalnya adalah
merancang, membangun, menemukan, memperkuat, dan sebagainya.
3. Model Inkuri Ilmiah
Soleh (2011: 1) menyatakan bahwa inquiri berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Proses inquiri diawali dari rasa keinginan dalam diri seseorang untuk mengerti tentang sesuatu. Rasa keinginan dalam proses
inquri ini merupakan energi terbesar yang merupakan awal keberlangsungan
proses inquiri. Keinginan tersebut menimbulkan pertanyaan dalam dirinya yang mendorongnya untuk melakukan suatu pemeriksaan dan penyelidikan. Penyelidikan dan pemeriksaan dilakukan seoptimal mungkin dengan
mengarahkan segala kemampuan yang ia miliki untuk menjawab rasa keinginannya itu.
Gulo dalam Trianto (2007: 21) menyatakan pendapatnya bahwa pembelajaran inkuiri berarti suatu kegiatan rangkaian belajar yang melibatkan secara
(28)
12 maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara matematis, logis, kritis, dan analitis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Berdasarkan pendangan dari uraian di atas, maka dapat diuraikan bahwa model inkuiri menempatkan seorang siswa adalah sebagai subjek belajar, di dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya memiliki peranan sebagai subjek yang menerima pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, namun siswa memiliki peranan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada proses pembelajaran inkuiri tidak menempatkan guru sebagai sumber belajar namun sebagai seorang yang memfasilitasi siswa untuk memotivasi belajar bagi siswa, aktivitas paling mendasar yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran inkuri adalah melalui proses tanya jawab, yaitu sebagai syarat mendasar dalam model pembelajaran inkuiri. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk membangun kemampuan intelektual sebagai poses mental, sehingga dalam pembelajaran ini siswa memiliki kemampuan bagaimana mengelola potensi yang dimilikinya yang tidak hanya dituntut untuk menguasai pembelajaran.
Proses pembelajaran inqury ini dilakukan dengan sintaks-sintaks yang jelas. Acuan proses ini akan membantu pencapaian tujuan dari proses pembelajaran
inqury itu sendiri. Sintaks pembelajaran inkuiridapat ditampilkan dalam
(29)
13 Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Mengobservasi untuk menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru mengarahkan siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya. Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Guru mengarahkan siswa untuk
mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
Tahap 4
Merencanakan perencanaan masalah
Guru mengarahkan siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun program kerja yang tepat.
Tahap 5
Melakukan pemecahan masalah
Selama siswa bekerja, guru mengarahkan dan memfasilitasi.
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan
pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Tahap 7
Menganalisis data
Guru membantu siswa mnganalisis supaya menemukan konsep.
Tahap 8
Menarik kesimpulan dan penemuan
Guru mengarahkan siswa mengambil kesimpulan berdassarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
Sumber : Fatoni (2011: 1)
Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model lain. Keunggulan model-model inkuiri menurut Joni (2008: 1),
a) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.
b) Memeberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka.
c) Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkaitan dengan pengalaman.
d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang mempunyai kemauan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
(30)
14 Model inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan menurut Sudrajat (2011: 1), a) Sulit mengontrol dari kegiatan dan keberhasilan siswa
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena kebiasaan siswa dalam belajar
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang diperlukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk setiap model inkuiri pasti memiliki keunggulan dan kelemahan pada masing-masing tahap pelaksaannya, Hal ini tergantung pada proses pembelajaran inkuiri siswa, mereka dituntut bertanggungjawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, agar tidak menganggu proses belajar siswa. Di dalam keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran inkuiri siswa mampu mengikuti pembelajaran yang disesuaikan, sedangkan di dalam kelemahan pembelajaran inkuiri siswa harus memiliki kriteria belajar yang ditentukan dalam menguasai materi.
4. Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,
Satisfaction) dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model
(31)
15 pembelajaran ini digunakan sejak guru merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran, hal ini sudah mengandung komponen-komponen ARIAS, artinya dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan
minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa
dihargai/bangga pada siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau
ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat
membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari. Menurut McClelland dalam Yanti (2009: 21) siswa dapat :
Membayangkan/mengkhayalkan apa saja, bahkan dapat membayangkan dirinya sebagai apa saja. Bahan/materi disusun sesuai urutan dan tahap kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keingintahuan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri.
