PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh ESI PITRIANI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh ESI PITRIANI

Masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah penggunaan konjungsi pada karangan siswa kelas X SMA Negeri Rebang Tangkas tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas tahun pelajaran 2012/2013.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa teks hasil karangan siswa yang berjumlah 40 siswa, sedangkan datanya berupa konjungsi dalam karangan tersebut. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci serta instrumen pembantu berupa lembar tugas mengarang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tugas mengarang bebas kepada siswa SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way kanan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah teknik tes.


(3)

Dari hasil penelitian ditemukan penggunaan konjungsi sebagai berikut. Pertama, penggunaan konjungsi koordinatif sebanyak 276 dengan ketepatan sebanyak 233 dengan persentase sebesar 84,42℅ dan ketidaktepatan sebanyak 43 dengan persentase sebesar 15,58℅. Kedua, penggunaan konjungsi subordinatif ditemukan sebanyak 185 dengan ketepatan sebanyak 126 dengan persentase sebesar 68,10℅ dan ketidaktepatan sebanyak 59 dengan persentase sebesar 31,90℅. Ketiga, Penggunaan konjungsi korelatif yang ditemukan sebanyak 3 dengan ketepatan sebanyak 2 dengan persentase sebesar 66,66℅ dan ketidaktepatan 1 dengan persentase sebesar 33,34℅. Keempat, penggunaan konjungsi antarkalimat dan intrakalimat, konjungsi antarkalimat yang ditemukan sebanyak 25 dengan ketepatan sebanyak 22 dengan persentase sebesar 88℅ dan ketidaktepatan sebanyak 3 dengan persentase sebesar 12℅.

Konjungsi intrakalimat yang ditemukan sebanyak 5 dengan ketepatan sebanyak 2 dengan persentase sebesar 40℅ dan ketidaktepatan sebanyak 3 dengan persentase sebesar 60℅. dan yang kelima penggunaan konjungsi antarparagraf tidak ditemukan di dalam karangan siswa tersebut. Pada simpulan dari beberapa macam konjungsi di dalam pembahasan banyak ditemukan kesalahan dalam penggunaan konjungsi. Oleh karena itu, siswa disarankan untuk dapat memahami penggunaan konjungsi sesuai dengan perilaku sintaksisnya dalam kalimat sehingga tulisan tersebut efektif secara kebahasaan. Di dalam karangan penggunaan konjungsi harus tepat karena jika tidak tepat dalam penggunaan konjungsi, dapat mengakibatkan kesalahan bentuk bahkan dapat mengakibatkan perubahan makna. Jadi, penting sekali peranan konjungsi dalam karangan.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBARAN PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTO ... vi

SANWANCANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1Pengertian Konjungsi ... 14

2.2Ciri-Ciri Konjungsi ... 17

2.3Jenis-Jenis Konjungsi ... 18

2.3.1 Konjungsi Koordinatif... 19

a. Hubungan Penjumlahan ... 19

b. Hubungan Perlawanan... 22

c. Hubungan Pemilihan ... 24

2.3.2 Konjungsi Subordinatif ... 26

a. Hubungan Waktu... 27

b. Hubungan Syarat ... 30

c. Hubungan Pengadaian ... 30

d. Hubungan Tujuan ... 31

e. Hubungan Konsesif ... 32

f. Hubungan Pembandingan ... 33

g. Hubungan Sebab ... 33

h. Hubungan Hasil ... 34

i. Hubungan Alat ... 34


(8)

2.3.3 Konjungsi Korelatif ... 38

Menghubungkan dua kata, frasa atau klausa ... 38

2.3.4 Konjungsi Antarkalimat ... 40

a. Menyatakan pertentangan ... 40

b. Menyatakan kelanjutan ... 40

c. Menyatakan adanya hal ... 40

d. Menyatakan keadaan yang kebalikan ... 40

e. Menyatakan keadaan yang dinyatakan sebenarnya ... 41

f. Menguatkan keadaan yang sebenarnya ... 41

g. Menyatakan pertentangan sebelumnya ... 41

h. Menyatakan keekslufian ... 41

i. Menyatakan konsekuensi ... 41

j. Menyatakan Akibat ... 41

k. Menyatakan kejadian... 41

Konjungsi Intrakalimat ... 46

Menyatakan pertalian waktu ... 46

2.3.5 Konjungsi Antarparagraf ... 47

Menghubungkan paragraf ... 48

2.4Peran Konjungsi dalam Komunikasi Tulis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1Desain Penelitia ... 51

3.2Sumber Data ... 52

3.3Teknik Pengunpulan Data ... 52

3.4Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

a. Konjungsi Koordinatif ... 63

b. Konjungsi Subordinatif ... 69

c. Konjungsi Korelatif ... 79

d. Konjungsi Antarkalimat ... 81

e. Konjungsi Intrakalimat ... 85

4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

a. Grafik Ketidaktepatan Konjungsi Koordinatif ... 90

b. Grafik Ketidaktepatan Konjungsi Subordinatif ... 92

c. Grafik Ketidaktepatan Konjungsi Korelatif ... 94

d. Grafik Ketidaktepatan Konjungsi Antakalimat ... 95

e. Grafik Ketidaktepatan Konjungsi Intrakalimat ... 97

4.2.2 Penggunaan Konjungsi koordinatif ... 98

a. Ketepatan Konjungsi Koordinatif ... 99


(9)

b. Ketidaktepatan Konjungsi Subordinatif ... 112

4.2.3 Penggunaan Konjungsi Korelatif ... 117

a. Ketepatan Konjungsi Korelatif ... 117

b. Ketidaktepatan Konjungsi Korelatif ... 119

4.2.4 Penggunaan Konjungsi Antarkalimat ... 121

a. Ketepatan Konjungsi Antarkalimat ... 122

b. Ketidaktepatan Konjungsi Antarkalimat ... 124

4.2.5 Penggunaan Konjungsi Intrakalimat ... 127

a. Ketepatan Konjungsi Intrakalimat ... 127

b. Ketidaktepatan Konjungsi Intarkalimat ... 129

4.2.6 Penggunaan Konjungsi Antarparagraf ... 131

4.3 Perolehan Konjungsi Tertinggi dan Terendah ... 152

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 155

5.1 Simpulan ... 155

5.2 Saran ... 157 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat ucap (artikulasi) yang bersifat konvensional (melalui kesepakatan) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Pada dasarnya fungsi bahasa sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia secara garis besar terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek kesastraan.

Kedua aspek tersebut tersebar kedalam empat keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan ketiga keterampilan yang lainnya.


(11)

kurikulum KTSP sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda. Dengan demikian, pada hakikatnya Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya. Didalam kurikulum KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

Salah satu keterampilan yang diberikan pada siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis. Untuk memperlancar komunikasi tidak langsung atau melalui tulisan, seseorang (siswa) terlebih dahulu harus memiliki keterampilan menulis karena menulis merupakan salah satu alat komunikasi yang penting, yaitu melalui tulisan, seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain (pembaca).

Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran Bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan Bahasa. Ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit. Keterampilan menulis itu sulit, tetapi peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman.


(12)

Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca (Rosidi, 2009:2).

Dari kedua pendapat tersebut terlihat adanya kesamaan, yaitu keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dihasilkan melalui proses belajar mengajar, bukan karena faktor keturunan atau sesuatu yang datang dengan sendirinya. Dengan demikian, siswa harus tekun berlatih agar keterampilan menulis ini dilatih oleh guru melalui kegiatan menulis karangan.

Karangan merupakan uraian tentang sesuatu hasil, dengan demikian pengertian Karangan atau tulisan dapat kita batasi sebagai rangkaian kalimat yang logis, padu, sistematis, yang berisi pengalaman, pikiran atau pelukisan tentang objek suatu peristiwa atau masalah (Poerwordarmita (1984: 445). Struktur Bahasa dalam karangan harus jelas dan tepat agar ide yang disampaikan dapat diterima secara jelas. Dalam mengarang ini pula siswa dituntut untuk mengembangkan hubungan antarkata dalam kalimat, antarkalimat dalam paragraf dan antarparangraf dalam wacana secara utuh.

Untuk menghubungkan antarparagraf, antarklausa, dan antarkata diperlukan konjungsi atau kata penghubung. Supaya hubungan tersebut dapat serasi, jadi konjungsi yang digunakan harus tepat. Oleh sebab itu, penggunaan konjungsi harus


(13)

tepat karena jika tidak tepat dalam penggunaan konjungsi, dapat mengakibatkan kesalahan bentuk bahkan dapat mengakibatkan perubahan makna. Jadi, penting sekali peranan konjungsi dalam karangan.

