AFIKS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY JEPARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

AFIKS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY JEPARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

RAMANDA SAPUTRA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/ 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah karangan eksposisi siswa SMA Negeri 1 way Jepara tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara. Afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/ 2014 berjumlah 858 kata dengan rincian penggunaan yang tepat berjumlah 830 kata dan penggunaan yang tidak tepat berjumlah 28 kata. Penggunaan afiks tersebut terdiri atas kata


(2)

Ramanda Saputra

berprefiks sebanyak 374 kata yang terdiri atas prefiks {meN-} dengan variasi {men-, me-, meny-, meng-},prefiks {peN-} dengan variasi {pen-, pem-, peng-}, prefiks {per-}, {di-}, {ber-},{ter-}, dan {se-}; kata berkonfiks sebanyak 152 kata yang terdiri atas konfiks {peN-an} dengan variasi {pen-an, pem-an, peng-an}, konfiks {per-an}, {ber-kan}, {ke-an}, dan {se-nya}; kata bersimulfiks sebanyak 183 kata yang terdiri atas simulfiks {meN-kan} dengan variasi {meny-kan, meng-kan}dan simulfiks {meN-i} dengan variasi {meng-i, mem-i}; kata bersufiks sebanyak 147 penggunaan yang terdiri atas sufiks {-an}, {-kan}, dan{-i}; dan kata berinfiks sebanyak 2 penggunaan yang terdiri atas infiks {-em-}.


(3)

(4)

AFIKS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMAN 1 WAY JEPARA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

RAMANDA SAPUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... . 4

1.3 Tujuan Penelitian ... . 4

1.4 Manfaat Penelitian ... . 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... . 4

II. Landasan Teori ... . 6666 6 2.1 Proses Morfologis ... . 6

2.2 Afiks dan Afiksasi ... 6

2.2.1 Prefiks ... . 7

22 2.2.2 Infiks ... . 14

2.2.3 Sufiks ... . 16

2.2.4 Konfik ... . 18

2.2.5 Simulfiks ... . 22

2.3 Karangan ... . 22

2.4 Pengertian Eksposisi ... . 24

... 24

III. METODE PENELITIAN ... ... . 30

3.1 Desain Penelitian ... . 30

3.2 Populasi ... . 30

3.3 Sampel ... . 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... . 33


(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 36

4.1 Hasil Penelitian ... . 36

4.1.1 Penggunaan Kata Berprefiks ... . 36

4.1.2 Penggunaan Kata Berkonfiks ... . 37

4.1.3 Penggunaan Kata Bersimulfiks ... . 38

4.1.4 Penggunaan Kata Bersufiks ... . 39

4.1.5 Penggunaan Kata Berinfiks ... . 39

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... . 40

4.2.1 Penggunaan Kata Berprefiks ... . 40

4.2.2 Penggunaan Kata Berkonfiks ... . 51

4.2.3 Penggunaan Kata Bersimulfiks ... . 57

4.2.4 Penggunaan Kata Bersufiks ... . 60

4.2.4 Penggunaan Kata Berinfiks ... . 62

4.3 Afiks pada Karangan Eksposisi Siswa ... . 63

V. SIMPULAN DAN SARAN ... . 65

5.1 Simpulan ... . 65

5.2 Saran ... . 67 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran

2013/2014 ... 31 2. Jumlah Sampel siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun

Pelajaran 2013/2014 ... 33 3. Indikator Penggunaan Afiks ... 34 4. Data Afiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way

Jepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ... 36 5. Data Prefiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way

Jepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ... 37 6. Data Konfiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way

Jepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ... 38 7. Data Simulfiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way

Jepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ... 38 8. Data Sufiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way

Jepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ... 39 9. Data Infiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMAN 1 Way


(8)

(9)

(10)

(11)

Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah (nasibnya) sendiri. “

(Q.S. Ar-Rad: 11)

“Sesungguhnya sesudah kesulitaan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5)

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.”

(Q.S. Ali-Imron: 200)

“jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya allah SWT beserta orang-orang yang sabar”


(12)

PERSEMBAHAN

Terimakasih kepada Allah SWT untuk seluruh kenikmatan-Mu, dari yang terlihat maupun seluruh yang tersamarkan, untuk semua kebaikan lahir serta batin, atas segala perlindungan dari sesuatu yang bias dikendalikan maupun yang tak mampu dikendalikan, untuk kesempurnaan perlindungan terhadap keselamatan raga serta jiwa terdalam, kepada-Mu aku bergantung untuk kehidupan yang telah ditetapkan.

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa apabila semuanya terlalui dengan baik meski harus meneteskan darah sekalipun.

Kupersembahkan karya yang luar biasa ini khusus teruntuk ayahanda tercinta yang selalu menyertakan bayangannya disetiap langkah kaki menyusuri jalanan kehidupan, yang selalu memberi pesan yang terbawa oleh dering angin dan cahaya rembulan, yang selalu menjadi kebanggaan dan dikenang. Kupersembahkan juga karya ini teruntuk ibunda yang tak pernah jera untuk berhenti bersujud mendoakan demi kesuksesanku.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup lebih bermakna, karena tragedy terbesar dalam hidup bukanlah kematian namun hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, dan wujudkan mimpi menjadi sebuah kenyataan.


(13)

SANWACANA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis haturkan sebesarnya kepada Allah Subahanallahuwataalla yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Afiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M. Pd., dosen pembimbing I, yang selama ini telah banyak membantu, membimbing, penuh kesabaran, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(14)

viii

2. Eka Sofia Agustina, S. Pd., M. Pd., dosen pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Karomani, M. Si., dosen penguji atas kesediannya memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.

7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan FKIP Universitas Lampung, beserta stafnya.

8. Kepada bapak Sukri Yusuf (Alm) yang tercinta dan selalu terkenang indah dalam hati ini dan Ibu junaidah yang selalu tak henti-hentinya memberikan dukungan dalam doa.

9. Kepada kakak-kakakku Anggi Yuni Saputri dan Angga Meidi Saputra yang selalu memberikan segenap perhatiannya kepada penulis.

10.Kepada Relly Yoka Wulandari yang setia dan sabar selalu memberi semangat dan doa yang tiada hentinya.

11.Seluruh keluarga besar yang menanti keberhasilan penulis.

12.Sahabat seperjuangan, Restty Purwana Suwama, Erra Octafiona, Mediyansyah, Arifah Nur Isnaini, Ade Anggraini Kartika Devi, Arifal


(15)

Paslah, Devitasari, Dona Ratnasari, Eka Rahmatul Fitriani, Janatun Naim, Kalisa Eviyana, Mutiara Dini, Novala Rohmatarofi, Nuraini, Ria Anggraeni, Siti Andaria, Sukesi Hermansyah, Yuni Setiawati, dan Zusi Ardiana.

