KECENDERUNGAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS DIAMOND FRAUD PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BEI (Tahun 2013 – 2015)

(1)

KECENDERUNGAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS DIAMOND FRAUD PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG LISTING DI BEI (Tahun 2013 – 2015)

The Tendency of Financial Statement Fraud using Diamond Fraud Analysis in the Banking Company Listed at BEI (Period 2013 2015)

Oleh :

MUSTIKA DEWI PUTRI HANANI 20130420497

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KECENDERUNGAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS DIAMOND FRAUD PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG LISTING DI BEI (Tahun 2013 – 2015)

The Tendency of Financial Statement Fraud using Diamond Fraud Analysis in the Banking Company Listed at BEI (Period 2013 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

MUSTIKA DEWI PUTRI HANANI 20130420497

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Mustika Dewi Putri Hanani Nomor Mahasiswa : 20130420497

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “KECENDERUNGAN

KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS

DIAMOND FRAUD PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

LISTING DI BEI (Tahun 2013 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta,


(4)

iii MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

( QS Al-Insyirah : 5-7 )

“Sesulit apapun kehidupan, itu hanyalah kesulitan yang kita buat. Karena sesungguhnya, “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(QS Al-Baqarah : 286)

“Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan sekarang, sebelum menyesal di waktu yang akan datang”

(Mustika Dewi Putri Hanani)

“Usaha, doa dan bertawakal lah kepada Allah SWT. Percaya semua akan berjalan dengan sebaik – baik apa yang telah dikehendaki-Nya”


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan Islam. Yang telah memberikan kesehatan, ilmu, dan kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini. Yang telah memberikan keluarga, sahabat serta teman yang baik untuk ku menjalankan kehidupan ini. Yang telah mempertemukan ku dengan berbagai macam sifat manusia, hingga aku dapat belajar darinya.

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

 Untuk ibunda tercinta yang selalu memotivasi, memberikan dorongan dan kepercayaan, membantu baik dari segi moril maupun non moril. Ibunda yang selalu mendoakan dan peduli kepada anak – anaknya kapanpun dan dimanapun

 Untuk almarhum ayah tercinta, terimakasih telah menemani separuh perjalanan ku selama kuliah. Terimakasih untuk selalu peduli dan mendorongkan untuk mewujudkan apa yang aku impikan. Ayahana tercinta yang telah memberikan aku arti kehidupan yang sebenarnya

 Untuk kakak – kakak ku, Mbak Rani, Mas Riski, Mas Widya dan juga saudara – saudara lain yang selalu perhatian, memberikan masukan, nasihat, membantu dikala susah dan senang. Terimakasih untuk semua sokongan yang telah diberikan untuk adik terkecilmu.

 Untuk sahabat-sahabatku, Atqatia Sugiharti, Bela Suci, Dwi Febrianti, Putri Khikmawati, Hazra Andryani dan Riski Dwi Putri yang telah menemani perjuanganku selama menempuh kuliah. Semoga persahabatan kita tidak terputus sampai disini ya.

 Untuk sahabat-sahabatku selama di kos – kosan. Kos Srikandi, Eka Putri, Fenita, Ayu Melsa, Nala, Seta, Gesa, Anisa, Atika, Ihan dan Nanas serta teman-teman kos – kos an yang lainnya, yang telah menemani baik saat sedih, maupun senang, menjadi pengingat disaat salah, menjadi penghibur saat sedih, dan menjadi penyemangat saat aku lelah. Aku bersyukur karena dipertemukan dengan kalian. Terima kasih untuk semuanya :’)


(6)

 Terimakasih untuk sahabat-sahabatku sejak SMA, Rafel, Pradis, Sakina, Ani, Mailin, Sarah, Dinar yang telah menjadi tempat aku bisa merasakan bahagia, suka, duka dan teman – teman yang selalu ada dan menemaniku walaupun berbeda kota. Semoga apa yang kita impikan dapat terwujud

 Untuk teman – teman BPH KSR UMY, Mas Sabran, Dea, Mas Zahar terimakasih telah mengajarkan ku banyak sekali hal – hal yang aku tidak amati selama 1 tahun. Terimakasih untuk memberikan arti kebersamaan, kepercayaan dan tanggungjawab selama menjadi BPH di KSR.

 Untuk Anggota, Pengurus dan Alumni KSR PMI UMY yang telah menjadi ku. Keluarga yang selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk terus maju.Terima kasih telah mengajarkan banyak hal. Terima kasih atas ilmu yang diberikan, semoga bisa bermanfaat dan dapat ku amalkan.

 Untuk teman – teman KKN 45 UMY, Tata, Anis, Isti, Putri, Eva, Dini, Bulan, Gifka, Naren, Fahri, Dimas, Dana, Mizani, Romadon, yang telah menjadi keluarga sementara selama 1 bulan. Senang bisa menjadi bagian hidup selama 1 bulan di Dlingo.

 Untuk kakak – kakakku yang telah menjadi kakak senior yang sabar, yang selalu membantu selama aku menempuh studi ini, untuk Mbak Anisa, Mbak Ika, Mas Sidik. Terimakasih untuk semuanya.

 Terima kasih banyak untuk dosen pembimbingku Ibu Peni Nugraheni yang telah membimbing ku hingga dapat menyelesaikan pendidikanku ini. Terima kasih yang tak terhingga atas jasa beliau, untuk meluangkan sebagian waktunya untuk mahasiswanya, untuk ilmu yang beliau berikan. Semoga ilmu yang ibu berikan dapat bermanfaat dan dapat saya amalkan.

 Serta terimakasih kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi yang telah mendidik dan berbagi ilmunya. Dan kepada alamamaterku tercinta, yang telah menjadi tempatku berjuang menuntut ilmu.


(7)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBINGError! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...1 BAB I ... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.

BAB II ... Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA... Error! Bookmark not defined.

A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

B. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III... Error! Bookmark not defined.

METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.

C. Teknik Pengambilan Sampel... Error! Bookmark not defined.

D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Uji Kualitas Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Uji Hipotesis dan Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... Error! Bookmark not defined.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Uji Kualitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)... Error! Bookmark not defined.

D. Pembahasan (Interpretasi) ... Error! Bookmark not defined.

E. Interpretasi Hasil Pengujian secara KeseluruhanError! Bookmark not defined.


(8)

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIANError! Bookmark not defined.

A. Simpulan... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Independen ...34

Tabel 4.1 Daftar Seleksi Sampel ...40

Tabel 4.2 Indikator Fraud Score ...43

Tabel 4.3 Daftar Perusahaan yang terindikasi melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan berdasarkan hasil F-Score...43

Tabel 4.4 Daftar Seleksi Sampel berdasarkan analisis data ...45

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif ...46

Tabel 4.6 Uji Normalitas ...49

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ...50

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi ...51

Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas ...52

Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...54

Tabel 4.11 Uji Simultan (Nilai F) ...55

Tabel 4.12 Uji Koefisien Regresi dan Uji Parsial ...56

Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesisi...61


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Fraud Triangle ... Error! Bookmark not defined.


(11)

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ... 78

Lampiran 2 Data Input Variabel Independen dengan menggunakan Fraud-Score 79 Lampiran 3 Daftar Perusahaan yang terindikasi melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan berdasarkan hasil Fraud-Score ... 85

Lampiran 4 Data Input pengaruh Variabel Independen (X) ke Variabel Dependen (Y) ... 87

Lampiran 5 Uji Statistik Deskriptif ... 89

Lampiran 6 Uji Normalitas ... 89

Lampiran 7 Uji Multikolinearitas... 90

Lampiran 8 UjiAutokorelasi ... 91

Lampiran 9 Uji Heteroskedastisitas ... 91

Lampiran 10 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 92

Lampiran 11 Uji Simultan (Nilai F) ... 92


(13)

(14)

i

ABSTRACT

This study aimed to analyze the factors affecting financial fraud using diamond fraud model. The proxy that used in this study is pressure by managerial ownership (OSHIP) and financial target(ROA, the opportunity by proxy effective monitoring (BDOUT) and nature of industry (RECEIVABLE), rationalization by proxy auditor change (AUDCHANGE) and the auditor’s opinion (AUDREPORT) and capability by proxy direction change (DCHANGE). The data of the research from secondary data, in the form of annual reports of banking company listed on the Stock Exchange during the period 2013 – 2015. This study using purposive sampling methods and multiple linear regression analysis with software SPSS version 17.00. The analysis was conducted by using classic assumption testing there are normality testing, multicolonearity testing, autocorrelation testing and heteroscedasticity testing.

