PERBEDAAN RERATA SKOR SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) ANTARA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN TAHUN KETIGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

1

PERBEDAAN RERATA SKOR SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) ANTARA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN

TAHUN KETIGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

I GUSTI PUTU INDRA WIRAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE MEAN DIFFERENCE OF SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) SCORE BETWEEN FIRST YEAR AND THIRD YEAR STUDENTS AT FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF

LAMPUNG 2014/2015 By

I GUSTI PUTU INDRA WIRAWAN

Learning system at the Faculty of Medicine University of Lampung used Problem Based Learning (PBL), where students learn from problems that often occur in the workplace. Problem Based Learning (PBL) system require students to learn independently. Self-Directed Learning Readiness is a person's readiness to learn independently. This research has a goal to knowing SDLR score difference between the first-year and the third year students of the Faculty of Medicine University of Lampung 2014/2015.

This study uses an analytical study with cross sectional approach in 233 first year students (class of 2014) and 168 third year students (class of 2012) in Medical Faculty in University of Lampung 2014/2015. The instruments that used in this study is a Self-Directed Learning Readiness questionnaire that modified by Zulharman (result of reliability test is 0,90).

The average SDLR score is 136,84 for the first year students and 134,48 for third year students. After statistical tests, the results of this study showed a significant difference between the average SDLR scores of students first year and third year. Keyword: problem based learning, self-directed learning readiness, medical student, university of lampung


(3)

ABSTRAK

PERBEDAAN RERATA SKORSELF-DIRECTED LEARNING READINESS(SDLR) ANTARA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN TAHUN KETIGA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

I GUSTI PUTU INDRA WIRAWAN

Sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung menggunakan metode Problem Based Learning (PBL), dimana mahasiswa belajar dari masalah yang sering terjadi di dunia kerja. Sistem pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menuntut mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Self-Directed Learning Readiness adalah kesiapan seseorang untuk belajar secara mandiri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk Mengetahui perbedaan skor SDLR antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional pada mahasiswa tahun pertama (angkatan 2014) yang berjumlah 233 orang dan mahasiswa tahun ketiga (angkatan 2012) yang berjumlah 168 orang di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah kuisioner Self-Directed Learning Readiness yang dimodifikasi oleh Zulharman (hasil uji reliabilitas sebesar 0,90).

Hasil penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama memiliki rata-rata skor SDLR sebesar 136,84 dan mahasiswa tahun ketiga memiliki rata-rata skor SDLR sebesar 134,48. Setelah dilakukan uji statistik, hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan yang bermakna antara rata-rata skor SDLR mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga.

Kata Kunci:problem based learning, self-directed learning readiness, mahasiswa kedokteran, universitas lampung


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 6 April 1993, putra pertama dari pasangan Bapak I Gusti Noman Suarya dan Ibu Ni Sayu Ketut Aryani. Dan saat ini penulis tinggal di Seputih Raman, Lampung Tengah.

Jenjang pendidikan penulis:

Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Rama Nirwana pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2008. Sekolah Menengah atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur Undangan (SNM−PTN UNDANGAN). Selama masa studi penulis juga aktif di organisasi mahasiswa intra kampus yaitu pada periode 2011−2014 sebagai anggota PMPATD PAKIS Rescue Team Fakultas Kedokteran Unila.


(9)

Dengan rasa bahagia dan syukur pada

Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Kupersembahkan Skripsi ini untuk

orang yang kusayangi dan

menyayangiku...


