PEMBELAJARAN MEMBANDINGKAN TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X MIA DAN X IS SMA NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN MEMBANDINGKAN TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X MIA DAN X IS SMA NEGERI 1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

NOVALA ROKHMATAROFI

Pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMAN 1 Gadingrejo merupakan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Untuk mengetahui pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks di SMAN 1 Gadingrejo, penulis melakukan penelitian dengan menganalisis kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

pembelajran. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1 SMAN 1 Gadingrejo, yang mencakupi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penulis mendeskripsikan hasil penelitian mencakup tiga hal yakni perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1 SMAN 1 Gadingrejo. Objek dalam penelitian adalah aktivitas

pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks yang dilakukan guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru telah sesuai dengan 25 indikator dari 30 indikator yang ada dalam instrumen perencanaan pembelajaran Kurikulum 2013. Pelaksanaan pembelajaran juga telah dilaksanakan sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, dari 38 indikator yang ada dalam instrumen pelaksanaan pembelajaran menunjukkan adanya kesesuaian 34 indikator. Guru berhasil menuntun siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1 untuk

menerapkan pendekatan scientific sesuai yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1 telah melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa yang masuk ke SMAN 1 Gadingrejo merupakan siswa terbaik yang lulus seleksi serangkaian tes masuk penerimaan siswa baru dan didukung dengan sarana


(2)

dan prasarana belajar yang lengkap. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru pada pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks telah dilaksanakan sesuai dengan skenario yang dirancang oleh guru dan hasil penilaian yang didapat cukup memuaskan. Penilaian yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran

membandingkan teks prosedur kompleks ada dua, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses menghasilkan penilaian ranah sikap, pada penilaian ini terlihat sepanjang aktivitas pembelajaran guru selalu membawa papan nilai untuk memantau aktivitas yag dilakukan oleh siswa. Penilaian hasil menggunakan tes tertulis dan tes unjuk kerja menghasilkan penilaian pada ranah pengetahuan. Berdasarkan hasil tersebut, pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks pada siswa kelas X MIA dan X IS SMAN 1 Gadingrejo sudah dilaksanakan sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 30 November 1991. Penulis adalah anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Ayah Ari Sutarman dan Ibu Rusminah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1997 di Taman Kanak-Kanak Aisiyah III Pringsewu, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Pringsewu pada tahun 1998-2004.

Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama di SMPN 1 Pringsewu, lalu melanjutkannya di SMAN 1 Gadingrejo dan selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pengalaman mengajar didapatkan penulis ketika

melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 2 Sumberjaya, Lampung Barat tahun pelajaran 2013/2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk dua “malaikat” yang telah Allah Swt. hadiahkan kepada penulis, yaitu Ayah Ari Sutarman dan Ibu Rusminah, “Ayah -Ibu, terima kasih telah membesarkan penulis dengan penuh perjuangan di tengah-tengah himpitan ekonomi yang kita rasakan, terima kasih Ayah dan Ibu telah berhasil melewati tahap yang tak mudah untuk membiayai pendidikan Ananda. Semoga Ananda mampu membanggakan Ayah-Ibu dengan bekal ilmu yang kalian berikan. Bersabarlah Ayah-Ibu, kita pasti bisa memiliki kehidupan yang jauh lebih layak nanti. Ananda berjanji akan menyegerakannya!”.


(9)

MOTO

“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang

bertakwa.” (Q.S Al-A’raaf:128)

“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.” (Q.S Al-An’aam:134)


(10)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Warohmatullahi wabarokatuh.

Penulis ucapkan alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu sebagai wujud rasa hormat.

1. Almamater tercinta Universitas Lampung.

2. Ibu Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Beliau pula penulis belajar bagaimana menghargai sebuah perjuangan.

3. Dr. Karomani, M.Si., selaku Pembimbing II, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, dan telah meluangkan banyak waktu untuk


(11)

memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis.

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung.

6. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku pembimbing akademik penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

8. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 9. Drs. Jumani Darjo, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri 1 Gadingrejo yang

telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan terselesaikan.

10. Bapak Marikun, S.Pd., M.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Gadingrejo sekaligus sebagai guru yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

11. Bapak dan Ibu staf tata usaha SMA Negeri 1 Gadingrejo yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

12. Orang tuaku tersayang, Ayah Ari Sutarman dan Ibu Rusminah, yang telah bekerja keras untuk membiayai pendidikan penulis. Terima kasih atas semua doa, usaha, dan kesetiaan cinta yang telah diberikan kepada penulis.

13. Kedua saudaraku; Yulfa Ri Bowo, S.Pd., dan Fadillah Jakfar Shodiq, dan saudara iparku, Tri Sari Werdoningsih, S.E., yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan doa kepada penulis. Terima kasih untuk persaudaraan yang penuh cinta selama ini.


(12)

skripsi ini kamu menjadi bagian dari alasan terbesarku untuk segera

menyelesaikannya. Terima kasih untuk segala hal baik yang kamu berikan. 15. Saudara sepupuku, Ulfah Lutfiani dan Nur Faiza Turohmah, yang telah

membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 1 Gadingrejo.

16. Wanita kuat, Ibu Puji Wiyati. Terima kasih untuk doa dan dukungannya selama pengerjaan skripsi ini. Terima kasih untuk segalanya.

17. Sahabat-sahabatku; Yuni Setiawati, Kalisa Eviyana, Devita Sari, Purwati Yuni Rahayu, Indah Nur Hasanah, Arifah Nur Isnaini, Mutiara Dini, Nur Aini, Dona Ratna Sari, Ade Anggraeni Kartika Devi, Zusi Ardiana, Evita, Risha Febriani dan Nurul Jannah untuk kebersamaan, keceriaan, dukungan, dan perjuangan yang kita lewati bersama. Semoga kelak kita dapat meraih sukses dan kebahagian yang kita impikan.

