PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS

(1)

ABSTRACT

A COMPARISON OF STUDENTS’ LEARNING OUTCOMES IN PHYSICS THROUGH INQUIRY EXPERIMENTAL METHOD WITH

VERIFICATION BASED ON SCIENCE PROCESS SKILL By

Anna Yunizea Nandi S

A Science process skill in physics is one of important factor in improving

students’ learning outcomes. This study aims to determine the average difference in learning outcomes of cognitive and psychomotor aspects of the students in learning physics on the use of approach with inquiry experimental method and verification experiment. The material used in this study was the subject matter of dynamic electricity. The learning outcomes of cognitive aspects were measured by N-pretest and posttest results, while for the psychomotor aspects were measured by the achievement of the skill aspects.

This study used experimental design of Quasi Experimental Design with the type of Non-Equivalent Control Group Design. The technique used in data analysis was N-gain while the hypothesis testing used Independent Sample T Test.

Based on the average scores of N-gain average, cognitive aspects of student learning outcomes in the first experimental class was 0.52 and the second


(2)

Anna Yunizea Nandi S

v process skill approach with experimental inquiry method is more effective to be applied to improve student learning outcomes in the cognitive aspects of learning. In the psychomotor aspect, the average value of inquiry experimental class was 73.77 and 70.03 for verification experiment. These results indicate that there is no difference in the average results of the psychomotor aspects of student learning through inquiry and verification experimental method based on science process skill.

Key words : science process skills, experimental inquiry, experimental verification, learning outcomes


(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS

KETERAMPILAN PROSES SAINS Oleh

Anna Yunizea Nandi S

Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran fisika merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif dan

psikomotorik siswa pada pembelajaran fisika menggunakan pendekatan KPS dengan metode eksperimen inkuiri dan eksperimen verifikasi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok listrik dinamis. Hasil belajar aspek kognitif diukur dari nilaiN-gainhasilpretestdanposttest, sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik diukur dari pencapaian aspek keterampilan.

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentukQuasi Eksperimental Designdengan tipeNon-Equivalent Control Group Design. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan skorN-gainsedangkan pengujian hipotesis

menggunakan ujiIndependent Sample T Test.

Berdasarkan skor rata-rataN-gaindiperoleh rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen 1 sebesar 0,52 dan pada kelas eksperimen 2


(4)

Anna Yunizea Nandi S

iii diperoleh skorN-gainrata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,33. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pendekatan KPS dengan metode eksperimen inkuiri lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dalam pembelajaran. Pada aspek psikomotorik, rata-rata nilai siswa kelas eksperimen inkuiri 73,77 dan kelas eksperimen verifikasi 70,03. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi berbasis KPS.

Kata kunci : keterampilan proses sains, eksperimen inkuiri, eksperimen verifikasi, hasil belajar


(5)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS

KETERAMPILAN PROSES SAINS

Oleh

Anna Yunizea Nandi S Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(6)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS

KETERAMPILAN PROSES SAINS

(Skripsi)

Oleh

ANNA YUNIZEA NANDI S

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 20

3.1. Desain EksperimenNon-Equivalent Control Group Design... 25

4.1. Grafik Persentase Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 49

4.2. Grafik Rata-rata Nilai Aspek Psikomotorik Siswa ... 52

4.3. Grafik Persentase Siswa yang Mencapai Nilai KKM Aspek Psikomotorik ... 53


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 7

1. Metode Eksperimen ... 7

2. Metode Eksperimen Inkuiri ... 10

3. Metode Eksperimen Verifikasi ... 12

4. Keterampilan Proses Sains ... 14

5. Hasil Belajar ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 20

C. Anggapan Dasar ... 22

D. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 24

B. Sampel Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25


(9)

xvii

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Tahapan Pelaksanaan ... 34

a. Kelas Eksperimen 1 ... 34

b. Kelas Eksperimen 2 ... 37

2. Hasil Uji Coba Penelitian ... 39

a. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

b. Uji Normalitas... 41

3. Data Hasil Penelitian ... 42

a. Data Aspek Kognitif Siswa ... 42

b. Data Aspek Psikomotorik Siswa ... 45

B. Pembahasan ... 48

a. Perbandingan Hasil Belajar Aspek Kognitif antara Metode Eksperimen Inkuiri dengan Verifikasi... 48

b. Perbandingan Hasil Belajar Aspek Psikomotorik antara Metode Eksperimen Inkuiri dengan Verifikasi... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Ranah Psikomotor Siswa ... 60

