Latar Belakang Dalam Undang Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam Undang Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

disebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pernyataan di atas menunjukkan secara tersirat bahwa tujuan pendidikan akan tercapai dengan suasana belajar dan proses pembelajaran yang terencana dengan baik. Perencana proses pembelajaran ini tidak lain adalah guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Djamarah Zain 2010: 39 bahwa mengajar adalah “suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar”. Sedangkan peserta didik merupakan subjek belajar yang melakukan aktifitas belajar. Belajar itu sendiri merupakan “perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya” Sardiman, 2010: 20. Di akhir proses pembelajaran yang dilaksanakan, hal penting ingin diperoleh, baik oleh guru sebagai perencana kegiatan pembelajaran dan peserta didik sebagai subjek belajar adalah keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar tinggi nilainya sehingga “seorang guru berusaha sekuat tenaga dan 1 pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik” Djamarah Zain, 2010: 109. Matematika menurut Hudojo, 2001:40 merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Akan tetapi, banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika karena dianggap sulit, menakutkan bahkan ada sebagian dari mereka yang membenci sehingga matematika dianggap sebagai momok hantu oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa malas dan tidak banyak melakukan aktivitas dalam belajar matematika. Kurangnya aktivitas dalam belajar maka akan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, khususnya mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika menurut Nikson 1992 dalam Ratumanan, 2002:3 adalah “suatu upaya membantu siswa untuk mengkontruksi membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali ” . Sedangkan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistimatis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, membelajarkan matematika terhadap peserta didik tidaklah mudah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1. Faktor-faktor Internal - Jasmaniah kesehatan, cacat tubuh - Psikologis intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan - Kelelahan 2. Faktor-faktor Eksternal - Keluarga cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan - Sekolah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah - Masyarakat kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Harminingsih, 2008: 1 Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru. Dengan demikian hendaknya guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang disampaikan serta kondisi peserta didik, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang tertata secara baik sehingga perhatian siswa saat proses pembelajaran meningkat dan pada akhirnya peserta didik memperoleh pemahaman belajar. Selain itu, metode pembelajaran yang tepat dan tertata secara baik akan meningkatkan motivasi dan minat belajar, serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran khususnya dalam pelajaran matematika. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat memiliki peranan penting bagi guru terhadap keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu metode yang mampu diterapkan dan cocok untuk semua mata pelajaran dan materi yang akan disampaikan. Ada kalanya satu metode sesuai untuk satu materi pembelajaran, akan tetapi tidak cocok dengan materi yang lain. Pemilihan metode pembelajaran ini harus didasarkan pada nilai strategis metode dan efektivitas penggunaan metode pembelajaran. Sehingga guru tidak diperkenankan menggunakan satu metode pembelajaran untuk semua materi pembelajaran yang akan disampaikan. Telah diketahui bersama bahwa karakteristik pelajaran matematika memiliki kajian objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan konsisten dalam sistemnya. Sehingga dalam belajar matematika, perhatian peserta didik harus fokus pada materi yang sedang disampaikan guru memahami konsep yang sedang diajarkan. Berdasarkan informasi guru pengajar matematika di SMP Negeri Pamekasan, sebagian masih menggunakan metode dengan pendekatan konvensional yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran hanya dengan metode ceramah sehingga siswa kurang berminat terhadap materi yang sedang disampaikan guru. Oleh karena itu penulis ingin meneliti di SMP Negeri 8 Pamekasan dengan memberikan satu alternatif mengenai metode pembelajaran guide note taking dan metode pembelajaran prediction guide yang penggunaannya dapat meningkatkan parstisipasi aktif peserta didik saat guru menyampaikan materi pembelajaran. metode pembelajaran guide note taking dan ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan diajarkan untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep atau bagan pemikiran yang lebih ringkas Zaskia, 2010:1. 4 Selain metode guide note taking terdapat pula metode prediction guide yang yang digunakan untuk melibatkan peserta didik di dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir Zaini, 2008:4. Dengan ini peserta didik diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran semenjak awal pertemuan dan tetap mempunyai perhatian ketika pengajar menyampaikan materi. Pemilihan pokok bahasan lingkaran dalam penelitian ini dikarenakan berdasarkan kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak siswa SMP yang belum memahami cara menghitung keliling dan luas lingkaran. Hal ini dikarenakan siswa cuma menghafal rumus-rumus, tetapi tidak tahu dari mana asal rumus tersebut didapatkan. Sehingga banyak siswa yang lupa rumus-rumus yang sudah di hafalkan. Untuk mengatasi permasalahan diatas mengharuskan kesadaran guru untuk mengubah cara pembelajaran tradisional menjadi model pembelajaran yang inovatif. Dan salah satu metode pembelajaran yang mungkin dapat mengatasi keadaan tersebut adalah metode pembelajaran guide note taking dan metode prediction guide . Dengan demikian, dari pembahas di atas terlihat bahwa dalam pembelajaran metode guide note taking dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik saat guru menyampaikan materi pembelajaran dan metode prediction guide guru melibatkan peserta didik di dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir . Dengan adanya kesamaan melatih keaktifan siswa, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perbandingan metode 5 guide note taking dan metode prediction guide. Dengan demikian peneliti mengankat judul ”Metode Guide Note Taking dan Prediction Guide pada Pokok Bahasan Lingkaran di SMP Negeri 8 Pamekasan Tahun Pelajaran 20132014”.

B. PERMASALAHAN 1. Rumusan Masalah