18. Sahabat-sahabat Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010. 19. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ketulusan dan bantuan yang penulis dapatkan dari Bapak, Ibu, serta rekan-rekan mendapat balasan yang serupa dari Allah Swt. Penulis berharap perjuangan dan pembelajaran dalam penyelesaian skripsi ini menjadi jalan pembuka untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tahap berikutnya. Aamiin.

Bandarlampung, Oktober 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 ManfaatPenelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan K 13 ... 9

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 10

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 10

2.1.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 12

2.1.4 Model Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 13

2.1.5 Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 14

2.1.6 Media Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 15

2.1.7 Pendekatan Ilmiah Kurikulum 2013 ... 19

2.2 Tahapan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia K 13 ... 22

2.2.1Perencanaan Pembelajaran ... 22

2.2.2 Komponen-Komponen Pelaksanaan Pembelajaran ... 24

2.2.3 Langkah-Langkah Penyusunan RPP ... 25


(14)

2.3.1 Aktivitas Belajar ... 28

2.3.2 Aktivitas Siswa ... 28

2.3.3 Aktivitas Guru ... 31

2.3.4 Keterampilan Dasar Guru ... 33

2.4 Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 37

2.4.1 Teknik Penilaian ... 39

2.5 Membandingkan Teks Prosedur Kompleks ... 47

2.5.1 Prosedur Komples ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 55

3.2 Sumber Data ... 55

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.4 Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN BAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil SMA Negeri 1 Gadingrejo dan Profil Guru ... 68

4.2 Hasil Penelitian ... 69

4.2.1 Hasil Penelitian Perencanaan Pembelajaran ... 71

4.2.1.1 Identitas Mata Pelajaran ... 71

4.2.1.2 Perumusan Indikator ... 71

4.2.1.3 Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 72

4.2.1.4 Pemilihan Materi Ajar ... 73

4.2.1.5 Pemilihan Sumber Belajar ... 78

4.2.1.6. Pemilihan Media Pembelajaran ... 78

4.2.1.7 Model pembelajaran ... 79

4.2.1.8 Skenario Pembelajaran ... 79

4.2.1.9 Penilaian ... 80

4.2.2 Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 83

4.2.2.1 Kegiatan Pendahuluan ... 83

4.2.2.2 Kegiatan Inti ... 87

4.2.2.3 Kegiatan Penutup ... 97

4.2.3 Hasil Penelitian Aktivitas Siswa ... 98

4.2.4 Hasil Penelitian Penilaian Pembelajaran ... 101

4.3 Pembahasan Penelitian kelas X MIA 2 ... 103

4.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 103

4.3.1.1 Identitas Mata Pelajaran ... 104

4.3.1.2 Perumusan Indikator ... 104

4.3.1.3 Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 108

4.3.1.4 Pemilihan Materi Ajar ... 110

4.3.1.5 Pemilihan Sumber Belajar ... 117

4.3.1.6. Pemilihan Media Pembelajaran ... 118

4.3.1.7 Model pembelajaran ... 120


(15)

4.3.1.9 Penilaian Pembelajaran ... 124

4.3.2 Aktivitas Belajar-Mengajar ... 128

4.3.2.1 Kegiatan Pendahuluan ... 128

4.3.2.2 Kegiatan Inti ... 135

4.3.2.3 Kegiatan Penutup ... 153

4.3.3 Aktivitas Siswa ... 157

4.3.4 Pembahsan Angket Siswa ... 163

4.3.5 Penilaian Pembelajaran ... 164

4.3.6 Membandingkan Teks Prosedur Kompleks ... 167

4.3.7 Pembelajaran Membandingkan Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 172

4.4 Pembahasan Penelitian Kelas X IS 1 ... 174

4.4.1 Aktivitas Belajar-Mengajar ... 174

4.4.1.1 Kegiatan Pendahuluan ... 174

4.4.1.2 Kegiatan Inti ... 178

4.4.1.3 Kegiatan Penutup ... 191

4.4.2 Aktivitas Siswa ... 192

4.4.3. Pembahasan Angket Siswa ... 196

4.4.4 Penilaian Pembelajaran ... 197

4.4.5 Membandingkan Teks Prosedur Kompleks ... 199

4.4.6 Pembelajaran Membandingkan Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X IS 1 SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 201

