D. Namaku Merah Kirmizi
My Name is Red – Namaku Merah Kirmizi
Oleh: Orhan Pam uk ISBN : 9791112401
Rilis : 2006 Halam an : 726
Penerbit : Seram bi Bahasa : Indonesia
Sinopsis Sebuah misteri pembunuhan yang menegangkan …
sebuah perenungan mendalam tentang cinta dan kegigihan artistik … Namaku Merah Kirmizi bermula di I stanbul simbol
tonggak kejayaan-I slam yang terakhir di ujung abad keenam belas, saat Sultan secara diam-diam menugaskan pembuatan
sebuah buku tak biasa untuk merayakan kejayaannya, yang dihiasi ilustrasi para seniman terkemuka saat itu.
Ketika seorang seniman dibunuh secara misterius, seorang lelaki muram dengan masa silam sekelam namanya
ditugasi untuk mengungkap misteri pembunuhan yang pada akhirnya menguak jejak benturan peradaban Timur dan Barat
dua cara pandang dunia yang berbeda, berkaitan dengan kebudayaan, sejarah, dan identitas yang memicu konflik tak
berkesudahan. Melalui karya cemerlang ini, yang diramu dengan intrik seni dan politik, dongeng-dongeng klasik, serta kisah cinta
bercabang yang getir, Orhan Pamuk pemenang Hadiah Nobel Sastra mengukuhkan dirinya sebagai salah satu novelis terbaik
dunia saat ini.
Novel ini paling tidak telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan memenangkan sejumlah hadiah sastra internasional
terkemuka, antara lain Prix du Meilleur Livre Etranger 2002 Prancis, Premio Grinzane Cavour 2002 I talia, dan I nternatio-
nal I MPAC Dublin Literary Award 2003 I rlandia Bintang baru telah terbit di Timur: Orhan Pamuk. New York Times. Wonderful.
Spectator. Magnificent. Observer. Unforgettable Guardian. Penulis novel Turki yang paling terkemuka dan salah seorang
tokoh sastra yang paling menarik … Seorang pendongeng kelas satu. Times Literary Supplement
Resensi:
Masterpiece Sastra Rekonsiliasi
Yudhiarma
Meski hanya kisah fiksi, buku ini seolah-olah menguak akar tesis Samuel P Huntington tentang potensi “benturan
antarperadaban”. Ramalan guru besar ilmu politik Universitas Harvard ini-bahwa masa depan dunia pasca Perang Dingin
diwarnai konflik kebudayaan Barat-Timur-kian dipertegas Orhan Pamuk dengan mendeskripsikannya dalam novel ber-setting abad
ke-XVI . Kisah yang banyak mengandung renungan filsafat ini mengangkat cerita era Dinasti Ottoman Utsmaniyyah yang
menjadi episode pamungkas kejayaan imperium I slam di Turki.
Meski demikian, maha karya ini justru dipersembahkan sang penulis untuk membangun kesadaran bahwa perbedaan
apa pun tak boleh dijadikan alasan untuk bertikai dan saling menumpahkan darah. Maka, lahirlah sebuah masterpiece sastra
untuk tujuan-tujuan rekonsiliasi dua kultur besar dunia Barat- Timur.
Novel “Namaku Merah Kirmizi”, menyuguhkan misteri pembunuhan yang menegangkan dan kontemplasi mendalam
tentang cinta dan kegigihan artistik. Bermula di I stanbul-kota yang menjadi simbol peradaban I slam klasik-saat Sultan secara
diam-diam menugaskan penulisan buku tentang riwayat kekuasaannya yang berhias ilustrasi para seniman terkemuka
kala itu.
Ketika seorang seniman dibunuh secara misterius, lelaki muram bernama Hitam dengan masa silam sekelam namanya
ditugasi untuk mengungkap kejahatan itu. Aksi heroik sang ksatria pada akhirnya menguak jejak “clash of civilization” Timur
dan Barat-rivalitas destruktif akibat kesalahpahaman karena perbedaan budaya, sejarah dan identitas yang memicu konflik
tak berkesudahan. Sepanjang petualangan Hitam, pembaca digiring ke lorong berliku-liku dalam mengungkap rahasia
tersembunyi di balik kematian seniman istana.
Kepiawaian Pamuk dalam bertutur, seakan-akan mampu menghidupkan makhluk-mahkluk di lembah kematian seperti
sosok mayat, hewan, warna merah, setan sampai kuda yang berbicara sebagaimana manusia. Sejak awal “Aku Adalah
Sesosok Mayat” hingga akhir cerita, Pamuk menyihir pembaca dengan keahlian bertutur yang cerdas, berani dan mengundang
penasaran ala dongeng 1001 malam.
Dalam novel yang disiapkan selama enam tahun ini, Pamuk mampu menembus batas fiksi dan nonfiksi, dia sanggup
membawa pembaca ke alam cerita yang seolah-olah nyata. Pamuk telah menunjukkan reputasi sastra yang memukau,
menarik sekaligus fenomenal. Melalui karya cemerlang ini, yang diramu dengan intrik seni dan politik, dongeng-dongeng klasik,
serta kisah cinta bercabang yang getir, Orhan Pamuk pun meraih Nobel Sastra 2006 hingga ia dikukuhkan sebagai salah satu
novelis terbaik dunia.
Sum ber: ht t p: w ww .suarakarya-online.com
Diakses pada 26 September 2013. Artikel ini juga dijadikan materi modul
E. Kitab Lupa dan Gelak Taw a