EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(1)

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Fisika

Oleh :

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

Disusun Oleh

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda

Tangan

Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP 19520116 198003 1 001

... ...

Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D.

NIP 19520915 197603 2 001

... ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.


(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

Disusun Oleh

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044

Telah Disahkan Oleh Tim Penguji

Pada tanggal...

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi ...

Sekretaris : Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D ...

Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd ...

2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D ...

Mengetahui Surakarta, 2011 Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA” (Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. (Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial

Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara motivasi

belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI. Sampel penelitian diambil secara

cluster random sampling, yaitu kelas XI IPA 1 menggunakan Animasi dan kelas XI IPA

2 menggunakan Pictorial Riddle. Pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk prestasi belajar dan angket untuk motivasi belajar dan sikap ilmiah. Analisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa:ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa pada kelas eksperimen I (media Animasi), ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

Kata kunci : Pembelajaran fisika, inkuiri terbimbing, animasi, pictorial riddle, motivasi belajar, sikap ilmiah, prestasi belajar, usaha dan energi


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Physics Learning using Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle over viewed from Student Motivation and Scientific Attitude. (A Case Study on Work And Energy Concept for XIth Grade Student at SMA Terpadu Wonodadi Blitar in 2010/2011 Academic Year). The Thesis, Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Advisor II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University of Surakarta, 2011

The purposes of this research were to know: the effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement, the effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, the effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.

This research was carried out at SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar in 2010/2011 academic year. This research used experimental method. The population was all students in XI grade. The sampel was taken using cluster random sampling, are XI IPA 1 used Animation learning media, and XI IPA 2 used Pictorial Riddle learning media. The data was collected using test for student achievement and quistionere for student motivation and scientific attitude. Then the data was analized using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design.

The results of data analysis were: there was effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement; which the better result is Animation class; theres was effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, which the better result is student with high motivation; there was effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, which the better result is student with high scientific attitude; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.

Keywords : Physics learning, guided inquiry, animation, pictorial riddle, student motivation, scientific attitude, student achievement, work and energy


(7)

commit to user

vii

MOTTO

¾ Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. Al-Hujurat : 13)

¾ Puncak ilmu pengetahuan ialah apabila kita mengetahui sedalam-dalamnya makna taat dan ibadah

¾ Jaga hatimu dengan ilmumu untuk mengetahui sifat-sifat hawa nafsu sehingga hatimu bisa lepas dari belenggu dunia dan lalu mendekat kepada-Nya


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta Sahabat Pendidikan Sains Angkatan Pebruari 2010 dan Almamaterku


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan tesis yang berjudul ”Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa” ini dengan lancar. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selesainya penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah telah membantu penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains dan Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan kepada penulis.

3. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan banyak pengarahan dan bimbingan.

4. Bapak Masroni, S.Ag. M.H selaku Kepala SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar yang telah memberikan izin tempat penelitian tesis kepada penulis.


(10)

commit to user

x

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penyusunan penelitian ini.

6. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Pebruari 2010 yang senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penyusunan penelitian ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung demi selesainya penyusunan penelitian ini.

Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapakan untuk perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada umumnya.

Surakarta, April 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN... i ii iii iv v vi vii

KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi xvi xix xxi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….

B. Identifikasi Masalah ………. C. Pembatasan Masalah ……… D. Perumusan Masalah ………... E. Tujuan Penelitian ...

1 1 14 16 16 18


(12)

commit to user

xii

F. Manfaat Penelitian... 18 BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori... 1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika...

a. Definisi Belajar... b. Definisi Pembelajaran... 2. Teori-Teori Belajar... a. Teori Kognitif Jean Piaget... b. Teori Penemuan Jerome Bruner... c. Teori Belajar Bermakna Ausubel... 3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... a. Definisi Pembelajaran Inkuiri... b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing... 4. Media Pembelajaran... 5. Animasi... 6. Pictorial Riddle... 7. Motivasi Belajar... 8. Sikap Ilmiah... 9. Prestasi Belajar...

20 20 20 20 21 23 23 27 30 32 32 33 34 35 36 38 40 42 44 47


(13)

commit to user

xiii

a. Aspek Kognitif (Cognitive Domain)... b. Aspek Afektif (Affective Domain)... c. Aspek Psikomotorik (Psychomotoric Domain)... 10.Hakikat Pembelajaran Fisika... 11.Materi Usaha dan Energi... B. Penelitian yang Relevan... C. Kerangka Berpikir... D. Hipotesis... 48 49 49 50 53 68 72 80 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 1. Tempat Penelitian... 2. Waktu Penelitian... B. Populasi dan Sampel...

1. Populasi... 2. Sampel... C. Metode Penelitian... D. Variabel Penelitian... 1. Variabel Bebas... 2. Variabel Moderator... 3. Variabel Terikat... E. Data Penelitian... 1. Jenis Data... 2. Sumber Data...

81 81 81 81 82 82 82 83 83 83 84 85 86 86 86


(14)

commit to user

xiv

3. Teknik Pengumpulan Data... F. Instrumen Penelitian... 1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran... 2. Instrumen Pengambilan Data... G. Uji Coba Instrumen... 1. Uji Validitas... 2. Uji Reliabilitas... 3. Uji Taraf Kesukaran... 4. Uji Daya Beda... H. Teknik Analisis Data...

1. Uji Prasyarat Analisis... a. Uji Normalitas... b. Uji Homogenitas... 2. Uji Hipotesis (Analisis Variansi Tiga Jalan)... 3. Tata Letak Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data... 1. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar

Siswa... 2. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah

Siswa... 3. Data Prestasi Belajar Fisika...

a. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif...

86 87 87 87 87 87 90 91 92 93 93 93 94 94 96 99 99 99 102 105 105


(15)

commit to user

xv

b. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif... c. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif dan

Afektif... B. Uji Prasyarat...