Dalam kurikulum KTSP terdapat silabus tentang menulis cerpen. Penulis mengambil SK dan KD dalam silabus ini karena berkaitan dengan penelitian penulis, karena cerpen berupa karangan dan didalam cerpen tersebut penggunaan konjungsi sangat berpengaruh. Pengajaran konjungsi merupakan bagian dari aspek pengajaran struktur dalam kurikulum, sehingga perlu dikuasai oleh sisiwa khususnya kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas dalam rangka memperluas cakrawala berfikir dan mempertinggi pemahaman terhadap Bahasa Indonesia.

Akan tetapi, kenyataan yang dihadapi lain dari apa yang diharapkan. Masih sering terjadi kesalahan terhadap penggunaan konjungsi bagi siswa-siswi di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada nilai yang diperoleh pada setiap mengikuti evaluasi harian, evaluasi semester, maupun pada ujian nasional (UN) masih sangat rendah atau belum memuaskan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan konjungsi Bahasa Indonesia khususnya di SMA Negeri 1 Rebang Tangkas belum memadai. Terjadinya hal semacam ini disebabkan oleh beberapa faktor yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut antara lain : faktor guru, faktor siswa, dan faktor perpustakaan sekolah. Guru adalah faktor yang sangat memegang peranaan yang penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Kurangnya


(14)

atau terbatasnya tenaga guru di SMA memungkinkan guru-guru bidang studi lain atau bukan bidangnya atau keahliannya mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra. Buku Bahasa Indonesia di perpustakaan sekolah belum memenuhi kebutuhan siswa. Dengan demikian, pengajaran konjungsi belum terlaksana dengan baik. Faktor siswa sebagai subjek didik yang mempelajari Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa bersifat acuh tak acuh terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Timbulnya permasalahn ini terhadap disebabkan oleh adanya sikap umum bangsa kita yang menganggap mudah Bahasa Indonesia serta berlaku acuh tak acuh karena merasa sudah “tahu” Berbahasa Indonesia.

Untuk itu, diharapkan peran aktif guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk lebih banyak memberikan pembinaan dan motifasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari Bahasa Indonesia khususnya konjungsi, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia akan benar-benar tercapai sebagaimana yang telah digariskan dalam kurikulum KTSP.

Bertolak dari pencapaian tujuan di atas, perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui tingkat penggunaan konjungsi Bahasa Indonesia khususnya konjungsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian meliputi aspek-aspek pengajaran konjungsi Bahasa Indonesia yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, intrakalimat dan konjungsi antarparagraf.


(15)

Dalam penelitian ini penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian SMA Negeri 1 Rebang Tangkas khususnya di kelas X sebab berdasarkan kenyataan lapangan atau pengalaman penulis masalah pembelajaran konjungsi di kalangan para siswa dalam menguasai konjungsi termasuk konjungsi koodinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, intrakalimat dan konjungsi antarparagraf masih kurang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penguasaan konjungsi Bahasa Indonesia yang berlokasi di SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan khususnya kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013.

Sebelum penelitian ini, penelitian tentang penggunaan konjungsi pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Salah satu mahasiswa tersebut adalah Dian Cahyaningsih dengan judul tentang kemampuan menggunakan konjungsi antarkalimat dan menyusun kalimat menjadi paragraf siswa kelas X SMA 1 Kalirejo Lampung Tengah tahun pelajaran 2008/2009. Sedangkan yang akan diteliti penulis tentang konjungsi dalam karangan siswa SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan.

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yaitu penulis tidak meneliti kemampuan menggunakan konjungsi melainkan penulis hanya meneliti atau melihat penggunaan konjungsi dalam karangan siswa tersebut.


(16)

Dalam penelitian Dian Cahyaningsi hanya melihat kemampuan siswa dalam menggunakan konjungsi antarkalimat dan menyusun kalimat menjadi paragraf, dan konjungsi yang diteliti Dian Cahyaningsi hanya konjungsi antarkalimat, sedangkan dalam penelitian penulis, penulis melihat penggunaan konjungsi dalam karangan dan penggunaan konjungsi yang penulis bahas ada enam macam konjungsi antara lain, konjungsi koodinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat dan intrakalimat, dan konjungsi antarparagraf.

Didalam penelitian ini, penulis melihat ketepatan dan tidakketapatan penggunaan konjungsi dalam karangan tersebut. Penelitian yang penulis lakukan memiliki beberapa perbedaan yang cukup prinsip dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Cahyaningsih yaitu terletak pada objek, tempat, dan waktu penelitian yang kemudian berujung pada hasil penelitian yang berbeda.

Beberapa perbedaan yang ada diatas mendorong penulis untuk meneliti tentang penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan.

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi karena sumber data pada penelitian ini adalah karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.


(17)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “ Bagaimanakah Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan penggunaan konjungsi dalam karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di dalam bidang kebahasaan yaitu mengenai penggunaan konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.

2. Manfaat Praktis

Selain bermanfaat secara teoretis, penelitian ini juga bermanfaat secara praktis, yaitu :


(18)

a. Menambah pengetahuan sebagai calon guru Bahasa Indonesia, sebagai bahan bekal untuk memberikan materi pelajaran, khususnya mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan yang baik.

b. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pendidik dalam membelajarkan penggunaan konjungsi dalam karangan siswa.

c. Informasi dan gambaran bagi siswa SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan khususnya kelas X tentang penggunaan Konjungsi dalam karangan.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.

b. Objek penelitian ini adalah penggunaan konjungsi dalam karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.

c. Waktu dari tanggal 21 Januari sampai 24 Januari.

d. Lokasi penelitian SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan.

Adapun konjungsi yang penulis teliti meliputi konjungsi koordinatif, suboordinatif, korelatif, antarkalimat dan intrakalimat, dan antarparagraf,

1. Konjungsi koordinatif adalah menggabungkan kata atau klausa yang setara. Berikut ini adalah macam-macam konjungsi koordinatif ; dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.


(19)

Konjungsi koordinatif dikelompokkan menjadi lima yaitu a. menyatakan hubungan penambahan.

b. menyatakan hubungan pemilihan. c. menyatakan hubungan perlawanan. d. menyatakan hubungan pendampingan. e. menyatakan hubungan pertentangan.

2. Konjungsi subordinatif konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Berikut ini adalah macam-macam konjungsi subordinatif ; sesudah, setelah, sampai, sebelum, ketika, kalau, walau (pun), meski (pun), untuk, agar, karena, sehingga, yang, dengan, seperti.

Konjungsi subordinatif dikelompokkan menjadi tiga belas yaitu

(a) Waktu, (b) syarat, (c) pengandaian, (d) tujuan, (e) konsensif, (f) pembandingan, (g) sebab, (h) hasil, (i) alat, (j) cara, (k) komplementasi, (l) atributif, (m) perbandingan.

3. Konjungsi korelatif yang menyatakan gabungan, konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut ini adalah macam-macam konjungsi korelatif ; baik…maupun…, sedemikian rupa….,sehingga…,

tidak hanya…,tetapi juga…, apa(kah)…,atauu…, bukan hanya…,melainkan juga…, entah….,entah….


(20)

demikian….,sehingga…., jangankan…,pun…,

4. Konjungsi antarkalimat dan intrakalimat adalah konjungsi yang bertugas didalam kalimat untuk menghubungkan konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. Berikut ini adalah macam-macam konjungsi antarkalimat dan konjungsi intrakalimat; biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya dan bahwasannya, malah(an), bahkan, (akan) tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu dan oleh sebab itu, sebelum itu.

Konjungsi antarkalimat dan intrakalimat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu a. kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda atau bertentangan

dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.

b. untuk kelanjutan sesuatu dari peristiwa atau kalimat pada keadaan yang kalimat sebelumnya.

c. untuk adanya hal, peristiwa atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.

d. untuk keadaan yang sebenarnya.

e. untuk pertentangan dengan keadaan sebelumnya.

f. untuk konsekuensi atau kesimpulan dari kalimat untuk dinyatakan sebelumnya.


(21)

5. Konjungsi antarparagraf pada umumnya memulai sesuatu paragraf Hubungannya dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu, Berikut ini adalah macam-macam konjungsi antarparagraf adapun, akan hal, mengenai, dalam pada itu.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata atau menjadi subgolongan jenis-jenis kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis-jenis kata yang oleh tata Bahasa tradisional disebut preposisi atau konjungsi digolongkan dalam kata tugas (Keraf, 1975: 87).

Pengklasifikasian kata tugas dalam Bahasa Indonesia sudah banyak dibicarakan oleh para ahli. Dalam penelitian ini pengklasifikasian kata tugas mengacu pada pendapat (Moeliono, 1997: 230), yang membagi kata tugas menjadi lima kelompok, yaitu (1) preposisi (2) konjungsi (3) interjeksi (4) artikel (5) partikel.

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan.

Penggunaa konjungsi sangat penting hubungannya dengan kegiatan menulis. Penggunaan konjungsi yang digunakan dengan baik dan benar akan mempermudah pembaca dalam memahami maksud yang disampaikan oleh penulis.