4.5 Hasil Penemuan di Kelas X MIA 2 dan X IS 1 ... 204

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 208

5.2 Saran ... 211

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Instrumen Wawancara ... 48

3.2 Instrumen Angket Siswa ... 50

3.3 Instrumen Pengamatan Perencanaan Pembelajaran ... 53

3.3 Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ... 54

3.4 Instrumen Aktivitas Siswa ... 56

3.5 Instrumen Penelitian Membandingkan Teks Prosedur Kompleks ... 57

4.1 Hasil Penilaian Pengetahuan Membandingkan Teks Prosedur Kompleks Kelas MIA 2 ... 98

4.2 Hasil Penilaian Pengetahuan Membandingkan Teks Prosedur Kompleks Kelas IS 1... 98


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Tabel

4.1 Aktivitas Mengamati Peserta Didik ... 99

4.2 Siswa Presentasi Menggunakan Power Point ... 98

4.3 Aktivitas Siswa Bertanya Pada Guru ... 143

4.4 Aktivitas Siswa Menulis di Papan Tulis ... 143

4.5 Lembar Kerja Siswa ... 145

4.6 Siswa Mengerjakan Tugas di Lembar Kerja ... 145

4.7 Guru Menggunakan Laptop Sebagai Media Pembelajaran ... 146

4.8 Guru Menggunakan Buku Panduan Guru ... 146

4.9 Guru Menggunakan Papan Tulis Sebagai Media Pembelajaran ... 146

4.10 Guru Menggunakan Media Pembelajaran ... 147

4.11 Siswa Menyalakan LCD ... 148

4.12 Siswa Membaca Buku Panduan Siswa ... 148

4.13 Siswa Menggunakan Media Papan Tulis ... 148

4.14 Interaksi Guru dengan Siswa ... 150

4.15 Interaksi Siswa dengan Siswa ... 150

4.16 Interaksi Siswa dengan Buku Panduan ... 150

4.17 Guru Memantau Kerja Siswa ... 151

4.18 Siswa Memberikan Pendapat Atas Pertanyaan yang Diajukan Teman ... 152

4.19 Guru Menceriakan Suasana ... 152

4.20 Guru Memberikan Penilaian ... 155

4.21 Guru Memberikan Tugas Individu untuk Dikerjakan di Rumah ... 155

4.22 Peserta Didik Menyimpulkan Hasil Pembelajaran ... 156

4.23 Guru Memberikan Nilai Kepada Siswa yang Berani Berpendapat ... 156

4.24 Siswa Melaporkan Hasil Kerja ... 157

4.25 Guru Mengamati dan Memberikan Nilai ... 157

4.26 Siswa Memberikan Tanggapan Berdasarkan Hasil Pengamatan yang Dilakukan ... 159

4.26 Aktivitas Bertanya Siswa pada Guru ... 160

4.27 Aktivitas Siswa Bertanya Siswa dengan Rekannya ... 160

4.28 Aktivitas Mencoba Peserta Didik ... 161

4.29 Peserta Didik Berkomunikasi dalam Kelompok ... 162


(18)

4.34 Siswa Melakukan Kegiatan Presentasi... 185

4.35 Siswa Menganalisis Tugas ... 185

4.36 Guru Menyiapkan Media Pembelajaran... 186

4.37 Peserta Didik Menyalakan LCD ... 187

4.38 Siswa Menggunakan Sumber Belajar ... 187

4.39 Interaksi Guru dengan Siswa ... 188

4.40 Interaksi Siswa dengan Siswa ... 188

4.41 Interaksi Siswa dengan Sumber Belajar ... 189

4.43 Guru Memantau Kerja Siswa ... 189

4.44 Guru Merespon Positif Partisipasi Siswa ... 189

4.45 Guru Memberikan Tugas ... 192

4.46 Aktivitas Menanya Peserta Didik kepada Teman Sejawat ... 193

4.47 Aktivitas Mencoba Peserta Didik ... 194

4.48 Siswa Melakukan Aktivitas Menalar ... 195


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik (Sutikno, 2013:31). Pembelajaran juga merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa untuk berperan lebih aktif dari gurunya, sedangkan guru hanya berperan sebagai pemberi informasi, pemberi motivasi, mediasi, dan menyiapkan segala bahan ajar yang dibutuhkan.

Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan di negara ini. Selain itu, bahasa Indonesia juga bahasa resmi yang digunakan sebagai pengantar

pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah menghargai manusia dan kemanusiaannya. Peraturan ini dibuat agar proses pembelajaran lebih terarah tujuannya.


(20)

Pada Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia menginginkan peserta didiknya untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Untuk menghasilkan peserta didik yang bersikap demikian maka aktivitas siswa yag harus ada dalam pembelajaran adalah aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan dengan berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks ini melatih peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan berpikir kritis sesuai dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata. Salah satu bentuk teks yang terdapat pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang menerapkan Kurikulum 2013 adalah teks prosedural, teks prosedural yang terdapat pada silabus Sekolah Menengah Atas (SMA) ialah teks prosedur kompleks. Teks prosedur kompleks merupakan teks yang menjelaskan suatu langkah-langkah atau cara dalam menghadapai suatu hal, teks ini bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami hal yang belum dipahaminya. Pembelajaran teks prosedur kompleks siswa dituntut untuk

memahami struktur teks dan kaidah kebahasaan teks prosedur kompleks kemudian membandingkan teks prosedur kompleks. Pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks ini penting untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik sebelum peserta didik dapat memproduksi teks prosedur kompleks secara mandiri.

Agar peserta didik dapat membandingkan teks prosedur kompleks dengan baik, diperlukan fasilitator dan mediator yang dapat menyampaikan ilmu tersebut kepada peserta didik. Fasilitator dan mediator yang dimaksud adalah seorang


(21)

guru. Peran guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, hal ini diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang membahas tentang tugas seorang guru. Dalam

pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks guru harus mengenalkan teks prosedur kompleks terlebih dahulu kepada peserta didik. Guru selanjutnya mengarahkan peserta didik untuk memahami struktur teks prosedur kompleks dan kaidah kebahasaan teks prosedur kompleks, setelah peserta didik memahaminya barulah peserta didik dapat membandingkan teks prosedur kompleks berdasarkan struktur teks dan kaidah kebahasaan teks prosedur kompleks. Kemudian, guru juga harus membuat prosedur penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam membandingkan teks prosedur kompleks. Kurikulum 2013 menuntut pendidik berperan lebih baik agar dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif, inovatif, kreatif, serta afektif. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan hal tersebut dengan menciptakan strategi dan media pembelajaran yang kreatif, sehingga dapat memancing keaktifan peserta didik.

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran ini penting karena akan menyebabkan interaksi antar peserta didik dan peserta didik dengan guru.

Keaktifan peserta didik juga akan berdampak dengan suasana kelas yang menjadi lebih bersemangat dan menyenangkan. Peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan guru yang dapat memfasilitasi pembelajaran dengan baik akan membawa pembelajaran kepada keberhasilan pembelajaran sesuai dengan target yang diharapkan. Target belajar dapat diukur dengan cara melihat perubahan sikap dan kemampuan siswa selama melalui proses pembelajaran. Pencapaian


(22)

selama pembelajaran, dan pengetahuan serta kemampuan yang dimilikinya meningkat.