13.Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2010 yang penulis kasihi serta kakak dan adik tingkat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

14.Almamater tercinta.

Semoga Allah Swt. memberi sebaik-baik balasan kepada bapak, ibu dan rekan- rekan semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan. Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat membuka wawasan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandarlampung, Desember 2014 Penulis,


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 11 Maret 1993 di Way Jepara, Lampung Timur. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, putra pasangan Sukri Yusuf dan Junaidah.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1997 di T K Pertiwi Way Jepara dan diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah Dasar Negeri 1 Labuhan Ratu Satu diselesaikan tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara diselesaikan tahun 2007. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Tahun 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukamarga Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun yang sama penulis melakukan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP N 1 Suoh Lampung Barat.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat melakukan komunikasi secara langsung. Namun, saat melakukan komunikasi tidak langsung, para pengguna bahasa menggunakan bahasa tulis sebagai sarana yang dipilihnya. Bahasa tulis dan lisan yang digunakan tersebut terdiri atas serangkaian satuan bahasa yang saling berhubungan.

Satuan bahasa yang digunakan dalam komunikasi tersebut bertingkat-tingkat, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Satuan terkecil dalam sintaksis yang memunyai makna disebut kata, sedangkan yang terbesar disebut kalimat. Satuan yang lebih besar dari kata disebut frasa dan yang lebih besar dari frasa tetapi lebih kecil dari kalimat disebut klausa. Kemudian, satuan yang lebih besar dari kalimat disebut wacana. Wacana terdiri atas serangkaian kalimat. Teks karangan merupakan salah satu bentuk wacana yang biasanya terdiri atas beberapa bagian yang disebut paragraf.

Satuan yang lebih kecil dan bermakna di bawah kata disebut morfem. Morfem berkaitan dengan pembentukan kata. Satuan seperti diciptakan terdiri atas dua


(18)

2

morfem, yaitu morfem terikat di- dan -kan, dan morfem bebas cipta. Morfem terikat seperti di- dan –kan dikenal dengan nama imbuhan (afiks).

Afiks merupakan salah satu kajian morfologi. Morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas pengimbuhan, pengulangan, dan

pemajemukan. Pengimbuhan atau afiksasi adalah proses membubuhkan imbuhan pada bentuk dasar kata sehingga dihasilkan kata jadian atau kata berimbuhan. Imbuhan tersebut terbagi menjadi lima, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, dan konfiks. Melalui proses pengimbuhan tersebut, kata kerja dapat diubah fungsinya menjadi kata benda, dan sebaliknya. Sebagai contoh, saat seseorang ingin

mengungkapkan perbuatan yang sedang dilakukan maka seseorang tersebut akan menggunakan bentuk kata jadian yang mendapat imbuhan me- atau ber-, misal berlabuh atau merenung. Prefiks me- dan ber- berfungsi untuk membentuk kata kerja. Lain halnya jika seseorang ingin menyatakan tempat, bentuk imbuhan yang digunakan adalah konfiks per-an yang memunyai fungsi membentuk kata benda, salah satu artinya adalah menyatakan „tempat‟, misalnya pelabuhan (tempat kapal berlabuh).

Mengarang merupakan salah satu aspek pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan menulis. Menulis karangan sangat penting dimiliki oleh siswa karena kegiatan menulis dapat mengekspresikan atau menginformasikan kekayaan ilmu, pikiran, gagasan, perasaan, dan imajinasinya kepada orang lain.

Kemampuan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata secara aktif,


(19)

penguasaan kaidah gramatikal dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang baik, dan (3) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya. Jenis karangan yang dibelajarkan pada tingkat SMA adalah karangan argumentasi, eksposisi, persuasi, deskripsi, dan narasi. Dalam karangan tersebut akan banyak dijumpai pembentukan kata, yakni afiksasi.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis pada teks. Teks merupakan objek utama dalam materi yang dibelajarkan di kelas. Dalam kurikulum 2013 muatan materi teks eksposisi tersebar dalam kajian teks prosedur kompleks dan teks eksplanasi yang membuat sebaran materi tentang teks eksposisi lebih banyak dan luas daripada materi teks yang lainnya.

Data dalam penelitian ini diambil dari karangan eksposisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMA N 1 Way Jepara. Penulis memilih karangan eksposisi karena karangan eksposisi sedang dibelajarkan pada kelas X SMA N 1 Way Jepara. Karangan eksposisi berisi pemaparan suatu hal, proses, atau masalah sejelas-jelasnya yang bertujuan untuk memberi informasi atau penjelasan kepada pembaca.

SMA N 1 Way Jepara dipilih oleh penulis sebagai tempat penelitian karena lokasinya mudah dijangkau. Selain itu, SMA Negeri 1 Way Jepara merupakan salah satu sekolah terbaik di Provinsi Lampung yang berstandar internasional dan telah menggunakan kurikulum 2013.


(20)

4

Dari uraian yang penulis kemukakan, penulis merasa perlu mengadakan penelitian mengenai “Penggunaan Afiks pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penulis memilih SMA Negeri 1 Way Jepara sebagai tempat penelitian dikarenakan SMA Negeri 1 Way Jepara telah menggunakan Kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/ 2014?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memunyai tujuan untuk mendeskripsikan penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut 1. Siswa SMA Negeri 1 Way Jepara dapat mengetahui dan memahami

penggunaan afiks.

2. Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian di bidang bahasa Indonesia tentang penggunaan afiks pada pembelajaran karangan eksposisi.


(21)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sumber data penelitian ini adalah karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun pelajaran 2013/2014.

2. Fokus penelitian ini adalah afiks yang terdapat pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara.

3. Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara yang beralamat di jalan Pramuka Desa Labuhan Ratu Satu Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.


(22)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Proses Morfologis

Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhn afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25).

Proses pembentukan kata merupakan bagian dari linguistik yang dibahas dalam bidang morfologi. Morfologi dalam bidang linguistik membicarakan masalah bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 1998:3). Morfologi juga bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan kata arti (Tarigan, 1985:4).

2.2Afiks dan Afiksasi

Afiks adalah morfem yang membentuk kata yang selalu merupakan bentuk terikat. Afiks dapat dibedakan berdasarkan letaknya terhadap bentuk dasar. Terdapat beberapa afiks dalam bahasa Indonesia, yakni prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks, dan simulfiks. Afiksasi ialah proses memberi imbuhan pada kata dasar.