Ada beberapa hal yang hendak penulis paparkan dalam bab landasan teori ini, yaitu sebagai berikut;

1. pengertian konjungsi; 2. ciri-ciri konjungsi;


(23)

3. jenis-jenis konjungsi;

4. peran konjungsi dalam komunikasi tulis;

Berikut ini akan dipaparkan satu persatu secara berurutan.

2.1Pengertian Konjungsi

Pengertian konjungsi sebagai sesuatu istilah yang sangat penting beraneka ragam. Konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer, 1998: 140).

Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Alwi, dkk., 2003: 296).

Konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menhubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa pada dasarnya (konjungsi) berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer, 2000: 140)

Pendapat yang hampir sama dengan ketiga pakar di atas mengungkapkan konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Rusminto, 2009: 30). Konjungsi merupakan kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar (Sudaryat, 2008: 155).


(24)

Dari penjelasan beberapa pakar di atas, penulis lebih memilih teori yang dijelaskan oleh Alwi, dkk karena penjelasannya lebih rinci menjelaskan pengetahuan tentang konjungsi, dan dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf.

Berikut ini adalah contoh konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa. 1. Kata dengan kata, misalnya

a. ayah dan ibu,

b. laki-laki atau perempuan,

pada contoh (a) tersebut ayah dan ibu merupakan kata yang dihubungkan dengan konjungsi dan yang menandai hubungan penjumlahan. Selanjutnya pada contoh (b) laki-laki dan perempuan merupakan kata yang dihubungkan dengan konjungsi atau yang menandai pemilihan.

2. Frasa dengan frasa, misalnya:

Para siswa SD dan beberapa guru pergi ke rumah sakit.

Dalam contoh tersebut frasa para siswa SD dan beberapa guru merupakan frasa nominal (frasa yang sama artinya dengan kata benda) yang dihubungkan dengan konjungsi dan yang menandai hubungan penjumlahan.

3. Klausa dengan klausa, misalnya:

Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan Mereka memberi penghuninya hadiah.


(25)

Klausa Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan dan Mereka memberi penghuninya hadiah. Digabungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah kalimat majemuk setara. Oleh karena itu klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan konjungsi dan mempunyai kedudukan setara atau sama, maka klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama.

4. Kalimat dengan kalimat, misalnya:

a. Kamu telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini.

b. Dengan demikian, kamu harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya.

Pada kalimat (a) dan (b) menyatakan bahwa jika kamu telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini maka kamu harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya. Pada contoh di atas, kalimat (a) dan kalimat (b) dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dengan demikian yang menyatakan konsekuensi atau simpulan dari apa yang dinyatakan oleh kalimat (a).

5. Paragraf dengan paragraf, misalnya:

a. Ragam yang tinggi digunakan, misalnya, untuk pidato resmi, hhotbah, kuliah, atau ceramah; penyiar lewat radio dan televisi. Penulisan yang bersifat resmi ; tajuk rencana dan artikel surat kabar, khususnya puisi.

b. Karena ragam tinggi disaranakan untuk peranan kemasyarakatan yang dinilai lebih tinggi atau lebih berharga, maka ragam itu pun memiliki gengsi yang lebih tinggi. Bahkan ragam itu dianggap lebih elok, dan lebih mampu mengungkapkan pikiran yang berbobot dan majemuk ( Alwi, dkk, 2003 : 10).

Pada contoh di atas, paragraf (a) menjelaskan tentang ragam pidato, khotbah, ceramah yang resmi dalam ragam yang tinggi dan paragraf (b) menjelaskan tentang bahwa


(26)

ragam tinggi disarankan untuk peranan kemasyarakatan yang dinilai lebih tinggi yang mampu mengungkapkan pikiran yang berbobot. Pada paragraf (a) dan paragraf (b) dihubungkan dengan menggunakan konjungsi karena yang menyatakan hubungan sebab yang dinyatakan dalam paragraf di atas.

2.2 Ciri-Ciri Konjungsi

Dari beberapa konjungsi yang akan dijelaskan, akan ada beberapa ciri-ciri konjungsi, diantara lain yaitu;

1. Tidak dapat bergabung dengan afiks

Tidak mempunyai imbuhan contonya imbuhan meN-i, meN-kan, di-kan. Contoh:

a. dua botol atau dua liter

b. dua botol diataukan dua liter ( tidak gramatikal).

Contoh (a) konjungsi atau tidak bisa ditambahkan pada imbuhan meN-I, meN- kan, di-kan karena contoh (a) tidak dapat bergabung dengan afiks.

Contoh (b) Jika dari kata dua dapat menurunkan kata lain seperti diduakan atau menduakan, tidak demikian halnya dengan konjungsi atau yang menandai hubungan pemilihan karena dalam konjungsi tidak dapat bergabung dengan afiks.

2. Tidak mengandung makna leksikal


(27)

Contoh:

ambilkan buku dan pensil itu

Dalam contoh di atas, dapat dilihat bahwa arti konjungsi diberikan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika pada nomina seperti buku dapat berarti – benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan – untuk konjungsi tidak dapat berbuat hal yang sama. Konjungsi dan pada contoh tersebut baru mempunyai arti setelah dirangkai dengan kata buku dan pensil.

3. Konjungsi itu statis

Konjungsi itu tidak dapat berubah-ubah atau bersifat tetap karena sampai kapan pun konjungsi itu tidak akan berkurang dan tidak akan bertambah dan fungsi konjungsi itu untuk menghubungkan dua satuan bahasa seperti: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

2.3Jenis-jenis Konjungsi

Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok: (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) a, konjugsi antarkalimat (Alwi, dkk., 2003: 297). Dalam hal ini ditambahkan lagi b, konjungsi intrakalimat dan (5) konjungsi antarparagraf oleh Chaer (1993: 112).


(28)

1. Konjungsi Koordinatif

Konjugsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki status yang sama dinamakan konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama kedudukannya. Hubungan antara klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki karena klausa yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain (Alwi, dkk,2003: 297).

a. Jenis-Jenis Konjungsi Koordinatif

Jika dilihat dari segi arti konjungsinya, hubungan semantik antarklausa dalam kalimat majemuk setara ada tiga macam: (a) hubungan penjumlahan,

(a) hubungan perlawanan, dan (c) hubungan pemilihan (Alwi, dkk., 2003: 297).

(1) Hubungan Penjumlahan

Hubungan penjumlahan ialah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan itu ditandai oleh konjungsi dan, kemudian, lalu, serta, sedangkan, padahal, dan baik…maupun.

1. Chelis tetap masuk kuliah padahal badannya sangat panas. 2. Widya sedang mencuci baju sedangkan Desi memasak nasi.

Pada kalimat (1) menjelaskan bahwa Chelis tetap masuk kuliah walaupun badannya sangat panas. Kalimat tersebut digabungkan dengan menggunakan konjungsi padahal yang menyatakan suatu keadaan dalam hubungan penjumlahan.


(29)

Pada kalimat (2) menjelaskan bahwa Widya sedang mencuci baju dan Desi memasak nasi. Kalimat tersebut digabungkan dengan menggunakan konjungsi sedangkan yang menyatakan suatu peristiwa dalam hubungan penjumlahan.

Hubungan penjumlahan dapat dibedakan sebagai berikut.

(1) Penjumlahan yang menyatakan hubungan sebab-akibat, konjungsi yang dipakai adalah dan dan serta. Perhatikan contoh berikut.

a) Pada hari yang panas itu, gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah jadi berantakan. b) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat merindukan daratan yang sejuk serta

kehidupan yang normal.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa pada hari yang panas, gempa menggoceng bumi dan rumah jadi berantakan. Dan dihubungkan menggunakan konjungsi dan yang menyatakan hubungan sebab akibat.

Pada kalimat (b) menyatakan sudah sebulan mengarungi laut sampai mereka sangat merindukan daratan yang sejuk serta kehidupan yang normal. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dan, serta yang menyatakan hubungan sebab akibat.

(2) Penjumlahan yang menyatakan hubungan urutan waktu, konjungsi yang dipakai adalah dan, kemudian, dan lalu. Perhatikan contoh berikut.

a) Agus pergi ke pasar dan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sholeh.


(30)

c) Dibelainya rambutnya yang halus itu, lalu disisirnya dengan rapi.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa Agus pergi ke pasar setelah itu langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sholeh. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dan yang menyatakan hubungan urutan waktu.

Pada kalimat (b) menyatakan Pudan melompat dari anak tangga setelah itu berlari ke halaman sambil berteriak. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi kemudian yang menyatakan hubungan urutan waktu.

Pada kalimat (c) menyatakan saat dibelainya rambut yang halus itu, lalu disisirnya dengan rapi. Dan dihubungkan dengan konjungsi lalu yang menyatakan hubungan urutan waktu.