Pada jenjang sekolah formal, pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X. Kurikulum 2013 memuat hal tersebut pada tiga kompetensi dasar, yaitu mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi; menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia, untuk menceritakan hasil obeservasi; membandingkan teks prosedur kompleks, baik lisan maupun tulisan.

Penulis memilih SMAN 1 Gadingrejo sebagai lokasi penelitian pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks sebagai lokasi penelitian. Pemilihan SMA Negeri 1 Gadingrejo sebagai lokasi penelitian didasarkan pada SMAN 1 Gadingrejo merupakan salah satu sekolah menengah atas terbaik di Kabupaten Pringsewu, dan sebelum dihapuskannya Rintisan Sekolah Berstandar

Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Gadingrejo merupakan salah satu sekolah yang menyandang predikat tersebut. Alasan lainnya, yaitu SMA Negeri 1 Gadingrejo merupakan salah satu sekolah piloting Kurikulum 2013 yang ada di Kabupaten Pringsewu, guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Gadingrejo mendapatkan pelatihan langsung mengenai Kurikulum 2013 di Jakarta.


(23)

Kemudian, SMA Negeri 1 Gadingrejo juga telah mendapatkan banyak prestasi akademik maupun nonakademik, pencapaian prestasi nonakademik yang diraih oleh SMA Negeri 1 Gadingrejo salah satunya adalah terpilihnya Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) di istana merdeka pada tahun 2007 sebagai pembawa baki pada upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Prestasi

akademik yang diraih oleh SMA Negeri 1 Gadingrejo di antaranya adalah Juara 1 olimpiade Ekonomi pada tahun 2009, juara 1 English Competition pada tahun 2011 hingga 2014, juara 1 lomba menulis esai pada tahun 2013, dan masih banyak lagi prestasi-prestasi yang diraih siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo. Hal tersebut sudah dapat membuktikan bahwa SMAN 1 Gadingrejo memiliki perangkat sekolah yang baik, khususnya guru dan siswa –sebagai komponen pembelajaran– pasti memiliki keterampilan memadai diberbagai bidang akademik dan

nonakademik. Pelaksanaan penelitian pembelajaran ini penulis laksanakan di dua kelas yang berbeda dengan satu guru, penggunaan dua kelas yang berbeda

tersebut didasarkan asumsi penulis terhadap kemampuan peserta didik yang berbeda dan kondisi kelas yang berbeda akan menghasilkan pembelajaran yang berbeda pula. Berdasarkan hal yang penulis paparkan tersebut, judul dari karya ilmiah ini adalah “Pembelajaran Membandingkan Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?” yang mencakupi hal-hal sebagai berikut.


(24)

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?

3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran

membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/201 yang mencakupi hal-hal sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks. 2. Pelaksanaan pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks. 3. Penilaian pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai kalangan. Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Penulis

Kegunaan penelitian ini bagi penulis untuk dijadikan salah satu bahan acuan dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa, calon guru, atau guru


(25)

Bahasa Indonesia lainnya tentang pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks.

2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

Pada penelitian ini guru yang bersangkutan adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Gadingrejokarena penelitian ini memberikan informasi atau gambaran tentang tingkat kemampuan siswa kelas X MIA dan X IS SMA Negeri 1 Gadingrejo dalam membandingkan teks prosedur kompleks, sehingga guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Gadingrejo dapat terus meningkatkan mutu pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks.

3. Pembaca

Kegunaan penelitian ini bagi pembaca adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka tentang pembelajaran membandingkan teks, khususnya pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian dan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup.

1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X SMA Negeri 1 Gadingrejo dan siswa kelas X SMA Negeri 1 Gadingrejo yang terlibat dalam proses pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks. 2. Fokus

Fokus dalam penelitian ini adalah aktivitas dan komponen dalam


(26)

perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas X MIA dan IS SMA Negeri 1 Gadingrejo, hingga penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Gadingrejo yang berada di Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu.

4. Waktu penelitian, waktu penelitian ini dilakukan pada semester dua tahun pelajaran 2013/2014.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 2013

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar. Hakikat pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne dan Bringgs, adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran pemahaman karakteristik internal individu yang belajar menjadi penting. Proses pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan (Karnowo, 2012:20).

Pembelajaran di sekolah guru mengacu pada kurikulum, kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 ini pemerintah berharap akan mampu menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki kompetensi masa depan.


(28)

Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 memiliki arti bahwa sebuah pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia haruslah sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, yang

menuntut guru untuk dapat menghasilkan peserta didik yang aktif, inovatif, kreatif, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab.

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu (Abidin,

2012:5). Misalnya, pembelajaran membaca pemahaman siswa diharapkan mampu memahami isi bacaan. Guna mencapai tujuan tersebut tentu saja siswa tidak hanya cukup membaca bahan bacaan dan kemudian menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, siswa seharusnya melakukan serangkaian aktivitas yang dapat menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan siswa sangat beragam bergantung pada strategi membaca yang diterapkan guru dalam proses

pembelajaran.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), berikut penjabarannya.


(29)

1) Kawasan Kognitif

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas enam tingkatan secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) yaitu sebagi

berikut.

a. Tingkatan pengetahuan. b. Tingkatan pemahaman. c. Tingkatan penerapan. d. Tingkatan analisis. e. Tingkatan sintesis. f. Tingkatan evaluasi. 2) Kawasan Afektif

Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apersepsi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut.

a. Kemauan menerima. b. Kemauan menanggapi. c. Berkeyakinan.

d. Penerapan karya.


(30)

3) Kawasan Psikomotor

Psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual motorik. Kawasan psikomotor juga memiliki tingkatan, urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah.

a. Persepsi.

b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan. c. Mekanisme.

d. Respons terbimbing. e. Kemahiran.

f. Adaptasi. g. Organisasi.

Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur, dan dapat diamati ketercapaiannya (Sutikno, 2013:34).