(32)
16
1. Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya,
yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil.
2. Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa
pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.
3. Interest adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa.
4. Assessment yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa.
Penilaian merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid.
5. Satisfaction adalah reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa
bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.
5. Teknik Pictorial Riddle
Teknik pictorial riddle adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Hal tersebut didukung pendapat Depino (2011: 6),
Pictorial riddle merupakan informasi ilmiah di papan poster atau
transparansi. Digunakan sebagai pusat diskusi. Dua format umum yang dapat disajikan. Satu menggambarkan situasi dalam kondisi normal, yang lain menggambarkan peristiwa discrepant (sesuatu yang jelas salah dalam gambar). Jenis pertanyaan yang baik untuk merangsang diskusi: "Apa hal yang anda bisa tanyakan tentang gambar ini?
Berdasarkan uraian di atas pictorial riddle merupakan informasi ilmiah yang disajikan di papan poster atau transparansi. Pictorial riddle digunakan sebagai pusat diskusi siswa dalam memecahkan masalah. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya.
(33)
17 Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle menurut Samsudin (2009: 1),
Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Inkuiri Ilmiah dengan model pictorial riddle
No Tahapan Kegiatan
1 Penyajian Masalah Siswa dilibatkan ke dalam suatu permasalahan berupa peristiwa yang menimbulkan teka-teki.
Permasalahan yang diberikan ditampilkan dalam bentuk gambar 2 Pengumpulan dan
verivikasi data
Mengidentifikasi masalah secara berkelompok dari permasalahan yang diberikan
3 Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data
Melakukan pengamatan berdasarkan pada riddle (gambar) yang
mengandung permasalahan 4 Merumuskan
penjelasan
Siswa melakukan diskusi 5 Mengadakan
analisis inkuiri
Siswa melakukan tanya jawab
Dapat dijelaskan bahwa Pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa.
B. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri terbimbing dengan pembelajaran ARIAS (X1) dan model inkuiri ilmiah teknik
Pictorial Riddle (X2) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).
(34)
18 hasil belajar model pembelajaran ARIAS (Y1) dan model inkuiri ilmiah teknik
Pictorial Riddle (Y2), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran ARIAS dan inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle. Untuk memperjelas kerangka pemikiran, maka digambarkan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 2.
Gambar 2.1. Diagram paradigma pemikiran
Model pembelajaran model inkuiri dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memecahkan permasalahan dan menemukan sendiri fakta-fakta melalui suatu kegiatan ilmiah dengan membandingkan masalah dengan kondisi nyata pada areal ilmiah, dengan membantu siswa
mengidentifikasi konsep atau model pemecahan masalah dan mendesain cara mengatasi masalah. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan dengan pembelajaran inkuiri diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam model pembelajaran ARIAS ini siswa berusaha dibangkitkan rasa percaya diri dalam hal pemecahan masalah dengan memberikan
permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa, selain itu siswa X1
X2
Y1
Y2
(35)
19 terus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan menemukan pengetahuan didalam suatu materi pembelajaran. Pada pembelajaran ARIAS juga diberikan penilaian terhadap proses pembelajaran maupun hasil dari pembelajaran, yang kemudian akan diberikan penghargaan kepada siswa yang mencapai nilai tertinggi dalam proses pembelajaran maupun hasil belajarnya, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar yang baik. Dalam model ini pula berusaha untuk mengajak siswanya dalam menarik kesimpulan yang dikuatkan oleh guru, sehingga konsep yang diterima oleh siswa akan semakin kuat.
Pada penelitian ini model kedua yang digunakan adalah inkuiri dengan teknik
pictorial riddle memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah
yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle merupakan salah satu teknik untuk mengembangkan hasil belajar siswa. Dalam model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle,lebih dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok serta menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran, berpartisipasi aktif dalam bereksperimen, aktif dalam berdiskusi, dan bekerja sama dengan teman satu kelompok. Cara guru
melibatkan media melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat pula digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa.