(3) Penjumlahan yang menyatakan hubungan pertentangan, konjungsi yang dipakai adalah sedangkan dan padahal. Perhatikan contoh berikut.

a) Lutfi langsung mengkritik, sedangkan duduk perkaranya saja belum jelas.

b) Mereka sudah mengambil keputusan, padahal data-data yang lengkap belum diperoleh. Pada kalimat (a) menyatakan bahwa Lutfi langsung mengkritik padahal Lutfi belum tahu duduk perkaranya. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sedangkan yang menyatakan hubungan pertentangan.

Pada kalimat (b) menyatakan mereka sudah mengambil keputusan meskipun data yang lengkap belum diperoleh. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi padahal yang menyatakan hubungan pertentangan.


(31)

(4) Penjumlahan yang menyatakan hubungan perluasan, konjungsi yang dipakai adalah dan, serta, dan baikmaupun.perhatikan contoh berikut.

a) Sampai saat ini saya kagum akan kecantikannya dan kekaguman saya bertambah dengan kemampuannya mengatasi tantangan hidup.

b) Dia rajin membaca baik waktu dia menjadi mahasiswa maupun setelah dia bekerja. Pada kalimat (a) menyatakan bahwa dari dulu sampai saat ini saya kagum akan kecantikannya, kekaguman saya bertambah dengan kemampuannya untuk mengatasi tantangan hidupnya. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dan yang menyatakan hubungan perluasan.

Pada kalimat (b) menyatakan dia rajin membaca waktu dia menjadi mahasiswa apalagi setelah dia kerja. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi baik…maupun… yang menyatakan hubungan perluasan.

(2) Hubungan Perlawanan

Hubungan perlawanan ialah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan pada klausa pertama berlawanan, atau tidak sama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan itu ditandai dengan konjungsi tetapi, tetapi/melainkan juga, dan melainkan. Hubungan perlawanan dapat dibedakan sebagai berikut.

(1) Perlawanan yang menyatakan hubungan penguatan, konjungsi yang dipakai pada klausa pertama adalah…bukan/hanya dan…tidak hanya/saja.. Pada klausa kedua konjungsi yang dipakai adalah tetapi/melainkan juga.


(32)

Perhatikan contoh berikut.

Tsunami di Aceh dapat dipastikan tidak hanya menyedot dana yang besar, tetapi juga mempengaruhi laju inflasi.

Pada kalimat di atas menyatakan bahwa saat terjadi tsunami di Aceh bukan sekedar menyedot dana yang besar tetapi dapat mempengaruhi laju inflasi. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi tidak hanya…tetapi juga… yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan.

(2) Perlawanan yang menyatakan hubungan implikasi, konjungsi yang dipakai adalah tetapi. Perhatikan contoh berikut.

a) Umur adikku baru satu tahun, tetapi dia sudah bisa berbicara.

b) Suami-istri itu sudah lama menikah, tetapi belum juga dikaruniai seorang anak.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa adiknya baru satu tahun tetapi dia sudah bisa berbicara dan kalimat (b) menyatakan bahwa suami-istri itu sudah lama menikah tetapi mereka belum dikaruniai seorang anak. Pada kalimat (a) dan (b) dihubungkan dengan menggunakan konjungsi tetapi yang menyatakan hubungan perlawanan.

(3) Perlawanan yang menyatakan hubungan perluasan, konjungsi yang digunakan adalah tetapi. Perhatikan contoh berikut.

a) Walaupun pak Imam sudah pensiun, tetapi beliau tetap ke kampus memberikan bimbingan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi.


(33)

b) Meskipun dalam keadaan sakit, tetapi anak itu tetap masuk kuliah untuk mengikuti ujian. Pada kalimat (a) menyatakan walaupun pak imam sudah pensiun tetapi beliau masih rajin ke kampus untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Pada kalimat (b) menyatakan bahwa dalam keadaan sakit tetapi anak itu tetap masuk kuliah untuk mengikuti ujian. Pada kalimat (a) dan (b) dihubungkan dengan menggunakan konjungsi tetapi yang menyatakan hubungan pertentangan dengan keadaan sebelumnya.

(3) Hubungan Pemilihan

Hubungan pemilihan ialah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Konjungsi yang dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan adalah atau, perhatikan contoh berikut.

1) Tias dihadapkan pada dilema: melanjutkan hubungan dengan pacarnya atau kembali lagi dengan mantan kekasihnya sewaktu SMA.

2) Dalam keadaan seperti ini Peri terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa Tias dihadapkan pada dilema, melanjutkan hubungan dengan pacarnya atau kembali lagi dengan mantan kekasihnya sewaktu SMA. Pada kalimat (b) menyatakan bahwa Peri terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh. Pada kalimat (a) dan (b) dihubungkan dengan menggunakan konjungsi atau yang menyatakan hubungan pemilihan.


(34)

a) Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Koordinatif

Dalam konjungsi koordinatif ada dua ciri-ciri hubungan koordinatif secara eksplisit, ciri-ciri ini akan lebih terlihat dari segi sintaksis dan semantisnya menurut pendapat Alwi, dkk., (2003: 395) sebagai berikut ;

1) Hubungan koordinatif menggabungkan dua klausa atau lebih. Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dapat berupa kalimat majemuk. Perhatikan contoh berikut ini.

Saya mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan serta maksud kedatangannya.

2) Pada umumnya klausa yang diawali oleh konjungsi dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah. Apabila posisinya diubah, perubahan itu mengakibatkan munculnya kalimat majemuk setara yang tidak berterima. Perhatikan contoh berikut ini.

Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh.

3) Sebuah konjungsi dapat didahului konjungsi lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Perhatikan contoh berikut ini.

Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah mengancam hakim yang memimpin sidang.


(35)

c) Ciri-ciri semantis Hubungan Koordinatif

Dalam konjungsi koordinatif mengemukakan bahwa ciri-ciri semantik hubungan koordinatif yaitu klausa-klausa yang dihubungkan oleh konjugsi tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan. Perhatikan contoh berikut ini.

1) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri. 2) Pemuda itu bekerja keras dan berhasil.

Informasi yang dinyatakan dalam klausa orang itu putus asa mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan informasi yang diberikan oleh klausa peranan yang sama pentingnya dengan informasi yang diberikan oleh klausa (orang tua itu) bunuh diri. Kedua klausa itu mengisyaratkan adanya hubungan sebab-akibat.

Ciri semantis dalam hubungan koordinatif ditentukan oleh makna leksikal ataupun gramatikal dari kata dan klausa yang dibentuk. Konjungsi dan, misalnya, menyatakan gabungan antara satu klausa dengan klausa lainya. Sebaliknya, konjungsi tetapi menyatakan pertentangan. Makna leksikal dan frasa putus asa dan bunuh diri, serta bekerja keras dan berhasil menyatakan hubungan sebab-akibat.

1. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk., 2003: 299). Konjungsi subordinatif ini berfungsi sebagai penghubung antara


(36)

anak kalimat dan induk kalimat. Ciri konjungsi subordinatif didasarkan pada dua aspek, yaitu aspek sintaksis dan aspek semantik. Berdasarkan aspek sintaksisnya, konjungsi subordinatif menghubungkan dua klausa, yaitu klausa induk dengan klausa anak.

a) Jenis-jenis Konjungsi Subordinatif

Jika dilihat dari perilaku sintaksis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu: (1) hubungan waktu, (2) hubungan syarat, (3) hubungan pengandaian, (4) hubungan tujuan, (5) hubungan konsesif, (6) hubungan pembandingan, (7) hubungan sebab, (8) hubungan hasil, (9) hubungan alat, (10) hubungan cara, (11) hubungan komplementasi, (12) hubungan atributif, dan (13) hubungan perbandingan

( Alwi, dkk.,2003:299).

(1) Hubungan Waktu

Hubungan waktu terjadi jika klausa subordinatifnya menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu ini dapat dibedakan lagi menjadi:

a) Waktu batas permulaan, untuk menyatakan hubungan ini dipakai konjungsi sejak dan sedari. Perhatikan contoh berikut.


(37)

(2) Saya sudah terbiasa dengan hidup sederhana sedari saya masih anak-anak.

Pada contoh (1) menyatakan Peri tertarik pada roda yang berputar saat dia mulai belajar merangkak. Dan dihubungkan dengan menggunaan konjungsi sejak untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan.

Pada contoh (2) menyatakan bahwa dia sudah terbiasa hidup sederhana semenjak dia masih kecil. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sedari untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan.

b) Waktu bersamaan, konjungsi yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini, antara lain: (se)waktu, ketika, seraya, serta, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama. Perhatikan contoh berikut.

(1) Begitu dia datang, dia memelukku serta mencium pipiku.

(2) Beberapa orang beriring-iringan melewati depan rumah kami sementara hujan turun lebat dimalam hari yang sepi dan pekat itu.