1. Uji Normalitas... 2. Uji Homogenitas... C. Pengujian Hipotesis... D. Pembahasan Hasil Analisis Data... E. Keterbatasan Penulis... BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Implikasi... 1. Implikasi Teoritis... 2. Implikasi Praktis... C. Saran... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

110

111 112 112 114 115 123 132 133 133 140 140 141 141 143 147


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.

Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010... Agenda Penelitian... Rancangan Penelitian... Interpretasi Validitas Soal... Hasil Uji Validitas... Interpretasi Reliabilitas Soal... Hasil Uji Reliabilitas... Klasifikasi Taraf Kesukaran... Hasil Uji Taraf Kesukaran... Interpretasi Daya Pembeda... Hasil Uji Daya Pembeda... Tata Letak Data... Deskripsi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar... Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Tinggi... Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Rendah... Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari

6 81 83 88 89 90 91 92 92 93 93 96 99 100 100


(17)

commit to user

xvii 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. Sikap Ilmiah... Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah Tinggi... Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah Rendah... Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa dalam Media Pembelajaran... Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada Kelas Eksperimen I (Media Animasi)... Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)... Distribusi Keseluruhan Data... Rerata Prestasi Belajar... Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa dalam Media Pembelajaran... Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan... Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar... Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah... Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Media Animasi dan Pictorial Riddle... Hasil Uji Homogenitas...

102 103 103 105 106 106 108 109 110 112 113 113 114 115


(18)

commit to user

xviii


(19)

commit to user

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bentuk-Bentuk Belajar... 31 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 4.1.(a) 4.1.(b) 4.2.(a)

Usaha yang Dilakukan oleh Sebuah Gaya yang Konstan... Balok di atas Bidang Datar Dikenai Beberapa Gaya... Gaya Pegas... Besarnya Usaha yang Dilakukan oleh Gaya Pegas... Hubungan antara Usaha dan Energi... Energi Potensial Gravitasi... Perubahan Energi Potensial tidak bergantung pada Lintasan... Sebuah Balok Bergerak dari A ke B, melintasi Garis Lurus AB atau Melewati Busur Setengah Lingkaran AB... Posisi dan kecepatan dua buah bola pada saat yang sama.... Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok Motivasi Belajar Tinggi... Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok Motivasi Belajar Rendah... Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi...

54 56 57 58 59 62 63 64 66 101 101 104


(20)

commit to user

xx 4.2.(b)

4.3.(a)

4.3(b).

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok Sikap Ilmiah Rendah... Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen I (Media Animasi)... Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)... Grafik Interaksi Media dengan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa... Grafik Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa... Grafik Interaksi Motivasi Belajar dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa... Grafik Interaksi Media-Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa...

104

107

107

118

120

121


(21)

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 2 3

Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar... Uji Coba Angket Motivasi Belajar... Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah...

147 153 157 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Uji Coba Angket Sikap Ilmiah... Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar... Uji Coba Tes Prestasi Belajar... Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar... Lembar Angket Motivasi Belajar... Lembar Angket Sikap Ilmiah... Tes Prestasi Belajar... Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar... Silabus... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... Pedoman Penilaian Aspek Afektif Siswa... Analisis Data Motivasi Belajar... Analisis Data Sikap Ilmiah... Analisis Data Prestasi Belajar... Hasil Uji Normalitas Data Angket Motivasi Belajar... Hasil Uji Normalitas Data Angket Sikap Ilmiah...

164 168 170 176 177 180 184 190 191 195 227 263 265 267 269 271 274


(22)

commit to user

xxii 21

22 23 24

25 26 27 28 29

Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar... Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar... Hasil Uji Hipotesis... Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar... Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar... Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah... Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa... Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... Surat Perijinan...

277 280 281

282 286 288 291 327 329


(23)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 termaktub bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Merujuk pada isi Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional memiliki peran yang sangat urgent, yakni mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sehingga kualitas pendidikan sangat menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa.

Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu mendukung pembangunan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan nasional.


(24)

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun kemampuan kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang (Trianto, 2009:1). Konsekuensi logisnya adalah pendidikan harus terus mengalami kontinuitas peningkatan kualitas, selaras dengan kebutuhan dan tantangan masa depan, dalam perkembangan dunia kerja maupun perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga pada nantinya akan terbentuk sumber daya manusia yang tangguh dan kompeten yang siap berlaga dalam kancah perkembangan pembangunan nasional.

Pemerintah terus bekerja keras dalam upaya meningkatkan pendidikan nasional, tercermin dari upaya peningkatan profesionalisme guru, mengingat peran guru yang cukup sentral dalam dunia pendidikan. Upaya pemerintah tersebut diawali dengan ditetapkannya Undang-Undang no. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dimana dalam undang-undang ini diatur kualifikasi-kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Diharapkan dengan terpenuhinya syarat-syarat seorang guru sebagaimana tertuang dalam undang-undang tersebut guru dapat memberikan suatu kontribusi terciptanya kegiatan


(25)

pembelajaran yang sesuai PAIKEM, yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai siswa. Siswa dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas (Agus Supriyono, 2009:xi). Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan siswa. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 19 ayat 1, disebutkan bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009:17). Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dalam pembelajaran, guru merupakan sebuah “centre” atau pengendali, karena guru yang menjadi penentu dari iklim dan kegiatan pembelajaran. Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat tergantung pada bagaimana guru


(26)

memberikan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran dari tujuan pembelajaran itu sendiri.

Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran, fokus perhatian guru adalah pada upaya membelajarkan siswa (Sumiati, 2007:xiii). Dengan kata lain, bagaimana menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik materi yang ingin disampaikan itulah yang harus menjadi prioritas perhatian guru.

Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan tentang bahan yang akan diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan yang berbeda dari murid dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satu model (Paul Suparno, 1996:69). Model ataupun metode pembelajaran yang tepat serta ditunjang pula oleh media pembelajaran atau sarana dan prasarana serta penataan lingkungan belajar yang kondusif menjadi komponen utama yang akan menentukan keberhasilan pembelajaran.