(23)

2.2.1 Prefiks (Awalan)

Prefiks merupakan salah satu jenis afiks yang produktif. Prefiks atau awalan adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi, dkk., 2003: 31). Misalnya, prefiks {-ber} pada kata bermain, bersiul, berjalan, bergurau, belajar. Berikut ini diuraikan jenis-jenis prefiks dalam bahasa Indonesia yang meliputi prefiks {ber-}, {per-}, {ke-}, {se-}, {peN-}, {di-}, {meN-}, dan {ter-}.

1) Prefiks {-ber}

Dalam pembentukan kata, prefiks {-ber} mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya (morfofonemik). Terdapat tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks {ber-} diletakkan pada bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah {be-}, {ber-}, dan {bel-} (Putrayasa, 2008: 17). Kaidah pembentukan prefiks {ber-} adalah sebagai berikut.

a) Prefiks {ber-} berubah menjadi {be-} jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.

Misalnya:

ber- + serta beserta ber- + runding berunding ber- + kerja bekerja

b) Prefiks {ber-} berubah menjadi {ber-} (tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula dengan fonem /r/ atau suku kata pertamanya tidak mengandung /er/.


(24)

8

Misalnya:

ber- + main bermain

ber- + kerudung berkerudung

ber- + dasi berdasi

c) Prefiks {ber-} berubah menjadi {bel-} jika dilekatkan pada bentuk dasar ajar.

ber- + ajar belajar

2) Prefiks {ke-}

Prefiks {ke-} tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara

merangkaikannya di depan kata yang diimbuhinya (Chaer, 1998: 258). Hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara ke- sebagai prefiks dan sebagai kata depan. Ke- sebagai kata depan kedudukannya sama dengan kata depan di dan dari. Oleh karena itu, sebagai kata depan penulisannya dipisahkan, sedangkan sebagai prefiks penulisannya digabung dengan kata dasar (Putrayasa, 2008: 22).

Pada umumnya prefiks {ke-} melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata bilangan, misalnya keempat, kelima, dan seterusnya. Ada juga yang melekat pada bentuk dasar yang bukan kata bilangan, tetapi jumlahnya terbatas (improduktif), seperti kehendak, ketua, kekasih, dan ketahu (Ramlan, 1987: 139).


(25)

3) Prefiks {se-}

Prefiks {se-} berasal dari kata sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan struktur kata, vokal a dilemahkan menjadi e (Putrayasa, 2008: 23). Prefiks {se-} tidak memunyai variasi bentuk. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya di muka kata yang diimbuhinya (Chaer, 1998: 262). Misalnya:

se- + rumah serumah se- + minggu seminggu

se- + luas seluas

se- + belum sebelum

4) Prefiks {peN-}

Dalam proses pembentukan kata prefiks {peN-} mengalami proses morfofonemik seperti prefiks {meN-}. Prefiks {peN-} dapat berubah menjadi {pe-}, {pen-}, {pem-}, {peng-}, {peny-}, dan {penge-} (Chaer, 1998: 266-268). Kaidah perubahan bentuk tersebut adalah sebagai berikut.

a) Prefiks {peN-} berubah menjadi {peng-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, dan semua vokal (a, i, u, e, o). Fonem /k/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu atau dengan kata lain mengalami peluluhan, sedangkan konsonan g/, /h/, /kh/, dan semua vokal (a, i, u, e, o) tetap diwujudkan.

Contoh: peN- + ambil pengambil peN- + garap penggarap


(26)

10

peN- + harap pengharap

b) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pe-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/. Contoh: peN- + makan pemakan

peN- + waris pewaris peN- + latih pelatih

c) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pen-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami

peluluhan, sedangkan fonem /d/ tetap diwujudkan. Contoh: peN- + datang pendatang

peN- + tanam penanam peN- + tukar penukar

Selain itu sesuai dengan ejaan yang berlaku, {pen-} digunakan juga pada kata-kata yang dimulai dengan fonem konsonan /c/ dan /j/. Contoh: peN- + cetak pencetak

peN- + curi pencuri peN- + jual penjual peN- + jahit penjahit

d) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pem-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, dan /f/. Fonem /p/ tidak

diwujudkan tetapi mengalami peluluhan dengan bunyi sengau dari prefiks itu.

Contoh: peN- + pukul pemukul peN- + bantu pembantu


(27)

peN- + fitnah pemfitnah

e) Prefiks {peN-} berubah menjadi {peny-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /s/. Fonem /s/ itu mengalami peluluhan dengan bunyi sengau prefiks itu.

Contoh: peN- + sayang penyayang peN- + sadar penyadar peN- + saring penyaring

f) Prefiks {peN-} berubah menjadi {penge-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.

Contoh: peN- + tik pengetik peN- + cek pengecek peN- + bom pengebom

5) Prefiks {di-}

Prefiks {di-} tidak memunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan kondisi maa pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya di- sebagai prefiks dan sebagai kata depan. Di- sebagai prefiks dilafalkan dan

dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya, sedangkan di- sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya (Chaer,1998: 244-245).

Contoh:

Dia ditangkap polisi tadi malam. Adik sedang belajar di perpustakaan.

Pada kalimat di atas, di- pada kata ditangkap adalah sebuah prefiks, sedangkan di- pada kata di perpustakaan merupakan sebuah kata depan.


(28)

12

6) Prefiks {meN-}

Prefiks {meN-} adalah imbuhan yang produktif. Pengimbuhannya

dilakukan dengan cara merangkaikannya di muka kata yang diimbuhinya. Dalam pembentukan kata, prefiks {meN-} mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. N (nasal) pada prefiks {meN-} tidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya (Putrayasa, 2008: 10). Prefiks {meN-} memunyai enam variasi bentuk, yaitu {me-}, {mem-}, {men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-}. Keenam bentuk perubahan prefiks {meN-} tersebut disebut alomorf dari prefiks {meN-}. Kaidah perubahan {meN-} tersebut adalah sebagai berikut (Chaer, 1998: 225-227).

(1) Prefiks {meN-} berubah menjadi {meng-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, dan semua vokal (a,i,u,e,o). Pada prefiks ini, fonem /k/ juga mengalami peluluhan. Contoh: meN- + ambil mengambil

meN- + kalahkan mengalahkan meN- + gulung menggulung

(2) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {me-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /r/, /y/, dan /w/ serta konsonan sengau /m/, /n/, /ny/, dan /ng/.

Contoh: meN- + latih melatih meN- + nyatakan menyatakan meN- + ramaikan meramaikan


(29)

(3) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {men-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/, dan /t/. Fonem /t/ pada prefiks ini mengalami peluluhan.

Contoh: meN- + datang mendatang meN- + tanam menanam meN- + tarik menarik

(4) Prefiks {meN-} berubah menjadi {mem-} jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/ dan /f/. Pada prefiks {mem-} fonem /p/ akan mengalami peluluhan.