The test results showed that the variable pressure is proxied by managerial ownership (OSHIP) and financial targets (ROA) significant positive effect on financial statement fraud, while variable opportunities, rationalization and capabilities not affect the financial statement fraud. Based in this test, the result is diamond fraud model can’t show the effect toward financial statement fraud.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan adalah salah satu instrumen penting yang

digunakan dalam mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan kinerja

perusahaan dari manajer kepada bawahannya. Laporan keuangan tidak hanya

sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna

untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1

menyebutkan bahwa terdapat tujuan pelaporan keuangan, yaitu salah satunya

adalah menyediakan informasi yang berguna untuk para investor dan kreditor

yang sudah ada maupun para investor dan kreditor potensial dalam membuat

suatu keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit, serta keputusan lain

yang sejenis.

Laporan keuangan akan berfungsi maksimal apabila disajikan sesuai

dengan unsur-unsur kualitatifnya, antara lain : mudah dipahami, andal, dapat

dibandingkan (comparable), dan relevan. Laporan keuangan yang dibuat oleh

perusahaan juga harus disusun berdasarkan SAK (Standar Akuntansi

Keuangan ) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Laporan

keuangan yang telah disusun ini nantinya akan disajikan kepada pihak

internal maupun eksternal.

Menyadari pentingnya kandungan informasi dalam laporan keuangan


(16)

2

dengan begitu eksistensi perusahaan akan tetap terjaga. Manajer berusaha

secara maksimal dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan agar

hasil yang dilaporkan pada akhir periode tahun buku dapat memberikan

gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi yang sehat. Namun di sisi lain,

peraturan ini justru menjadi motivasi dan dorongan bagi manajemen untuk

cenderung melakukan kecurangan melalui manipulasi laporan keuangan.

Manajer biasanya rela melakukan kecenderungan kecurangan laporan

keuangan supaya informasi dalam laporan keuangan terlihat baik.

Kecenderungan kecurangan laporan keuangan tidak hanya ditemui

pada perusahaan jenis manufaktur maupun dagang saja, namun juga

perusahaan perbankan. Kusumawardhani (2015) menyatakan bahwa dunia

perbankan juga rentan terhadap fraud, meskipun sudah menggunakan

teknologi yang tinggi (computerized) namun sulit terdeteksi jika terjadi kolusi

antara oknum karyawan bank dengan pihak lain. Kasus terbaru yang sempat

menjadi bahasan bagi praktisi akuntan yaitu kasus yang dilakukan oleh

mantan Relationship Manager Malinda Dee di Citybank. Kasus ini dilakukan

dengan cara melakukan tindak pidana penggelapan dana nasabah dan

pencucian uang, sehingga hal ini menyebabkan kerugian pada pihak

Citybank.

Menurut ACFE (2014), selama tahun 2014, diperkirakan bahwa

terdapat 1.483 kasus kecuranan di berbagai negara, dengan rinician kasus


(17)

3

oleh manajer secara personal sebesar 36%, dan dilakukan dengan kerjasama

antara pemilik dan executive sebesar 19%.

Tingkat kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan perbankan ini

seharusnya dapat diminimalisir, karena beberapa karakteristik perusahaan

perbankan berbeda dengan perusahaan jenis lainnya, misalnya dalam tingkat

regulasi, perusahaan perbankan tidak hanya diawasi oleh Bank Indonesia saja,

tetapi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga turut mengawasi dalam

pelaksanaannya. Bank Indonesia (BI) juga berupaya melakukan pencegahan

fraud dengan mensyaratkan perbakan melakukan penerapan pelakanaan tata

kelola perusahaan yang baik (Good Corporatem Governance/GCG). GCG

menjadi acuan di dalam beberapa kebijakan BI seperti pembatasan

kepemilikan saham pengendali, transparansi informasi suku bunga.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan fraud diamond dimana

fraud diamond merupakan perluasan dari fraud model triangle yang

dipelopori oleh Cressey. Elemen – elemen dari fraud diamond terdiri dari

Pressure (tekanan), Opportunity (peluang), Rationalization (rasionalisasi),

dan Capability (kapabilitas).

Variabel-variabel dari Fraud diamond ini tidak dapat begitu saja dapat

diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Proksi yang dapat digunakan

untuk penelitian ini antara lain Pressure yang diproksikan dengan personal

financial need dan financial target; Opportunity yang diproksikan dengan

ineffective monitoring dan nature of industry; Rationalization yang


(18)

yang diproksikan dengan perubahan direksi. Keempat faktor tersebut menjadi

pemicu terjadinya peningkatan fraud, terutama pada beberapa tahun terakhir.

Banyak studi empirik akuntansi yang telah dilakukan dalam penelitian

sebelumnya yang meneliti faktor – faktor pemicu individu melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Namun demikian, beberapa

studi terdahulu yang meneliti menggunakan model fraud diamond masih

menunjukkan hasil yang tidak konsisten, selain itu penelitian – penelitian sebelumnya mengenai pendeteksian kecenderungan kecurangan laporan

keuangan di perusahaan perbankan juga masih jarang ditemui. Oleh karena

itu, timbul ketertarikan peneliti dalam melakukan penelitian mengenai

pendeteksian kecenderungan kecurangan laporan keuangan dengan

menggunakan model diamond fraud di perusahaan perbankan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian replikasi dimana peneliti

mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2015) yaitu

Deteksi Financial Statement Fraud dengan analisis Fraud Triangle pada

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : (1) Menggunakan

model diamond fraud, dimana model tersebut merupakan pengembangan dari

model fraud triangle, sehingga variabel tersebut akan bertambah yaitu

capability, (2) Model perhitungan variabel dependen adalah menggunakan

fraud score model, dimana pada penelitian terdahulu fraud dihitung

menggunakan model regresi yakni earning management yang diproksi dengan


(19)

5

perbankan tahun 2013 – 2015, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah menggunakan sampel perusahaan perbankan tahun 2010 – 2011.

Atas dasar tersebut penelitian ini diberi judul “Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Diamond Fraud Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing di BEI Tahun 2013 - 2015.”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Permasalahan penelitian yang akan dibahas pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah variabel tekanan yang diproksikan dengan personal financial

need berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

2. Apakah variabel tekanan yang diproksikan dengan financial target

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

3. Apakah variabel peluang yang diproksikan dengan effective monitoring

berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

4. Apakah variabel peluang yang diproksikan dengan nature of industy

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan


(20)

5. Apakah variabel rasionalisasi yang diproksikan dengan change in auditor

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

6. Apakah variabel rasionalisasi yang diproksikan dengan audit report

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

7. Apakah variabel kapabilitas yang diproksikan dengan capability

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel tekanan

dengan proksi personal financial terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel tekanan

dengan proksi financial target terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel peluang

dengan proksi effective monitoring terhadap kecenderungan kecurangan


(21)

7

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel peluang

dengan proksi nature of industy terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan

5. Untuk menguji apakah variabel variabel rasionalisasi dengan proksi

change in auditor berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan laporan keuangan

6. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel

rasionalisasi dengan proksi audit report terhadap kecenderungan

kecurangan laporan keuangan

7. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh variabel

kapabilitas dengan proksi capability terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Manajer Perusahaaan