2 Pemetaan SK dan KD ... 62

3 Silabus Kelas Eksperimen 1 ... 69

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 1 .... 75

5 LKK SMA Kelas Eksperimen 1 ... 93

6 Kunci LKK SMA Kelas Eksperimen 1 ... 105

7 Silabus Kelas Eksperimen 2 ... 114

8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 2 .... 120


(10)

xviii

10 Kunci LKK SMA Kelas Eksperimen 2 ... 150

11 Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 162

12 Lembar Penilaian (LP) 1: Produk KognitifPretest... 165

13 Kunci Lembar Penilaian (LP) 1: Produk KognitifPretest... 168

14 Lembar Penilaian (LP) 1: Produk KognitifPosttest... 171

15 Kunci Lembar Penilaian (LP) 1: Produk KognitifPosttest... 174

16 Lembar Penilaian (LP) 2: Proses (KPS) ... 177

17 Lembar Penilaian (LP) 3: Psikomotor ... 178

18 Lembar Penilaian (LP) 4: Pengamatan Prilaku Berkarakter ... 180

19 Lembar Penilaian (LP) 5: Pengamatan Keterampilan Sosial ... 181

20 Kisi-KisiPretest ... 182

21 Kisi-KisiPosttest... 189

22 Rubrikasi PenilaianPretest... 196

23 Rubrikasi PenilaianPosttest... 203

24 Data Validitas dan Reliabilitas Soal ... 210

25 Data RekapitulasiN-gainAspek Kognitif Kelas Eksperimen 1 .... 211

26 Data Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen 1 ... 213

27 Data RekapitulasiN-gainAspek Kognitif Kelas Eksperimen 2 ... 215

28 Data Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen 2 ... 217

29 Hasil Uji Validitas Butir Soal... 219

30 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 220

31 Hasil Uji Normalitas Aspek Kognitif ... 221

32 Hasil UjiIndependent Sample T TestAspek Kognitif ... 222

33 Hasil Uji Normalitas Aspek Psikomotorik ... 223

34 Hasil UjiIndependent Sample T TestAspek Psikomotorik ... 224

35 Surat Izin Penelitian ... 225

36 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 226

37 Pengajuan Judul/Topik Skripsi dan Calon Pembimbing ... 227

38 Daftar Hadir Seminar Proposal Mahasiswa... 228

39 Daftar Hadir Seminar Hasil Mahasiswa ... 230


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Hasil Uji Validitas Soal ... 40

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Soal... 41

4.3. Hasil Uji Normalitas Rata-RataN-gain ... 41

4.4. Hasil Uji Normalitas Nilai Aspek Psikomotorik ... 42

4.5. Perolehan Skor Aspek Kognitif Siswa... 43

4.6. Hasil Uji Perbedaan Aspek Kognitif Siswa ... 44

4.7. Perolehan Nilai Aspek Psikomotorik Siswa ... 45

4.8. Persentase Siswa yang Mencapai KKM ... 46


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris :Dr. Abdurrahman, M.Si. Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(13)

Judul Skripsi :PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS

KETERAMPILAN PROSES SAINS Nama Mahasiswa : Anna Yunizea Nandi S

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022003 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si. Dr. Abdurrahman, M.Si. NIP 19600821 198503 1 004 NIP 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(14)

MOTTO


(15)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku

yang tulus kepada:

Bapak Yohanes Biman dan Ibu Christina Wartiyem tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan senantiasa

mendoakan keberhasilan serta kebahagiaan untukku.

Adikku tersayang “Vincentius Yobi Krismawan, Paulinus Tri Hari Saputra, Fransiskus Frendy Setyawan dan Damianus Krisbianto”, yang selalu menjadi

motivasi dan membuatku bersemangat untuk menuju keberhasilan.

Atanasius Sigit Dwi Nurcahyo, yang selalu memberikan semangat, perhatian, kasih sayang, dan

doanya untuk keberhasilanku. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2008.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting pada tanggal 4 Juni 1990, sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Yohanes Biman dan Ibu Christina

Wartiyem.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1994 di TK Xaverius Gisting Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Xaverius Gisting, Kecamatan Gisting, Kabupaten

Tanggamus dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Xaverius Gisting, Tanggamus hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Talangpadang,

Tanggamus dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa reguler program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Lampung melalui jalur PKAB.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.


(17)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul“Perbandingan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen Inkuiri dengan Verifikasi Berbasis Keterampilan Proses Sains”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing Akademik, Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan

motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.


(18)

xiv 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA.

8. Ibu Hj. Widarnis, S.Pd. M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Talangpadang atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak Fitri Azari, S.Pd dan Bapak Sudirman, S.Pd selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Negeri 1 Talangpadang. 11. Siswa-siswi kelas X.1 dan X.7 SMA Negeri 1 Talangpadang.

12. Atanasius Sigit Dwi Nurcahyo untuk segala perhatian, penghiburan, semangat, kasih sayang dan doanya selama penulis menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Salva, Hervin, Ismu, Siska, Hadijah, Fathin, Henni, Naufal, Echy, Dio. Terimakasih atas saran, kritik, doa dan bantuannya.

14. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2008: Salva, Fathin, Hervin, Ismu, Siska, Hadijah, Echy, Diana S, Diana A, Dio, Mario, Henni, Dimi, Happy, Naufal, Lis, Rani, Niluh, Sarah, Pipi, Tina, Imeh, Johan, Khusnul, Dewi, Icha, Bayu, Mardian, Sinka, Wira, Widi, Ahmadi, Arif, Husni, Laras, Ninik, Nurohman, Septa, Theo. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

15. Kakak tingkat: Kak Anang, Kak Ajiz, Kak Yuda, Mbak Vera, Mbak Mei serta adik-adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan 2011. Terimakasih atas bantuannya dan teruslah berjuang!