Pada contoh (1) menyatakan bahwa saat dia datang dia bukan hanya memelukku tetapi dia juga mencium pipiku juga. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi serta untuk menyatakan hubungan waktu kebersamaan.

Pada contoh (2) menyatakan ada beberapa orang beriring-iringan melewati depan rumah kami saat hujan turun lebat dimalam hari yang sepi dan pekat itu. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sementara unutk menyatakan hubungan waktu kebersamaan.


(38)

c) Waktu berurutan, konjungsi yang biasa dipakai adalah sebelum, sesudah, setelah, seusai, begitu, dan sehabis.

Perhatikan contoh berikut.

(1) Seusai melantik para RT, pak lurah menghadiri makan siang bersama.

(2) Setelah mengerjakan skripsi Heri langsung pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi. Pada contoh (1) menyatakan bahwa selesai melantik para RT, pak lurah langsung menghadiri makan siang bersama. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi seusai untuk menyatakan hubungan waktu berurutan.

Pada contoh (2) menyatakan setelah Heri mengerjakan skripsi, dia langsung ke kampus untuk bimbingan skripsi. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjung setelah untuk menyatakan hubungan waktu berurutan.

d) Waktu batas akhir, konjungsi yang dipakai adalah sampai dan sehingga. Perhatikan contoh berikut.

(1) Gotong royong itu berjalan dengan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah. (2) Jimi mengurus adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.

Pada contoh (1) menyatakan bahwa gotong royong itu berjalan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sampai yang menyatakan hubungan waktu batas akhir.


(39)

Pada contoh (2) menyatakan bahwa Jimi mengurus adik-adiknya sampai bapaknya pulang dari kantor. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi hingga yang menyatakan hubungan waktu batas akhir.

(2) Hubungan Syarat

Hubungan syarat terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai adalah jika (lau), kalau, dan asal(kan). Di samping itu, konjungsi kalau, (apa)bila, dan bilamana juga dipakai jika syarat itu bertalian dengan waktu.

Perhatikan contoh berikut.

(1) Jika anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali menceritakannya. (2) Ini hanya dilakukan dalam keadaan darurat kalau waktu memang mendesak.

Pada contoh (1) menyatakan kalau dia mau mendengarkan, dia akan senang sekali menceritakannya. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi jika yang menyatakan hubungan syarat.

Pada contoh (2) menyatakan kalau ini akan dilakukan dalam keadaan darurat seandainya memang mendesak. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi kalau yang menyatakan hubungan syarat.

(3) Hubungan Pengandaian

Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan kemungkinan terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama.


(40)

Konjungsi yang biasa dipakai adalah andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, dan sekitarnya.

Perhatikan contoh berikut;

(1) Seandainya para anggota kelompok menerima norma itu, selesailah seluruh permasalahan. (2) Aandaikan dia mematuhi peraturan lalu lintas, kecelakaan ini tidak akan terjadi.

Pada kalimat (1) menyatakan kalau saja para anggota kelompok menerima norma itu, akan selesai seluruh permasalahan. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi seandainya yang menyatakan hubungan pengandaian.

Pada kalimat (2) menyatakan seandainya dia mematuhi peraturan lalu lintas mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjung andaikata yang menyatakan hubungan pengandaian.

(4) Hubungan Tujuan

Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama konjungsi yang dipakai adalah agar, supaya, dan biar.

Perhatikan contoh berikut.

(1) Desti sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana. (2) Kami pergi biar dia bisa bebas berbuat sesukanya.


(41)

Kalimat (1) menyatakan bahwa Desti sengaja tinggal di kota kecil supaya dapat mengetahui kehidupan di sana. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi agar yang menyatakan hubungan tujuan.

Kalimat (2) menyatakan bahwa mereka pergi supaya dia bebas berbuat sesukanya. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi biar yang menyatakan hubungan tujuan.

(5) Hubungan Konsesif

Hubungan konsesif terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang dipakai adalah walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun), dan biar(pun).

Perhatikan contoh berikut.

(1) Walaupun/meskipun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku. (2) Dia akan pergi sekalipun/biarpun kami mencoba menahannya.

Kalimat (1) menyatakan bahwa meskipun hatinya sangat sedih, tetapi dia tidak pernah menangis di hadapanku. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi walaupun/meskipun untuk menyatakan hubungan konsesif.

Kalimat (2) menyatakan bahwa dia akan tetap pergi biarpun kami mencoba menahannya. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sekalipun/biarpun yang menyatakan hubungan konsensif. Dari dua kalimat di atas menyatakan


(42)

hubungan konsesif. yang mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama.

(6) Hubungan Pembandingan

Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakan pada klausa subordinatif itu. Konjungsi yang biasa dipakai adalah seakan-akan, seolah-olah, seperti, bagaikan, laksana ibarat, sebagaimana,daripada, dan alih-alih.

Perhatikan contoh berikut.

(1) Saya akan menolongmu sebagaimana ayahmu juga telah menolong keluargaku. (2) Daripada kamu menganggur, cobalah kamu bekerja di kebun.

(7) Hubungan Sebab

Hubungan hasil terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan memakai konjungsi sebab, karena. Akibat, dan oleh karena.

Perhatikan contoh berikut.

(1) Harga daging di pasar sangat tinggi sebab mendekati lebaran semua barang naik termasuk harga daging.

(2) Keadaan Helmi semakin parah karena waktu kecelakaan kepalanya terkena batu hingga menyebabkan dia koma sampai sekarang.


(43)

Kalimat (1) menyatakankan harga daging di pasar sangat tinggi apalagi mau mendekati hari lebaran semua barang naik termasuk harga daging. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sebab yang menyatakan hubungan sebab. Kalimat (2) menyatakan bahwa keadaan Helmi semakin parah itu disebabkan pada waktu kecelakaan kepalanya terkena batu hingga menyebabkan dia koma sampai sekarang. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi karena yang menyatakan hubungan sebab.

(8) Hubungan Hasil

Hubungan hasil terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan memakai konjungsi sehingga, sampai (-sampai), dan maka.

Perhatikan contoh berikut.

Biaya pengobatannya sungguh mahal sampai-sampai semua perhiasan istrinya sudah habis terjual.

Pada contoh di atas menyatakan bahwa biaya pengobatannya sangat mahal sampai semua perhiasan istrinya sudah habis terjual. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi sampai yang menyatakan hubungan hasil.

(9) Hubungan Alat

Hubungan alat terdapat pada kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Konjungsi yang dipakai adalah dengan dan tanpa. Perhatikan contoh berikut.


(44)

a) Satria menangkap ikan dengan mempergunakan kail. b) Peri mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa Satria menangkap ikan dengan menggunakan kail. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dengan yang ,menyatakan hubungan alat. Pada kalimat (b) menyatakan bahwa Peri mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi tanpa yang menyatakan hubungan alat.

(10)Hubungan cara

Hubungan cara terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Konjungsi yang dipakai sama dengan konjungsi alat, yakni dengan dan tanpa. Perhatikan contoh berikut.

a) Saya yakin dengan pertolongan Allah, semua masalah akan dapat di atasi. b) Pencari intan bekerja tanpa menghiraukan bahaya di sekelilingnya.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa saya yakin dengan pertolongan allah bahwa semua masalah akan dapat di atasi. Dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi dengan yang menyatakan hubungan cara. Pada kalimat (b) menyatakan bahwa pencari intan bekerja tanpa menghiraukan bahaya di sekelilingnya. dan dihubungkan dengan menggunakan konjungsi tanpa yang menyatakan hubungan cara.


(45)

(11) Hubungan Komplementasi

Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Konjungsi yang dipakai adalah bahwa.

Perhatikan contoh berikut.

a) Diana jatuh pingsan setelah tahu bahwa neneknya meninggal.

b) Ayah dan ibu mengatakan bahwa dengan tekad yang bulat dan disertai semangat, saya dapat menyelesaikan kuliah.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa Diana jatuh pingsan setelah dia tahu bahwa neneknya meninggal. Pada kalimat (b) menyatakan bahwa ayah dan ibu mengatakan kalau saya punya tekad yang bulat dan disertai semangat, saya akan bisa menyelesaikan kuliah. Pada kalimat (a) dan kalimat (b) menggunakan konjungsi bahwa yang menyatakan hubungan Komplementasi.

(12) Hubungan Perbandingan

Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa subordinatif dan klausa utamanya mempunyai unsur yang sama tarafnya. Konjungsi yang dipakai adalah sama,,,dengan dan lebih/kurang,,,dari(pada),,,.perhatikan contoh berikut.

Rova lebih suka menonton flim India daripada flim Barat.

Pada kalimat di atas menyatakan bahwa Rova lebih menyukai nonton flim India daripada flim Barat. Dan menggunakan konjungsi daripada yang menyatakan hubungan perbandingan.