(36)
20 Pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama kelas XI IPA2 menerima pembelajaran ARIAS sedangkan kelas XI IPA1 menerima pembelajaran inkuiri dengan teknik pictorial riddle. Untuk mempermudah pengamatan, perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelas XI IPA1 dan XI IPA2 yang diilustrasikan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perlakuan yang diberikan pada kelas XI IPA2 dan XI IPA1 Pokok Bahasan Perlakuan Eksperimen
ARIAS Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle Tekanan Hidostatis dan
Hukum Archimdes
XI IPA2 XI IPA1
Dari keterangan model pembelajaran tersebut ARIAS dan inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dapat meningkatkan hasil belajar karena keduanya memiliki keunggulan masing-masing sehingga dapat dipilih yang mana yang lebih tinggi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Secara teoretis, pembelajaran inkuiri dengan ilmiah teknik pictorial riddle lebih unggul dibandingkan daripada pembelajaran ARIAS, karena inkuiri dengan teknik pictorial riddle memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan
sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang
sesungguhnya. Sedangkan pembelajaran ARIAS siswa hanya dibangkitkan rasa percaya diri untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran
(37)
21 inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran ARIAS.
C. Hipotesis
1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran ARIAS dengan inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle.
2. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle.
(38)
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13 Bandarlampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 121 siswa.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster
random sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 3 kelas diambil 2
kelas. Teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu secara acak karena memiliki kemampuan homogen yang relatif sama. Sebagai sempel adalah kelas XI IPA 2 kelompok eksperimen 1 dan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen 2. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 siswa.
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk
Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Shot Case Study. Pada desain ini,
(39)
23 menjadi objek penelitian memiliki kemampuan relatif sama. Desain ini dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3.1. Desain eksperimen One-Shot Case Study. Keterangan:
X1 : pembelajaran ARIAS
X2 : inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle O1 : nilai tes hasil belajar kelas XI IPA2. O2 : nilai tes hasil belajar kelas XI IPA1.
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri pembelajaran ARIAS (X1) dan ilmiah teknik Pictorial Riddle(X2), sedangkan
variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian proses pada proses pembelajaran dan soal tes hasil belajar kognitif siswa yang terdiri dari soal pilihan jamak berjumlah 13 soal dan soal uraian berjumlah 4 soal pada saat
posttest terdapat pada Lampiran 10 dan Lampiran 14.
X1 O1 X2 O2
(40)
24 F. Analisis Instrumen
Dalam menganalisis instumen digunakan validitas sebagai acuannya, validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Salah saatu macam dari validitas tes yang menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur adalah validitas isi (content validity) yaitu tingkat validitas isi juga diketahui dengan analisis rasional. Pada prinsipnya dilakukan pemeriksaan terhadap tiap butir soal, apakah soal sudah sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Khusus atau dengan kompetensi yang hendak diukur atau dengan indikator keberhasilan siswa.
Instrumen yang akan digunakan dalam sampel, harus diuji terlebih dahulu menggunakan anates, Menurut pendapat Rosidin (2011: 5 – 9). Anates adalah program aplikasi yang khusus digunakan untuk menganalisa tes pilihan ganda dan uraian yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST. Anates versi 4.0.5 memiliki kemampuan untuk menganalisa soal tes seperti :
a) Menghitung skor (asli maupun dibobot) b) Menghitung reliabilitas tes
c) Mengelompokan subjek kedalam kelompok atas atau bawah d) Menghitung daya pembeda
e) Menghitung tingkat kesukaran soal
f) Menghitung korelasi skor butir dengan skor total g) Menentukan kualitas pengecoh (disktaktor)
(41)
25 Keunggulan software ini sebagai program analisis butir soal daripada Program Iteman yang hanya dapat digunakan untuk analisis butir soal bentuk uraian dan analisis soal bentuk pilihan ganda. Penggunaan bahasa Indonesia dalam program anates ini, juga merupakan salah satu sisi kemudahan dalam penggunaannya daripada program lain yang menggunakan bahasa Inggris.
Untuk menguji soal, peneliti menggunakan bentuk uji anates pada soal pilihan jamak dan soal uraian, setelah soal diperiksa dengan anates, kita bisa
melakukan penyekoran dan pemberian bobot untuk jawaban butir soal yang benar dan butir soal yang salah. Selain itu, data soal akan langsung diolah otomatis sehingga kita bisa langsung mengetahui:
1) Uji Reliabilitas
2) Pengelompokkan Unggulan dan Asor 3) Analisis Daya Beda
4) Analisis Tingkat Kesukaran
5) Korelasi skor tiap butir dengan skor total 6) Rekap Analisi Butir
Perbedaan pada data soal hasil uji anates antara soal pilihan jamak dan soal uraian terletak pada kualitas pengecohnya, dimana pada soal berbentuk uraian tidak terdapat hasil data analisis kualitas pengecoh.