16. Teman-teman seperjuangan PPL SMP Negeri 1 Pardasuka: Melda, Feni, Devina, Ayu, Ariska, Ewa, Ade, dan Afrida. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.


(19)

xv 17. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan melimpahkan berkat-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandarlampung, Mei 2012


(20)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Anna Yunizea Nandi S

NPM : 0813022003

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Dusun 2.B Blok 3 RT 009 RW 004, Kel.Gisting Bawah, Kec.Gisting, Kab.Tanggamus

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Menyatakan,

Anna Yunizea Nandi S NPM. 0813022003


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umumnya proses pembelajaran di SMA cenderung masih berpusat pada guru dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran, aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Siswa tidak ikut dilibatkan secara langsung dalam menemukan suatu konsep, prinsip atau hukum fisika. Maka dari itu hasil belajar pun kurang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dan supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta efisien diperlukan suatu metode untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kreativitas guru sangat menentukan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika SMA Negeri 1 Talangpadang, diperoleh informasi bahwa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah dan diskusi. Guru lebih sering memberikan penjelasan, kemudian memberikan latihan soal, dan begitu seterusnya, serta keterampilan proses sains yang muncul pada saat

pembelajaran, yaitu baru kemampuan mengamati. Siswa biasanya diajak untuk mengamati animasi-animasi fisika menggunakan media LCD. Media lain


(22)

2 seperti KIT-KIT fisika tidak pernah digunakan, apalagi untuk melakukan eksperimen. Masih rendahnya keterampilan proses tersebut memberi dampak terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut masih rendah jika

dibandingkan dengan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran fisika kelas X, yaitu 70.

Fisika merupakan salah satu bagian dari sains. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada hakikatnya sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Sains terdiri dari produk dan proses. Produk sains yang berupa fakta, konsep, hukum, prinsip ataupun teori dihasilkan melalui proses sains. Proses sains itu sendiri melibatkan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki ilmuwan (peneliti) yang biasa juga disebut keterampilan proses sains (KPS) sebagai wahana memperoleh produk sains tersebut. Indikator keterampilan proses diantaranya seperti merancang percobaan, mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains perlu dilatihkan pada siswa karena merupakan suatu tuntutan pencapaian kompetensinya, sebagaimana banyak disajikan dalam pencapaian kompetensi dasar IPA seperti dalam kurikulum 2006. Keterampilan proses sains siswa merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari kegiatan laboratorium,


(23)

3 karena kegiatan eksperimen di laboratorium merupakan latihan untuk melatih penguasaan proses sains sebagai pengalaman belajar siswa.

Berdasarkan salah satu tujuan pembelajaran fisika yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, maka metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sebab metode ini sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika tersebut. Metode eksperimen ada yang bersifat inkuiri ada pula yang bersifat verifikasi. Selama ini metode eksperimen yang sering digunakan dalam pembelajaran di SMA adalah metode eksperimen verifikasi. Metode eksperimen inkuiri masih tergolong metode yang baru dan jarang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Kedua metode ini merupakan metode yang setara yaitu metode eksperimen, bedanya terletak pada prosesnya kalau eksperimen inkuiri siswa menemukan sendiri, sedangkan eksperimen verifikasi siswa hanya membuktikan. Oleh karena itu, kedua metode tersebut perlu dibandingkan, metode mana yang memberikan hasil belajar lebih baik.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian yang berjudul”Perbandingan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen


(24)

4 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi?

3. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri atau eksperimen verifikasi? 4. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa

menggunakan metode eksperimen inkuiri atau eksperimen verifikasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

2. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

3. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri atau eksperimen verifikasi. 4. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar aspek

psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri atau eksperimen verifikasi.


(25)

5 D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat bagi siswa

Membantu dan mempermudah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang dalam memahami suatu materi fisika serta memberikan pengalaman nyata dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat bagi guru

Sebagai masukan bagi para guru fisika dalam melakukan kegiatan

pembelajaran di kelas untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika siswa.

c. Manfaat bagi peneliti

Melatih kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan dan

memberikan pengalaman belajar.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Metode eksperimen inkuiri adalah suatu kegiatan eksperimen yang

bertujuan melatih siswa untuk membentuk gagasan dan memahami konsep sains melalui upaya penemuan atau penyelidikan terhadap konsep yang sedang dipelajarinya tersebut. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen inkuiri ini tidak didahului dengan penjelasan teori atau prinsip


(26)

6 sains oleh guru, tetapi siswa langsung melakukan kegiatan dalam upaya menemukan atau menyelidiki sendiri teori/prinsip yang sedang

dipelajarinya.