(46)

Dalam konjungsi subordinatif ada dua ciri-ciri hubungan subordinatif secara eksplisit, ciri-ciri ini akan lebih terlihat dari segi sintaksis dan semantisnya menurut pendapat Alwi, dkk., (2003: 395) sebagai berikut ;

a) Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Subordinatif

dalam ciri sintaksis dalam hubungan subordinatif dapat mengklasifikasi dua ciri sintaksis hubungan subordinatif.

(1) Subordinatif menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya merupakan bagian dari klausa yang lain. Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungsi subordinatif dapat juga berupa kalimat majemuk. Perhatikan contoh berikut ini.

Rengga terpaksa cuti kuliah karena keadaan fisiknya lemah.

(2) Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh konjungsi dapat berubah. Perhatikan contoh berikut ini.

a) Pengusaha itu harus membayar pajak walaupun perusahaannya mengalammi kerugian. b) Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus membayar pajak.

b) Ciri-Ciri Semantis Hubungan Subordinatif

dalam ciri semantis dalam hubungan subordinatif dapat mengklasifikasi dua ciri semantis hubungan subordinatif, mengklasifikasikan dua ciri semantis hubungan subordinatif.


(47)

(1) Klausa yang mengikuti konjungsi memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa, sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Perhatikan contoh berikut.

Irna mau memaafkan Heru jika sifatnya bisa berubah.

(2) Klausa subordinatif yang dihubungkan oleh konjungsi pada umumnya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu, sesuai dengan makna klausa subordinatifnya. Jika klausa subordinatif menyatakan waktu, kata atau frasa yang mengacu pada waktu dapat dipakai sebagai pengganti.

Perhatikan cotoh berikut ini.

a) Saya tidak tahu kapan dia akan pindah. b) Saya tidak tahu waktu kepindahannya.

3. Konjungsi Korelatif

konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk., 2003: 298). Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan. Konjungsi yang dipakai adalah sebagai berikut.

Baik…maupun… sedemikian rupa…sehingga… Tidak hanya…tetapi juga… apa(kah)…atau…

Bukan hanya…, melainkan juga… entah…entah…


(48)

Ada beberapa contoh konjungsi korelatif dalam bentuk kalimat, sebagai berikut contohnya ; a. Baik di kota maupun di desa pembangunan jalan harus diperhatikan.

b. Anda tidak hanya harus setujuh, tetapi juga harus patuh.

c. Ibu Sumarti bukan hanya pembimbing akademik saya melainkan juga sebagai pembimbing kedua skripsi saya.

d. Kucing itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotret.

e. saya harus mengerjakannya skripsi sedemikian rupa sehingga hasilnya benar-benar baik.

Pada kalimat (a) menyatakan bahwa baik di kota maupun di desa pembangunan jalan harus diperhatikan. Dan menggunakan konjungsi maupun yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan.

Pada kalimat (b) menyatakan bahwa tidak hanya setujuh tetapi mereka juga harus patuh. Dan menggunakan konjungsi tidak hanya…tetapi juga.. yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan.

Pada kalimat (c) menyatakan bahwa ibu Sumarti bukan sekedar pembimbing akademik tetapi sebagai pembimbing kedua skripsi saya. Dan menggunakan konjungsi bukan hanya…melainkan juga.. yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan. Pada kalimat (d) menyatakan bahwa kucing itu larinya begitu cepat sehingga sangat sukar untuk dipotret. Dan menggunakan konjungsi demikian…sehingga… yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan.

Pada kalimat (e) menyatakan bahwa saya mengerjakan skripsi dengan teliti sehingga benar-benar baik. Dan menggunakan konjungsi sedemikian yang menyatakan hubungan perlawana yang menyatakan penguatan.


(49)

4. Konjungsi Antarkalimat dan Intrakalimat

Pada konjungsi yang keempat ada dua konjungsi yaitu konjungsi antarkalimat dan intrakalimat. Dibawa ini akan dijelaskan konjungsi antarkalimat dan intrakalimat.

a) Konjungsi antarkalimat

Konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain (Alwi, dkk., 2003:300). Dan Konjungsi intrakalimat yang bertugas di dalam kalimat, untuk menghubungkan konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. Konjungsi yang menyatakan hubungan pertalian waktu kejadian dan yang menyatakan hubungan kesungguhan dapat menduduki posisi awal maupun tengah (Chaer, 1993: 112).

Oleh karena itu, konjungsi antarkalimat selalu memulai kalimat dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Jika dilihat dari segi maknanya, konjungsi antarkalimat dibagi menjadi sebelas kelompok.

a. Menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, konjungsi yang dipakai adalah biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, dan sungguhpun demikian/begitu.


(50)

b. Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, konjungsi yang biasa dipakai adalah kemudian, sesudah itu, dan selanjutnya.

c. Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, konjungsi yang dipakai adalah tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.

d. Menyatakan keadaan yang mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, konjungsi yang digunakan adalah sebaliknya.

e. Menyatakan keadaan yang sebenarnya, konjungsi yang dipakai adalah sesungguhnya dan bahwasannya.

f. Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, konjungsi yang dipakai adalah malah(an) dan bahkan.

g. Menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, konjungsi yang dipakai adalah (akan) tetapi dan namun.

h. Menyatakan keekslufian, konjungsi yang dipakai adalah kecuali itu.

i. Menyatakan konsekuensi, konjungsi yang dipakai adalah dengan demikian.

j. Menyatakan akibat, konjungsi yang dipakai adalah oleh karena itu dan oleh sebab itu.

k. Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya. Konjungsi yang dipakai adalah sebelum itu.


(51)

a. Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya. 1. Kami tidak sependapat dengan dia.

2. Kami tidak akan menghalaginya.

Kalimat (1) Kami tidak sependapat dengan dia. Kalimat (2) Kami tidak akan menghalanginya.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa meskipun kami tidak sependapat dengan dia tetapi kami tidak akan menghalaginya.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi biarpun begitu menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.

b. Mereka makan bakso Soni. Sesudah itu, mereka pergi ke Robinson. 1. Mereka makan baksi Soni.

2. Mereka pergi ke Robinson.

Kalimat (1) Mereka makan bakso Soni. Kalimat (2) mereka pergi ke Robinson.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa mereka makan bakso Soni sesudah itu mereka pergi ke Robinson.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi sesudah itu Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya.


(52)

c. Pak Jaya terkena penyakit maag. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi. 1. Pak Jaya terkena penyakit maag.

2. Dia juga mengidap tekanan darah tinggi. Kalimat (1) Pak Jaya terkena penyakit maag.

Kalimat (2) Dia juga mengidap tekanan darah tinggi.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa pak Jaya terkena penyakit maag selain itu dia juga mengidap tekanan darah tinggi.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi selain itu Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya

d. TNI itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan Polisi dengan belati.

1. TNI itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. 2. Dia melawan polisi dengan belati.

Kalimat (1) TNI itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Kalimat (2) Dia melawan Polisi dengan belati.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa TNI itu tidak mengindahkan tembakan peringatan Sebaliknya dia melawan polisi dengan belati.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi Sebaliknya Menyatakan keadaan yang mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya.


(53)

e. Masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya, masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.

1. Masalah yang dihadapinya memang gawat. 2. Masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya. Kalimat (1) Masalah yang dihadapinya memang gawat. Kalimat (2) Masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa masalah yang dihadapinya memang gawat sesungguhnya masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi Sesungguhnya Menyatakan keadaan yang sebenarnya, konjungsi yang dipakai.

f. Saya sudah tahu tentang mengerjakan skripsi itu. Bahkan, saya sudah mulai mengerjakannya.

1. Saya sudah tahu tentang mengerjakan skripsi itu. 2. Saya sudah mulai mengerjakannya.

Kalimat (1) Saya sudah tahu tentang mengerjakan skripsi itu. Kalimat (2) Saya sudah mulai mengerjakannya.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa saya sudah tahu tentang mengerjakan skripsi itu bahkan saya sudah mulai mengerjakan.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi Bahkan Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya.


(54)

g. Silvi sekarang ke kampus tidak menggunakan motor. Sebelum itu, dia hanya naik bus pergi ke kampus.

1. Silvi sekarang ke kampus tidak menggunakan motor. 2. Dia hanya naik bus pergi ke kampus.

Kalimat (1) Kalimat Silvi sekarang ke kampus tidak menggunakan motor. Kalimat (2) Dia hanya naik bus pergi ke kampus.

Kalimat (1) dan (2) menyatakan bahwa Silvi sekarang ke kampus tidak hanya menggunakan motor sebelum iu dia hanya naik bus pergi ke kampus.

Kalimat (1) dan (2) digabungkan dengan konjungsi Sebelum itu Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya.

Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat utuh. Karena kedua kalimat itu terpisah, maka subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama kalimat sebelumnya. Di samping itu, konjungsi antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.