Pada tingkat kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto. 2011: 207). Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,300 sampai dengan 0,700 (Rosidin, 2011: 5 – 9). Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dan soal bentuk uraian dapat dihitung dengan persamaan: (Arikunto, 2011: 208),
(42)
26
P =
��Keterangan :
P = indeks Kesukaran
B = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal JS = jumlah skor ideal/maksimum pada butir soal tersebut.
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto; 2011: 211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D) berkisar antara 0,300 sampai dengan 1,000 (Rosidin, 2011: 5 – 9). Untuk menentukan diskriminasi soal pilihan ganda dan soal bentuk uraian digunakan persamaan (Arikunto; 2011: 213 - 214),
D =
�
-
�=
�
-
�
Keterangan :� = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
� = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
J = jumlah peserta tes
� = banyaknya peserta kelompok atas
� = banyaknya peserta kelompok bawah
� = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
� = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
� = daya pembeda
Untuk menentukan indeks diskriminasi (D) soal bentuk uraian digunakan persamaan :
D = � −�
�
Keterangan :
� = indeks diskriminasi
� = jumlah skor siswa kelompok atas
� = jumlah skor siswa kelompok bawah
(43)
27 Pablo (2011: 1) mendefinisikan bahwa :
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten tidak berubah-ubah ). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.
Daya pembeda menunjukkan sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan siswa yang menguasai bahan dan siswa yang tidak menguasai bahan. Butir soal yang daya pembedanya rendah, tidak ada manfaatnya, malahan dapat merugikan siswa yang belajar sungguh-sungguh.
Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25 % soal mudah, 50 % sedang dan 25 % sukar. Butir soal yang terlalu sukar sehingga hamper tidak terjawab oleh semua siswa atau terlalu mudah sehingga dapat dijawab oleh hamper semua siswa, sebaiknya dibuang karena tidak bermanfaat.
Untuk dapat mengetahui data berdasarkan kriteria pengujian dari ketujuh data pada anates soal, maka dapat dilihat dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir Soal
Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran
Tingkat Kesukaran (P)
0,000 – 0,099 Sangat Sukar Diulang / perlu revisi total
0,100 – 0,299 Sukar Perlu revisi 0,300 – 0,700 Sedang Baik 0,701 – 0,900 Mudah Perlu revisi
0,901 – 1,000 Sangat Mudah Diulang / perlu revisi total
Daya Beda (D)
D ≤ 0,199 Sangat Rendah Diulang / perlu revisi total
0,200 – 0,299 Rendah Perlu revisi
0,300 – 0,399 Sedang Sedikit atau tanpa revisi D ≥ 0,400 Tinggi Bagus sekali
Proporsi Jawaban
0,000 – 0,010 Kurang Diulang / perlu revisi total
0,011 – 0,050 Cukup Baik 0,051 – 1,000 Baik Baik sekali Reliabilitas Soal
0,000 – 0,400 Rendah Kurang baik 0,401 – 0,700 Sedang Cukup 0,701 – 1,000 Tinggi Baik Sumber : (Rosidin, 2011: 5 – 9)
(44)
28 G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil tes belajar. Hasil pengumpulan datanya berupa tabel terlampir pada Lampiran 19.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
�� �� = ∑� �� � � ℎ
� � � � × 100%
2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan SPSS 17.0, uji statistik dengan metode
Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujiannya yaitu:
O
(45)
29 1
H : data tidak terdistribusi secara normal.
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
2. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan uji statistik parametrik tes.
1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Samples T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Samples T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Pengujian dilakukan menggunakan program komputer SPSS 17.0.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah : Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model
(46)
30 pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
1
H : Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
Hipotesis Kedua
O
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS
sama atau lebih tinggi dari model pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
1
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS
lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya mengggunakan model
(47)
31 + − + − + − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t
Rumus perhitungan Independent Samples T Test sebagai berikut:
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel
distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian, yaitu:
a. H0 diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
b. H0 ditolak jika - t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
Priyatno (2010: 32 - 41) 2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)
(48)
32 Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
1
H : Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial
Riddle.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak
(49)
33 Hipotesis Kedua
O
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS sama atau lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya mengggunakan model
pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle. 1
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak
(50)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle.
2. Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran ARIAS. Hal ini didukung oleh perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle sebesar 74,91 dan kelas pembelajaran ARIAS sebesar 64,39
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model pembelajaran, harus disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tercapai dengan baik.
(51)
58 2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak dilakukan oleh semua kelompok.
3. Bagi pihak lain yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti ini, sebaiknya terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat perangkat ini diterapkan.
(52)
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Astrina, Lia. 2011. Pengembangan LKS Fluida Statis Berbasis Siklus Belajar Untuk Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung.
(Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.
Depino, Peter. 2011. Yale-New Haven Teachers Institute: A Creative Classroom
Model For a Sixth Grade Science Class. [On line] tersedia:
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatoni. 2011. Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran. [On line] tersedia:
Fathurrohman dan Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.
Joni. 2008. Model Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia:
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Konseptual dan Aplikasi. Bandung : PT. Refika Aditama.
N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Pablo, Julian. 2011. Mengenal Analisis Tes. [On line] tersedia:
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
(53)
60 Ramli, Kamrianti. 2011. Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif. [On line]
tersedia: Rosidin, Undang. 2011. Dasar-dasar Perancangan Evaluasi Pembelajaran.
Bandarlampung: Universitas Lampung.
Sa’adah. 2009. Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK (Teknologi
Informasi Dan Komunikasi) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui:
repository. UPI. edu. 12 September 2012. Pukul 14.29 WIB.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samsudin, Achmad. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Jurusan
Peddidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. [On line] tersedia:
Pukul 19.24 WIB
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudrajat, Ahmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. [Online] tersedia:
27 Oktober 2012. Pukul 17.15 WIB.
Soleh. 2011. Metode Pembelajaran Inquiry. [On line] tersedia:
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya: Pustaka Publisher.
Yanti, L. (2009). PengaruhPembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar dan Motivasi
Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Diunduh
(1)
Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
1
H : Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak
(2)
33 Hipotesis Kedua
O
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS sama atau lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya mengggunakan model
pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
1
H : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARIAS dan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle.
2. Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran ARIAS. Hal ini didukung oleh perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle sebesar 74,91 dan kelas pembelajaran ARIAS sebesar 64,39
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model pembelajaran, harus disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tercapai dengan baik.
(4)
58 2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak dilakukan oleh semua kelompok.
3. Bagi pihak lain yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti ini, sebaiknya terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat perangkat ini diterapkan.
(5)
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Astrina, Lia. 2011. Pengembangan LKS Fluida Statis Berbasis Siklus Belajar Untuk Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung. (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.
Depino, Peter. 2011. Yale-New Haven Teachers Institute: A Creative Classroom Model For a Sixth Grade Science Class. [On line] tersedia:
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatoni. 2011. Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran. [On line] tersedia:
Fathurrohman dan Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.
Joni. 2008. Model Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia:
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Konseptual dan Aplikasi. Bandung : PT. Refika Aditama.
N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Pablo, Julian. 2011. Mengenal Analisis Tes. [On line] tersedia:
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
(6)
60 Ramli, Kamrianti. 2011. Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif. [On line]
tersedia: Rosidin, Undang. 2011. Dasar-dasar Perancangan Evaluasi Pembelajaran.
Bandarlampung: Universitas Lampung.
Sa’adah. 2009. Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui: repository. UPI. edu. 12 September 2012. Pukul 14.29 WIB.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samsudin, Achmad. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Jurusan
Peddidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. [On line] tersedia:
Pukul 19.24 WIB
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudrajat, Ahmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. [Online] tersedia:
27 Oktober 2012. Pukul 17.15 WIB.
Soleh. 2011. Metode Pembelajaran Inquiry. [On line] tersedia:
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya: Pustaka Publisher.
Yanti, L. (2009). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar dan Motivasi Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Diunduh melalui: repository. UPI. edu. 25 Oktober 2012. Pukul 14.49 WIB.