Contoh: meN- + bantu membantu meN- + pukul memukul meN- + fitnah memfitnah

(5) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {meny-} apabila bentuk dasarnya bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/,dan /sy/. Fonem /s/ pada prefiks {meny-} akan mengalami peluluhan.

Contoh: meN- + jawab menjawab meN- + sayangi menyayangi meN- + sambar menyambar

(6) Prefiks {meN-} akan berubah menjadi {menge-} apabila diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.

Contoh: meN- + tik mengetik meN- + bom mengebom


(30)

14

7) Prefiks {ter-}

Prefiks {ter-} termasuk awalan yang produktif. Prefiks {ter-} memunyai dua macam bentuk, yaitu {ter-} dan {te-}. Prefiks bentuk {ter-}

digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan /r/, seperti terdapat pada kata-kata berikut.

ter- + angkat terangkat ter- + lena terlena ter- + kejut terkejut

Bentuk {te-} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /r/, seperti pada kata-kata berikut.

ter- + rasa terasa ter- + rawat terawat ter- + rendam terendam (Chaer, 1998: 251-252)

Selanjutnya, Putrayasa (2008: 19) menambahkan bahwa prefiks {ter-} juga dapat berubah menjadi {tel-}. Bentuk {tel-} hanya terjadi pada kata-kata tertentu seperti telanjur dan telentang.

2.2.2 Infiks (Sisipan)

Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar (Alwi, dkk., 2003: 31). Infiksasi dalam bahasa Indonesia kini sudah tidak produktif lagi. Pembubuhan infiks dalam pembentukan kata adalah dengan menyisipkan infiks tersebut di antara konsonan dan vokal pada suku pertama kata dasar.


(31)

Misalnya:

gigi + {-er-} = gerigi tunjuk + {-el-} = telunjuk guruh + {-em-} = gemuruh

Adakalanya dua buah infiks yang tidak sama digunakan bersama-sama pada sebuah kata dasar.

Misalnya:

getar + {-em-} + {-el-} = gemeletar getuk + {-em-} + {-er-} = gemeretuk

Pemakaian infiks (sisipan) dalam bahasa Indonesia hanya terbatas pada kata-kata tertentu. Infiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah {-el-}, {-em-}, {-er-}, dan {-in-}.

1) Infiks {-el-}

Dalam proses pembentukan kata infiks {-el-} tidak mengalami perubahan bentuk (Putrayasa, 2008: 26).

Contoh:

Telunjuk gadis itu luka tergores pisau.

Anak itu sedang bermain dengan gelembung-gelembung sabun.

2) Infiks {-em-}

Infiks {-em-} tidak memunyai variasi bentuk, dan merupakan imbuhan yang improduktif. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru (Chaer, 1998: 284).


(32)

16

Setiap hari aku mendengar gemerincing delman lewat di depan rumahku. Anak itu gemetar ketakutan ketika ketahuan mencuri.

3) Infiks {-er-}

Sama halnya dengan infiks {-el-} dan {-em-}, infiks {-er-} juga tidak memunyai variasi bentuk yang lain (Chaer, 1998: 284). Jika dibubuhkan pada bentuk dasar, infiks {-er-} akan tetap berbentuk {-er-}.

Contoh:

Seruling itu terbuat dari bambu. Gerigi gergaji itu sudah tumpul.

4) Infiks {-in-}

Infiks {-in-} juga tidak mengalami perubahan bentuk saat dibubuhkan pada sebuah kata dasar.

Contoh:

Kita harus menjaga kesinambungan antara kedua pernyataan itu.

2.2.3 Sufiks (Akhiran)

Sufiks adalah morfem terikat yang ditempatkan di bagian belakang kata (Alwi, dkk.. 2003: 31). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Putrayasa (2008: 27) yang menyatakan sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang diletakkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata.

Kridalaksana (1996: 64-81) menyebutkan sufiks-sufiks dalam bahasa Indonesia, yaitu sufiks an}, i}, kan}, nya}, in}, al}, il}, iah},if}, ik}, is}, istis}, at}, si}, ika}, ir}, ur}, ris},us}, isme}, is},


(33)

{-isasi}, {-isida}, {-ita}, {-or}dan {-tas}. Selain sufiks-sufiks di atas, terdapat pula sufiks serapan lain, seperti {-man}, {-wan}, dan {-wati} (Putrayasa 2008: 31-32)..

1) Sufiks {-an}

Penggunaan sufiks {-an} dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat produktif. Dalam proses pembentukan kata, sufiks {-an} tidak mengalami perubahan bentuk. Jadi, untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap {-an} (Chaer, 1998: 204).

Contoh:

Seluruh daratan Eropa sudah dikuasai tentara sekutu. Ia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

2) Sufiks {-i}

Sufiks {-i} juga tidak memunyai variasi bentuk. Pengimbuhannya dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya. Hal yang perlu diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan fonem /l/ tidak dapat diberi sufiks {-i} (Chaer, 1998: 201).

Contoh:

Garami dulu masakan itu!

Tentara itu menembaki benteng musuh.

Desa yang akan kita kunjungi berada di balik bukit itu.

Kridalaksana (1996: 66) menambahkan bahwa sufiks {-i} memunyai alomorf {-i}, {-wi}, dan {-ni}.

Contoh: Setiap manusia harus mempertimbangkan hal-hal surgawi. Ia sedang mengembangkan kekuatan jasmani.


(34)

18

3) Sufiks {-kan}

Sufiks {-kan} tidak mengalami perubahan bentuk saat dibubuhkan pada kata dasar (Putrayasa, 2008: 28).

Contoh:

Jangan bidikkan pistol itu kepadaku. Tolong bukakan pintunya.

2.2.4 Konfiks

Konfiks adalah kesatuan afiks yang secara bersama-sama membentuk sebuah kelas kata (Putrayasa, 2008: 36). Konfiks diimbuhkan secara serentak atau bersamaan pada bentuk dasar. Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna gramatikal (Kridalaksana, 1996: 29). Berikut ini akan diuraikan konfiks-konfiks dalam bahasa Indonesia, yang meliputi konfiks {ke-an}, {per-an}, {peN-an}, {-ber-an}, {ber-kan}, dan {se-nya} (Ramlan, 1987: 158-175).

1) Konfiks {ke-an}

Konfiks {ke-an} adalah gabungan prefiks {-ke} dan sufiks {-an} yang secara bersama-sama atau serentak diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar (Chaer, 1998: 260). Umpamanya pada kata dasar nakal yang sekaligus diimbuhkan prefiks {-ke} dan sufiks {-an} itu sehingga langsung menjadi kata kenakalan.

2) Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} memunyai tiga macam bentuk, yaitu {per-an}, {pe-an}, dan {pel-an}. Kaidah penggunaannya adalah sebagai berikut (Chaer, 1998: 279-280).


(35)

a) Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} dapat digunakan pada kata dasar yang berupa verba dan adjektiva, yang verba berimbuhannya berprefiks {ber-} atau berimbuhan gabung {memper-}, {memper-i} atau {memper-kan} . Misalnya pada kata-kata seperti perdagangan, pertanian,

persembahan, dan sebagainya. Selain itu, konfiks {per-an} dapat juga digunakan pada nomina yang menyatakan makna „tentang atau

masalah‟. Misalnya pada kata-kata seperti perkotaan, pertokoan, perindustrian, dan sebagainya.

b) Konfiks {pe-an}

Konfiks {pe-an} dapat digunakan pada: (a) verba berprefiks {ber-} dalam bentuk {be-}. Seperti pada kata-kata pekerjaan dan peternakan; dan (b) nomina yang menyatakan „tempat, wilayah atau daerah‟. Seperti pada kata pegunungan, pedalaman, pedesaan, dan sebagainya. c) Konfiks {pel-an}

Konfiks {pel-an} dapat digunakan hanya pada kata ajar, yaitu menjadi pelajaran.

3) Konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} adalah prefiks {peN-} dan sufiks {-an} yang diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata atau bentuk dasar. Konfiks {peN-an} memunyai enam macam bentuk, yaitu {pe-an}, {pem-an}, {pen-{pem-an}, {peny-{pem-an}, {peng-an} dan {penge-an}. Kaidah


(36)

20

morfofonemik pembentukan konfiks {peN-an} di atas akan dijabarkan sebagai berikut (Chaer, 1998: 274-275).

(1) Bentuk {pe-an} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w/, /y/, /m/, /n/, /ng/, dan /ny/. Misalnya seperti pada kata pelarian, perawatan, penantian, dan sebagainya.

(2) Bentuk {pem-an} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/. Konsonan /p/ akan diluluhkan dengan bunyi sengau dari afiks itu. Seperti pada kata pembinaan, pemisahan, pemotongan, dan sebagainya.

(3) Bentuk {pen-an} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /d/ dan /t/. Konsonan /t/ pada konfiks ini akan diluluhkan. Misalnya pada kata pendirian, penentuan, penembakan, dan

sebagainya. Selain itu, bentuk {pen-an} digunakan juga pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /c/ dan /j/. Misalnya pada kata

penjualan, pencegahan, pencarian, dan sebagainya.

(4) Bentuk {peny-an} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /s/, dan konsonan /s/ itu diluluhkan dengan bunyi sengau dari afiks tersebut. Misalnya pada kata penyaringan, penyetoran, penyusunan, dan sebagainya.

(5) Bentuk {peng-an} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /k/, /kh/, /h/, /g/, serta vokal (a, i, u, e, o). Konsonan /k/ pada bentuk ini diluluhkan dengan bunyi nasal dari imbuhan itu. Misalnya pada kata pengiriman, penghabisan, pengairan, dan sebagainya.


(37)

(6) Bentuk {penge-an} digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Misalnya pada kata pengetikan, pengelasan, pengesahan, dan sebagainya.

4) Konfiks {ber-an}

Pembentukan kata dengan menggunakan konfiks {ber-an} yaitu berupa prefiks {ber-} dan sufiks {-an} itu diimbuhkan secara bersamaan (serentak) pada sebuah bentuk dasar, seperti pada kata bermunculan.

5) Konfiks {ber-kan}

Dalam proses pembentukan kata, konfiks {ber-kan} tidak mengalami perubahan bentuk. Pada konfiks ini, verba yang dibentuk harus berpelengkap (Kridalaksana, 1996: 59).

Contoh:

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila.

6) Konfiks {se-nya}

Pada umumnya konfiks {se-nya} berkombinasi dengan proses

pengulangan/reduplikasi. Misalnya pada kata sepenuh-penuhnya, serajin-rajinnya, sekuat-kuatnya, setinggi-tingginya, dan sebagainya (Ramlan, 1987: 174). Konfiks ini juga tidak mengalami perubahan bentuk.


(38)

22

2.2.5 Simulfiks

Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiap-tiap unsurnya tetap memepertahankan arti dan fungsinya masing-masing (Keraf, 1984:115).

1. Simulfiks (meN-kan)

Simulfiks (meN-kan) mewngalami perubahan bentuk yang hampir sama dengan (meN) menjadi (mem-kan), (men-kan), (meny-kan), (meng-kan), dam (me-kan).

Contoh : meN + tiru + kan  menirukan meN + cerita + kan  mencaeritakan meN + terang + kan  menerangkan 2. Simulfiks (meN-i)

Simulfiks (meN-i) mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses morfofonemiknya sama halnya dengan preifiks (meN) yang mengalami perunahan benuk menjadi (mem-i), (men-i), (meny-i), dan (me-i). Contoh : meN + sebrang +i  menyebrangi

meN + nikah + i  menikahi

2.3 Karangan

Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea (Finoza, 2009:234). Ahmadi (1989: 9) mengatakan bahwa pada umumnya karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan komunikatif antara penulis dan pembaca berdasarkan teks


(39)

yang telah dihasilkan. Makna tidak semata-mata diberikan oleh penulis kepada pembaca. Penulis tidak diasumsikan pasti dapat mengomunikasikan secara langsung segala makna yang diinginkannya melalui bahasa yang dihasilkannya kepada pembaca.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil karya tulisan seseorang yang berupa karya tulis yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, dan, pendapat kemudian menyampaikanya kepada pembaca untuk dipahami.

Suatu karangan yang tersusun sempurna dan baik, betapapun panjang atau pendeknya selalu mengandung tiga bagian utama dan setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda (Suyanto, 2011:65). Adapun bagian dalam karangan adalah sebagai berikut.

1. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk (a) menarik minat pembaca, (b) mengarahkan perhatian pembaca, (c)

menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, dan (d) menjelaskan kapan dan dibagian mana suatu hal akan diperbincangkan. 2. Bagian Isi

Bagian isi sebagai jembatan yang menghubungkan antara bagan

pendahuluan dan bagian penutup. Bagian isi merupakan bagian penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada pendahuluan.


(40)

24

3.Bagian Penutup

Bagian penutup adalah salah satu kombinasi dari fungsi untuk (a)

memberikan kesimpulan, (b) penekanan bagian-bagian tertentu, (c) klimaks, (d) melengkapi, serta (e) merangsang pembaca untuk mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah dijelaskan atau diceritakan.