Kenyataan yang dijumpai dalam praktek seringkali menunjukkan gejala bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru menunjukkan


(27)

keadaan yang “begitu-begitu saja” dari hari ke hari, atau untuk materi pembelajaran apapun yang diajarkan (monoton) (Sumiati, 2007:3). Setiap materi memiliki karakter masing-masing, oleh karena itu model pembelajaran sudah seyogyanya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga tidak heran jika suasana kelas menjadi kurang menyenangkan jika guru tetap mempertahankan kemonotonan itu. Pembelajaran menjadi hal yang tidak menarik lagi dan membosankan bagi siswa, tak terkecuali untuk pembelajaran fisika.

Bagi siswa, pelajaran fisika selama ini merupakan “momok”, pelajaran yang menakutkan karena penuh dengan beragam rumus yang sulit diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi, ketika di dalam kelas guru menyampaikan materi fisika dengan nuansa ceramah yang sangat monoton dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses berpikir. Sehingga identitas pelajaran membosankan, tidak menarik, tidak menyenangkan, dan istilah lainnya semakin melekat dan bahkan menjadi semacam “trademark” dalam pelajaran fisika.

Keberhasilan pembelajaran fisika dapat dilihat dari penguasaan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi, misalnya materi usaha dan energi. Pemahaman siswa yang dimaksud bukanlah sekedar pemahaman substantif saja, tetapi juga diharapkan ada efek yang menyertai pemahaman itu, misalnya siswa mampu berpikir secara sistematis, logis dan kritis; siswa mampu memahami peranan dan penerapan usaha dan energi dalam kehidupan manusia; siswa juga diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi terhadap permasalahan terkait materi usaha dan energi. Sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi


(28)

biasanya dilihat dari nilai siswa, yang dikatakan tuntas jika nilai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dikatakan tidak tuntas jika nilai siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tabel 1.1 menyajikan hasil ulangan harian usaha dan energi kelas XI SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar semester Itahun ajaran 2009/2010 :

Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Thn. Ajaran 2009/2010

No. Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Prosentasi

Ketuntasan

1. XI IPA 1 65 16 14 30 53,3%

2. XI IPA 2 65 15 14 29 51,7%

3. XI IPA 3 65 14 17 31 45,1%

Dari tabel terlihat bahwa prestasi belajar fisika materi usaha dan energi masih rendah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran fisika selama ini yang dilaksanakan oleh guru belum berhasil. Kondisi pembelajaran fisika di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar masih dominansi ceramah yang menunjukkan kemonotonan sehingga membuat siswa cepat merasa bosan. Padahal ada beragam metode pembelajaran inovatif yang dapat mengemas pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang menarik (misalnya melalui media visual) yang dapat diaplikasikan guru, namun tampaknya guru belum memperhatikan hal ini.

Karakteristik pembelajaran fisika yang menuntut untuk berpikir ilmiah dan sistematis, melalui serangkaian proses ilmiah untuk menemukan sesuatu juga luput dari perhatian guru. Padahal proses berpikir ilmiah tersebut dapat dikatakan cukup penting, mengingat konsep fisika diperoleh dari serangkaian prosos ilmiah.


(29)

Saat pembelajaran berlangsung, guru hanya semata-mata memberikan informasi saja, tanpa ada interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Kondisi siswa SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar yang beragam, baik mengenai kemampuan awal, motivasi belajar, sikap ilmiah, maupun IQ (Intelegence Quation) ternyata juga lepas dari perhatian guru, karena guru memperlakukan secara sama semua siswa dengan segala heterogenitasnya tersebut.

Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang bagi pengembangan kreativitas. Hal senada dikemukakan oleh Munandar bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen yaitu kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Dampaknya ketika dihadapkan pada suatu permasalahan siswa sering mengalami kesulitan menemukan alternatif pemecahan.

Selain keterampilan berpikir kreatif, yang perlu dikembangkan pada pembelajaran di sekolah adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kemampuan dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional dan berpikir kreatif kurang


(30)

dikembangkan. Padahal fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains) diperoleh dari berpikir ilmiah.

Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sebagaimana disebutkan di atas, fisika yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuam alam (IPA) banyak sekali ditemukan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat diambil contoh misalnya untuk konstruksi gedung bertingkat, dalam pembuatannya sering digunakan katrol untuk mengangkat alat-alat berat dari bawah ke atas. Air bendungan bisa dimanfaatkan menjadi listrik melalui PLTA. Jalan-jalan di wilayah pegunungan dibuat berkelok-kelok dengan maksud tertentu. Selain itu jika diperhatikan dengan seksama, ban sepeda dan kendaraan bermotor lainnya semakin lama digunakan, permukaannya akan semakin licin. Hal ini dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari fenomena-fenomena fisika.

Kejadian-kejadian di atas merupakan contoh aplikasi dan implementasi fisika dalam kehidupan sehari-hari untuk konsep usaha dan energi, dan masih banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian, materi fisika khusunya konsep usaha dan energi penting sekali untuk dipelajari oleh siswa, mengingat konsep usaha dan energi tidak jauh aplikasinya dari keseharian siswa. Dalam mempelajari materi fisika khusunya konsep usaha dan energi ini, siswa dapat melakukan observasi dalam laboratorium sekolah. Namun mengingat keterbatasan sarana dan


(31)

prasarana yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media pembelajaran.

Para ilmuwan sains (scientist) dulu ketika menemukan konsep-konsep fisika, dilaksanakan melalui serangkaian proses atau kegiatan yang bersifat

inquiry atau discovery. Pada dasarnya proses yang digunakan oleh para ilmuwan ini adalah proses menemukan yang diikuti serangkaian kegiatan, dimulai dari penemuan masalah, perumusan hipotesis, melakukan eksperimen, diakhiri penarikan kesimpulan, hingga kemudian diperoleh suatu konsep. Karena proses fisika identik dengan proses inkuiri, maka dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri. Ada beberapa macam pembelajaran Inkuiri, diantaranya adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Michael Jabot dan Christian H.Kautz (2007:1) pembelajaran Inkuiri Terbimbing menjadikan siswa berpikir untuk mencari tahu dengan bimbingan guru, sehingga Inkuiri Terbimbing memberikan pengaruh hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang hanya berkutat pada ceramah saja. Mengingat siswa SMAT Abul Faidl belum pernah melakukan proses inkuiri sebelumnya, maka inkuiri yang digunakan adalah Inkuiri Terbimbing, dimana siswa dibimbing oleh guru selama proses inkuiri tersebut.