Walaupun demikian, konjungsi tertentu (adapun dan oleh karena itu) yang dapat dipakai sebagai konjungsi antarkalimat ataupun antarparagraf. Secara visual ciri konjungsi antarkalimat adalah menghubungkan antara dua kalimat yang berbeda. Letak konjungsinya berbeda antara kalimat pertama dan kedua dan seterusnya. Setiap konjungsi antarkalimat diikuti tanda koma kemudian dilanjutkan dengan kalimat berikutnya.


(55)

b)Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat yang bertugas didalam kalimat, untuk menghubungkan konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. konjungsi yang digunakan adalah konjungsi sesudah dan meskipun.

Contoh konjungsi yang menyatakan pertalian waktu dan konjungsi yang menyatakan hubungan kesungguhan sebagai berikut;

(a) Sesudah kami makan siang, kami segera berangkat. (b) Kami segera berangkat sesudah kami makan siang.

Kalimat (a) menyatakan sudah kami makan siang, kami segera berangkat dan kalimat (b) menyatakan kami segera berangkat sesudah kami makan siang. Dan menggunakan konjungsi sesudah yang menyatakan hubungan waktu untuk menghubungkan konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat.

(c) Meskipun selalu dilarang ibu, dia pergi juga ke Bandung. (d) Dia pergi juga ke Bandung meskipun selalu dilarang ibu.

Kalimat (c) menyatakan meskipun selalu dilarang ibu, dia pergi juga ke Bandung dan kalimat (d) menyatakan bahwa dia pergi juga ke Bandung meskipun selalu dilarang ibu. Dan menggunakan konjungsi meskipun yang menyatakan hubungan waktu untuk menghubungkan konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat.

Dengan demikian kalimat (a) dan (b) yang menyatakan pertalian waktu, serta kalimat (c) dan (d) yang menyatakan hubungan kesungguhan, semuanya dapat diterima.


(56)

5. Konjungsi Antarparagraf

Konjungsi antarparagraf pada umumnya memulai sesuatu paragraf hubungannya dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Konjungsi pada kelompok (a) berikut ini masih sering dipakai, sedangkan yang ada pada kelompok (b) umumnya terdapat pada naskah sastra lama Depdikbud, (1997:241).

Konjungsi antarparagraf sebagai berikut : (a) adapun, (b) akan hal, (c) mengenai, (d) dalam pada itu. Dan konjungsi antarparagraf pada naskah sastra lama sebagai berikut: (a) alkisah, (b) arkian, (c) sebermula, (d) syahdan

Contoh konjungsi itu masing-masing terlihat dalam paragraf berikut ini.

a) Ragam lisan dan tulisan masih mengenal kendala atau hambatan lain. Artinya, ada bidang atau pokok persoalan yang lebih mudah dituangkan ke dalam ragam yang satu daripada yang lain. Misalnya, laporan keuangan dengan tabel bilangan dan grafik, atau uraian kimia yang berisi lambang unsur dan rumus hidrolisis, lebih mudah disusun dan dibaca dalam bentuk tulisan.

b) Walaupun kita mengakui adanya proses pengaruh - menpengaruhi diantara bahasa yang digunakan secara berdampingan, seperti halnya di Indonesia, keleluasaannya itu ada batasnya. Selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing , misalnya bahasa Belanda dan Inggris, ke dalam Bahasa Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosakata atau bangun kalimat, maka itu dianggap wajar

( Alwi, dkk, 2003 : 08).

Paragraf (a) menyatakan tentang ragam lisan dan tulisan misalnya dalam laporan keuangan dengan tabel bilangan dan grafik atau uraian kimia yang berisi lambang unsur agar lebih mudah dibaca dalam bentuk tulisan.


(57)

Pada paragraf (b) menyatakan bahwa kita mengakui adanya proses pengaruh – menpengaruhi diantara bahasa yang digunakan secara berdampingan, seperti halnya di Indonesia, keleluasaannya itu ada batasnya. Selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing , misalnya bahasa Belanda dan Inggris, ke dalam Bahasa Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosakata atau bangun kalimat, maka itu dianggap wajar.

Pada paragraf (a) dan (b) dihubungkan menggunakan konjungsi walaupun yang menyatakan hubungan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada paragraf sebelumnya.

c. Ragam yang tinggi digunakan, misalnya, untuk pidato resmi, hhotbah, kuliah, atau ceramah; penyiar lewat radio dan televisi. Penulisan yang bersifat resmi ; tajuk rencana dan artikel surat kabar, khususnya puisis.

b. Karena ragam tinggi disaranakan untuk peranan kemasyarakatan yang dinilai lebih tinggi atau lebih berharga, maka ragam itu pun memiliki gengsi yang lebih tinggi. Bahkan ragam itu dianggap lebih elok, dan lebih mampu mengungkapkan pikiran yang berbobot dan majemuk ( Alwi, dkk, 2003 : 08).

Paragraf (c) menyatakan bahwa Ragam yang tinggi digunakan, misalnya, untuk pidato resmi, hotbah, kuliah, atau ceramah; penyiar lewat radio dan televisi. Tentang Penulisan yang bersifat resmi ; tajuk rencana dan artikel surat kabar, khususnya puisis.

Paragraf (d) menyatakan bahwa ragam tinggi disaranakan untuk peranan kemasyarakatan yang dinilai lebih tinggi atau lebih berharga, maka ragam itu pun


(58)

memiliki gengsi yang lebih tinggi. Bahkan ragam itu dianggap lebih elok, dan lebih mampu mengungkapkan pikiran yang berbobot.

Pada paragraf (c) dan (d) dihubungkan menggunakan konjungsi Karena yang menyatakan hubungan sebab.

2.4Peran Konjungsi dalam Komunikasi Tulis

Dalam komunikasi tulis peran konjungsi sangat berpengaruh baik dalam cerpen, surat kabar, novel, dll dalam karanganpun sangat dibutuhkan yang namanya konjungsi atau sering di sebut dengan kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan sebuah konstituen ( baik berupa kata, frase, klausa maupun kalimat). Dalam menulis karangan, konjungsi sangat berperan untuk menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti atau dipahami oleh pembaca, dengan adanya konjungsi dalam komunikasi tulis akan membentuk kalimat yang efektif Chaer, (1993:109).

keterampilan menulis karangan, siswa mampu menuangkan ide maupun gagasannya dalam bentuk tulisan. Namun beberapa siswa belum memahami penggunaan konjungsi yang tepat dalam menulis karangan. Karena dalam kaidah Bahasa Indonesia penggunaan konjungsi harus disesuaikan dengan konteks kalimat yang akan ditulisnya. Selain itu, penggunaan konjungsi dapat depengaruhi dengan diksi yang digunakan oleh penulis.

Konjungsi menjadi unsur yang sangat penting dalam pembentukan wacana terutama dalam wacana tulis termasuk dalam karangan, karena dengan hadirnya konjungsi


(59)

yang tepat maka hubungan antarklausa atau kalimat menjadi padu sehingga ide yang disampaikan menjadi mudah dipahami. Kelas X adalah kelas yang siswa- siswanya baru memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas jadi kemampuan siswa dalam menulis masih seperti siswa Sekolah Menengah Pertama. Begitu juga pemahaman siswa siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan dalam penggunaan konjungsi.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri, responden dalam metode kualitatif berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan.

Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri jadi, peneliti merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi ( Usman, 2011: 78).

Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena mendeskrifsikan penggunaan konjungsi dalam karangan yang dibuat oleh siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rebang


(61)

Tangkas Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini tidak dimulai dari fakta empiris. Penelitian ini langsung ke sekolah, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di sekolah. Analisis data di dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Selain itu, penelitian ini pun menekankan kepada kepercayaan terhadap apa adanya yang dilihat dan didengar, sehingga bersifat netral (Margono, 2009: 40).

3.2Sumber Data

Dalam sebuah penelitian sangat berkaitan erat dengan sumber data. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek data yang diperoleh pada penelitian ( Arikunto, 2010: 172). Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari karangan siswa kelas X yang diambil hanya satu kelas yang berjumlah 40 siswa di SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2012/2013.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik mencari dan mengumpulkan data-data dan dokumen yang diperlukan sebagai bahan penelitian (Margono, 20007: 181).

Adapun langkah-langkah beberapa teknik pengumpulan data saat penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Mendatangi lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan. 2. Menentukan sampel yaitu kelas X. 3 dengan jumlah 40 siswa.