2.4 Pengertian Eksposisi

Eksposisi berasal dari katabahasa inggris “exposition” yang berarti “membuka” atau “memulai”. Eksposisi adalah suatu karangan yang memberikan, mengupas atau menguraikan suatu informasi yang dilakukan tanpa disertai desakan atau paksaan kepada pembaca agar menerima sesuatu yang diapaparkannya. Untuk memperjelas uraiannya biasanya eksposisi disertai juga dengan grafik, gambar atau statistik.

Karangan eksposisi merupakan karangan yang bermaksud untuk memaparkan pengetahuan dan pengalaman penulis yang diperolehnya dari kajian pustaka atau lapangan dengan tujuan untuk menambah wawasam dan pengetahuan pembaca tentang suatu hal (Dalman, 2011:119). Karangan eksposisi adalah suatu corak karangan yang menerangkan atau menginformasikan sesuatu hal yang

memperluas pandangan, wawasan atau pengetahuan pembaca.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan yang memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, statistik, peta dan grafik tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan eksposisi


(41)

bertujuan untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca.

2.4.1 Ciri-ciri Karangan Eksposisi

Ciri-ciri karangan eksposisi adalah sebagai berikut.

1. Eksposisi itu karangan yang berisi pendapat, gagasan, dan keyakinan. 2. Eksposisi memerlukan fakta yang diperlukan dengan angka, statistik, peta,

dan grafik.

3. Eksposisi memerlukan analisis dan sintesis.

4. Eksposisi menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, penelitian, keyakinan.

5. Eksposisi menjauhi sumber daya khayal.

6. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang informatif dengan kata-kata yang denotatif.

7. Penutup eksposisi berisi penegasan.

2.4.2 Tujuan Menulis Eksposisi

Tujuan karangan eksposisi adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi atau keterangan yang sejelas-jelasnya tentang objek, meskipun pembaca belum pernah mengalami atau mengamati sendiri, tanpa memaksa orang lain untuk menerima gagasan atau informasi.

2. Memberitahu, mengupas, menguraikan, dan menerangkan sesuatu. 3. Menyajikan fakta dan gagasan yan disusun sebaik-baiknya sehingga


(42)

26

4. Digunakan untuk menjelaskan hakikat sesuatu, memberikan petunjuk mencapai atau menegrjakan sesuatu, menguraikan proses, dan

menerangkan pertalian antara satu hal dengan hal yang lainnya (Dalman, 2012: 120).

2.4.3 Langkah-langkah Menulis Eksposisi

Langkah-angkah menulis eksposisi adalah sebagai berikut. 1. Menetapkan Tema Tulisan

Dalam membuat karangan eksposisi langkah pertama yang harus dilakukan ialah menentukan tema. Tema tulisan inilah yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi tulisan.

2. Menetukan Tujuan Penulisan

Menentukan tujuan penulisan adalah menerangkan pokok persoalan yang terkandung dalam tema. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang harus disusun dengan sebaik-baiknya agar mudah dipahami pembaca. 3. Mengumpulkan Bahan Tulisan

Bahan tulisan eksposisi dapatdoperoleh dri berbagai sumber, ,isalnya buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Bahan tulisan dapat juga diperoleh dari wawancara pakar dalam masalah yang akan dibahas. 4. Menetapkan Kerangka Tulisan

Dalam menulis karanga diperlukan juga membuat kerangka tulisan, karena seluruh bahan yang dikumpulkan harus dirinci dan diseleksi dengan cemat. Tujuan membuat kenrangka karangan ini adalah agar penulis mudah mengembangkan isi karangan.


(43)

Setelah kerangka tulisan selesai, lalu tulisan dikembangkan sehingga pengembangan tulisan dapat dikerjakan dengan baik. Semua pikiran utama dari pikiran yang terdapat dalam kerangka tukisan dikembangkan menjadi kalimat utama dan kalimat penjelas. Tentu dalam pengembangan kalimat utama dan kalimat penjelas dikerjakan dengan memerhatikan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.4.4 Jenis-jenis Eksposisi

Terdapat beberapa jenis eksposisi dengan metode pengembangan. Jenis pengembangannya adalah sebagai berikut.

1. Metode Identifikasi

Metode identifikasi merupakan sebuah metode yang meyebutkan ciri-ciri atau unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas. Dalam keseharian kita sering menggunakan metode ini untuk menjawab pertanyaan apa, siapa dan dimana.

2. Metode Perbandingan

Metode perbandingan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan atara dua objek atau lebih. Metode ini digunakan untuk membantu pembaca dalam memahami dengan jelas suatu objek yang sudah diketahui.


(44)

28

3. Metode Ilustrasi atau Eksemplifikasi

Metode ini berusaha memberikan gambaran atau penjelasan yang khusus atau konkret atau suatu prinsip prinsip umum atau gagasan umum. Pada metode ilistrasi penulis ingin menjelaskan suatu prinsip umum atau suatu kaidah yang lebih luas ruang lingkupnya, dengan menunjukkan suatu yang khusus.

4. Metode Klasifikasi

Metode klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau mengelopokkan bermacam-macam subjek dalam satu kelas. Kelas merupakan suatu konsep mengenai ciri-ciri yang serupa yang harus dimiliki oleh barang-barangatau sekelompok subjek tertentu. Barang-barang atau bermacam-macam subjek yang dikelompokkan dalam satu kelas harus memiliki pertalian yang jelas dan logis.

5. Metode Definisi

Secara umum definisi itu adalah eksposisi terhadap kata-kata. Para pemakai bahasa biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya. Semakin jelas pembatasan arti itu bagi penulis maupun pembaca, maka semakin jelas pula komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran penulis atau pembaca tersebut.

6. Metode Analisis

Analisis merupakan proses penalaran yang menguraikan bagian-bagian fungsional yang membentuk sesuatu yang utuh. Cara menganalisis sesuatu juga bermacam-macan sesuai dengan penglihatan dan penalaran


(45)

menghasilkan penemuan baru mengenal struktur itu akan mencerminkan ketajaman penglihatan dan pemikiran seseorang. Metode analisis memiliki beberapa macam pengembangannya yaitu 1) analisis proses, 2) analisis fungsional, 3) analisis proses, 4) analisis kausal (Keraf, 1982:7).


(46)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6). Penulis bermaksud untuk mendiskripsikan pengguaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/2014.

3.2 Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2010: 118). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 323 siswa yang tersebar dalam sembilan kelas. Rincian untuk masing-masing kelas, penulis uraikan pada tabel berikut ini.