Memberikan pandangan kepada manajer sebagai agent mengenai

tanggung jawab manajer tersebut dalam melindungi kepentingan principal

yaitu investor. Disamping itu, manajer dapat meminimalisir atau mencegah

kecenderungan terjadinya pailit (bangkrut) yang lebih besar di perusahaan

yang melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

b. Bagi Investor

Melalui penelitian ini memberikan sumbangsih yaitu sebagai alat


(22)

keputusan investasi pada sebuah perusahaan. Melalui pengetahuan dan

informasi mengenai pendeteksian kecenderungan kecurangan laporan

keuangan, investor diharapkan lebih teliti dalam melihat kemungkinan

terjadinya kecenderungan kecurangan laporan keuangan demi

mempertahankan investasi yang telah ditanamnya.

c. Bagi masyarakat

Melalui penelitian ini, masyarakat diharapkan lebih aware dan

peduli mengenai permasalahan kecurangan di perusahaan perbankan,

sehingga masyarakat diharapkan dapat ikut mencegah serta mendeteksi

kemungkinan terjadinya fraud.

d. Bagi kalangan mahasiswa dan akademisi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangsih bagi

perkembangan peran akuntan dan auditor serta dalam perkembangan ilmu

akuntansi khususnya bidang Fraud examination dalam akuntansi forensik

dan pada bidang audit. Selain itu, bagi mahasiswa penelitian ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kecenderungan

kecurangan pada laporan keuangan,serta dapat menjadi bahan rujukan atau


(23)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency

theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono

(2014) yang menyatakan bahwa teori agensi dapat menjelaskan hubungan

yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

manajemen (agen). Pada kasus kecenderungan kecurangan laporan

keuangan, salah satu bentuk konflik yang melandasi terjadinya fraud

adalah karena perbedaan kepentingan antara principal dengan agen.

Di dalam suatu perusahaan, manajer berperan sebagai agen yang

bertanggung jawab dalam mengoptimalisasi dan memaksimalisasi

keuntungan yang akan didapatkan oleh principal selaku pemilik dan

pemegang saham di perusahaan. Namun, disisi lain agen yang diamanati

oleh principal berupa kepercayaan dan tanggung jawab suatu perusahaan

juga memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pribadi

agen tersebut.

Agen sebagai manajemen merupakan pihak yang dikontrak atau

dipekerjakan oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan

principal. Oleh karena itu, agen diberikan kekuasaan di dalam me -

manage dan membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan principal


(24)

principal, agen wajib mempertanggung jawabkan semua hasil kerja nya

kepada principal, yang biasanya diimplikasikan dalam laporan keuangan

perusahaan dan laporan manajerial.

Menyadari pentingnya kandungan informasi yang ada pada laporan

tersebut, maka manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja

perusahaannya sehingga dengan cara seperti itu manajer dapat menjaga

eksistensinya serta mendapatkan tunjangan atau bonus yang lebih besar.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa

manajer gagal di dalam mencapai tujuan kinerjanya sehingga informasi

yang akan dipublikasikan di dalam laporan keuangan tersebut tidak

memuaskan beberapa pihak, khususnya principal selaku pemegang saham

dan pemilik perusahaan. Dengan demikian karena adanya permasalahan

tersebut terkadang manajemen rela melakukan kecurangan supaya

informasi dalam laporan keuangan terlihat baik dan dapat membantu agen

dalam memenuhi kepentingannya.

2. Definisi Fraud

Fraud atau kecurangan berdasarkan definisi ACFE (Association of

Certified Fraud Examiners) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan

yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa

kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak

baik kepada individu atau entitas dan pihak lain (Kusumawardhani, 2015)


(25)

“Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations”

Fraud yang dimaksud diatas adalah tindakan atau perilaku dengan

melakukan berbagai cara dan upaya oleh seseorang untuk memperoleh

manfaat atau keuntungan dengan menyajikan sesuatu hal yang salah.

3. Fraud Triangle

Teori fraud triangle adalah sebuah gagasan yang meneliti

mengenai factor – factor yang menyebabkan kecurangan, yang pertama kali diciptakan oleh Cressey (1953). Cressey’s theory ini dilahirkan dari penelitian yang dilakukan oleh Cressey dengan judul Other’s People

Money: A Study in the Social Psychology of Embezzelent.Cresseys theory

atau Fraud triangle atau segitiga kecurangan terdiri atas tiga kondisi yang

selalu hadir pada saat terkuaknya kecenderungan kecurangan laporan

keuangan. Ketiga kondisi tersebut adalah tekanan (pressure), kesempatan

(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) seperti yang disajikan

pada gambar 2.1.

Pressure

Opportunity Rationalization


(26)

Pressure (tekanan) yaitu tekanan, kebutuhan untuk melakukan

kecurangan. Tekanan yang paling sering terjadi adalah tekanan kebutuhan

uang, misalnya tekanan yang dapat terjadi saat manajemen sedang

membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Target yang

diberikan oleh perusahaan berupa bonus akhir tahun akan menjadi sumber

penghasilan yang besar sehingga manajer akan berusaha dengan berbagai

cara salah satunya dengan cara memanipulasi laba untuk mendapatkannya.

Opportunity (peluang) yaitu adanya peluang yang memungkinkan

terjadinya kecurangan. Peluang tercipta karena ketidakefektifan

pengawasan manajemen, kelemahan pengendalian internal,

penyalahgunaan posisi atau otoritas, sehingga memerlukan pengawasan

dari struktur organisasi mulai dari atas.

Rationalization (Rasionalisasi) yakni sikap rasional dari nilai – nilai etis di masyarakat yang memperbolehkan beberapa pihak dalam

melakukan kecurangan. Rasionalisasi juga bisa disebabkan karena

orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat

mereka merasionalisasi tindakan fraud.

4. Fraud Diamond

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang

fenomena Fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson dalam

Sihombing (2014), dimana fraud diamond ini merupakan bentuk


(27)

satu elemen kualitatif yang diyakini memiliki pengaruh signifikan

terhadap Fraud yakni Capability yang sesuai dengan argument Wolfe dan

Hermanson dalam Sihombing (2014) yang mengatakan bahwa “many frauds would not have occurred without the right person with the capabilities the details of fraud”.

Oleh karena itu, elemen – elemen yang ada pada fraud diamond

adalah Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang), Rationalization

(Rasionalisasi) dan Capability (Kapabilitas). Pada analisis diamond,

terdapat penambahan satu faktor dalam mendeteksi financial statement

fraud yaitu dengan menggunakan variable kapabilitas. Kapabilitas

meupakan suatu faktor kualitatif yang digunakan sebagai salah satu

pelengkap dari model fraud triangle.

Wolfe and Hermanson dalam Sihombing (2014) berpendapat

bahwa banyak jika di dalam perusahaan terdapat orang – orang yang berpeluang dan berkapabilitas khusus, maka tingkat fraud dapat semakin

membesar. Orang yang melakukan Fraud tersebut harus memiliki

kapabilitas untuk menyadari pintu yang terbuka sebagai peluang emas dan

untuk memanfaatkanya bukan hanya sekali namun berkali-kali. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kapabilitas merupakan daya dan

kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kecenderungan kecurangan


(28)

5. Fraud Score Model (F-Scores)

Fraud Score Model adalah model yang digunakan oleh Skousen

and Twedt (2009) yang merupakan hasil perkembangan Dechow et al

(2007). Model perhitungan ini dilakukan dengan menentukan rata-rata

dan standar deviasi dari F-Scores. Komponen variabel pada F-Scores

meliputi dua hal yang dapat dilihat di laporan keuangan, yaitu accrual

quality diproksikan dengan RSST accrual dan financial performance yang

dihitung dengan perubahan pada akun piutang, perubahan pada akun

persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, dan perubahan pada

modal.