2. Metode eksperimen verifikasi adalah suatu kegiatan eksperimen yang bertujuan melatih siswa untuk membuktikan kebenaran suatu konsep atau teori sains yang telah dipelajarinya. Sebelum melakukan kegiatan

eksperimen verifikasi, guru lebih dahulu mengajarkan teori atau prinsip kepada siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuktikan kebenaran prinsip atau teori yang telah dipelajarinya melalui suatu kegiatan eksperimen.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan). 4. Keterampilan Proses Sains dibatasi untuk keterampilan mengamati,

menginterpretasikan data, menerapkan konsep dan berkomunikasi, tidak termasuk merumuskan hipotesis.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.

6. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok listrik dinamis.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis 1. Metode Eksperimen

Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek,

keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen adalah suatu proses belajar mengajar dengan melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan dengan bantuan alat-alat untuk mengetahui kemampuan proses siswa terhadap konsep atau materi tertentu.


(28)

8 Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Sarwi (2010: 115), kegiatan

laboratorium baik dalam bentuk demonstrasi maupun eksperimen

(percobaan), dapat digolongkan menjadi kegiatan laboratorium yang bersifat verifikasi (deduktif) dan kegiatan laboratorium inkuiri (induktif). Kegiatan laboratorium verifikasi diartikan suatu rangkaian kegiatan observasi atau pengukuran, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk membuktikan konsep yang sudah dibelajarkan. Dalam kegiatan eksperimen inkuiri, lingkungan belajar dipersiapkan untuk memfasilitasi agar proses pembelajaran berpusat pada siswa. Eksperimen tidak hanya untuk mencapai kompetensi ranah psikomotorik, tetapi juga ranah kognitif dan ranah afektif.

Adapun tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri dan Permana (2001: 136) dalam Agan (2011: 1) adalah

a) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;

b) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan;

c) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Tujuan dari eksperimen atau percobaan adalah memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka pelajari dan mengembangkan cara berpikir yang rasional. Menurut Hurrahman (2011: 1) target dari metode eksperimen adalah supaya siswa dapat membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang berlaku dan supaya siswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.


(29)

9 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Hurrahman (2011: 1) adalah sebagai berikut

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen. c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan

pengaranhan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

e) Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Metode eksperimen dapat mempermudah dan membantu kita dalam penerapan, karena kelebihan yang dimiliki oleh metode eksperimen itu sendiri. Pada metode ini siswa dituntut aktif untuk mengikuti proses pembelajaran, hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (1994) dalam Djamarah dan Zain (2006: 137) sebagai berikut

a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.

b) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh

ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

Melihat kelebihan-kelebihan metode eksperimen pada pendapat di atas, penerapan metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran IPA khususnya fisika, salah satunya mampu menggunakan metode dan bersikap ilmiah dalam memecahkan


(30)

10 permasalahan. Peran guru dalam eksperimen sangat mempengaruhi

efektifnya suatu eksperimen terutama dalam menjelaskan tujuan

eksperimen, menerangkan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan, serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.

2. Metode Eksperimen Inkuiri

Menurut Sintia (2008: 1), eksperimen berbasis inkuiri memiliki proses pembelajaran yang dicapai melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat memahami dan terampil

terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga peran guru dalam proses inkuri ini tidak hanya memberikan teori saja, tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat

merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan.

Sedangkan menurut Dhevi (2005: 12) dalam Maulana (2008: 16), kegiatan eksperimen yang bersifat inkuiri adalah suatu kegiatan eksperimen yang bertujuan melatih siswa untuk membentuk gagasan dan memahami konsep sains yang sedang dipelajarinya. Dalam eksperimen yang bersifat inkuiri, pembentukan gagasan dan pemahaman konsep sains dalam diri siswa dilakukan melalui upaya penemuan atau penyelidikan terhadap konsep yang sedang dipelajarinya. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode

eksperimen yang bersifat inkuiri ini tidak didahului dengan penjelasan teori atau prinsip sains oleh guru, tetapi siswa langsung melakukan kegiatan


(31)

11 dalam upaya menemukan atau penyelidiki sendiri teori/prinsip yang sedang dipelajarinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen inkuiri adalah suatu metode di mana siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep atau teori yang sedang dipelajarinya melalui penyelidikan dan analisisnya sendiri berdasarkan percobaan atau

eksperimen yang telah dilakukan. Dalam kegiatan eksperimen inkuiri ini, lingkungan belajar dipersiapkan untuk memfasilitasi agar proses

pembelajaran berpusat pada siswa.

Menurut Sintia (2008: 1), dalam proses inkuiri ini banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh diantaranya

Untuk Siswa :

a) Siswa dapat berpikir secara kritis dan sistematis. b) Meningkatkan keterampilan secara ilmiah.

c) Meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri siswa dan minat belajar secara intrinsik.

d) Dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru. e) Siswa dapat lebih aktif dan berprestasi.

f) Pembelajaran terintegrasi.

g) Belajar akan lebih terasa menyenangkan dan menantang.

h) Pola pikir dan tingkah laku siswa (jujur, teliti, ulet dan kerjasama) secara tidak langsung akan terprogram menjadi suatu individu yang sangat cerdas.