2.1.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Strategi pembelajaran ialah suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode untuk melaksanakan pembelajaran. Untuk mencapai hasil pembelajaran sesuai yang diinginkan oleh guru tentunya, guru menggunakan metode sesuai dengan materi pembelajaran (Suliani, 2011:13).


(31)

2.1.4 Model Pembelajaran Bahasa Indonesia

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu konsep yang membantu menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun tindakan pembelajaran tersebut (Abidin, 2012:30). Selain itu, model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses

pembelajaran di kelas yang mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran untuk membelajarkan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pada saat ini Kurikulum 2013 dikembangkan tiga model pembelajaran, yaitu model penemuan, model berbasis masalah, dan model proyek. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga model pembelajaran tersebut.

a. Model penemuan adalah salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013. Model penemuan mempunyai beberapa langkah pembelajaran, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Untuk kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model ini menggamit pemberian rangsangan,

pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.

b. Model berbasis masalah adalah model mengajar yang menggunakan masalah yang nyata, proses di mana siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. Langkah pembelajaran pada model berbasis masalah menggamit konsep dasar, pendefinisian masalah, pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan, dan penilaian.


(32)

c. Model proyek merupakan model yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Kegiatan

pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan

memahaminya. Langkah-langkah pembelajaran pada pembelajaran berbasis proyek menggamit enam kegiatan pembelajaran, yaitu penentuan pertanyaan, menyusun rencana proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman.

2.1.5 Metode yang dapat Dipakai dalam Proses Pembelajaran

Ada banyak metode pembelajaran yang kita kenal, namun tidak satu pun metode pembelajaran dapat diklaim dan dikatakan yang terbaik. Semuanya berpulang pada orang yang menjalankannya, yaitu guru yang secara langsung berhadapan dengan siswa dalam pembelajaran. Sebaik apa pun metode yang dipiih, tanpa dukungan guru yang memahami dan mampu menempatkannya dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, situasi, dan kondisi siswa maka

pembelajaran hanya berjalan seadanya, tanpa memberikan keberhasilan (Sutikno, 2013:91). Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, antara lain berikut ini: (1) metode ceramah, (2) metode tanya jawab, (3) metode diskusi, (4) metode demonstrasi, (5) metode kisah atau cerita, (6) metode simulasi, (7) metode karyawisata, (8) metode tutorial, (9) metode kerja kelompok, (10) team teaching, (11) metode penugasan, (12) metode latihan, (13) metode praktek lapangan, (14) metode permainan (games), dan (15) metode eksperimen.


(33)

Dalam pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks guru menggunakan metode diskusi. Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran di mana guru bersama-sama dengan siswa mencari pemecahan atas persoalan yang

dihadapi. Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir kritis.

Inti dari diskusi adalah kesatuan pendapat. Para siswa dihadapkan pada suatu masalah, dan yang didiskusikan adalah pemecahannya. Dari macam-macam simpulan jawaban yang dikemukakan dalam diskusi perlu dipilih satu jawaban yang lebih logis dan tepat. Jawaban ini melalui mufakat. Jawaban yang

merupakan pemecahan masalah itu harus mempunyai argumentasi yang kuat.

2.1.6 Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2010:3).


(34)

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya (Suliani, 2004:55). Media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Sutikno, 2013:106).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media dalam dunia pendidikan merupakan suatu alat bantu dalam proses belajar baik itu di dalam ataupun di luar ruangan yang dapat membantu siswa dalam berpikir.

2.1.6.1 Fungsi Media

Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitas. Oleh karenanya, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidak jelasan atau kerumitan materi pembelajaran dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pembelajaran (Sutikno, 2013:106).


(35)

Ada empat macam fungsi media.

1. Mengubah titik berat pendidikan formal: dari pendidikan yang

menekankan pada pengajaran akademis, pengajaran yang menekankan mengajar semata-mata pelajaran, yang sebagian besar kurang berguna bagi kebutuhan kehidupan anak beralih kepada pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan anak.

2. Membangkitkan motivasi belajar pada murid-murid, karena (a) media pendidikan itu pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi anak sehingga menarik perhatian anak, (b) penggunaan media pendidikan memberikan kebebasan kepada anak lebih besar dibandingkan dengan cara belajar yang tradisional, (c) media pendidikan itu lebih konkret dan lebih mudah dipahami, (d) memungkinkan anak untuk berbuat sesuatu, (e) mendorong anak untuk tahu lebih banyak.

3. Memberikan kejelasan (classification): dengan penggunaan berbagai media anak mendapat pengalaman yang lengkap, yaitu dengan melalui lambang kata, wakil dari benda yang sebenarnya dan dengan melalui benda-benda yang sebenarnya.

4. Memberikan rangsangan (stimulation): penggunaan media pendidikan merangsang anak untuk ingin tahu. Rasa ingin tahu siswa dapat semakin tinggi dengan adanya media pembelajaran dalam penyampaian materi. (Suliani, 2004:61).

2.1.6.2 Kriteria Pemilihan Media

Media adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar-mengajar, tetapi mengingat akan beraneka ragamnya serta masing-masing media


(36)

mempunyai karakteristik sendiri, maka kita harus berusaha memilihnya dengan cermat agar dapat digunakan secara tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media antara lain: tujuan yang ingin dicapai, ketepatgunaan, keadaan siswa, ketersediaan, mutu teknis dan biaya (Suliani, 2004:59).

1. Tujuan

Media yang kita pilih hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Masalah tujuan ini adalah kriteria yang paling pokok,

sedangkan yang lainnya merupakan kelengkapan dari kriteria utama ini. Bila tujuan pengajaran itu agar siswa dapat melafalkan kata-kata dengan sempurna, maka audio yang paling tepat digunakan dalam membelajarkan siswa, tetapi kalau tujuannya agar siswa dapat memahami isi bacaan, maka media cetak yang lebih tepat.