(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis haturkan atas Asung Kherta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia−Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul “perbedaan rerata skor self-directed learning readiness (SDLR) antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga fakultas kedokteran universitas lampung tahun ajaran 2014/2015 “ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. dr. Oktadoni Saputra, M. Med. Ed selaku pembimbing pertama atas semua bantuan, saran, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

4. Soraya Rahmanisa, S. Si., M.sc selaku pembimbing kedua atas semua bantuan, saran, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. dr. Jenny Maria Carolina Siagian, Sp. Kj selaku pembahas yang telah

memberikan banyak masukan dan nasehat selama penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Staff Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

7. Angkatan 2012 dan 2014 terima kasih atas kesediaannya menjadi responden penelitian.

8. Aji I Gusti Nyoman Suarya dan Biang Ni sayu Ketut Aryani yang selalu memberikan semangat dan doa serta kehangatan keluarga.

9. Kakek, nenek, paman, sepupu dan semua keluagaku terimakasih atas doa dan semangat yang telah kalian berikan.

10.Restia Permata Sari, S.Ip terimakasih atas segala motivasi, semangat, dan doa yang selalu diberikan.

11.Marizka Putri Aftria terima kasih atas kerja samanya selama menjadi teman sepenelitian.

12.Ara, berta, taufiq, nor, stevan, syafiq, ega, rifka, neola, miranti, indah, hari, mas bram, imay, vivi, devi terimakasih atas keakraban, persahabatan dan persaudaraan yang telah kalian berikan selama ini.

13. Teman−teman asisten dosen Patologi Klinik 2011, Aryo, Bela, Gita, Gusti Ayu, Diah Andini, Putri, Nurul terimakasih atas semua bantuan dan semangat yang telah kalian berikan dan terimakasih atas kebersamaannya selama 1 tahun sebagai asisten dosen.


(12)

14. Teman−teman satu atap Mahendra, Filla, Wayan, Gede, Dika, Fadil, Erot, Stevan, Anwar, Yudo, Satria, Okta, Mahendra, Gusti, Topaz, Agung, Reza, Firza, Ivan, Kak Zaky, kak Bayu, Eko, Junet terimakasih atas keakraban yang telah kalian berikan.

15. Semua teman−teman seperjuangan angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (NPM 1−142) yang jika disebutkan satu-persatu membuat sanwacana menjadi berlembar−lembar. Semoga kita tetap kompak selamanya. SAI KEDOKTERAN, SATU KEDOKTERAN. 16. Teman − teman KKN desa Taman Baru Kecamatan Penengahan, Restia,

Nyoman, Gusma, Febi, Aldo, Iid, Fitri, Anis, Friska dan Indah yang telah memberikan semangat.

17.Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Dokter FK UNILA yang tidak dapat disebutkan satu−persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,


(13)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Penelitian ... 7

1. Kerangka Teori ... 7

2. Kerangka Konsep... 9

F. Hipotesis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kedokteran ... 10

B. Self-Directed Learning... 14


(14)

ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian... 21

B. Tempat dan Waktu ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 21

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional... 22

1. Identifikasi Variabel... 22

2. Definisi Operasional ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 23

1. Alat dan Bahan... 23

2. Prosedur Penelitian ... 24

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

G. Etika Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian...28

B. Hasil Penelitian...29

1. Analisa Univariat...29

2. Analisis Bivariat...31

C. Pembahasan...33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...36


(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 1.Interpretasi Skor SDLRS-A ... 19

2. Tabel 2.Definisi Operasional ... 23

3. Tabel 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...29

4. Tabel 4.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...30

5. Tabel 5.Distribusi Skor SDLR pada Mahasiswa...31

6. Tabel 6.Hasil Uji Normalitas...31


(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ...8 2. Kerangka konsep ...9 3. Prosedur penelitian...25


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena karakteristik lulusannya yang khas, yang harus memadukan ilmu, keterampilan, etika, moral, hukum dan budaya. Untuk itu diperlukan staf pengajar yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

Pendekatan mahasiswa untuk belajar telah menjadi topik yang menarik untuk pendidikan medis selama bertahun-tahun. Hal ini tidak mengherankan karena kemampuan untuk belajar sangat diperlukan untuk menjadi seorang dokter. Selama masa sarjana, mahasiswa kedokteran harus menjadi individu yang selalu belajar sepanjang hayat dan fleksibel, mampu mengumpulkan dan mengatur informasi dari berbagai sumber dan siap untuk menerapkan pengetahuan yang relevan untuk pemecahan masalah pasien dalam konteks kesehatan (Bitranet al, 2012).