Untuk Guru :

a) Menjadi lebih kreatif.

b) Terjalin kerjasama yang baik antara murid dan guru.

c) Akan sama-sama berkembang bersamaan dengan perkembangan siswa.


(32)

12 Namun proses eksperimen berbasis inkuiri tersebut memiliki beberapa kendala diantaranya sebagai berikut :

a) Jika guru, tidak dapat dengan baik merumuskan teka-teki, atau pertanyaan kapada muridnya, untuk memecahkan permasalah secara sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan tidak terarah.

b) Guru tidak memahami secara keseluruhan proses eksperimen berbasis inkuiri tersebut sehingga siswa tidak akan pernah memahami tujuan yang sesungguhnya.

c) Adanya kelemahan pada siswa dalam melakukan eksperimen sehingga guru sulit untuk mencapai pada tujuan yang dituju. d) Kurangnya alat bantu untuk melakukan proses eksperimen secara

inkuiri.

e) Harus memiliki waktu dan tenaga pendidik yang lebih banyak, kerena dalam eksperimen berbasis inkuiri ini diperlukan interaksi yang penuh antara guru dan murid.

3. Metode Eksperimen Verifikasi

Eksperimen berbasis verifikasi ini melakukan proses sebuah penelitian untuk memberikan pengertian kepada siswa terhadap teori atau konsep yang telah guru berikan melalui suatu eksperimen, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami betul atas konsep dan teori tersebut (Sintia: 2008: 1). Pada eksperimen berbasis verifikasi, guru berperan menerangkan suatu teori, kemudian siswa dapat membuktikannya melalui sebuah eksperimen. Ketika siswa melakukan eksperimen, siswa akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa teori atau konsep tersebut sesuai atau tidak dengan percobaan.

Menurut Dhevi (2005: 12) dalam Maulana (2008: 17), kegiatan eksperimen yang bersifat verifikasi adalah suatu kegiatan eksperimen yang bertujuan melatih siswa untuk membuktikan kebenaran suatu konsep atau teori sains yang telah dipelajarinya. Eksperimen yang bersifat verifikasi merupakan sarana bagi siswa dalam pembuktian ulang konsep sains yang telah


(33)

13 dipelajarinya. Sebelum melakukan kegiatan eksperimen yang bersifat verifikasi, guru lebih dulu mengajarkan teori atau prinsip kepada siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuktikan kebenaran prinsip atau teori yang telah dipelajarinya melalui suatu kegiatan eksperimen. Berdasarkan pendapat tersebut, metode eksperimen verifikasi dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan observasi atau pengukuran, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk membuktikan konsep yang sudah dibelajarkan.

Dalam eksperimen berbasis Verifikasi, banyak pula manfaat yang dapat diambil diantaranya yaitu (Sintia: 2008: 1)

Untuk Siswa

a) Siswa dapat membentuk kepribadian yang jujur, teliti, ulet dan cerdas.

b) Siswa dapat berpikir secara kritis terhadap eksperimen yang dilakukan.

c) Siswa dapat menjalin kerjasama bersama teman-temannya. d) Siswa dapat memahami sebuah teori dan konsep dengan lebih

mendalam.

e) Meningkatkan keahlian siswa dalam bekerja secara ilmiah.

Untuk Guru

a) Guru dapat lebih kreatif dalam menerangkan suatu konsep dan teori terhadap siswanya.

b) Guru lebih mengetahui kemampuan siswa dalam kerja secara ilmiah. c) Guru dapat memahami konsep dan teori lebih mendalam setelah para

siswa melakukan eksperimen.

Namun ada beberapa hal dalam eksperimen berbasis verifikasi ini yang dapat menjadi kelemahan, diantaranya:


(34)

14 b) Siswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan eksperimen.

c) Kadang-kadang siswa akan melakukan suatu kebohongan ketika mendapatkan hasil data yang tidak sesuai dengan konsep. d) Siswa tidak terlatih untuk berpikir secara sistematis.

e) Siswa tidak terlatih untuk mencoba hal yang lebih baru bagi mereka. f) Kurangnya interaksi antar siswa dengan guru.

g) Guru tidak akan berkembang, sesuai dengan penemuan siswanya yang baru.

h) Siswa tidak terlatih untuk menjadi seorang ilmuan dan petualang.

4. Keterampilan Proses Sains

Menurut Indrawati dikutip oleh Nuh (2010: 1) keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk didalamnya juga interaksi dengan

isinya (content). Lebih lanjut Hill dalam Mahmuddin (2010: 1) mengemukakan bahwa :

Keterampilan proses memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memahami pengetahuan sains. Dalam hal ini, terbentuknya

pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah (metode ilmiah). Keterampilan yang mendasari premis yang mengatur metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains.