(47)

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014

No. Kelas Jumlah Siswa

1 X IPA 1 36

2 X IPA 2 35

3 X IPA 3 36

4 X IPA 4 35

5 X IPA 5 35

6 X IPS 1 37

7 X IPS 2 37

8 X IPS 3 37

9 X IPS 4 35

Jumlah keseluruhan siswa 323

(Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014)

3.3 Sampel

Sampel dapat didefinisikan sebagaian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi (Subana, 2000: 25). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling (Margono, 2010:126). Teknik simple random sampling memungkinkan setiap unit sampling sebagai unsur populasi memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel. Penulis menggunakan teknik simple random sampling karena yang menjadi populasi dalam penelitian ini tidak terlalu besar. Populasi terdiri atas 323 orang siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara yang terbagi ke dalam Sembilan kelas kelas.

Jumlah populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara berjumlah 323 siswa, maka dalam penetapan besar-kecilnya sampel tidak menggunakan perhitungan


(48)

32

statistik. Margono (2007: l23) menyatakan bahwa penetapan besar-kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi sehingga jumlah sampelnya adalah 15% x 323 = 48 siswa.

Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian. Cara undian meminimalkan ketidakadilan dalam memilih sampel karena pengambilan dari masing kelasnya dilakukan secara acak Pengambilan sampel masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Peneliti menuliskan nomor urut siswa berdasarkan daftar kehadiran siswa pada kertas kecil, menggulung kertas tersebut, lalu memasukan ke dalam gelas plastik, kemudian menutup gelas dengan plastik dan memberi sedikit lubang (dilakukan pada setiap kelas).

2. Mengocok gelas dan mengeluarkan satu gulungan kertas. Setiap nomor yang keluar dicatat dan dijadikan sampel penelitian. Kemudian, gulungan kertas dimasukkan kembali ke dalam gelas. Hal yang sama dilakukan pada setiap kelas hingga diperoleh sampel sebanyak 48 siswa.

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014


(49)

No. Kelas Jumlah Siswa Persentase Sampel yang Ditetapkan

1 X IPA 1 36 15 % 5

2 X IPA 2 36 15 % 5

3 X IPA 3 36 15 % 5

4 X IPA 4 36 15 % 5

5 X IPA 5 36 15 % 5

6 X IPS 1 36 15 % 6

7 X IPS 2 36 15 % 6

8 X IPS 3 36 15 % 6

9 X IPS 4 35 15 % 5

Jumlah 316 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang bias digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik-teknik yang bisa digunakan adalah: (1) tes, (2) angket dan kuisioner, (3) wawancara atau interview, (4) observasi atau pengamatan, dan (5) telaah dokumen.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data dari karangan eksposisi siswa SMA Negeri 1 way Jepara tahun pelajaran 2013/2014.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/2014.


(50)

34

3. Menentukan kata yang menggunakan afiks dalam karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/2014. 4. Mengklasifikasikan penggunaan afiks sesuai dengan imbuhan yang

digunakan.

Tabel 3.3 Indikator Penggunaan Afiks

No Indikator Deskriptor

1 Prefiks Prefiks atau awalan adalah afiks yang ditempatkan di bagian depan kata dasar. Jenis-jenis prefiks dalam bahasa Indonesia meliputi prefiks {ber-}, {per-}, {ke-}, {se-}, {pe-}, {peN-}, {di}, {meN-}, dan {ter-}. 2 Infiks Infiks atau sisipan adalah afiks

yang diselipkan di tengah kata dasar. Infiks dalam bahasa Indonesia meliputi –el, em, -er-.

3 Sufiks Sufiks adalah afiks yang

ditempatkan di bagian belakang kata. Sufiks dalam bahasa Indoesia meliputi –an , -kan, dan -i

4 Konfiks Konfiks adalah afiks yang terdiri atas prefiks dan sufiks yang ditempatkan di antara kata dasar. Konfiks dalam bahasa Indonesia meliputi {ke-an}, {per-an}, {peN-an}, {ber-an}, {ber-kan}, {se-nya}, (di-kan), (di-i).

5 Simulfiks Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiap-tiap unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing. Simulfiks dalam bahasa


(51)

Indonesia terdiri atas (meN-kan), (meN-i).

5. Memberi tanda kepada setiap afiks yang tepat dan tidak tepat.

6. Menganalisis penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa dari segi bentuk dan makna.


(52)

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/ 2014 berjumlah 858 kata dengan rincian penggunaan kata yang tepat berjumlah 830 kata dan penggunaan kata yang tidak tepat berjumlah 28 kata. Penggunaan prefiks merupakan afiks yang paling banyak muncul yaitu dengan jumlah 374 kata. Selanjutnya adalah Penggunaan simulfiks dengan jumlah 183 kata, penggunaan kata berkonfiks 152 kata, penggunaan kata bersufiks 147 kata , dan yang paling sedikit muncul adalah penggunaan kata berinfiks yaitu 2 kata. Berikut ini adalah rincian penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara.

1. Penggunaan prefiks yang paling banyak muncul adalah kata berprefiks {meN-} sebanyak 134 kata dengan beberapa variasi yaitu {men-}, {mem-}, {me-}, {meny-}, dan {meng-}. Penggunaan kata berprefiks {peN-}

sebanyak 12 kata dengan penggunaan yang tepat berjumlah 8 kata dan penggunaan yang tidak tepat berjumlah 4 kata dengan berbagai jenis variasi seperti {pen-}, {pem-}, dan {peng-}. Penggunaan kata berprefiks {ber-} berjumlah 106 kata . Penggunaan kata berprefiks {pe-} sebanyak 23 kata. Penggunaan kata berprefiks {ter-} sebanyak 64 kata. Penggunaan


(53)

kata berprefiks {se-} sebanyak 17 kata. Penggunaan kata berprefiks {di-} sebanyak 18 kata.

2. Penggunaan kata berkonfiks berjumlah 152 kata yang terdiri atas

penggunaan kata berkonfiks {peN-an}, {per-an}, {ber-an}, {di-kan}, {di-i}, dan {se-nya}. Penggunaan kata berkonfiks {peN-an} yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 34 kata. Konfiks {pe-an} memiliki beberapa morfem, yaitu {pen-an}, {pem-an}, dan {peng-an}. penggunaan konfiks {per-an} berjumlah 39 kata.Penggunaan kata berkonfiks {ber-an} berjumlah 9 kata. Penggunaan kata berkonfiks {ke-an} 59 kata. Penggunaan kata berkonfiks {se-nya} berjumlah 9 kata.

3. Penggunaan kata bersimulfiks berjumlah 183 kata yang terdiri atas penggunaan kata bersimulfiks {meN-kan} dan {meN-i}. penggunaan kata bersimulfiks {meN-kan} sebanyak 87 kata dengan beberapa jenis variasi yaitu {meny-kan} dan {meng-kan}. Penggunaan kata bersimulfiks {meN-i} berjumlah 96 kata dengan rincian penggunaan yang tepat berjumlah 72 kata yang tepat dan penggunaan yang tidak tepat berjumlah 24 kata dengan berbagai jenis variasi yaitu {meng-i}dan {mem-i}.