Untuk menghasilkan seorang dokter yang berkompeten, rancangan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Fakultas Kedokteran, dipengaruhi


(18)

2

konsep baru pendidikan kedokteran di dunia. Salah satu konsep tersebut yaitu problem-based learning (PBL). Strategi ini diwujudkan dengan adanya kurikulum inti dan pilihan. Kurikulum inti didasarkan pada standar kompetensi dokter Indonesia yang meliputi tujuh area kompetensi yaitu; komunikasi efektif, keterampilan klinis, landasan ilmiah ilmu Kedokteran, pengelolaan masalah kesehatan, pengelolaan informasi, mawas diri dan pengembangan diri dan etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien. Sedangkan kurikulum pilihan atau elektif didasarkan pada ketertarikan mahasiswa. Self directed learning adalah upaya melibatkan mahasiswa sebagai peserta didik yang aktif. PBL adalah salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan konsepSelf directed learning (Anonim, 2014).

Problem-Based Learning(PBL) memiliki dampak besar pada pemikiran dan praktek dalam pendidikan kedokteran selama 30 sampai 40 tahun terakhir. Pendekatan PBL didasarkan pada pembelajaran aktif dalam kelompok-kelompok kecil, dengan masalah klinis digunakan sebagai stimulus untuk belajar. Dikatakan bahwa proses PBL menggabungkan prinsip-prinsip pendidikan dasar seperti yang berasal dari teori pembelajaran orang dewasa. Implikasinya adalah bahwa PBL mendekati efektivitas yang lebih besar untuk akuisisi pengetahuan dasar dan keterampilan klinis (Colliver, 2000).


(19)

3

Andragogi adalah sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Malcolm Knowles dalam bukunya pada tahun 1970,The Modern Practice of Adult Education. Teori Knowles tentang andragogi yang merupakan upaya untuk menciptakan teori yang dapat membedakan belajar di masa kecil dan belajar di masa dewasa. Berdasarkan psikologi humanistik, konsep Knowles tentang andragogi menyatakan bahwa individual learner sebagai seorang yang otonom, bebas dangrowth-oriented(Keesee, 2010).

Pada waktu yang hampir bersamaan saat Knowles memperkenalkan andragogi ke Amerika Utara tentang pembelajaran orang dewasa, self-directed learning (SDL) muncul sebagai model lain yang membantu menjelaskan pembelajaran orang dewasa berbeda dari pembelajaran anak-anak. Knowles sendiri pada tahun 1975 memberikan kontribusi terhadap literatur tentang SDL dengan sebuah buku yang menjelaskan konsep dan menguraikan bagaimana untuk menerapkannya melalui kontrak belajar. SDL adalah suatu metode belajar dimana pelajar mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, pelaksanakan dan penilaian hasil belajar (Merriam, 2001).

Tingkat kesiapan dari SDL tersebut dapat diukur dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu Self-Directed Learning Readiness Scale (SDLRS). SDLRS dikembangkan oleh Guglielmino pada tahun 1978 melalui disertasinya yang berjudul "Development of the self-directed learning readiness scale". Kesiapan untuk belajar mandiri merupakan


(20)

4

perilaku manusia yang dapat diukur. Instrumen yang dikembangkan oleh Guglielmino adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan belajar mandiri tersebut. Menurut Guglielmino, instrumen SDLRS dikembangkan untuk dapat digunakan oleh institusi-institusi pendidikan dan para fasilitator pendidikan sebagai usaha untuk memilih program belajar yang membutuhkan kesiapan belajar mandiri, serta bagi pelajar untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar mandiri (Darmayanti, 2001).