Jadi keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Trihastuti dalam Mahmuddin (2010: 1) berpendapat bahwa:

Keterampilan proses sains yang dielaborasikan dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik yang bersifat intelektual, manual maupun sosial. Dengan terbentuknya produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian


(35)

15 pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

keterampilan proses sains merupakan aspek-aspek kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan produk-produk sains. Keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Keterampilan proses sains juga merupakan penjabaran dari metode ilmiah. Serta keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar di kelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA.

Dalam pembelajaran sains, terdapat enam langkah-langkah metode ilmiah yang kemudian dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 1), keenam langkah-langkah metode ilmiah tersebut, yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah

b) Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi c) Menyusun hipotesis

d) Menguji hipotesis melalui percobaan e) Menganalisa data dan membuat kesimpulan f) Mengomunikasikan hasil

Menurut Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah.


(36)

16 Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Menurut Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen, yaitu:

a) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

b) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek

c) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

d) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

e) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. f) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang

diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama.

Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1), keterampilan proses terpadu meliputi:

a) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.


(37)

17 b) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap

variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan

c) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.

d) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data e) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan

keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua

keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa. Hal-hal yang berpengaruh terhadap

keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar.

5. Hasil belajar

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa besar hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2004: 155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.


(38)

18 Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20), hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2004: 30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Kirkpatrick (1998) dalam Harun dan Mansur (2007: 3) menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi dalam pembelajaran yaitu pengetahuan yang dipelajari, keterampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang perlu diubah. Untuk mengevaluasi komponen pengetahuan dan atau perubahan sikap, dapat digunakanpaper-and-pencil test(tes tertulis)


(39)

19 sebagai alat ukurnya. Evaluasi hasil belajar untuk meningkatkan

keterampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat ukurnya.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26):

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

a) Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. b) Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

c) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar yang dimaksud mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Arikunto (2007: 95), hasil belajar untuk ranah psikomotor dibagi menjadi beberapa aspek keterampilan pokok, yaitu melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, menghubungkan percobaan dengan teori, mempresentasikan hasil, dan memecahkan prediksi pertanyaan. Kelima aspek pokok tersebut dibagi lagi menjadi beberapa rincian keterampilan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel Ranah Psikomotor Siswa (Lampiran 1).


(40)

20 B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel moderator dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode eksperimen inkuiri (X1) dan metode eksperimen verifikasi (X2), serta variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), baik aspek kognitif maupun psikomotorik, sedangkan pembelajaran dengan pendekatan KPS adalah

variabel moderator (variabel antara). Dalam penelitian ini ada dua hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar pada pembelajaran menggunakan metode eksperimen inkuiri (R1) dan hasil belajar pada pembelajaran menggunakan metode eksperimen verifikasi (R2), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan

pembelajaran menggunakan metode eksperimen inkuiri atau verifikasi. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Kelas A

Eksperimen Inkuiri Eksperimen Verifikasi

N-Gaindibandingkan

Kelas B

Pembelajaran berbasis KPS

Pretest Pretest

Posttest Posttest


(41)

21 Pembelajaran menggunakan metode eksperimen merupakan sarana agar

pembelajaran berpusat pada siswa. Metode eksperimen semacam ini sesuai dengan pandangan teori modernlearning by doing. Dalam metode ini,

kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah sangat penting karena dari sinilah keterampilan proses sains dapat terlihat. Selama ini metode eksperimen yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah metode

eksperimen verifikasi. Siswa diajak untuk membuktikan suatu teori atau konsep melalui eksperimen setelah guru menjelaskan teori tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen inkuiri masih tergolong metode yang baru dan jarang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pada metode ini siswa diajak untuk menemukan atau

menyelidiki sendiri permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga peran guru dalam proses inkuiri ini membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan.

Kedua metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yang nantinya akan dibandingkan dan dilihat manakah metode yang lebih efektif. Penggunaan metode eksperimen inkuiri diduga lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan metode eksperimen verifikasi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya siswa

dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, umumnya siswa tertarik sesuatu yang baru bagi mereka, dan siswa menyukai sebuah tantangan yang mengharuskan mereka menemukan suatu jawaban dengan cara


(42)

22 mempraktekannya langsung. Selain itu dengan pembelajaran menggunakan metode eksperimen inkuiri, siswa dituntut berpikir lebih berat dan memerlukan kreatifitas yang lebih tinggi agar dapat merancang eksperimen. Dengan kata lain, siswa memerlukan energi yang lebih banyak untuk belajar. Hal ini menyebabkan kebiasaan belajar siswa akan berbeda dengan menggunakan metode eksperimen verifikasi yang diharapkan akan memberikan pengaruh baik terhadap hasil belajar siswa.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:

1. Kedua sampel penelitian memperoleh materi yang sama.

2. Kemampuan awal siswa pada mata pelajaran fisika sama, dilihat dari rata-rata nilai ujian semester fisika kelas X.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.