2. Ketepatgunaan

Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari suatu benda, maka gambar seperti bagan, chart atau slide dapat digunakan, sedangkan kalau yang dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video lebih tepat.

3. Keadaan siswa

Sebuah program media mungkin cocok untuk tujuan tertentu. Namun, bila kerumitannya serta kosakata yang dipakai jauh di atas kemampuan peserta didik maka media tersebut tidak dapat dipilih. Di samping kemampuan dan kesiapan peserta didik kita yang akan mempergunakan media, besar kecilnya kelompok juga memengaruhi penggunaan media.


(37)

4. Ketersediaan

Seringkali media yang kita nilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pengajaran umpamanya film, ternyata di perpustakaan kita tidak tersedia, sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah sesuatu hal yang jauh dari mungkin. Dalam hal ini kita harus memilih alternatif yang lain, misalnya film strip, slide atau gambar mati, yang tersedia atau yang dapat dibuat sendiri.

5. Mutu Teknis

Media yang akan ditampilkan di kelas harus diperhatikan mutu teknisnya, yaitu guru harus memperhatikan kejelasan gambar atau media yang akan digunakan. Gambar atau media yang digunakan harus berkualitas baik, tidak boleh buram atau rusak.

6. Biaya

Kriteria yang tidak kalah pentingnya adalah masalah biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan untuk menggunakan media

hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang dicapai. Jika tujuan kita agar peserta didik dapat menyebutkan bagian-bagian dari tubuh kita, gambar mati atau foto sudah dapat dipergunakan. Tidak perlu kita melihat media video yang biayanya jauh lebih mahal.

2.1.7 Pendekatan Ilmiah Kurikulum 2013

Pendekatan pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai cara pandang filosofis terhadap sebuah objek tertentu yang dipercayai dan diyakini


(38)

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses

pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik, yang diharapkan hasil belajar akan membentuk peserta didik menjadi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan harapan di atas, Kurikulum 2013 juga memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sebagai pedagogik bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam

mengahayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain (Aqib, 2011:38). Pentingnya pendidikan karakter ini diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,


(39)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Berkiblat dari undang-undang inilah pendidikan karakter mempersyaratkan adanya pendidikan moral dan pendidikan nilai.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian

mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Kemendikbud, 2013).

Pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila memenuhi delapan kriteria pembelajaran sebagai berikut.

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif antara guru dengan siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan sama lain dari materi pembelajaran.


(40)

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah.

2.2 Tahapan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 Dalam pembelajaran di kelas guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan untuk mengajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang pun harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Pada saat ini kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum 2013, berikut tahapan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

2.2.1 Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan belajar di sekolah bersifat formal, kegiatan tersebut secara sengaja dirancang oleh guru. Hasil pembelajaran yang hendak dicapai dan dikuasai oleh peserta didik dituangkan dalam kegiatan belajar. Sebelum kegiatan belajar berlangsung guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan, metode yang akan digunakan, dan melakukan penilaian untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Penjelasan di atas memberi gambaran bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran. Biasanya


(41)

perencanaan pembelajaran ini dibuat oleh guru dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus dan kurikulum yang berlaku.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Kunandar, 2007:262).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ialah rencana yang menggambarkan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah untuk: (1) memper-mudah, memperlancar, dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara professional, sistematis, dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Fungsi rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Rencana pelaksanaan pembelajaran


(42)

dengan kata lain berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah.

1) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman pembelajaran yang telah dikembangkan dalam silabus.

2) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup (life skills) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari.

3) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung.

4) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

2.2.2 Komponen-Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013

berdasarkan pada modul pelatihan implementasi Kurikulum 2013 sebagai berikut. 1. Identitas

2. Kompetensi inti 3. Kompetensi dasar

4. Indikator pencapaian kompetensi 5. Tujuan pembalajaran

6. Materi pembelajaran 7. Alokasi waktu


(43)

8. Metode pembelajaran 9. Media

10. Sumber belajar

11. Kegiatan pembelajaran 12. Penilaian hasil belajar

Pada Kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Istilah standar kompetensi dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan kompetensi inti. Kompetensi inti adalah gambaran mengenai kompetensi utama yang

dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi inti ini juga dijadikan suatu tolok ukur kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam proses

pembelajaran.

2.2.3 Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 dapat dilihat sebagai berikut.

1. Identitas

2. Kompetensi inti 3. Kompetensi dasar

4. Indikator pencapaian kompetensi 5. Tujuan pembelajaran


(44)

7. Alokasi waktu

8. Metode pembelajaran 9. Media

10. Sumber belajar

11. Kegiatan pembelajaran 1. Pendahuluan

1.1Orientasi

Memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan dengan cara menunjukkan benda yang menarik. 1.2Apersepsi

Memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.

1.3Motivasi

Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan.

1.4Pemberian acuan

1. Berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.

2. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.

3. Pembagian kelompok belajar.

4. Penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).


(45)

2. Inti

1. Proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar.

2. Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik.

3. Menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses:

a. eksplorasi, b. elaborasi, c. konfirmasi. 3. Penutup

a. Kegiatan guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.

b. Pemberian teks atau tugas dan memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

12.Penilaian hasil belajar

2.3 Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pelaksanaan suatu pembelajaran sangatlah berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa, karena dalam proses pembelajaran


(46)

guru dan siswa saling berkomunikasi agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

2.3.1 Aktivitas Belajar

Setiap manusia berpotensi untuk melakukan apa saja. Berbuat dan bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sesuai dengan keinginan yang dicapai. Hal inilah yang membuat manusia untuk bertingkah laku dan beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan oleh manusia beragam sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Misalnya saja, dalam kegiatan pembelajaran terdapat aktivitas yang dilakukan oleh siswa atau anak didik. Pada prinsipnya belajar ialah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2011:95).