Hariyanti et al., (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor selain kemandirian yang berpengaruh terhadap SDLR yang salah satunya yaitu tingkat mahasiswa yang merupakan salah satu faktor dari lingkungan. Dalam penelitiannya Deyo et al., (2011) menyatakan bahwa pada mahasiswa tahun pertama programdoctor of pharmacy (PharmD)diUniversity of Maryland terdapat sekitar 55% responden yang mendapatkan skor dibawah 150 yang mengindikasikan rendahnya kesiapan untuk belajar secara mandiri. Akantetapi, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Universitas yang sama oleh Huynh et al.,(2009) pada mahasiswa tahun keempathanya sekitar 26% yang mendapatkan skor dibawah 150. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin lama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, maka semakin tinggi juga skor SDLR yang didapatkan. Walaupun pada kedua penelitian tersebut, jumlah respondennya berbeda cukup signifikan, 161


(21)

5

responden pada penelitian Deyo et al., (2011) dan 80 responden pada penelitian Huynhet al.,(2009).

Penelitian mengenai skor SDLR pada mahasiswa belum pernah dilakukan sebelumnya di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, tetapi pada kesempatan yang bersamaan salah satu orang teman dari si peneliti juga meneliti tentang SDLR dan menghubungkannya dengan prestasi belajar. Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin meneliti tentang perbedaan rerata skor SDLR antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. Alasan peneliti memilih mahasiswa tahun pertama karena mereka masih dalam masa penyesuaian diri dengan sistem pembelajaran yang baru, sedangkan angkatan ketiga karena mereka termasuk angkatan yang lebih tinggi serta belum memiliki kesibukan seperti angkatan tahun keempat sehingga dapat meluangkan waktu yang lebih untuk menjadi sampel peneliti.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang diteliti oleh peneliti adalah “Adakah perbedaan rerata skor SDLR antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015?”


(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan rerata skor SDLR antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Mengetahui gambaran skor rata-rata SDLR mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

b. Mengetahui gambaran skor rata-rata SDLR mahasiswa tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

c. Membandingkan skor rata-rata SDLR mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Penulis

a. Menambah pemahaman peneliti tentang ilmu Pendidikan Kedokteran khususnya terkait dengan SDL mahasiswa.

b. Sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti.


(23)

7

2. Bagi Masyarakat/Institusi

Memberikan informasi mengenai perbandingan rerata skor SDLR antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Membuka penelitian lanjutan mengenaiself-directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka Teori

Penilaian yang dapat digunakan untuk menilai kesiapan mahasiswa dalam mengahadapi belajar secara mandiri yaitu dengan skor SDLR. Kuesioner ini telah diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner Self-Derected Learning Readiness (SDLR) yang sudah divalidasi oleh Zulharman (hasil uji reliabilitas sebesar 0,90) (2008). Pertanyaan terdiri dari 36 item yang berupa pertanyaan tentang diri sehari-hari. Selain itu, skor tersebut memiliki 3 komponen yang terdapat dalam faktor internal mahasiswa pada 36 item tersebut yaitu manajemen diri (13 item), keinginan untuk belajar (10 item) dan kontrol diri (13 item). Untuk mengetahui tingkat penilaian skor dari SDLR maka digunakan skala likertyang akan didapatkan dalam penelitian berupa rendah, sedang dan


(24)

8

tinggi. Tinggi jika skor≥ 132, sedang jika 84 ≤ skor < 132, rendah jika <84 (Zulharmanet al.,2008).

SDLR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kemandirian namun juga faktor lain termasuk lingkungan. Lingkungan yang dimaksud meliputi umur, jenis kelamin, tingkat mahasiswa, pembelajaran onlineyang dilakukan, maupun tingkat kesenangan pada suatu pelajaran (Hariyanti et al., 2014).