(43)

23 3. Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode

eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

4. Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Talangpadang Kabupaten Tanggamus pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 8 kelas berjumlah 256 siswa.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas diambil 2

kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X1 sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas X7 sebagai kelompok eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi

Eksperimental Design dengan tipe Non-Equivalent Control Group Design.

Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.


(45)

25

Keterangan: 1

O : nilai pretest 2

O : nilai posttest 1

X : metode eksperimen inkuiri berbasis KPS 2

X : metode eksperimen verifikasi berbasis KPS 1

O X1 O2 1

O X2 O2 Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen Non-Equivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini ada tiga yaitu variabel bebas, variabel moderator dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode eksperimen inkuiri (X1) dan metode eksperimen verifikasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), baik aspek kognitif maupun aspek psikomotorik. Pembelajaran dengan pendekatan KPS dalam penelitian ini bertindak sebagai variabel moderator (variabel antara).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar aspek psikomotorik siswa dan soal uraian untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada saat pretest dan posttest.


(46)

26 F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

1. Uji Validitas

Instrumen atau alat evaluasi dalam penelitian harus valid. Hal ini agar diperoleh data yang valid pula. Instrumen dikatakan valid jika alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

(Arikunto, 2008: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabeldengan α = 0,05

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap


(47)

27 memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

= −∑ �

� Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.


(48)

28 Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1) Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2) Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3) Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4) Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5) Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest untuk data aspek kognitif dan hasil observasi saat pembelajaran berlangsung untuk data aspek psikomotorik. Data aspek kognitif diperoleh dengan menjumlahkan skor masing-masing siswa, kemudian dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah skor yang didapat seluruh siswa dan skor rata-rata siswa.

Sedangkan untuk data aspek psikomotorik ada tiga aspek keterampilan yang diukur, masing-masing memiliki Rincian Tugas Kinerja (RTK) sendiri. Ketiga aspek keterampilan tersebut adalah melakukan percobaan,


(49)

29

pre pre post

S S

S S g

  

max

menganalisis hasil percobaan, dan menghubungkan percobaan dengan teori. Untuk keterampilan melakukan percobaan terdiri dari 4 RTK, yaitu

kemampuan memilih dan menggunakan alat dan bahan dalam praktikum, kemampuan menjalankan praktikum dengan benar sesuai petunjuk, dan kemampuan melakukan praktikum dengan hati-hati dan teliti. Sedangkan untuk keterampilan menganalisis hasil percobaan terdiri dari 3 RTK, yaitu kemampuan membaca data hasil praktikum, kemampuan mengipretasikan data dalam bentuk tabel dan grafik, dan kemampuan menganalisis gejala yang terjadi pada percobaan dengan kehidupan sehari-hari. Dan untuk keterampilan menghubungkan percobaan dengan teori terdiri dari 3 RTK pula, yaitu

kemampuan menghubungkan hasil percobaan dengan hasil studi pustaka, kemampuan mensubtitusikan hasil yang didapat dengan formulasi hukum-hukum atau teori yang telah dipelajari, dan kemampuan menarik kesimpulan dari hasil praktikum. Masing-masing RTK diberi skor dari 1 sampai dengan 4, skor 1 kurang baik, skor 2 cukup baik, skor 3 baik dan skor 4 sangat baik.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar aspek kognitif siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari

pengurangan skor postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah


(50)

30 Keterangan:

g = Ngain post

S = Skor postest pre

S = Skor posttest max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain  1 Sedang : 0,3  N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3

Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010:34)

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa

digunakan skor pretest dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar aspek kognitif pada pembelajaran fisika melalui metode eksperimen inkuiri dan eksperimen verifikasi, sedangkan penilaian aspek psikomotorik dilakukan dengan observasi saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

Data aspek psikomotorik siswa berupa lembar observasi yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan menghubungkan percobaan dengan teori.

Proses analisis untuk data aspek psikomotorik siswa adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap RTK.

(b) Penilaian aspek psikomotorik dihitung dengan rumus


(51)

31 2. Pengujian Hipotesis

1) Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2) Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam

penelitian menggunakan statistik parametrik tes, yaitu uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample T Test). Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.


(52)

32 Hipotesis Pertama

O

H : Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

1

H : Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

Hipotesis Kedua O

H : Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek

psikomotor siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

1

H : Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotor siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

Hipotesis Ketiga O

H : Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

1

H : Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

Hipotesis Keempat O

H : Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih rendah daripada rata-rata hasil


(53)

33               2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

1

H : Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -ttabelthitungttabel

b. HO ditolak jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi

2. Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi

3. Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen inkuiri sebesar 0,52 dan kelas eksperimen verifikasi sebesar 0,33.

4. Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri sebesar 73,77 sedangkan yang menggunakan metode eksperimen verifikasi sebesar 70,03. Setelah diuji menggunakan statistik parametrik, kedua hasil tersebut tidak berbeda secara signifikan.