B. Hipotesis

1. Pengaruh variabel tekanan dengan proksi kepemilikan manajerial terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Proksi Personal financial need atau kepemilikan manajerial adalah

kondisi dimana keuangan para eksekutif perusahaan turut mempengaruhi

kondisi keuangan perusahaan. Kondisi dimana keuangan para eksekutif

perusahaan ini dapat ditunjukkan dengan saham – saham yang dimiliki oleh esksekutif perusahaan, sehingga saham – saham yang dimiliki ini akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja

keuangan perusahaan. Oleh karena itu, variabel tekanan diproksikan


(29)

Kepemilikan saham oleh pihak intern ini dapat mengatasi salah

satu sumber permasalahan agensi yang selama ini sering ditemui, karena

dengan adanya kepemilikan manajerial ini akan menyejajarkan

kepentingan agen dengan kepentingan principal. Permasalahan yang

terjadi adalah adanya ketidakjelasan pemisahan antara principal yaitu

pemilik dan pemegang kendali perusahaan yang akan mendorong

manajerial, misalnya bersikap seenaknya dalam mempergunakan dana

perusahaan untuk kepentingan pribadi seseorang.

Proksi Kepemilikan manajer sebagai salah satu alat pengukur

dalam faktor tekanan, dapat dianalogikan dengan contoh tekanan yang

dialami oleh manajemen yang mendorong manajemen untuk melakukan

kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Jika dihubungkan dengan

teori keagenan, maka agen atau manajemen akan melakukan tindakan

kecurangan dengan cara meningkatkan laba perusahaan sehingga porsi

dividen yang akan diterima juga cenderung lebih besar. Dengan demikian,

apabila semakin tinggi persentase kepemilikan saham oleh pihak intern

atau orang dalam, maka kemungkinan terjadinya praktek fraud semakin

meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2014) mendapati bahwa

persentase kepemilikan saham oleh pihak intern dengan menggunakan

proksi OSHIP berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan


(30)

kecenderungan kecurangan laporan keuangan yaitu penelitian Nabila

(2013). Nabila (2013) menyimpulkan bahwa personal financial need

(OSHIP) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan. Nabila menilai bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan

saham oleh orang dalam, maka praktek fraud di dalam laporan keuangan

semakin berkurang, karena kondisi perusahaan merupakan kondisi real

yang dialami dan diketahui oleh orang - orang yang berada di dalam

perusahaan tersebut, sehingga kepemilikan saham oleh orang dalam dapat

mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan kecurangan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H1 : Variabel tekanan dengan proksi personal financial need berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

2. Pengaruh variabel tekanan dengan proksi target keuangan terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Menurut SAS No 99 (AICPA, 2002), Financial target atau target

keuangan adalah tekanan berlebihan pada manajemen demi memperoleh

target keuangan yang telah ditetapkan pada awal periode oleh direksi dan/

atau manajemen. Target keuangan merupakan salah satu pengukur dari


(31)

merupakan hasil dari laba setelah pajak pada tahun sebelumnya dibagi

dengan total aset pada tahun sebelumnya.

ROA biasanya digunakan sebagai proksi untuk pengukuran dalam

kinerja operasi perusahaan yang digunakan secara luas dalam menentukan

seberapa besar efisien aset yang telah digunakan. Skoutsen dalam Nabila

(2013) mengatakan bahwa kinerja operasi perusahaan dan kinerja manajer

yang digunakan dalam menentukan bonus, kenaikan upah dan lain – lain sering dihitung melalui ROA.

Manajer seringkali mendapat tekanan untuk membuktikan kepada

principal bahwa ia mampu mengelola dan mengendalikan aktiva dengan

baik sehingga laba yang diterima oleh perusahaan dapat bertambah. Selain

laba yang akan bertambah, manajer juga memperoleh timbal balik berupa

bonus yang akan meningkat. Dengan demikian, manajemen akan

mengupayakan supaya ia dapat mencapai target yang ditetapkan dengan

berbagai cara salah satunya dengan melakukan kecurangan pada laporan

keuangan. Semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan, maka

semakin rentan kemungkinan manajemen dalam melakukan

kecenderungan kecurangan laporan keuangan, dimana salah satu

bentuknya adalah dengan cara melakukan manipulasi laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2014) menunjukkan

bahwa target keuangan yang diproksi dengan ROA berpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan, ROA tahun


(32)

tinggi dan menjadikan target perolehan laba yang harus diperoleh pada

tahun berikutnya oleh perusahaan juga tinggi. Namun, penelitian yang

dilakukan oleh Sihombing (2014) menyatakan hal yang sebaliknya yaitu

target keuangan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan. Artinya bahwa besar kecilnya tingkat ROA yang

ditargetkan perusahaan tidak mempengaruhi manajemen untuk melakukan

kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Adanya kenaikan pada

ROA tidak menjadi tekanan bagi manajemen sebab kenaikan ROA ini

sejalan dengan peningkatan mutu operasional karyawan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H2 : Variabel tekanan dengan proksi target keuangan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

3. Pengaruh variabel peluang dengan proksi effective monitoring terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Proksi effective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan

memiliki pengawasan yang cukup efektif dalam memantau kinerja

operasional perusahaan. Effective monitoring merupakan salah satu

pengukur dalam faktor peluang karena apabila perusahaan mempunyai

pengawasan yang cukup baik dalam memantau jalannya perusahaan,

terjadinya kecenderungan kecurangan laporan keuangan, misalnya dalam


(33)

Pengawasan yang dilakukan pada manajemen tingkat atas

dilakukan oleh dewan komisaris. Dengan banyaknya dewan komisaris

independen di dalam sebuah perusahaan, diharapkan dapat mengefektifkan

kegiatan monitoring dan meminimalkan fraud. Dewan komisaris

merupakan kumpulan dari beberapa orang yang secara independen tidak

memiliki hubungan dengan semua pihak internal (pemegang saham,

direktur, manajer) sehingga pengawasan yang dilakukan dapat lebih

terpercaya hasilnya.

Pernyataan Standar Audit (PSA) no 70 menunjukkan bahwa

kecurangan laporan keuangan disebabkan dari dominasi manajemen tanpa

adanya pengendalian dari yang mengompensasi kondisi tersebut, seperti

pengawasan oleh dewan komisaris atau komite audit. Dengan demikian,

effective monitoring dirumuskan dengan BDOUT yaitu jumlah dewan

komisaris independen dibagi jumlah total dewan komisaris dalam

mempredisi kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2015) membuktikan

bahwa anggota dewan komisaris yang sedikit akan berpengaruh pada

tingkat kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan, sehingga effectie

monitoring berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan. Hasil penelitian Widarti (2015) menunjukkan hal yang

sebaliknya, yaitu effective monitoring tidak berpengaruh signifikan

terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini


(34)

komisaris hanya sekedar memenuhi ketentuan dari BEI, sementara

pemegang saham mayoritas masih memegang kendali perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H3 : Variabel peluang dengan proksi effective monitoring berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

4. Pengaruh variabel peluang dengan proksi nature of industry terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Proksi nature of industry berkaitan dengan munculnya risiko bagi

perusahaan yang berkecimpung dalam industry yang melibatkan estimasi

dan pertimbangan yang signifikan. Menurut Summers dan Sweeney (1998)

pada laporan keuangan terdapat akun – akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun

piutang tak tertagih dan akun persediaan utang. Oleh karena itu, nature of

industry dirumuskan dengan RECEIVABLE. Summers dan Sweeney dalam

Sihombing (2014) menambahkan bahwa manajemen akan berfokus pada

akun piutang tak tertagih dan akun persediaan utang jika berniat

melakukan manipulasi pada laporan keuangan, yang berdampak pada

bertambahnya kas pribadi manajemen tersebut.