Gambar 1.Kerangka teori A. Kemandirian

B. Lingkungan:

• Usia

• Jenis kelamin

• Tingkat Mahasiswa

• Tingkat kesenangan

terhadap suatu pelajaran


(25)

9

2. Kerangka Konsep

Gambar 2.Kerangka konsep

F. Hipotesis

Berdasarkan paparan di atas, peneliti membuat hipotesis sebagai berikut: “terdapat perbedaan skor SDLR rata-rata antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015”

Tingkat Mahasiswa (Mahasiswa FK

Unila)

Rata-rata skor SDLR Pada Mahasiswa

Tahun Pertama

Pengukuran Tingkat SDLR Mahasiswa Tahun

Pertama

Mahasiswa Tahun Ketiga

Rata-rata skor SDLR Pada Mahasiswa


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

A. Pendidikan Kedokteran

Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan kedokteran adalah pendidikan formal yang terdiri atas tahap pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran yang terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran. Peserta didik pendidikan kedokteran selanjutnya disebut Mahasiswa Kedokteran sebagai peserta didik yang mengikuti proses pendidikan akademik, profesi, residensi, magang, untuk mencapai kompetensi dokter, dokter spesialis, dokter subspesialis yang disyaratkan (UU no.20, 2013). Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena karakteristik lulusannya yang khas, yang harus memadukan ilmu, keterampilan, etika, moral, hukum dan budaya. Untuk itu diperlukan staf pengajar yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

Pendekatan mahasiswa untuk belajar telah menjadi topik yang menarik untuk pendidik medis selama bertahun-tahun. Hal ini tidak mengherankan karena kemampuan untuk belajar sangat diperlukan untuk menjadi seorang


(27)

11

dokter. Selama masa sarjana, mahasiswa kedokteran harus menjadi individu yang selalu belajar sepanjang hayat dan fleksibel, mampu mengumpulkan dan mengatur informasi dari berbagai sumber dan siap untuk menerapkan pengetahuan yang relevan untuk pemecahan masalah pasien dalam konteks kesehatan (Bitranet al., 2012).

Problem-Based Learning (PBL) adalah variasi dari pendekatan studi kasus kelompok kecil yang menyajikan situasi (masalah) untuk peserta didik yang umumnya tanpa persiapan, kolektif dan individual. Oleh karena itu peserta didik diminta untuk mengidentifikasi dan kemudian mencari pengetahuan yang kemudian dapat digunakan untuk mengatasi kasus tersebut, baik guru dan peserta didik dalam proses belajar. Tujuannya adalah untuk membantu peserta belajar baik ilmu-ilmu dasar maupun klinis dalam konteks masalah pasien (McKeeet al., 2013).

Problem-Based Learning(PBL) adalah sebuah pendekatan yang menantang peserta didik untuk belajar melalui kasus atau masalah yang dapat ditemukan dalam pekerjaan sehari-hari. PBL adalah format yang secara bersamaan mengembangkan kedua strategi pemecahan melalui disiplin pengetahuan dasar dan keterampilan dengan menempatkan siswa untuk berperan aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapkan dengan situasi yang kurang terstruktur sehingga mensimulasikan jenis masalah yang akan dihadapi di masa depan dengan berbagai masalah yang kompleks. PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. PBL membuat


(28)

12

perubahan mendasar, yaitu dari fokus pada pengajaran menjadi fokus pada pembelajaran. Proses ini bertujuan untuk menggunakan pemecahan masalah yang melibatkan para peserta didik dan meningkatkan pembelajaran dengan memotivasi peserta didik bahwa masalah tersebut akan terjadi di lapangan. Adapun beberapa aspek yang dapat mendefinisikan pendekatan PBL adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran terjadi dalam konteks tugas yang otentik, isu, dan masalah, yang selaras dengan keprihatinan pada dunia nyata.