(55)

57 B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan KPS dengan metode eksperimen inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

2. Agar pembelajaran menggunakan pendekatan KPS dengan metode

eksperimen inkuiri dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan

perangkat pembelajaran, alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agan. 2011. Pengertian Metode Inkuiri dan Metode Demonstrasi dalam

Pembelajaran Sekolah. Artikel Pendidikan. Diakses 18 November 2011 dari http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiri-dan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

Arikunto, Suharsimi. 2007.Penilaian Program Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatmawati, Sri. 2010. Pengaruh Gaya Kognitif dan Gender terhadap Penguasaan

Konsep Siswa SMP dalam Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Berbasis Inkuiri pada Materi Pemantulan Cahaya. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 21 Maret 2012 dari

http://abstrak.digilib.upi.edu

Hamalik, Oemar. 2002.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hurrahman, Fat. 2011. Metode Demonstrasi dan Eksperimen. Artikel Pendidikan Diakses 15 November 2011 dari http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/ 08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/

Harun R dan Mansur. 2007.Penilaian Hasil Belajar.Bandung: CV Wacana Prima

Larashati. 2010. Perbedaan Pengaruh Metode Eksperimen Menemukan dan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN Yogyakarta I pada Materi Pokok Listrik Dinamis.Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 20 November 2011 dari

http://perpustakaan.uny.ac.id

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan. Diakses 18 November 2011 dari


(57)

http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Maulana, Yasir Ahmad. 2008. Penerapan Metode Eksperimen untuk

Meningkatkan Kemampuan Elaborasi Siswa SMA.Skripsi.Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 20 November 2011 dari

http://perpustakaan.upi.ac.id

Nasution. 2008.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan. Diakses 20 November 2011 dari http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html

Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom

Saputri, Novika. 2010.“Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sarwi, S. Khanafiyah. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.Diakses 18 November 2011 dari http://journal.unnes.ac.id

Sintia. 2008. Eksperimen Berbasis Inkuiri Dan Eksperimen Berbasis Verifikasi. Artikel Pendidikan.Diakses 18 November 2011 dari http://organisasi.org/ taxonomy_menu/2/52


(1)

32 Hipotesis Pertama

O

H : Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

1

H : Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek

psikomotor siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

1

H : Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotor siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi.

Hipotesis Ketiga

O

H : Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

1

H : Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

Hipotesis Keempat O

H : Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih rendah daripada rata-rata hasil


(2)

33               2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

1

H : Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -ttabelthitungttabel

b. HO ditolak jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi

2. Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa melalui metode eksperimen inkuiri dengan verifikasi

3. Rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen inkuiri sebesar 0,52 dan kelas eksperimen verifikasi sebesar 0,33.

4. Rata-rata hasil belajar aspek psikomotorik siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri sebesar 73,77 sedangkan yang menggunakan metode eksperimen verifikasi sebesar 70,03. Setelah diuji menggunakan statistik parametrik, kedua hasil tersebut tidak berbeda secara signifikan.


(4)

57 B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan KPS dengan metode eksperimen inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

2. Agar pembelajaran menggunakan pendekatan KPS dengan metode

eksperimen inkuiri dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan

perangkat pembelajaran, alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agan. 2011. Pengertian Metode Inkuiri dan Metode Demonstrasi dalam

Pembelajaran Sekolah. Artikel Pendidikan. Diakses 18 November 2011 dari http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiri-dan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

Arikunto, Suharsimi. 2007.Penilaian Program Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatmawati, Sri. 2010. Pengaruh Gaya Kognitif dan Gender terhadap Penguasaan

Konsep Siswa SMP dalam Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Berbasis Inkuiri pada Materi Pemantulan Cahaya. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 21 Maret 2012 dari

http://abstrak.digilib.upi.edu

Hamalik, Oemar. 2002.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hurrahman, Fat. 2011. Metode Demonstrasi dan Eksperimen. Artikel Pendidikan

Diakses 15 November 2011 dari http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/ 08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/

Harun R dan Mansur. 2007.Penilaian Hasil Belajar.Bandung: CV Wacana Prima

Larashati. 2010. Perbedaan Pengaruh Metode Eksperimen Menemukan dan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN Yogyakarta I pada Materi Pokok Listrik Dinamis.Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 20 November 2011 dari

http://perpustakaan.uny.ac.id

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan. Diakses 18 November 2011 dari


(6)

http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Maulana, Yasir Ahmad. 2008. Penerapan Metode Eksperimen untuk

Meningkatkan Kemampuan Elaborasi Siswa SMA.Skripsi.Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 20 November 2011 dari

http://perpustakaan.upi.ac.id

Nasution. 2008.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan. Diakses 20 November 2011 dari http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html

Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom

Saputri, Novika. 2010.“Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sarwi, S. Khanafiyah. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.Diakses 18 November 2011 dari http://journal.unnes.ac.id

Sintia. 2008. Eksperimen Berbasis Inkuiri Dan Eksperimen Berbasis Verifikasi.

Artikel Pendidikan.Diakses 18 November 2011 dari http://organisasi.org/ taxonomy_menu/2/52