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Berikut akan dijelaskan aktivitas dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa/anak didik dan tugas dan peranan guru dalam proses belajar mengajar.

2.3.2 Aktivitas Siswa

Beragam aktivitas yang dapat dilakukan siswa di kelas. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa tidak hanya kegiatan menulis dan mendengarkan yang lazim kita jumpai di sekolah-sekolah tradisional. Berikut macam kegiatan siswa yang telah digolongkan (Sardiman, 2011:101) sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain;


(47)

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; 3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan; uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato;

4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram;

6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, melakukan kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;

7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan;

8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific, ada lima aktivitas penting siswa yang harus ada dalam pembelajaran. Kelima aktivitas penting itu yaitu aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan

mengomunikasikan. Berikut akan dijelaskan kelima aktivitas tersebut berdasarkan modul pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA Bahasa Indonesia.

1) Aktivitas Mengamati

Aktivitas mengamati bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.


(48)

b) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati.

c) Menentukan secara jelas data-data yang akan diamati. d) Menentukan tempat objek yang akan diamati.

e) Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan dengan mudah dan lancar.

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, atau alat lainnya.

2) Aktivitas Menanya

Bertanya dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan verbal. Pertanyaan yang diajukan peserta didik tidak selalu harus dalam bentuk kalimat tanya, peserta didik juga dapat menyampaikannya dalam bentuk pernyataan asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Fungsi bertanya antara lain.

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b) Mendorong peserta didik untuk aktif belajar.

c) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,

mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

d) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.


(49)

3) Aktivitas Menalar

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diamati untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. 4) Aktivitas Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan. Mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu, sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Aktivitas Mengomunikasikan

Aktivitas mengomunikasikan yag dimaksud adalah guru dan peserta didik saling berkominikasi dengan baik saat pembelajaran. Peserta didik

diharapkan dapat menyampaikan segala hal yang ia ketahui maupun tidak diketahuinya saat proses pembelajaran berlangsung.

2.3.3 Aktivitas Guru

Aktivitas guru dalam kegiatan belajar-mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut.

1. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorim, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku teori komunikasi:

a. teori stimulus-respon;

b. teori dissonance-reduction; dan c. teori pendekatan fungsional.


(50)

2. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4. Pengaruh/ Director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

6. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.


(51)

7. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan

berlangsung secara efektif.

8. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9. Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak (Sardiman, 2008:144-146).

2.3.4 Keterampilan Dasar yang Diutamakan untuk Guru

Ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru, keterampilan dasar yang dimaksud sebagai berikut.

1. Keterampilan Memberi Penguatan

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa.


(52)

2. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi sebagai berikut.

a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

b. Pemberian acuan; supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi yang menjadi acuan pertanyaan.

c. Pemusatan ke arah ajawaban yang diminta; pemusatan dapat

dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit. d. Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat

dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.

e. Penyebaran pertanyaan; untuk dimaksud tertentu guru dapat melempar pertanyaan ke seluruh siswa, kepada siswa tertentu, atau menyebar respon siswa kepada siswa lain.

f. Pemberian waktu berpikir; dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespon pertanyaannya. g. Pemberian tuntunan; bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam

menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi


(53)

pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan sebelumnya.

3. Keterampilan Menggunakan Variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif.

4. Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan berarti memberikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan

indroktinasi. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam keterampilan menjelaskannya itu.

a. Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, bergantung kepada keperluan.

b. Penjelasan dapat diselingi tanya-jawab.

c. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran.

d. Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru.

e. Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa.


(54)

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan memberikan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.

6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan remedial. Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu.

a. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

a) Menunjukan sikap tanggap. b) Membagi perhatian.


(55)

d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. e) Menegur.

f) Memberi penguatan.

b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengambilan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan meksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal (Hasibuan, 2006:58).

2.4 Penilaian Pembelajaran

Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 2009:3). Pada saat kegiatan belajar mengajar guru perlu melakukan sebuah penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Hal itu bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan.

Berdasarkan Kurikulum 2013, penilaian didasarkan pada penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi, dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Sebab penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang criteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta


(56)

didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Untuk melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pada hal ini, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Selain itu, penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.

Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang

kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Penilaian dalam Kurikulum 2013 ini ditekankan pada dua hal, yaitu proses dan hasil. Penilaian proses akan menggambarkan sikap siswa, sedangkan penilaian hasil menggambarkan pengetahuan siswa. Semua ini didasarkan pada struktur pencapaian penilaian dari Kurikulum 2013 pada kompetensi intinya. Rumusan kompetensi inti ini menggunakan empat notasi, keempat notasi itu sebagai berikut.

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual. 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi pengetahuan.


(57)

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi keterampilan.

Pembagian sikap dalam Krikulum 2013 dalam Kurikulum 2013 menjadi dua seperti yang dijelaskan di atas terdiri atas sikap spiritual dan sikap sosial. Di tingkat SMA/MA, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2 mencerminkan kompetensi sosial atau sikap, yakni: menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI-3 dan KI-4 mengacu pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi

keterampilan.

2.4.1 Teknik Penilaian

Teknik dan bentuk penilaian sikap dalam Kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain, sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain. Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating


(58)

scale) yang disertai rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku, sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku siswa dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentangan skala hasil pengamatan antara lain berupa.

a) Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. b) Baik sekali, baik, cukup baik, kurang baik.

Pedoman penskoran dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran. Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek, sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir.

2. Penilaian Diri

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.


(59)

3. Penilaian Antar Teman

Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Aspek kompetensi yang dinilai antar peserta didik ini adalah aspek spiritual dan aspek sosial.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian antar peserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat

menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakan kedua-duanya.