Penelitian mengenai nature of industry yang diproksi dengan


(35)

Pardosi (2014) membuktikan bahwa nature of industry berpengaruh

positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan, namun

penelitian yang dilakukan oleh Tiffani (2014) mengemukakan bahwa

nature of industry tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

laporan keuangan, sebab nilai rata – rata perubahan piutang pada penelitian ini tidak jauh berbeda, sehingga ini menunjukkan bahwa besar

kecilnya rasio perubahan dalam piutang usaha tidak memicu manajemen

untuk melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H4 : variabel peluang dengan nature of industry berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

5. Pengaruh variabel rasionalisasi dengan proksi perubahan auditor terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Auditor adalah seseorang yang bertugas dalam mengawasi kegiatan

perusahaan serta melakukan pemeriksaan secara obyektif terhadap laporan

keuangan di perusahaan tersebut. Menurut Skousen et al. dalam Anistya

(2016) indikasi mengenai kegagalan audit akan meningkat saat adanya

pergantian auditor dalam, perusahaan. Pelaku tindak kecurangan merasa

yakin bahwa tindakannya tidak akan diketahui apabila perusahaan sering

melakukan pergantian auditor. Perusahaan akan cenderung sering


(36)

kecurangan di perusahaan. Pergantian auditor ini juga dilakukan supaya

kemungkinan terdeteksinya kecurangan oleh auditor lama dapat

diminimalisir.

Indikasi mengenai kegagalan audit juga terjadi karena auditor

independen yang baru masih mengenal kondisi serta situasi di

perusahaannya, serta jangka waktu proses audit yang terbatas dalam

mengaudit di suatu perusahaan. Oleh karena itu, rationalization pada

pergantian auditor ini menggunakan proksi audchange. Pada proksi

AUDCHANGE, peneliti akan menggunakan dummy variable untuk

mengukurnya, yaitu pada kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan

pergantian auditor, dan pada kategori 0 untuk perusahaan yang tidak

melakukan pergantian auditor.

Kurniawati (2012) membuktikan bahwa perubahan auditor dapat

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan

keuangan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tiffani (2014)

menunjukkan hal yang sebaliknya yaitu perubahan auditor tidak

berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Menurut Tiffani (2014) hasil penelitian nya mengenai perubahan auditor

tidak bepengaruh dimungkinkan karena perusahaan tersebut ingin

mentaati Peraturan Menteri Keuangan RI No 17/PMK.01/2008 pasal 3

ayat 1 tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dapat

dilakukan paling lambat 6 tahun oleh KAP yang sama dan 3 tahun oleh


(37)

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H5 : variabel rasionalisasi dengan proksi perubahan auditor berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

6. Pengaruh variabel rasionalisasi dengan proksi opini auditor eksternal terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Auditor merupakan pemeriksa laporan keuangan sekaligus

pengawas pada suatu perusahaan. Auditor wajib memberikan opini atas

perusahaan yang diauditnya sesuai dengan kondisi riil perusahaannya. Di

dalam merepresentasikan hasilnya, tak jarang auditor memberikan opini

wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. Opini ini merupakan

bentuk tolerir dari auditor atas usaha klien untuk mengelola laba dari

waktu ke waktu, namun auditor di dalam mengeluarkan opini nya perlu

mengetahui dan mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang menyebabkan klien audit mengelola laba dengan cara melakukan tindakan yang negatif,

misalnya dengan melakukan manipulasi laba. Oleh karena adanya opini

tersebut, memungkinkan manajemen untuk bersikap rasionalisasi dengan

cara mengangggap kesalahan yang dibuatnya wajar, karena telah ditolerir

oleh auditor melalui bahasa penjelas tersebut.

Opini auditor eksternal yang digunakan dalam mengukur faktor


(38)

yaitu pada kategori 1 digunakan untuk perusahaan yang menerima opini

wajar tanpa pengecualian, dan kategori 0 digunakan untuk perusahaan

yang menerima opini lain selain opini wajar tanpa pengecualian. Penelitian

yang dilakukan oleh Sihombing (2014) membuktikan bahwa opini auditor

bepengaruh negatif terhadap laporan keuangan, namun penelitian Widarti

(2015) menunjukkan bahwa opini auditor berpengaruh positif terhadap

kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini mungkin disebabkan

karena penggunaan basis akuntansi akrual yang dalam pelaksanaannya

diperbolehkan untuk standar akuntansi keuangan (SAK), sehingga

manajemen dapat dengan leluasa memodifikasi laporan keuangan untuk

menghasilkan laba yang diinginkan oleh karena itu, sulit untuk diketahui

apakah manajemen melakukan tindak kecurangan (manajemen laba) atau

tidak. Oleh karena itu, rationalization diproksikan dengan opini audit yang

diukur dengan variabel dummy, yaitu opini wajar tanpa pengecualian

dengan bahasa penjelas. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang

digunakan untuk menguji nya adalah :

H6 : variabel rasionalisasi dengan proksi opini auditor eksternal berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan


(39)

7. Pengaruh variabel kapabilitas dengan proksi perubahan direksi terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Wolfe dan Hermanson dalam Sihombing (2015) menambahkan

satu variable dalam mendeteksi kecenderungan kecurangan laporan

keuangan sebagai salah satu fraud risk factor yaitu dengan variable

kapabilitas. Kapabilitas merupakan seberapa besar daya kemampuan

seseorang dalam melakukan dan mengendalikan kecenderungan

kecurangan laporan keuangan di lingkungan perusahaan. Pada faktor

kapabilitas, Wolfe dan Hermanson menyimpulkan bahwa indikasi

terjadinya fraud melalui elemen capability adalah dengan perubahan

direksi.

Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan muatan politis dan

kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of

interest. Perubahan direksi merupakan upaya perputaran atau rotasi dari

dalam perusahaan sebagai salah satu cara untuk melakukan perbaikan

kinerja direksi sebelumnya. Perubahan direksi juga digunakan untuk

mendeteksi terjadinya fraud dengan menyingkirkan direksi yang dianggap

melakukan fraud atau membuka jalan terjadinya fraud.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisya (2016), dapat

disimpulkan bahwa pergantian direksi berpengaruh positif terhadap

kecenderungan kecurangan laporan keuangan, karena perubahan direksi

ini membuat kinerja awal dari direksi tersebut kurang berjalan dengan


(40)

yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Yesiariani (2016). Pada

penelitiannya, pergantian direksi berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan laporan keuangan, karena perusahaan sampel

yang dipilihnya melakukan pergantian direksi bukan disebabkan karena

perusahaan ingin menutupi kecurangan yang dilakukan direksi

sebelumnya, namun karena perusahaan ingin adanya perbaikan kinerja

dengan cara merekrut direksi yang lebih baik daripada direksi sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang digunakan untuk

menguji nya adalah :

H7 : variabel kapabilitas dengan proksi perubahan direksi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

C. Model Penelitian

Model penelitian ini digunakan untuk dapat lebih memahami tentang

konsep penelitian, yaitu deteksi financial statement fraud dengan

menggunakan analisis diamond fraud. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada faktor risiko kecurangan yang pada awalnya

diteliti oleh Cressey (1953) dn disempurnakan oleh Wolfe and Hermanson

(2004). Penelitian ini menggunakan empat variabel independen, dengan 7

pengukuran untuk mengujinya. Selanjutnya, variabel dependen penelitian

yaitu kecenderungan kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan


(41)

Model penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2

Model Penelitian

Tekanan

X1 : Kepemilikan Manajerial (OSHIP) + X2 : Target Keuangan (ROA) +

Peluang

X3 : Effective Monitoring (BDOUT) - X4 : Nature of Industry (RECEIVABLE) +

Variabel Y : kecenderungan kecurangan laporan

keuangan Rasionalisasi

X5 : Perubahan Auditor (AUDCHANGE) + X6: Opini Auditor Eksternal (AUDREPORT) +

Kapabilitas

X7 : Perubahan Direksi (DCHANGE) + Variabel X : Diamond Fraud


(42)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan

perbankan yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2013 – 2015. Pertimbangan peneliti untuk memilih perusahaan perbankan adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara

realitas kondisi fraud perusahaan perbankan di Indonesia masih sering

dijumpai. Hal ini terbukti dari peningkatan kasus – kasus perbankan yang telah terungkap dan telah ditangani oleh aparat penegak hukum. Dengan

demikian, jelas menjadi permasalahan sebab pada perusahaan perbankan yang

memiliki tingkat regulasi yang khusus dan lebih ketat dibandingkan dengan

pada sektor – sektor industry yang lain, misalnya industry manufaktur dan jasa, masih dijumpai adanya fraud. Tingkat pengawasan yang ada pada

perusahaan perbankanpun tidak hanya pada perusahaan perbankan itu saja,

tetapi juga melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Kriteria pemilihan subjek penelitian ini adalah :

1. Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 – 2015.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan lengkap

dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2013 – 2015 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(43)

3. Perusahaan yang memiliki informasi lengkap untuk pengukuran

variabel – variabel yang terkait

4. Perusahaan yang terindikasi melakukan manipulasi (fraud) minimal 1

kali selama tahun 2013 – 2015.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitarif berupa analisis diamond

fraud terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Data kuantitatif

dikarenakan penelitian ini menggunakan angka – angka sebagai indikator variabel penelitian dalam menjawab masalah penelitian. Data kuantitatif ini

merupakan data sekunder karena data laporan keuangan tersebut mudah

diperoleh, tidak memerlukan biaya yang tinggi serta data yang diperoleh lebih

akurat dan valid sebab data – data tersebut diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan telah diaudit oleh akuntan publik.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari www.idx.co.id, website perusahaan dan Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) tahun 2013 – 2015. Dapat disimpulkan bahwa, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari:

1. IDX (Indonesian Stock Exchange) tahun 2013 – 2015

2. Jurnal, makalah, penelitian, buku dan situs internet yang berhubungan


(44)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling,

dimana purposive sampling merupakan teknik sampling dengan kesesuaian

dan karakteristik dan kriteria tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan

dengan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 – 2015.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan lengkap

dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2013 – 2015 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

3. Perusahaan yang terindikasi melakukan manipulasi (fraud) minimal 1

kali selama tahun 2013 - 2015.

Untuk menentukan perusahaan terindikasi melakukan fraud

ataupun tidak, maka peneliti menggunakan model perhitungan Fraud Score.

Fraud Score atau yang lebih dikenal F-Score adalah alat analisis yang

digunakan untuk menganalisis laporan guna memprediksi adanya kecurangan

atau fraud yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi dan

studi pustaka. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan


(45)

relevan misalnya laporan keuangan dengan masalah yang diteliti. Metode

dokumentasi biasanya diperoleh melalui sumber website perusahaan,

www.idx.co.id, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada tahun

2013 – 2015.

Menurut Sugiyono dalam Sihombing (2015), studi kepustakaan

adalah berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan

dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang

diteliti. Dalam studi pustaka ini, peneliti menggunakan teori yang akan

membantu dalam kesimpulan pada hasil akhir penelitian. Literatur – literatur yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari jurnal-jurnal penelitian,

makalah penelitian terdahulu, buku dan internet research yang berhubungan

dengan analisis diamond fraud pada perusahan perbankan. Untuk memperoleh

data penelitian mengenai fraud yang telah terjadi di perusahaan perbankan,

peneliti memilih menggunakan data dari ACFE (Association of Certified

Fraud Examiners) yang telah disurvei.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variable Dependen

Sekaran dalam Sihombing (2015) menjelaskan bahwa variabel

dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Pada


(46)

kecenderungan kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan

model Fraud Score.

Komponen variabel pada F-Score meliputi 2 hal yang dapat

dilihat di laporan keuangan yaitu accrual quality (kualitas akrual)

yang diproksikan dengan RSST dan financial performance (kinerja

keuangan) yang diproksikan dengan perubahan pada akun piutang,

persediaan, penjualan dan pada EBIT. Model F-Score merupakan

penjumlahan dari 2 variabel yaitu kualitas akrual dan kinerja

keuangan,

F- Score = Accrual Quality + Financial Performance

Kualitas akrual diukur melalui RSST akrual dengan

menghitung perubahan aset lancar(tidak termasuk kas) dikurangi

perubahan dalam kewajiban lancar (tidak termasuk utang jangka

pendek) dan penyusutan juga memperhitungkan perubahan long term

operating assets.

��� �� ��� � =��� + � � + ��� ��� ��� �� �� � �

WC : Working Capital, WC = (Current Assets – Current Liability) NCO : Non – current operating accrual, NCO = (Total Assets –

Current Assets – Investment) – (Total Liabilities – Current Liabilities – Long Term Debt)


(47)

ATS = Average Total Assets, ATS = (Beginning Total Assets + End Total Assets) / 2

Kinerja Keuangan (Financial Performances)

Financial Performance = change in receivable + change in inventories + change in cash sales + change in earnings

Keterangan:

Change in receivable =Δ Receivable / Average Total Assets Change in Inventory = ΔInventory / Average Total Assets

Change in cash sales = [(Δ Sales / sales (t) – (Δ Receivable / receivabl(t))]

Change in earnings = [(Earnings (t) / Average Total Assets (t)) - (Earnings (t-1) / Average total Assets (t-1))]

2. Variable Independen

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen

berupa analisis diamond fraud. Analisis diamond fraud menggunakan 4

(empat) jenis variabel yaitu Pressure, Opportunity, Rationalization dan

Capability Pengukuran – pengukuran variabel tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Variabel


(48)

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Independen

Variabel Proksi Rumus Pengukuran

Pressure Kepemilikan Manajerial (OSHIP)

=total saham yang dimiliki oleh orang dalam total saham biasa yang beredar

Target Keuangan

(ROA) � =

laba setelah pajak t − 1 total aset t − 1

Opportunity Effective Monitoring (BDOUT)

=jumlah dewan komisaris independenjumlah total dewan komisaris

Nature of Industry

(RECEIVABLE) � � � � =

Piutang t Penjualan t−

Piutang t − 1 Penjualan t − 1

Rationalization Perubahan Auditor (AUDCHANGE)

Variabel dummy dimana :

1 =perusahaan yang melakukan pergantian auditor

0 = perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor

Opini Auditor Eksternal

(AUDREPORT)

Variabel dummy dimana :

1 = perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

0 = perusahaan yang menerima opini lain selain opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

Capabilty Perubahan Direksi (DCHANGE)

Variabel dummy dimana :

1 = perusahaan yang melakukan pergantian direksi

0 = perusahaan yang tidak melakukan pergantian direksi

F. Uji Kualitas Data

Dalam uji kualitas data, peneliti menggunakan metode regresi

linear berganda untuk melihat kecenderungan perusahaan yang melakukan

kecurangan. Analisis regresi linear berganda adalah teknik statistika untuk

membuat model dan menyelidiki pengaruh antara satu atau beberapa variabel

bebas (Independent Variable) terhadap satu variabel respon (Dependent

variabel).

Metode regresi linear berganda yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan pengujian asumsi klasik untuk mendeteksi ada atau tidaknya


(49)

digunakan. Pengujian asumsi klasik ini terdiri atas uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Metode regresi

linear bergandadigunakan untuk melihat hubungan perusahaan yang

melakukan kecurangan atau tidak.

1. Uji Statistik Deskriptif

Penggunaan uji statistic deskriptif ini bertujuan untuk menyajikan

gambaran atau deskripsi dari suatu data yang akan diteliti yaitu berupa

variabel dependen yakni financial statement fraud serta variabel dependen

yakni tekanan, peluang, rasionalisasi dan kapabilitas. Gambaran yang

disajikan ini memaparkan data berupa jumlah data, range, nilai minimum,

nilai maksimum, nilai rata – rata (mean), standar deviasi dan varians dari sampel penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan

menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian

ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam

model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan

heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan

berdistribusi normal

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas pada penelitian ini ditujukan guna

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau


(50)

penelitian ini adalah uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z

(1-Sample K-S). Hipotesis diterima jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih

dari 0,05,.Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011) Pengujian yang ketiga adalah uji

multikolinearitas yang ditujukan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Kriteria pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF

adalah sebagai berikut. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, berarti tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Pengujian yang terakhir adalah dengan menggunakan uji

autokorelasi yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi (Ghozali, 2011). Metode pengujian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan uji Durbin-Watson dengan

ketentuan dU<d<4-dU yang artinya adalah penelitian tersebut bebas

dari autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011) selain menggunakan pengujian uji

normalitas, peneliti juga menggunakan uji heteroskedastisitas yang


(51)