Melalui pembelajaran ini juga siswa secara aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing (guided) dalam penelitian ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran,


(32)

penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien, sehingga akan dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, meningkatkan motivasi intrinsik siswa untuk belajar, mengarahkan siswa ke arah pola berpikir induktif atau investigasi, dan meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya (fungsi guru adalah sebagai manajer lingkungan belajar). Pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mengeksplorasi kemampuan siswa, sehingga siswa mampu memahami lebih dalam terhadap materi tertentu (Rick Vanosdall, dkk, 2007:6). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif di dalamnya melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasi ilmiah.

Model pembelajaran Inkuiri terbimbing mempunyai peranan penting di dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena model pembelajaran ini tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Bruner menyampaikan (Ratna Wilis, 1988:98) bahwa salah satu dari empat tema pendidikan adalah motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Dengan dipilihnya


(33)

pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan siswa dapat berperan aktif, kreatif, dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran.

Konteks outdoors atau pelaksanaan pembelajaran dimana siswa melakukan proses “inquiry” dimaksudkan untuk menginspirasi dan mengapresiasi siswa. Sehingga pembelajaran sains melalui Inkuiri terbimbing dan kegiatan eksperimen yang tidak selalu berpusat di dalam kelas diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kontruktivis, inspiratif, apresiatif, dan siswa juga mampu berperan aktif, kreatif, serta juga dapat berpikir secara sistematis (Oleg Popov, dkk :1). Dalam penelitian ini, pembelajaran fisika materi usaha dan energi dilakukan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui Animasi. Dengan media ini siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dari apa yang ditampilkan dari media Animasi tersebut. Pembelajaran melalui media Animasi bersifat menghibur dan sangat menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran, Animasi sebagai media interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa (RM Benito, dkk 2007:1). Sehingga melalui media Animasi diharapkan materi fisika yang disampaikan menjadi tidak membosankan, dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Selain Animasi, pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pictorial Riddle. Pictorial riddle disusun dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika materi usaha dan energi, dalam diskusi kelompok kecil atau


(34)

kelompok besar. Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati oleh siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika (Patrick B Kohl:1). Gambar, peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle” (Moh. Amien, 1979:26-27). Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan media Pictorial Riddle ini tepat digunakan dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi, mengingat bahwa Pictorial Riddle dapat mengemas materi usaha dan energi menjadi suatu pembelajaran fisika yang menarik dan tentu saja mengasyikkan bagi siswa.

Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan yang terdidik (siswa). Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran minimal bergantung pada pada guru dan siswa itu sendiri, selain ditunjang pula oleh sarana-prasarana seperti laboratorium misalnya. Faktor keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika dari diri siswa misalnya adalah motivasi atau pendorong siswa untuk belajar fisika, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Namun sebaliknya jika siswa memiliki motivasi tinggi, maka siswa akan tertarik dan selalu ingin terlibat dalam proses pembelajaran. Hamzah B. Uno (2006:27) menyampaikan pentingnya motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal


(35)

yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, serta menentukan ketekunan belajar.

Selain motivasi, sikap ilmiah siswa juga merupakan faktor keberhasilan pembelajaran dari dalam siswa. Sikap ilmiah menunjukkan bagaimana seorang siswa bertindak dan berpikir ilmiah sesuai metode ilmiah. Sebagaimana yang disampaikan Syailani (2010:40) dalam Moh. Amin (1994:77), kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi, generalisasi, dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur eksperimen ini yang dikenal dengan sikap ilmiah. Dengan demikian, seorang siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan selalu bersikap obyektif dan jujur. Selain bersikap obyektif dan jujur, ciri-ciri sesorang yang mempunyai sikap ilmiah tinggi meliputi sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap ingin menemukan, sikap menghargai karya orang lain tekun, dan juga mempuyai sikap terbuka.

Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi usaha dan energi, digunakan tes prestasi belajar. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam hubungannya dengan ha ini tes berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh


(36)

program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Dengan kata lain, tes prestasi belajar merupakan suatu barometer yang menunjukkan proses pembelajaran telah berhasil dilakukan atau belum berhasil dilakukan oleh guru.

Dari penjabaran latar belakang di atas, peneliti mencoba menerapkan pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle

ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. Materi usaha dan energi dipilih dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik bahwa materi usaha dan energi pada dasarnya bersifat konkrit dalam arti siswa dapat merasakan dan mengamati efek-efek dari proses usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada sebagian konsep usaha dan energi yang akan lebih baik jika disampaikan melalui bantuan media, misalkan mengenai konsep energi potensial pegas dan energi kinetik yang dimiliki oleh air terjun. Proses usaha yang terjadi tentunya sulit untuk diamati. Oleh karena itu pembelajaran tentang materi usaha dan energi tersebut dapat dilaksanakan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Diharapkan dari penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle, dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul, yaitu :


(37)

1. Pembelajaran fisika di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar selama ini masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga banyak siswa yang memiliki prestasi belajar rendah.

2. Ada beragam model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan, misalnya Inkuiri, Discovery, Proyek, Kooperatif, Problem Based Instruction,

Problem Based Learning dan lain sebagainya, tetapi guru belum memperhatikan hal tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung selalu ceramah.

3. Ada berbagai macam media yang digunakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing, seperti Animasi, Pictorial Riddle, Power Point, modul, dan lain-lain, namun belum banyak guru yang menggunakannya.