4. Penggunaan kata bersufiks berjumlah 147 kata yang terdiri atas sufiks {-an}, {-k{-an}, dan {-i}. Pengunaan kata bersufiks {-an} berjumlah 59 kata, penggunaan kata bersufiks {-kan} berjumlah 84 kata, dan penggunaan kata bersufik {-i} berjumlah 4 kata.


(54)

67

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut. 1. Siswa SMA Negeri 1 Way Jepara hendaknya lebih mencermati kaidah

pembentukan kata berimbuhan sehingga penggunaan kata berimbuhan tersebut menjadi tepat.

2. Siswa SMA Negeri 1 Way Jepara hendaknya lebih mendalami bagaimana pembentukan afiks dari sebelum ataupun sesudah dibubuhi afiks dan bagaimana pemaknaannya.

3. Dalam mengajarkan materi tentang kebahasaan khususnya pembentukan kata, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia seyogianya lebih


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Muhsin. 1990. Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Alwi, Hasan.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Chaer, Abdul. 1998. Morfologi Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta

Dalman. 2011. Keterampilan Menulis. Jakarta. Rajawali Press.

Depdiknas. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang disempurnakan dan Pedoman Umum Istilah:Yhrama Widya.

Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia. Keraf, Gorys.1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.

___________1984. Tata Baha Indonesia. Jakarta : Nusa Indah

Kridalaksana, Harimurti.1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rordakarya Putrayasa, Ida Bagus.2008. Kajian Morfologi. Bandung: PT Refika Aditama

Ramlan, M. 1987. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriptif). Yokyakarta : CV Karyono Samsuri. 1983.Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga


(56)

Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar.Yokyakarta: Ardana Media.

Tarigan, Henri Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung : Universitas Lampung.


(1)

Indonesia terdiri atas ( meN-kan), (meN-i).

5. Memberi tanda kepada setiap afiks yang tepat dan tidak tepat.

6. Menganalisis penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa dari segi bentuk dan makna.


(2)

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2013/ 2014 berjumlah 858 kata dengan rincian penggunaan kata yang tepat berjumlah 830 kata dan penggunaan kata yang tidak tepat berjumlah 28 kata. Penggunaan prefiks merupakan afiks yang paling banyak muncul yaitu dengan jumlah 374 kata. Selanjutnya adalah Penggunaan simulfiks dengan jumlah 183 kata, penggunaan kata berkonfiks 152 kata, penggunaan kata bersufiks 147 kata , dan yang paling sedikit muncul adalah penggunaan kata berinfiks yaitu 2 kata. Berikut ini adalah rincian penggunaan afiks pada karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Jepara.

1. Penggunaan prefiks yang paling banyak muncul adalah kata berprefiks {meN-} sebanyak 134 kata dengan beberapa variasi yaitu {men-}, {mem-}, {me-}, {meny-}, dan {meng-}. Penggunaan kata berprefiks {peN-}

sebanyak 12 kata dengan penggunaan yang tepat berjumlah 8 kata dan penggunaan yang tidak tepat berjumlah 4 kata dengan berbagai jenis variasi seperti {pen-}, {pem-}, dan {peng-}. Penggunaan kata berprefiks {ber-} berjumlah 106 kata . Penggunaan kata berprefiks {pe-} sebanyak 23 kata. Penggunaan kata berprefiks {ter-} sebanyak 64 kata. Penggunaan


(3)

kata berprefiks {se-} sebanyak 17 kata. Penggunaan kata berprefiks {di-} sebanyak 18 kata.

2. Penggunaan kata berkonfiks berjumlah 152 kata yang terdiri atas

penggunaan kata berkonfiks {peN-an}, {per-an}, {ber-an}, {di-kan}, {di-i}, dan {se-nya}. Penggunaan kata berkonfiks {peN-an} yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 34 kata. Konfiks {pe-an} memiliki beberapa morfem, yaitu {pen-an}, {pem-an}, dan {peng-an}. penggunaan konfiks {per-an} berjumlah 39 kata.Penggunaan kata berkonfiks {ber-an} berjumlah 9 kata. Penggunaan kata berkonfiks {ke-an} 59 kata. Penggunaan kata berkonfiks {se-nya} berjumlah 9 kata.

3. Penggunaan kata bersimulfiks berjumlah 183 kata yang terdiri atas penggunaan kata bersimulfiks {meN-kan} dan {meN-i}. penggunaan kata bersimulfiks {meN-kan} sebanyak 87 kata dengan beberapa jenis variasi yaitu {meny-kan} dan {meng-kan}. Penggunaan kata bersimulfiks { meN-i} berjumlah 96 kata dengan rincian penggunaan yang tepat berjumlah 72 kata yang tepat dan penggunaan yang tidak tepat berjumlah 24 kata dengan berbagai jenis variasi yaitu {meng-i}dan {mem-i}.

4. Penggunaan kata bersufiks berjumlah 147 kata yang terdiri atas sufiks {-an}, {-k{-an}, dan {-i}. Pengunaan kata bersufiks {-an} berjumlah 59 kata, penggunaan kata bersufiks {-kan} berjumlah 84 kata, dan penggunaan kata bersufik {-i} berjumlah 4 kata.


(4)

67

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut. 1. Siswa SMA Negeri 1 Way Jepara hendaknya lebih mencermati kaidah

pembentukan kata berimbuhan sehingga penggunaan kata berimbuhan tersebut menjadi tepat.

2. Siswa SMA Negeri 1 Way Jepara hendaknya lebih mendalami bagaimana pembentukan afiks dari sebelum ataupun sesudah dibubuhi afiks dan bagaimana pemaknaannya.

3. Dalam mengajarkan materi tentang kebahasaan khususnya pembentukan kata, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia seyogianya lebih


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Muhsin. 1990. Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Alwi, Hasan.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Chaer, Abdul. 1998. Morfologi Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta

Dalman. 2011. Keterampilan Menulis. Jakarta. Rajawali Press.

Depdiknas. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang disempurnakan dan Pedoman Umum Istilah:Yhrama Widya.

Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia. Keraf, Gorys.1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.

___________1984. Tata Baha Indonesia. Jakarta : Nusa Indah

Kridalaksana, Harimurti.1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rordakarya Putrayasa, Ida Bagus.2008. Kajian Morfologi. Bandung: PT Refika Aditama

Ramlan, M. 1987. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriptif). Yokyakarta : CV Karyono Samsuri. 1983.Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga


(6)

Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar.Yokyakarta: Ardana Media.

Tarigan, Henri Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung : Universitas Lampung.