wajahnya di depan Sophie dan Langdon. Hal itu akan mengungkap siapakah dalang di balik terbunuhnya keempat
petinggi Biarawan Sion bila Remy masih dibiarkan hidup. I tulah alasannya ia ingin menerima cryptex dari Remy, bukan Silas,
karena misi untuk membunuhnya. Namun, pada akhirnya ia berhasil ditangkap polisi karena dengan buta hati mengejar Holy
Grail dengan mempertaruhkan segalanya, bahkan dengan membunuh sekalipun.
Terlepas dari semuanya, akhirnya Langdon dan Sophie dapat bernafas lega. Peta menuju Holy Grail telah di tangan.
Mereka kemudian mendatangi Kapel Rosslyn yang secara tidak terduga juga mengungkap kebenaran jati diri Sophie yang bila
dirunut sejarahnya merupakan keturunan langsung Yesus. I a bertemu neneknya dan dikisahkanlah semua sejarah tentang
Sophie. Jika ditanya tentang Holy Grail, nenek Marie tidak yakin bahwa Holy Grail tersembunyi di Kapel itu.
Karena merasa tak mendapatkan hasil, akhirnya Langdon kembali ke Paris. Setelah dua hari dari Kapel Rosslyn Langdon
akhirnya berhasil memecahkan kode Sauniere tentang Grail. I a menyadari bahwa pencarian Holy Grail adalah pencarian untuk
berlutut di depan tulang belulang Maria Magdalena yang telah ia temukan di kompleks bawah tanah museum Louvre, sesuai
petunjuk Sauniere tersebut.
D. My Name is Red Namaku Merah Kirmizi
Ketika Kesultanan Ustmaniyah dipimpin oleh Sultan Ustmaniyah Murat I I I , kehidupan intelektual dan perkembangan
kesenian mendapat perhatian lebih. Hal ini dikarenakan Sultan Ustmaiyah Murat I I I memiliki ketertarikan khusus pada seni
miniatur dan ilustrasi. Suatu saat Sultan menugasi seorang miniaturis, Enishte Efendi, untuk membuat sebuah buku rahasia
yang berisi tentang kejayaannya. Rencananya, buku ini akan dihadiahkan kepada hakim agung Venesia.
Dalam pengerjaannya, Enishte Efendi dibantu oleh empat miniaturis lain, yaitu Bangau, Zaitun, Kupu-kupu, dan Elok
Efendi. Tindakan Sultan ini dinilai diluar kewajaran karena
biasanya Tuan Osman selaku Kepala I lminator Istanalah yang diberi wewenang untuk mengerjakan buku-buku Sultan.
Dalam perjalanan pembuatan buku rahasia ini, Elok Efendi terbunuh. Peristiwa ini membuat miniaturis lain khawatir
terhadap proyek pembuatan buku tersebut. Mereka mencurigai bahwa buku tersebut akan dikerjakan dengan menggunakan
metode empu-empu Frank. Saat itu, penggunaan metode dari barat dianggap suatu penistaan terhadap I slam.
Dalam I slam sendiri ada anggapan bahwa tidak boleh menggambar sesuatu menyerupai aslinya dan meninggalkan
petunjuk identitas si pelukis. Hal ini dianggap sebagai perbuatan menandingi kekuasaan Allah. Berbeda dengan barat yang yang
lebih mengutamakan dan menghargai gambaran visual secara fisik serta fleksibel dalam mengeksekusi ide-ide kreatif.
Elok Efendi diduga dibunuh oleh tiga orang kawannya yang lain karena dianggap membahayakan nyawa miniaturis yang lain.
Kitab tersebut diduga dibuat dengan menggunakan gaya lukis empu Frank. Padahal saat itu, kondisi sosial I stanbul sedang
bergejolak. Seorang hoja dari Erzurum, Nusret Hoja, berkhotbah tentang penyelewengan terhadap ajaran Nabi Muhammad.
Dalam khotbahnya ia banyak menghujat tentang budaya-budaya dan kehidupan orang Eropa, seperti penghujatan pada kaum
Darwis Kalenderi yang berorientasi pada homoseksualitas, larangan minum kopi, lantunan adzan yang dilagukan, termasuk
gaya melukis yang dianggap menandingi Allah.
Nusret Hoja yang memiliki banyak pengikut mulai membe- rantas para pambangkang dengan cara kekerasan. Paham ini
juga diamini oleh Elok Efendi. Elok Efendi adalah salah satu pengikut Nusret Hoja. Si pembunuh beranggapan jika Elok
Efendi tetap hidup maka ia akan memberi tahu isi buku berperspektif barat tersebut pada Nusret Hoja dan pengikutnya.
Dan akan bisa dipastikan Nusret Hoja dan pengikutnya akan membantai tiga miniaturis yang lain.