4. Guru belum memperhatikan motivasi siswa yang bervariasi.

5. Guru belum memahami pentingnya proses berpikir dan bersikap ilmiah melalui metode ilmiah, bahwa fisika sebagai sains diperoleh dari berpikir ilmiah, sehingga guru belum memperhatikan sikap ilmiah siswa yang bervariasi.

6. Prestasi belajar yang diperhatikan guru hanya aspek kognitif saja, padahal seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

7. Guru belum memperhatikan pentingnya pemahaman konsep dasar/pengetahuan awal siswa dari materi fisika, padahal antar konsep satu dengan yang lain saling berkaitan, misalnya pada kelas XI IPA semester I yang mencakup materi gerak dengan analisis vektor, medan gravitasi dan gerak planet, elastisitas dan getaran, usaha dan energi, serta impuls dan


(38)

momentum, materi usaha dan energi diberikan kepada siswa, setelah siswa mendapatkan materi elastisitas. Antara konsep elastisitas dengan usaha dan energi keduanya saling berkaitan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang muncul serta untuk menghindari agar penyusunan tesis ini tidak lepas dari tujuan penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle.

2. Motivasi belajar siswa dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah.

3. Sikap ilmiah dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah.

4. Prestasi belajar yang dibandingkan adalah kemampuan pemecahan masalah dalam ranah kognitif dan afektif pada materi usaha dan energi, karena dalam pembelajaran, siswa hanya mengamati saja.

5. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah usaha dan energi kelas XI SMA sesuai dengan KTSP 2006.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dilakukan perumusan masalah sebagai pengkajian


(39)

variabel-variabel yang merupakan center point dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah tersebut antara lain :

1. Apakah ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika?

2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?

3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?

4. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika?

5. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisika?

7. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika?


(40)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika.

2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. 3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. 4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika. 5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

6. Interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisika.

7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi guru maupun bagi siswa. Dalam lingkup yang lebih khusus, manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :


(41)

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle terhadap materi usaha dan energi sehingga dapat menambah wacana ilmu pengetahuan.

b. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam penyusunan sekenario pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik siswa maupun materi pembelajaran.

b. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap materi usaha dan energi. d. Melatih siswa berpikir secara sistematik.


(42)

commit to user

20

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika a. Definisi Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan teknologi informasi belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengartikan belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Morgan (dalam Purwanto, Ngalim, 1992:84) menyatakan bahwa ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Robert M. Gagne (dalam Syaiful Sagala, 2003:17) mengatakan bahwa ”belajar merupakan kegiatan kompleks, yang dapat terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi”. Sedangkan W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan


(43)

commit to user

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”(http://spesialis-torch.com-084PrestasiBelajar.htm). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar akan mengalami perubahan dan perkembangan yang terwujud secara mental atau psikis.

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar karena pengalaman. Bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata karena kematangan atau pertumbuhan.

b. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297 dalam Syaiful Sagala, 2003:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar. Menurut Trianto (2009:17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber


(44)

commit to user

belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran adalah interaksi timbal balik anatara guru dengan siswa, dimana terjadi komunikasi yang intensif antara keduanya dan mengarah pada suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Hudojo (1998) dalam Trianto (2009:18-19), implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan, menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret, mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama antara siswa, memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik, melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika lebih menarik dan siswa mau belajar

Dewasa ini, pembelajaran fisika terlihat belum menekankan proses belajar yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, serta belum terlihat pula adanya penekanan pada proses berpikir siswa. Fisika sebagai bagian dari ilmu sains sudah seharusnya jika dalam pembelajaran fisika dilaksanakan melalui penekanan bagaimana proses terbentuknya suatu pengetahuan. Dalam praktek pendidikan sains, konstruktivisme atau bentukan pengetahuan sangat berpengaruh. Banyak cara belajar mengajar di sekolah didasarkan pada teori ini, seperti cara belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya


(45)

commit to user

sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.

2. Teori-Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain teori kognitif Piaget, teori belajar penemuan Jerome S. Bruner, dan teori belajar bermakna David Ausubel.

a. Teori Kognitif Jean Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan (Nur, 1998 dalam Trianto, 2009:29). Dalam menjelaskan proses seseorang mencapai pengertian, Piaget (dalam Paul Suparno, 1996:30-33) menggunakan beberapa istilah baku. Istilah yang pertama yaitu skema/skemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Skemata seorang anak berkembang menjadi skemata orang dewasa. Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap.

Istilah yang kedua adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan


(46)

commit to user

mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan/pergantian skemata, melainkan memperkembangkan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.

Istilah yang ketiga disebut akomodasi. Akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Akomodasi dapat terjadi jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru tersebut dengan skemata yang dimiliki. Selanjutnya istilah yang biasa digunakan oleh Piaget yaitu ekuilibrasi.

Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang. Dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata).

Masih dalam Paul Suparno (1997:33), istilah yang terakhir adalah teori adaptasi intelek. Mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian baru (Shymansky:1992 dan Von Glaserveld:1988). Menurut Piaget, dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata). Setiap skema


(47)

commit to user

berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman-pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman baru, skema yang lama diubah sampai ada keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.

Menurut Piaget dalam Paul suparno (1996:35) secara konseptual perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran seseorang dari lahir sampai dewasa. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Equilibrium

adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses itu. Menurut perkembangan kognitif, seseorang memiliki tiga unsur : isi, fungsi, dan struktur.

Masih menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:34-35), isi adalah apa yang diketahui oleh seseorang. Ini menunjuk kepada tingkah laku yang dapat diamati-sensori motor dan konsep yang mengungkapkan aktivitas intelek. Isi intelegensi berbeda-beda dari umur ke umur dan dari anak ke anak. Fungsi, menunjuk kepada sifat dari aktivitas intelektual-asimilasi dan akomodasi-yang tetap dan terus menerus dikembangkan sepanjang perkembangan kognitif.


(48)

commit to user

Struktur menunjuk pada sifat organisatoris yang dibentuk (skemata) yang menjelaskan terjadinya perilaku khusus.

Menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:35), sistem pemikiran di atas menuntut seorang anak itu bertindak aktif terhadap lingkungannya jika perkembangan kognitifnya jalan. Perkembangan struktur kognitif hanya berjalan bila anak itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam lingkungannya. Ini hanya mungkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan tertentu. Baru bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang, berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir, orang tersebut berasimilasi dan berakomodasi terhadap alam. Perbuatannya itu mengakibatkan perkembangan skemata dan juga pengetahuannya.

Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi dan

Pictorial Riddle dalam materi usaha dan energi dimulai dengan pemberian masalah oleh guru, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data dari pengamatan yang ditunjukkan oleh media, menguji hipotesa dengan menganalisa data dan menarik kesimpulan. Di dalam pikiran siswa sedikit banyak sudah terbentuk konsep tentang usaha dan energi. Ketika diberi permasalahan tentang karaketristik usaha dan energi, siswa akan menggali pengetahuannya untuk menyusun hipotesis. Dari hasil pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh guru, siswa memperoleh beberapa data untuk menguji hipotesisnya. Proses asimilasi terjadi dalam tahap ini, dimana siswa mengintegrasikan informasi tentang karakteristik usaha dan energi yang baru saja diterima ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki, dan mengorganisasikannya dengan pengetahuan lama.


(49)

commit to user

Secara simultan juga terjadi proses akomodasi, dimana siswa menyesuaikan informasi tentang usaha dan energi yang baru diperoleh dengan struktur kognitif yang sekarang dimiliki oleh siswa. Siswa memodifikasi apa yang telah diketahui sehingga hasilnya dapat dipahami dengan baik. Setelah dilakukan analisis data, siswa dapat menyimpulkan konsep karakteristik usaha dan energi. Ketika terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan pengetahuan dan pemikiran siswa, mereka akan mengubah struktur kognitifnya sehingga dicapai kesesuaian antara apa yang diamati dengan apa yang dipikirkan. Disinilah terjadi proses ekuilibrasi atau proses pengaturan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.

Dari proses adaptasi intelektual sehingga pengetahuan baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur pengetahuan baru inilah yang disebut dengan siswa memahami karakteristik usaha dan energi. Dengan kata lain siswa telah mendapatkan konsep dari materi usaha dan energi. Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut memenuhi tahapan-tahapan proses belajar asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi, dan teori adaptasi intelek sebagaimana teori Piaget.

b. Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta


(50)

commit to user

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri (Ratna Wilis, 1988:103). Dengan kegiatan tersebut, diharapkan siswa dapat terlibat langsung untuk menemukan konsep, sehingga melalui serangkaian proses siswa dapat lebih mampu memahami tentang suatu konsep.

Masih dalam Ratna Wilis (1988:106), Bruner mengemukakan dalam bukunya Toward of Instruction yaitu :

we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think mathematically for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product”.

Dari pernyataan Bruner tersebut jelas bahwa mengetahui bukan suatu hasil, tetapi terletak pada suatu proses bagaimana seseorang menemukan pengetahuan tersebut.

Menurut Bruner (1960) dalam Syaiful Sagala (2003:35) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yang pertama yaitu : informasi, dimana dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Yang kedua adalah transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual


(51)

commit to user

agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Fase yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada fase ini informasi tersebut kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Masih dalam Syaiful Sagala (2003:35), kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan, guru menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua, ialah tentang kesiapan (readiness) untuk belajar. Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala (2003:35) kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi.

Menurut Bruner, suatu proses belajar dapat dikatakan berlangsung dengan baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Teori penemuan Bruner ini sangat tepat tepat jika diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang selalu mengalami perkembangan, tak terkecuali mata pelajaran fisika. Dalam mempelajari IPA selalu didahului dengan penyampaian informasi yang berasal dari alam atau produk pengetahuan. Informasi tersebut ditransfer siswa pada saat terjadi proses pembelajaran dan dapat digunakan siswa di dalam kehidupannya, baik untuk mengembangkan pengetahuan maupun untuk tujuan praktis.


(52)

commit to user

Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran fisika melalui Inkuiri Terbimbing pada materi usaha dan energi yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Dari pengajuan masalah ini siswa akan memproleh informasi untuk selanjutnya siswa dapat menambah, mengurangi, ataupun memperhalus informasi yang telah diketahui sebelumnya. Setelah memperoleh informasi, siswa akan mentransformasi pengetahuan mereka dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan mendiskusikan hasil analisis data bersama-sama dengan teman melalui bimbingan guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah teori belajar yang disampaikan oleh Bruner.

c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Ausubel (dalam Ratna Wilis, 1989:110), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar 2.1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Gambar 2.1 menyajikan pengkalisifikasian belajar menurut Ausubel :


(53)

commit to user

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969) (dalam Ratna Wilis, 1989:110-111)

Menurut Ratna Wilis (1989:111) pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi-informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

Masih dalam Ratna Wilis (1989:117), Ausubel mengemukakan bahwa

“the most important single factor influencing learning is what the learner already

Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran Secara penerimaan Secara penemuan

hafalan bermakna

1. Materi disajikan dalam bentuk final

2. Siswa menghafal materi yang disajikan

1. Materi disajikan dalam bentuk final 2. Siswa memasukkan

materi ke dalam struktur kognitif 1. Materi ditemukan oleh siswa 2. Siswa menghafal materi

1. Siswa menemukan materi

2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif


(54)

commit to user

knows, asecertain this and teach him avvordingly”. Maksud dari ungkapan Ausubel di atas yaitu faktor yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa, yakinilah dan ajarkan demikian.

Pembelajaran fisika yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Inkuiri Terbimbing pada materi usaha dan energi. Proses Inkuiri merupakan proses menemukan konsep yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Setelah memperoleh informasi, siswa akan mengaitkan informasi yang baru mereka terima ke dalam pengetahuan mereka yang telah ada sebelumnya dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan mengaitkan konsep dasar yang telah dibahas sebelumnya dengan konsep yang baru diperoleh melalui bimbingan guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah teori belajar yang disampaikan oleh Ausubel.