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain.. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

Glesjer. Uji Glesjer dilakukan dengan cara meregresikan antara

variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Kriteria

pengambilan keputusan dengan menggunakan uji glesjer

heteroskedastisitas. Jika nilai signifikansi antara variabel independen

dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas

G. Uji Hipotesis dan Analisa Data

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis

data yang valid dan reliable yang digunakan untuk mendukung hipotesis yang

telah diberikan. Tahap – tahap perhitungan dan pengolahan data yaitu : 1. Menentukan laporan keuangan perusahaan yang akan digunakan

2. Menghitung proksi – proksi dari masing – masing variabel sesuai dengan cara ukur yang telah dijelaskan

3. Uji regresi model

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah pengukuran seberapa jauh variabel

independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Ghozali,

2011). Nilai koefisien determinasi adalah 0 dan 1. Bila R = 0, maka tidak


(52)

apabila R = 1 maka terdapat pengaruh atau hubungan yang kuat antara

variabel independen dengan variabel dependen.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji nilai F dibutuhkan untuk melihat hubungan semua variabel

independen dengan variabel dependen secara bersama – sama (Ghozali, 2011). Pengujian hipotesis ini menggunakan uji statistic F dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan F > 0,05, maka H0 ditolak, sehingga terdapat

pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen

secara simultan

2) Jika nilai signifikan F < 0,05 maka H0 diterima, sehingga

terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen secara simultan

3. Uji Nilai T (t-test)

Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan

pengujian T (t- test), untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji t juga dilakukan untuk

menguji kebenaran koefisien regresi dan melihat apakah koefisien

regresi yang diperoleh signifikan atau tidak. Pengujian ini dilakukan

dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. Hipotesis diterima, jika α < 0,05 dan β sesuai dengan arah hipotesis. Adapun persamaan regresi linear yang digunakan pada penelitian ini dengan


(53)

FRAUD = α + β1OSHIP + β2ROA + β3BDOUT + β4RECEIVABLE +

β5AUDCHANGE + β6AUDREPORT + β7DCHANGE + €

Keterangan :

FRAUD : kecurangan laporan keuangan yang dihitung

fraud score

α : konstanta

β : koefisien variabel

OSHIP : persentase kepemilikan manajerial

ROA : rasio return on asset

BDOUT : rasio komisaris independen

RECEIVABLE : rasio perubahan piutang usaha

AUDCHANGE : variabel dummy pergantian auditor

AUDREPORT : variabel dummy opini auditor eksternal

DCHANGE : variabel dummy pergantian direksi


(54)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder dari

laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2013 – 2015. Data laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan perbankan ini didapatkan melalui situs resmi

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Total perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 – 2015 adalah sebanyak 36 perusahaan, sehingga total data dalam tiga tahun pengamatan

adalah 108 data (36 perusahaan x 3 tahun). Daftar perusahan yang menjadi

sampel penelitian terlampir dalam lampiran 1

Tabel 4.1

Daftar Seleksi Sampel

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan perbankan yang sudah go public atau

terdaftar di BEI tahun 2013 - 2015 36

2

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangan selama tahun 2013 - 2015

0

33 Perusahaan yang tidak terindikasi melakukan manipulasi (fraud) minimal 1 kali selama tahun 2013 -2015 0


(55)

2. Analisis Data

Sebelum meneliti lebih lanjut mengenai adanya kecenderungan

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan perbankan, peneliti

menggunakan alat bantu berupa model perhitungan fraud score untuk

menentukan perusahaan yang terindikasi melakukan fraud ataupun tidak.

Berdasarkan data laporan keuangan yaitu 36 sampel perusahaan, maka

selanjutnya dilakukan perhitungan Fraud Score terhadap masing – masing perusahan tersebut. Model perhitungan Fraud Score ini berupa :

Langkah – langkah yang digunakan untuk menentukan kategori dari perusahaan yang tergolong melakukan tindakan kecurangan atau

tidak, adalah sebagai berikut :

a. Menghitung accrual quality (kualitas akrual)

1) Working Capital (WC)

WC = Aset Lancar – Liabilitas Lancar 2) Non – current capital (NCO)

NCO = (Total Aset – Aset Lancar – Investasi) + (Total Liabilitas – Liabilitas Lancar – Liabilitas Jangka Panjang) 3) Financial Accrual (FIN)

FIN = Total Investasi – Total Liabilitas 4) Average Total Assets (ATS)

ATS = (Total Aset Awal + Total Aset Akhir) / 2


(56)

� � � � � � =��� + � � + ������ ��� �� �� � �

b. Menghitung Financial Performances (Kinerja Keuangan)

1) Perubahan Piutang = ∆ Piutang / Rata – Rata Total Aset 2) Perubahan Persediaan = ∆ Persediaan / Rata – Rata Total

Aset

3) Perubahan Pendapatan = [( ∆ Pendapatan / Pendapatan (t))

–(∆ Piutang / Piutang (t))]

4) Perubahan Ekuitas = [(Ekuitas (t) / Rata – Rata Total Aset (t)) – (Ekuitas (t-1) / Rata – Rata Total Aset (t-1))]

Kinerja Keuangan =

Perubahan Piutang + Perubahan Persediaan + Perubahan

Pendapatan + Perubahan Ekuitas

Penggunaan rumus tersebut kemudian diaplikasikan kedalam sampel

penelitian yaitu pada 36 perusahaan dengan 3 tahun pengamatan. Hasil

perhitungan fraud score tersebut selanjutnya disesuaikan dengan kriteria

indikator fraud score dalam menentukan perusahaan yang melakukan

kecenderungan kecurangan laporan keuangan ataupun yang tidak.

Sukrisnadi (2010) dalam penelitiannya menyebutkan indikator patokan

nilai F-Score untuk mengukur tingkat risiko salah saji laporan keuangan,


(57)

Tabel 4.2. Indikator Fraud Score

Nilai Rata – Rata F - Score Kategori F – Score > 2,45 Risiko tinggi F – Score > 1,85 Risiko substansial F – Score > 1 Risiko di atas normal

F – Score <1 Risiko rendah

Berdasarkan perhitungan model fraud score dapat disimpulkan

bahwa dari ke-36 perusahaan perbankan yang dianalisis, perusahaan yang

terindikasi melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan

adalah 13 perusahaan, fraud yang masuk dan menjadi sampel penelitian

ini adalah fraud dengan kategori tinggi hingga rendah. Perusahaan – perusahaan yang terindikasi fraud berdasarkan kategori indikator fraud

dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 4.3

Daftar perusahaan yang terindikasi melakukan kecenderungan kecurangan berdasarkan hasil F-Score

No Kode Perusahaan Tahun Total Fraud

Score

1 AGRO

2013 -0.65

2014 -1.08

2015 -0.46

2 BABP

2013 -1.23

2014 0.45

2015 -0.18

3 BACA

2013 2.82

2014 0.00


(58)

4 BBKP

2013 -3.71

2014 -0.73

2015 -0.73

5 BBRI

2013 1.56

2014 -0.74

2015 -0.56

6 BCIC

2013 -0.80

2014 -2.47

2015 -0.42

7 BEKS

2013 -0.83

2014 -1.11

2015 -0.65

8 BNBA

2013 -0.69

2014 -0.82

2015 -1.21

9 BNGA

2013 -1.07

2014 -0.68

2015 0.22

10 BNII

2013 -0.96

2014 -1.05

2015 -0.61

11 BSIM

2013 -1.23

2014 -0.69

2015 -0.44

12 MAYA

2013 -0.72

2014 1.15

2015 -0.59

13 PNBS

2013 1.74

2014 2.35

2015 1.25

Berdasarkan hasil pengujian fraud-score, ketigabelas perusahaan yang

terindikasi melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan

tersebut, kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan model

diamond fraud untuk menguji adanya pengaruh faktor diamond fraud


(1)