Selain hal di atas, berikut ini juga akan dijelaskan tentang penilaian autentik dan jenis-jenis penilaian autentik. Penilaian autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran (Kemendikbud, 2013:09). Jenis-jenis penilaian tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Penilaian Kinerja

Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja: a) Daftar Cek

Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub-indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b) Catatan Anekdot/Narasi

Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang laporan apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan


(60)

tindakan di dalam kelas. Dari laporan tersebut guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan. c) Skala Penilaian

Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang. d) Memori atau Ingatan (Memory Approach)

Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat cacatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti ini tetap ada manfaatnya, namun tidak dianjurkan karena beresiko ingatan guru tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati. Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan


(61)

berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara yang dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

a) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

b) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

c) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.


(62)

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain. Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Oleh karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.

a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan

mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi

penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan


(63)

instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama


(64)

Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. b. Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan

dibuat.

c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama

dokumen portofolio yang dihasilkan.

g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Tes tertulis terdiri dari memilih atau menyuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan menyuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Menyuplai


(65)

jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi

pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-(extended-response). Hal ini sangat

bergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

2.5 Membandingkan Teks Prosedur Kompleks

Setelah peserta didik mendapatkan pemahaman mengenai struktur teks prosedur kompleks dan kaidah kebahasan dalam teks prosedur kompleks, peserta didik


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan terhadap pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA dan X IS SMAN 1 Gadingrejo, guru telah melakukan tiga kegiatan dalam pembelajaran. ketiga kegiatan tersebut yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks diawali dengan menggali pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pembelajaran

sebelumnya, yakni pembelajaran memahami kaidah dan struktur teks prosedur kompleks. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan mengenai membandingkan teks prosedur kompleks kepada siswa. Setelah itu, pembelajaran yang berlangsung berpusat pada membandingkan teks prosedur kompleks secara berkelompok. Berikut rincian mengenai pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks tersebut.

1. Perencanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia telah disesuaikan pada komponen-komponen yang harus ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru terdapat identitas mata pelajaran,


(2)

209

indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, sumber belajar, media pembelajaran, model pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas X MIA dan X IS terdiri atas tiga tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam melaksanakan ketiga kegiatan tersebut guru telah melakukan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan pada pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013. Kewajiban tersebut adalah

melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi, menyampaikan kompetensi dan rencana kegiatan, menunjukkan penguasaan materi pembelajaran,

menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik, menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar atau media dalam pembelajaran, melibatkan siswa dalam pembelajaran, menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam pembelajaran, dan melakukan kegiatan penutup pembelajaran. Berikut akan dijelaskan aktivitas guru dan siswa di kelas.

a. Aktivitas guru dalam pembelajaran membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1 sudah terlihat dari proses pembelajaran adanya kegiatan apersepsi dan motivasi, adanya pemberian pertanyaan menantang, pemberitahuan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, adanya pemberitahuan rencana

kegiatan pembelajaran. Saat menyampaikan materi pelajaran guru juga telah menyampaikannya dengan baik, dalam diskusi kelompok yang


(3)

dilakukan peserta didik guru memantau dan mengamati diskusi yang dilakukan siswa. Pada kegiatan penutup guru telah memberikan refleksi pembelajaran dengan baik, dan melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan memberikan tugas individu kepada peserta didik. Namun, pada pemberian motivasi guru terlihat lebih aktif di kelas X IS 1. Motivasi yang diberikan oleh guru berupa ajakan kepada peserta didik agar berani mengungkapkan pendapatnya. Hal ini dikarenakan peserta didik X IS 1 yang terkesan malu-malu untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat. Upaya yang dilakukan guru pun tidak sia-sia, dengan terus memberikan dorongan kepada peserta didik di kelas X IS 1, akhirnya mereka pun berani untuk mengungkapkan pendapatnya dan menyampaikan pertanyaan kepada guru.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas X MIA 2 dan X IS 1 sedikit berbeda, namun prinsipnya mereka telah melakukan lima aktivitas yang dituntut dalam Kurikulum 2013 dengan baik. Aktivitas mengamati, mencoba, menanya, menganalisis, menalar, dan mengomunikasikan telah dilakukan oleh siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1, namun kelas X MIA 2 terlihat lebih aktif dalam melakukan kelima aktivitas tersebut.

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran yang dilakukan guru meliputi penilaian sikap dan penilaian pengetahuan. Penilaian sikap dilakukan oleh guru saat proses

pembelajaran berlangsung dengan observasi atau pengamatan secara langsung ketika siswa berdiskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan guru berdasarkan


(4)

211

laporan hasil diskusi siswa pada pertemuan kedua. Penilaian yang didapatkan guru terhadap siswa kelas X MIA dan X IS cukup memuaskan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, ternyata masih ada kekurangberhasilan dalam perencanaan hingga penilaian pembelajaran

membandingkan teks prosedur kompleks siswa kelas X MIA 2 dan X IS 1. Oleh karena itu, penulis menyampaikan saran kepada guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Gadingrejo untuk lebih memperhatikan dan mempertimbangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, yaitu pada aspek alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan atau belum, dan pada aspek penilaian sudah tepat dan sesuai atau belum. Selain rencana pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran juga ada yang perlu dibenahi lagi oleh guru, guru dalam menyampaikan materi pelajaran lebih baik menggunakan media pembelajaran tidak hanya dengan melakukan interaksi tanya-jawab, penggunaan media pembelajaran yang menarik diharapkan akan menghasilkan hasil akhir yang lebih memuaskan lagi karena akan memberikan dampak ketertarikan dan minat belajar peserta didik. Pemberian games kepada peserta didik sebaiknya dipilih games yang tidak membutuhkan waktu terlalu lama agar tidak menyita waktu pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak

Bangsa. Bandung: Yrama Widya.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Karnowo, dkk. 2012. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Moleong, Lexy J.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Dr. Nana. 2009. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharman.2010 Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudhistira.


(6)

Suliani, Ni Nyomen Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok:Holistica.

Suwandi, Sarwiji. 2007. Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Bandar Lampung: Ardana Media.