2. Pada pelaksanaan PBL, mahasiswa dan instruktur menjadi co-learners, co-planners, co-producers, dan co-evaluators saat mereka merancang, mengimplementasikan, dan terus menyempurnakan kurikulum mereka. 3. Pendekatan PBL didasarkan pada penelitian akademis yang solid pada

pembelajaran dan pada praktek-praktek terbaik yang mempromosikannya. Pendekatan ini merangsang siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, karena hanya ada beberapa kuliah, tidak ada urutan terstruktur bacaan yang ditugaskan, dan sebagainya.

4. PBL mendorong kolaborasi antara mahasiswa, menekankan pengembangan keterampilan pemecahan masalah dalam konteks praktek profesional, mempromosikan penalaran yang efektif dan self-directed learning, dan bertujuan untuk meningkatkan motivasi untuk menjadi individu yang selalu belajar sepanjang hayat (Purser, 2014).


(29)

13

Andragogi adalah sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Malcolm Knowles dalam bukunya pada tahun 1970,The Modern Practice of Adult Education. Teori Knowles tentang andragogi adalah upaya untuk menciptakan teori untuk membedakan belajar di masa kecil dari belajar di masa dewasa. Berdasarkan psikologi humanistik, konsep Knowles tentang andragogi menyatakan bahwa individual learner sebagai seorang yang otonom, bebas, dan growth-oriented. Adapun karakteristik dari pembelajaran orang dewasa adalah sebagai berikut.

1. Self-concept: Semakin seseorang dewasa, mereka akan membentuk dependent personalityyang mengarahkan untuk menjadi lebih mandiri. 2. Experience: Semakin seseorang dewasa, mereka akan mengumpulkan

berbagai pengalaman yang menjadi bahan untuk belajar.

3. Readiness to learn: Semakin seseorang dewasa, mereka akan lebih tertarik untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan atau kehidupan mereka sehari-hari.

4. Orientation to learning: Semakin seseorang dewasa, persepsi mereka berubah dari mengumpulkan ilmu pengetahuan untuk masa depan menjadi aplikasi ilmu pengetahuan.

5. Motivation to learn: Semakin seseorang dewasa, mereka akan lebih termotivasi oleh berbagai masalah pribadi seperti kebutuhan akan harga diri, rasa ingin tahu, keinginan untuk mencapai dan kepuasan prestasi. 6. Relevance: Semakin seseorang dewasa, mereka perlu mengetahui


(30)

14

B. Self-Directed Learning

Self-directed learning (SDL) adalah sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan belajar (O’Shea, 2003). SDL adalah gagasan yang memiliki berbagai interpretasi dalam prakteknya. Singkatnya, SDL memberikan peserta didik semacam pilihan dalam pembelajaran mereka. Misalnya, peserta didik dapat untuk memilih satu atau lebih program dari kurikulum, atau dalam kasus-kasuson-the-job trainingterstruktur, yang memungkinkan karyawan untuk memilih apa modul pra-rancang (misalnya, rekaman video, workbook, bacaan khusus dan lain-lain) untuk diselesaikan (Skiff, 2009).

Adapun cara untuk belajar menurut Gibbons (2014) adalah sebagai berikut. 1. Belajar dengan diberitahu, melalui pelajaran, kuliah, presentasi.

2. Belajar dengan ditampilkan, dari contoh-contoh, demonstrasi, dan model.

3. Belajar dari kursus pendidikanonlineatau jarak jauh. 4. Belajar dengan mengamati secara intens.

5. Belajar dengan mempelajari buku-buku atau sumber informasi media cetak lainnya.

6. Belajar dengan bertanya kepada seseorang tentang apa yang Anda ingin tahu.

7. Belajar dengan pencarian di Internet.

8. Belajar dengan meniru kinerja yang terampil. 9. Belajar dengan berlatih berulang kali.


(31)

15

10. Belajar dengan berlatih mental.

11. Belajar dengan mencari pengalaman langsung. 12. Belajar dengan melakukan percobaan.

13. Belajar dengan mengambil tindakan di lapangan.

14. Belajar dengan bekerja sama dengan orang lain sebagai sebuah tim. 15. Belajar dengan mengajar orang lain.

16. Belajar dengan mengajar diri sendiri.

17. Belajar dengan mempelajari media seperti video, CD, kaset, dan DVD. 18. Belajar dengan mempersiapkan presentasi publik.