3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Definisi Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)


(55)

commit to user

terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu (www.herdianblogspot.com). Dengan melalui serangkaian penyelidikan tersebut siswa akhirnya memperoleh suatu penemuan, untuk membangun suatu konsep.

Dalam melaksanakan pembelajaran ini, siswa diajak untuk berpikir secara analitis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh David A. Jacobsen dkk (2009:243) bahwa dalam pembelajaran Inkuiri, dimulai dengan memberi siswa masalah-masalah yang berhubungan dengan suatu konsep tertentu. Dalam menyelesaikan masalah, siswa menghasilkan hipotesis atau solusi tentatif untuk masalah tersebut, mengumpulkan data yang relevan dengan hipotesis yang telah dibuat, dan mengevaluasi data tersebut untuk sampai kepada kesimpulan. Dengan demikian disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiriadalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkanseluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang pelaksaannya secara inkuiri melalui bimbingan guru. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam prosesnya, guru memberikan bimbingan berupa petunjuk yang cukup kepada siswa. Petunjuk itu berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membimbing serta mengarahkan siswa pada


(56)

commit to user

proses berpikir dan memecahkan masalah dengan metode problem solving. Hal ini berarti siswa dihadapkan pada permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk mendapatkan jawaban tersebut, siswa melakukan penyelidikan dan analisis. Dengan demikian metode ini menitikberatkan pada pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, dan guru hanya sebagai fasilitator saja.

Pada umumnya inkuiri terbimbing terdiri dari : (1) pernyataan masalah, yang dapat disampaikan melalui pertanyaan atau pernyataan biasa; (2) hipotesis,

merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dimunculkan; (3) pengumpulan data, dimana siswa melakukan kegiatan yang telah dirancang

guru kemudian mengamati dan mencatat hal-hal yang telah terjadi; (4) analisis data, yaitu siswa menganalisis dari data yang telah terkumpul; kesimpulan, yaitu siswa diminta membuat kesimpulan dari semua kegiatan yang telah dilakukan dengan bimbingan guru.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan dengan bimbingan guru. Adapun langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing diantaranya adalah klasifikasi permasalahan yang merupakan langkah awal dalam menentukan permasalahan yang ingin dipecahkan. Permasalahan dapat disiapkan oleh guru. Permasalahan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Selanjutnya adalah identifikasi permasalahan, dimana permasalahan perlu diidentifikasi dengan jelas dari tujuan sampai seluruh proses pembelajaran, bersifat riil, dan dapat dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kemampuan siswa. Kemudian menyusun hipotesis, yaitu hipotesis siswa perlu


(57)

commit to user

dikaji apakah jelas atau tidak. Jika belum jelas, guru sebaiknya membantu memperjelas maksudnya terlebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja, karena hipotesis yang salah nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.

Langkah berikutnya yaitu mengumpulkan data. Dalam tahap ini siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Berikutnya yaitu menganalisis data, dimana data yang telah terkumpul harus dianalisa untuk membuktikan apakah hipotesis benar atau tidak. Campur tangan guru diperlukan siswa dalam menentukan langkah selanjutnya. Langkah terakhir yaitu mengambil kesimpulan. Dari data yang telah dianalisis, kemudian diambil kesimpulan secara induktif. Selanjutnya kesimpulan dicocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini. Sangat baik jika dalam mengambil keputusan siswa dilibatkan sehingga mereka semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan. Guru membantu dengan berbagai pertanyaan yang sifatnya menolong.

d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri terbimbing

Jerome Bruner (dalam Moh. Amin, 1979:9) menyatakan beberapa keuntungan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam menggunakan


(58)

commit to user

ingatan dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik, dan situasi belajar menjadi lebih merangsang

Selain yang disebutkan oleh Jerome Bruner di atas, keuntungan lain dari penerapan pembelajaran inkuiri menurut Moh. Amin (1979:10-11) adalah pengajaran menjadi “student centered”, proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, tingkat pengharapan bertambah, yaitu dari pengalaman inkuiri siswa mempunyai ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan cara sendiri, pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat/kecakapan tertentu, pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal, pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

4. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium adalah sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau dua kutub) atau suatu alat. Secara umum, media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat


(59)

commit to user

dikomunikasikan kepada orang lain (Sri Anitah, 2007:3). Dalam pembelajaran, media memiliki peran sebagai penyalur pesan atau penyalur informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Masih menurut Sri Anitah (2007:55-56) pemilihan media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran tertentu bukanlah hal yang mudah. Tetapi bagaimanapun juga seorang guru harus dapat menentukan media yang paling tepat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pemilihan media, Gagne dkk (1988) menyarankan perlunya mempertimbangkan beberapa variabel, diantaranya variabel tugas. Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang diharapkan dari siswa sebagai hasil pembelajaran, dan disarankan untuk menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelum melakukan pemilihan media. Variabel yang kedua adalah variabel siswa. Karakteristik siswa perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, walaupun belum ada kesepakatan karakteristik mana yang penting. Namun guru menyadari bahwa para siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Variabel yang ketiga adalah lingkungan belajar. Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk di dalamnya adalah besarnya biaya sekolah, ukuran ruangan kelas, kemampuan mengembangkan materi baru, kemampuan guru dan ketersediaan untuk usaha-usaha nendisain pembelajaran, dan lain-lain.

Masih dalam Sri Anitah (2007:56), disebutkan bahwa variabel yang keempat adalah lingkungan pengembangan. Jelas seakan sia-sia untuk merencanakan penyajian yang baik, bila pengembangan sumber-sumber tidak mendukung untuk tugas tersebut, misalnya ketersediaan waktu, pengembangan


(1)

Riddle. Melalui media ini pembelajaran fisika dikemas menjadi lebih menarik melalui visualisasi gambar. Motivasi belajar merupakan sesuatu yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperluas dan memperdalam lingkup materi yang harus dipelajari, khususnya materi usaha dan energi dan selalu aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sikap seperti ini sangat diperlukan dalam pembelajaran materi usaha dan energi. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,651. Media pembelajaran yang diterapkan lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar, dimana kemampuan kognitif siswa yang lebih menentukan dibandingkan motivasi belajar. Sedangkan mengenai motivasi belajar, cenderung lebih ditekankan pada peningkatan motivasi belajar itu sendiri. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi diharapkan juga akan memperoleh prestasi yang tinggi .

5. Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisik, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,901. Media pembelajaran cenderung lebih berpengaruh siswa terhadap aspek kognitif siswa, tidak berinteraksi langsung dengan sikap ilmiah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi serangkaian proses penyelidikan masalah yang melibatkanseluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis,


(2)

kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Sikap kritis, logis, analitis, sikap obyektif, jujur, bekerjasama, teliti/cermat dan lain-lain merupakan sikap-sikap ilmiah yang sangat

diperlukan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Keberhasilan belajar

merupakan integrasi dari faktor internal dan faktor eksternal siswa. Dalam hal ini sikap ilmiah merupakan faktor internal, sedangkan media Animasi dan Pictorial Riddle yang disampaikan kepada siswa melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing adalah faktor eksternal. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisik, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,901. Sikap ilmiah siswa merupakan kecenderungan siswa untuk berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, kritis, obyektif, dan lain-lain sebaiknya harus dimiliki oleh setiap siswa. Dalam penelitian ini, media pembelajaran tidak berinteraksi dengan sikap ilmiah siswa. Media pembelajaran cenderung lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan kata lain keterampilan kognitif lebih banyak pengaruhnya daripada sikap ilmiah. Sedangkan untuk sikap ilmiah, lebih banyak ditekankan pada peningkatan sikap ilmiah siswa, karena siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, diharapkan juga memiliki prestasi belajar yang tinggi.

6. Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,535. Motivasi


(3)

merupakan sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan senantiasa aktif dalam pembelajaran. Sikap aktif ini jika didukung pula dengan sikap kritis, sikap suka bekerjasama yang merupakan ciri-ciri dari sikap ilmiah, menjadikan seorang siswa lebih mudah dalam pemahaman materi usaha dan energi. Jika siswa mudah menyerap informasi yang disampaikan guru, akan meningkatkan prestasi belajarnya. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,535. Motivasi belajar dan sikap ilmiah secara bersama-sama tidak mampu mendongkrak prestasi belajar siswa. Siswa dengan motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah tinggi akan berupaya secara aktif menemukan jawaban dalam setiap permasalahan. Begitu juga sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah dan sikap ilmiahnya juga rendah, cenderung pasif dalam menemukan jawaban ketika menjumpai permasalahan. Sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi, dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan sikap ilmiah rendah tetap memperoleh prestasi belajar yang rendah.

7. Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,546. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu teknik guru menyampaikan materi kepada siswa agar siswa


(4)

dapat menerima materi tersebut dengan baik. Pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle yang digunakan dalam penelitian ini membantu siswa memahami konsep melalui tampilan visual yang menarik, menghibur, menyenangkan, namun menuntut siswa mampu berpikir aktif, kritis dan kreatif. Siswa dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah tinggi dapat lebih mudah memahami materi usaha dan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,546.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dipengaruhi oleh faktor internal (intelegensi, gaya belajar, motivasi belajar, sikap ilmiah, dll) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Inkuiri terbimbing sebagai faktor eksternal dengan media pembelajaran berupa Animasi dan Pictorial Riddle berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan memperhatikan motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa sebagai faktor internal juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, namun tidak dijumpai adanya interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar, tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah, dan juga tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar dan


(5)

sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran sebagai faktor eksternal dan motivasi belajar serta sikap ilmiah sebagai faktor internal sangat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

a. Pembelajaran fisika pada materi usaha dan energi lebih tepat disampaikan

dengan media Animasi dibandingkan dengan Pictorial Riddle, mengingat

bahwa ketika menggunakan Animasi siswa dapat mengikuti proses penemuan konsep secara bertahap.

b. Motivasi belajar siswa perlu diperhatikan dan dirangsang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Sikap ilmiah siswa perlu diperhatikan dan dirangsang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, saran-saran yang perlu disampaikan dalam upaya menyumbangkan ide dan pemikiran untuk peningkatan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

1. Dalam pembelajaran fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan

Animasi, sebaiknya guru menyiapkan LKS yang berisi langkah-langkah penggunaan animasi dengan daftar pertanyaan secara detail untuk menggambarkan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.


(6)

2. Sebelum pembelajaran dimulai, guru sebaiknya sudah meng-install program animasi pada tiap komputer yang akan digunakan oleh siswa, sehingga ketika pembelajaran dimulai, program animasi siap digunakan

3. Sebelum menyampaikan kepada siswa, guru sebaiknya terlebih dahulu

mencoba program animasi sekaligus untuk mengecek kesiapan program tersebut untuk dapat digunakan oleh siswa.

4. Dalam membuat rancangan animasi, guru harus benar-benar memperhatikan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, jangan sampai salah konsep.

5. Sebelum pembelajaran fisika materi usaha dan energi, perlu dilakukan

pengukuran motivasi, sehingga dapat dilaksanakan pembelajaran yang sesuai.

6. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan motivasi belajar,

misalnya dengan menyajikan film atau video yang menunjukkan bahwa hasil dari ilmu fisika telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

7. Sebelum pembelajaran fisika materi usaha dan energi, perlu dilakukan

pengukuran sikap ilmiah, sehingga dapat dilaksanakan pembelajaran yang sesuai.

8. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan sikap ilmiah, misalnya dengan menunjukkan aplikasi-aplikasi dari perkembangan ilmu fisika dalam bidang teknologi yang telah memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

2 9 64

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

1 10 64

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE

0 6 53

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 21

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 19

EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA.

0 0 8

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA | Sutopo | Inkuiri 9244 19657 1 SM

0 1 11

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 0 13