Setelah peristiwa pembunuhan Elok Efendi, Enishte Efendi menyuruh Hitam Efendi untuk kembali ke I stanbul. Hitam Efendi
adalah kemenakan sekaligus murid dari Enishte Efendi. Sewaktu muda, ia pernah menyatakan cintanya pada Shekure, putri
Enishte Efendi. Namun, pernyataan cinta itu ditolak oleh Shekure
dan Enishte. Hal ini membuat Hitam meninggalkan I stanbul. Saat itu Hitam Efendi sendiri masih menyukai Shekure.
Sayangnya Shekure telah menikah dengan seorang tentara dan mempunyai dua anak, Shevket dan Orhan. Namun, suami
Shekure tidak kunjung pulang setelah empat tahun berperang. Hal ini membuat Hitam merasa mempunyai peluang untuk
mendapatkan Shekure. Status Shekure sendiri berada di posisi yang sulit. I a menginginkan menjadi janda, namun adik iparnya
berkeras hati untuk mempertahankan Shekure. Hasan, si adik ipar, juga mencintai Shekure.
Di suatu malam, saat Shekure dan Hitam bertemu di sebuah rumah seorang Yahudi yang telah lama kosong, Enishte
Efendi dibunuh oleh orang yang sama dengan pembunuh Elok Efendi. Hal ini membuat Shekure merasa kebingungan. I a segera
menyuruh Hitam untuk pergi ke pengadilan dan mengesahkan status jandanya. Setelah status janda didapatkan, Shekure
mendesak Hitam supaya segera menikahi dirinya. Pernikahan antar Hitam dan Shekure mendapat ancaman dari Hasan.
Kematian dua miniaturis membuat Sultan merasa jengah. I a segera memerintahkan Tuan Osman dan Hitam Efendi untuk
mencari identitas si pembunuh. Mereka hanya diberi waktu selama tiga hari. Dalam pencarian tersebut mereka hanya
memilik satu petunjuk, yaitu gambar kuda yang ada dalam genggaman Elok Efendi saat terbunuh. Sultan sempat membuat
sayembara menggambar kuda untuk tiga miniaturis Zaitun, Bangau, dan Kupu-kupu. Namun, jejak si pembunuh tak juga
ditemukan.
Sampai akhirnya Tuan Osman dan Hitam Efendi meminta ijin untuk memasuki Ruang Penyimpanan Harta I stana untuk
mencari gambar kuda dalam buku-buku lama. Setelah pencarian yang cukup lama, Tuan Osman dan Hitam Efendi akhirnya
menemukan sebuah keganjilan pada hidung kuda di sebuah kitab. Dari berbagai keterangan yang dirunutkan, pembunuh
tersebut adalah Bangau.
Setelah mendapatkan hasil interpretasi dari Tuan Osman, Hitam Efendi segera pulang ke rumahnya yang telah ditinggal
selama dua hari. Namun, ia hanya mendapati kekosongan di rumahnya. Shekure dan anak-anaknya telah pindah ke rumah
Hasan dan mertuanya. Hitam merasakan kemarahan yang luar biasa. Sehingga ia mengumpulkan teman-temannya untuk
mengepung rumah Hasan dan membawa Shekure. Namun, Shekure yang juga mencintai Hasan merasa kebingungan. I a
tidak dapat bersikap tegas dan hanya menangis. Sampai akhirnya Esther menyuruh Orhan untuk membuka pintu yang
sudah mulai didobrak. I ni menandakan bahwa Shekure dan anak-anaknya bersedia kembali pada Hitam Efendi. Hasan saat
itu sedang tida berada di rumahnya. Shevket yang begitu membenci Hitam akhirnya bersedia untuk pulang dengan syarat
ia diijinkan membawa belati milik Hasan.
Dalam perjalanan pulang, terjadi sebuah pengrusakan kedai kopi oleh pengikut Nusret Hoja. Hitam seketika menyelinap ke
dalam kedai kopi dan mendapati Kupu-kupu disana. I a segera menggeledah rumah Kupu-kupu. Sampai akhirnya Hitam dan
Kupu-kupu menemui dua miniaturis lain, Bangau dan Zaitun. Dengan berbagai tekanan, akhirnya Zaitun mengaku sebagai
pembunuh. Namun ia segera melarikan diri setelah mengancam Hitam dan miniaturis lain dengan sebuah belati milik Shevket
yang dibawa oleh Hitam.
Sebelum pergi meninggalkan I stanbul, Zaitun berniat mengunjungi bengkel seni untuk terakhir kalinya. Namun disana
ia justeru bertemu dengan Hasan. Hasan mengira bahwa Zaitun adalah romnbongan yang dibawa oleh Hitam untk mengepung
rumahnya. Hal ini dikarenakan Zaitun membawa belati milik Shevket. Hasan tanpa ampun segera memenggal kepala Zaitun.
Pada akhirnya, mereka kembali hidup normal. Hitam menjadi miniaturis dan hidup bersama Shekure dan anak-
anaknya sampai kematian menjelang. Kupu-kupu tetap menjadi miniaturis dan Bangau menggantikan Tuan Osman sebagai
kepala iluminator.
E. Kitab Lupa dan Gelak Taw a