(62)

3. Memberikan tugas kepada subjek penelitian yaitu menulis karangan. 4. Siswa mengumpulkan tugas yaitu sebuah karangan.

5. Penulis mengoreksi karangan siswa tersebut, dan setelah itu dianalisis penggunaan konjungsinya supaya bisa mengetahui berapa banyak ketepatan dan ketidaktepatan siswa dalam penggunaan konjungsi.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Membaca dan menandai penggunaan konjungsi pada karangan siswa yang meliputi (1) penggunaan konjungsi koordinatif yang terdiri atas dan, tetapi, atau, serta, lalu, kemudian, padahal, (2) konjungsi subordinatif yang terdiri atas sesudah, setelah, sampai, sebelum, ketika, kalau, walau(pun), meski(pun), untuk, agar, karena, sehingga, yang, dengan, seperti, (3) konjungsi korelatif yang terdiri atas tidak hanya…tetapi juga,,,, baik…maupun.., (4) konjungsi antarkalimat yang terdiri atas namun, akan, tetapi, oleh sebab itu, oleh karena itu, kemudian, walaupun, meskipun, bahkan, dan konjungsi intrakalimat yang terdiri atas sesudah, meskipumn, (5) konjungsi antarparagraf yang terdiri atas adapun, akanhal, mengenai, dalam pada itu.


(63)

Tabel 3.1 Indikator Konjungsi

No. Indikator Subindikator Bentuk Konjungsi

1. Konjungsi Koordinatif

1. Konjungsi yang menyatakan penjumlahan atau gabungan suatu kegiatan, peristiwa atau proses.

dan, kemudian, lalu, serta, sedangkan, padahal, baik dan maupun.

2. Konjungsi yang menyatakan apa yang dinyatakan pada klausa pertama berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua.

tetapi/tetapi melainkan juga, dan melainkan.

3. Konjungsi yang menyatakan pilihan di antara dua

kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.

atau.

2. Konjungsi Subordinatif

a. Konjungsi yang menyatakan waktu terjadinya atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama.

sejak dan sedari, (se)waktu, ketika, seraya, sambil, sementara, selagi, tatkala, selama, sebelum, sesudah, setelah, seusai, begitu, sehabis, sampai sehingga.

b. Konjungsi yang menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama.

( jika (lau), kalau (pun), dan asal (kan).

c. Konjungsi yang menyatakan kemungkinan terlaksananya apa yang dinyatakan kalam klausa pertama

Konjungsi yang menyatakan sutau tujuan atau harapan dari apa yang disebut disebut dalam klausa pertama

andaikata, seandainya, umpamanya, sekitarnya.


(64)

No. Indikator Subindikator Bentuk Konjungsi d. Konjungsi yang mengandung

menyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakn dalam klausa utama.

walau(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun).

e. Konjungsi yang menyatakan pembandingan, kemiripan, preferensi, antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakn pada klausa subordinatif itu.

seakan-akan, seolah-olah, seperti, bagaikan, laksana ibarat,sebagaimana, daripada, dan alih-alih.

f. Konjungsi yang menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama).

sehingga, sampai, maka, karena

g. Konjungsi yang menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama.

dengan dan tanpa.

h. Konjungsi yang melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak.

bahwa.

i. Konjungsi yang menyatakan klausa yang dihasilkan sering disebut klausa relatif.

Yang.

j. Konjungsi yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa subordinatif dan klausa utamannya mempunyai unsur yang sama tarafnya

sama, dengan, lebih/kurang, dari(pada).


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas tahun pelajaran 2012/2013, ditemukan penggunaan konjungsi yang meliputi (a) konjungsi koordinatif, (b) konjungsi subordinatif (c) konjungsi korelatif (d) konjungsi antarkalimat dan konjungsi intrakalimat (e) konjungsi antarparagraf. Penggunaan konjungsi dilihat berdasarkan perilaku sintaksisnya dalam kalimat. Keseluruhan konjungsi sebanyak 494 dengan ketepatan sebanyak 385 dengan persentase sebesar 77,94℅ dan ketidaktepatan sebanyak 109 dengan persentase sebesar 22,0℅.

Penggunaan konjungsi terbanyak adalah konjungsi koordinatif sebanyak 276 dengan ketepatan sebanyak 233 dengan persentase sebesar 84,42℅ dan ketidaktepatan sebanyak 43 dengan persentase sebesar 15,58℅.

Keseluruhan penggunaan konjungsi subordinatif sebanyak 185 dengan bentuk konjungsi karena sebanyak 54 dengan ketepatan 28 dengan persentase sebesar 51,85℅. Sementara itu, konjungsi paling sedikit ialah konjungsi korelatif dengan


(2)

156

bentuk konjungsi tidak hanya ,..tetapi juga dua penggunaan dan konjungsi

baik,…maupun hanya satu penggunaan.

Penggunaan konjungsi koordinatif pada sumber data meliputi dan, tetapi, atau, serta, lalu, kemudian, dan padahal. Sebagian besar dari ketidaktepatan penggunaan konjungsi dan, tetapi, atau, serta, lalu, kemudian, dan padahal terletak di awal kalimat dan penggunaan tanda baca koma sehingga menjadi ciri khas penggunaan konjungsi pada hasil karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas tahun pelajaran 2012/2013. Bentuk konjungsi paling banyak pada jenis konjungsi ini ialah konjungsi dan sebanyak 217 dan ketidaktepatan sebanyak 30 dengan persentase sebesar 13,83℅.

Konjungsi subordinatif sebanyak 185 dengan ketepatan sebanyak 126 dengan persentase sebesar 68,10℅ dan tidaktepatan sebanyak 59 dengan persentase sebesar 31,90℅. Bentuk konjungsi paling banyak ditemukan pada konjungsi subordinatif ialah konjungsi karena sebanyak 54 dengan ketepatan sebanyak 28 dengan persentase sebesar 51,85℅ . Kemudian konjungsi korelatif ditemukan sebanyak 3 dengan ketepatan 2 dengan persentase sebesar 66,66℅ dan tidaktepatan 1 dengan persentase sebesar 33,34℅.

Bentuk konjungsi yang ditemukan ialah konjungsi tidak hanya ,..tetapi juga dan

Baik,…maupun. Konjungsi antarkalimat sebanyak 43 dengan ketepatan sebanyak 27

dengan persentase sebesar 62,79℅ dan ketidaktepatan sebanyak 16 dengan persentase sebesar 37,21℅.


(3)

Adapun konjungsi intrakalimat ditemukan pada karangan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rebang Tangkas tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 5. Bentuk konjungsi yang sering ditemukan ialah konjungsi sesudah sebanyak 4 dengan ketepatan 1 dengan persentase sebesar 25℅ penggunaan dan penggunaan konjungsi antarparagraf tidak ditemukan di dalam karangan siswa.

Simpulan dari perolehan konjungsi didalam indikator, konjungsi yang paling tinggi dalam ketepatan dalam penggunaan konjungsi adalah konjungsi koordinatif dengan ketepatan sebanyak 233 dengan persentase sebesar 84,42℅ dan konjungsi paling rendah dengan ketidaktepatan dalam penggunaan konjungsi dalam karangan adalah konjungsi korelatif ketidaktepatan 1 dengan persentase sebesar 50℅.

5.2 Saran

Pada simpulan banyak ditemukan kesalahan dalam penggunaan konjungsi, terutama dalam penggunaan atau penempatan konjungsi antarparagraf. Ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum baik dalam penggunaan konjungsi pada karangan siswa. Oleh karena itu, disarankan kepada siswa untuk dapat memahami penggunaan konjungsi sesuai dengan perilaku sintaksisnya dalam kalimat sehingga tulisan tersebut efektif secara kebahasaan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi guru Bahasa Indonesia sekolah menegah atas, sebagai pendidik sekaligus pengajar diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan dan bahan


(4)

158

pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran konjungsi di sekolah serta menjadi dasar pemikiran dan informasih bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia tentang penggunaan konjungsi dalam karangan.

2. Bagi peneliti yang tertarik di bidang kajian yang sama, diharapkan ada penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang penggunaan konjungsi Bahasa Indonesia di sekolah menegah atas oleh peneliti selanjutnya, selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bacaan yang berfungsi sebagai penunjang untuk melengkapi pengetahuan dan wawasan tentang konjungsi Bahasa Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cahyaningsih, Dian. 2009. Kemampuan Menggunakan Konjungsi Intarkalimat Dan

Menyusun Kalimat Menjadi Paragraf Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi.

Bandarlampung:Universitas Lampung

Chaer, Abdul. 1993. Gramatikal Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Depdikbud.1997.Tata Bahasa Baku Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:PT Balai Indonesia

Keraf, Gorys. 2003. Argumentasi dan Narasi. Jakarta:PT Gramedia. Lampung, Universitas. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah.

Bandarlampung:Universitas Lampung.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Rosidi, Imron. 2009. Menulis Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Rusminto, Nurlaksana. Eko. 2009. Analisis Wacana Bahasa Indonesia.

Bandarlampung:Universitas Lampung.

Sudaryat, Yayat. 2008. Makna Dalam Wacana Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: CV. Yrama Widya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Hak Cipta.


(6)

Sugiono, Dendi, dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Tarigan, Henry. Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.