3. Pengaruh Variabel Peluang dengan proksi Effective Monitoring terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Hasil pengujian variabel peluang dengan proksi efffective monitoring berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Peneliti menganalisa bahwa proksi effective monitoring ini tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan yang mungkin dapat disebabkan karena jumlah dewan komisaris independen dan jumlah keseluruhan dewan komisaris di suatu perusahaan pada tahun 2013 – 2015 yang selalu berubah – ubah. Selain itu hal ini diduga disebabkan karena jumlah dewan komisaris independen yang bekerja di perusahaan perbankan ini kurang bekerja dengan efektif dan maksimal. Peneliti juga memperkirakan bahwa pergantian dewan komisaris mungkin hanya mengikuti regulasi yang berlaku, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali) masih berkuasa dan berperan, Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiffany (2014) dan Norbarani (2012)

4. Pengaruh Variabel Peluang dengan proksi Nature of Industry terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Hasil pengujian variabel peluang dengan proksi nature of industry tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Proksi ini tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan di perusahaan perbankan diduga dikarenakan nilai


(2)

rata – rata perubahan piutang dan persediaan dari tahun ke tahun pada penelitian ini tidak jauh berbeda, sehingga besar kecilnya perubahan dalam piutang dan persediaan tidak memicu manajemen untuk melakukan kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiffany (2014).

5. Pengaruh Variabel Rasionalisasi dengan proksi Perubahan Auditor terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Hasil pengujian variabel rasionalisasi dengan proksi perubahan auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Perubahan auditor yang dilakukan setiap dua - tiga tahun diduga belum dapat digunakan sebagai indikator dalam mendeteksi kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan melakukan penggantian auditor karena syarat pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 yang mensyaratkan rotasi auditor dilakukan paling lama selama 3 (tiga) tahun berturut turut pada perusahaan klien yang sama. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosi (2014), dan Tiffani (2014) 6. Pengaruh Variabel Rasionalisasi dengan proksi Opini Auditor

Eksternal terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Hasil pengujian variabel opini auditor eksternal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan laporan


(3)

keuangan. Variabel opini auditor diproksikan dengan melihat pada ada tidaknya perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Menurut Annisya (2016) opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas ini disebabkan karena tiga hal, yaitu merupakan bentuk tolerir dari auditor atas adanya manajemen laba di suatu perusahaan, selain itu opini ini karena dalam laporan keuangan tersebut melibatkan auditor lain, atau karena opini tersebut merupakan penjelasan dari hal – hal tertentu. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fimanaya (2014), Sihombing (2014) dan Annisya (2016)

7. Pengaruh Variabel Kapabilitas dengan proksi Perubahan Direksi terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan

Hasil pengujian variabel capability berpengaruh positif tidak berpengaruh sebab pihak direksi atau pemangku kepentingan tertinggi di perusahaan tersebut menginginkan adanya perbaikan kinerja perusahaannya sehingga setiap tahun pada rapat umum pemegang saham ditetapkan perputaran direksi untuk mencari direksi yang lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu, pergantian direksi yang terjadi setiap tahunnya tidak memanfaatkan jabatannya untuk melakukan tindakan kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisya (2014), Sihombing (2014) dan Ardiyani (2015).


(4)

V. Kesimpulan dan Saran A. Simpulan

Faktor – faktor dalam model diamond fraud diduga masih belum dapat membuktikan hubungan dan pengaruhnya terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan karakteristik perusahaan perbankan dengan perusahaan jenis lainnya, dimana tingkat regulation dan controlling pada perusahaan perbankan yang berbeda dibandingkan perusahaan jenis lainnya sehingga praktek kecenderungan kecurangan laporan keuangan di perusahaan perbankan masih jarang ditemui.

B. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menambah sampel populasi perusahaan perbankan dan tahun pengamatan yang lebih panjang, menambah proksi variabel dari diamond fraud yang lain, dan dapat menggunakan variabel dependen yang lain sebagai pengukur dari kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

ACFE, 2012. Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse – 2012 Global Fraud Study. www.acfe.com/.../2012-report-to-nations.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2016 pk 06.44 WIB

Annisya, Mafiana. 2015. Pendeteksian Fraudulent Financial Statement dengan Analisis Fraud Diamond (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Lampung Ardiyani, Susmita dan Nanik. 2015. Analisis Determinan Financial Statement

melalui Pendekatan Fraud Triangle. Accounting Analysis Journal, Volume 4 No 1


(5)

Cressey, D. 1953. “Other people’s money’, dalam: The Internal Auditor as Fraud buster, Hilson, William. Et. Al. 1999. Managerial Auditing Journal, MCB University Press, Vol. 14(7) : 351 – 62

Fimanaya, Fira dan Muchammad Syafruddin. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2011). Diponegoro Journal of Accounting, Volume 3 No 3 hal 9 Ghozali,I.2011, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.

Semarang. Badan Penerbit UNDIP.

Hapsari, Asri Dita. 2014. Pendeteksian Tingkat Fraud melalui Faktor Risiko, Tekanan, dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan periode 2010 – 2012). Naskah Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kurniawati, Ema dan Surya Raharja. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi financial statement fraud dalam perspektif fraud triangle. Naskah Publikasi Ilmiah. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Kusumawardhani, Prisca. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Naskah Publikasi Ilmiah. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang diadopsi dalam SAS No 99. Prosiding. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

Pardosi, Rica Widya. 2014. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan menggunakan Fraud Score Model (Tahun 2010 – 2013). Naskah Publikasi Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung Puspatrisnanti, Tifani dan Fitriany. 2014. Analisis Hubungan Manajemen Laba

dan Fraud Dalam Laporan Keuangan. SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram

Putra, Wahyu Manuhara dan Marine Mardita Stiyaningtyas. 2015. Tindakan Kecurangan Keuangan dengan Analisis Model Fraud Diamond dengan Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi (Studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2012 – 2014). Naskah Publikasi Ilmiah. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

Ratmono, Dwi, Yuvita Avrie dan Agus Purwanto. 2014. Dapatkah Teori Fraud Triangle menjelaskan Kecurangan dalam Laporan Keuangan?, Simposium Nasional Akuntansi No 17 Mataram, Lombok, Universitas Mataram Hal 4 Rini, Viva yustitia. 2012. “Analisis Prediksi Potensi Risiko Fraudulent Financial

Statement melalui Fraud Score Model (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2010)”. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 1 No. 1, hal 4

Sihombing, Kennedy Samuel. 2014. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 – 2012. Skripsi. Universitas Diponegoro

Skousen et al., 2008. “Detecting and Predecting Financial Statement Fraud : The Effectiveness of Fraud Triangle and SAS No. 99”. In C.J. Skousen, K.R. Smith, & C.J. Wright, Advances in Financial Economics (pp. 53-81). Bingley: Emerald Group Publishing Limited.

Sukirman, Maylia Pramono Sari. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle (Studi Kasus pada Perusahan Publik di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 9 No 2

Sukrisnadi, Dedy. 2010. Pemakaian Ukuran F-Score dalam Kasus – Kasus Salah Saji Laporan Keuangan di Pasar Modal Indonesia. Tesis. Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Akuntansi Universitas Indonesia

Summers, S., & Sweeney, J. 1998. “Fraudulently Misstated Financial Statements and Insider Trading: An Empirical Analysis”. The Accounting Review. Volume 73 No 1.

Tiffani, Laila dan Marfuah. 2014. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi No 49, Universitas Islam Indonesia

Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle terhadap Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol 13 No 2 Yesiariani, Merissa dan Isti Rahayu. 2016. Analisis Fraud Diamond dalam

Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014) Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)

4 69 85

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDIKASI KECURANGAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL FRAUD DIAMOND (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

0 33 136

ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2015.

6 40 37

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA FINANCIAL STATEMENT FRAUD Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

1 10 13

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

0 4 18

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

0 0 67

PENGARUH FRAUD DIAMOND TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016

0 0 19

PENGARUH FRAUD DIAMOND TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016

0 0 15

PENDEKTEKSIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011-2014

0 0 14

Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Perspektif Fraud Diamond -

0 0 14