19. Belajar dengan bekerja atau belajar dengan mentor. 20. Belajar dengantrial and error.

21. Belajar dengan dramatisasi, dengan bertindak langsung.

22. Belajar dengan pengelompokan, mengkategorikan, dan mengklarifikasi. 23. Belajar dengan membentuk konsep berdasarkan bukti dan alasan.

24. Belajar dengan membuat peta konseptual hubungan antara benda-benda atau ide-ide.

25. Belajar dengan membayangkan, dengan melihat dan mengingat hal-hal yang berkaitan.

26. Pelajari dengan memvisualisasikan, dengan membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi.

27. Belajar dengan berpikir metaforis: link dikenal ke yang tidak diketahui. 28. Pelajari tentang ide-ide dengan menghubungkan ide-ide tersebut dengan


(32)

16

29. Belajar dari kegagalan yaitu bagaimana untuk tidak gagal dan dari kesuksesan, bagaimana untuk sukses.

30. Belajar dari simulasi.

31. Belajar dengan mengambil pekerjaan yang membutuhkan kinerja yang dicari.

32. Belajar dengan berpikir untuk diri sendiri - membentuk opini, mencapai kesimpulan.

33. Belajar intuitif: menemukan apa yang ingindiketahui secara naluriah. 34. Belajar dengan bersaing dengan orang lain.

35. Belajar dengan bermain secara spontan atau dalam permainan. 36. Belajar dari mengamati diri sendiri: pikiran, emosi, dan tindakan. 37. Belajar dengan berusaha untuk mencapai tujuan ambisius.

38. Belajar dari refleksi dan kontemplasi dalam kesendirian.

39. Belajar dari wisata seperti tempat baru, orang-orang baru, kegiatan baru.

40. Belajar dengan melakukan apa yang memiliki nilai moral (misalnya, membantu orang lain).

C. Self-Directed Learning Readiness

Self-directed Learning Scale Readiness(SDLRs, sering juga disebut SDLR) adalah kuesioner self-report dengan Likert-type items yang dikembangkan oleh Dr Lucy M. Guglielmino pada tahun l977. Kuisioner ini dirancang untuk mengukur kompleksitas dari sikap, keterampilan, dan karakteristik yang terdiri tingkat kesiapan seseorang untuk mengelola pembelajaran


(33)

17

sendiri. Awal penggunaannya, Self-Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) juga dikenal sebagaiAssessment Preferensi Learning(LPA) yang telah digunakan secara luas. SDLR telah digunakan oleh lebih dari 500 organisasi besar di seluruh dunia. Instrumen ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol (Kastilia, Columbus, dan Kuba), Perancis, Jerman, Italia, Korea, Melayu, Cina, Jepang, Finlandia, Yunani, Portugis, Afrika, Rusia, Latvia, Lithuania, Farsi, Belanda, Polandia dan Turki. Lebih dari 70.000 orang dewasa dan 5.000 anak-anak telah mengisi kuisioner SDLRS/LPA. SDLR telah digunakan dalam berbagai studi penelitian, termasuk lebih dari 90 disertasi doctoral (Guglielmino, 1978).

Instrumen SDLR dikembangkan berdasarkan konsep bahwa prakondisi untuk belajar mandiri adalah kesiapan (readiness) siswa untuk terlibat dalam program belajar mandiri seperti program belajar jarak jauh. Oleh karena itu, menurut Guglielmino (1978), implikasi dari istilah "kesiapan" adalah: (a) kesiapan untuk belajar mandiri adalah kapasitas yang berkembang dalam diri individu normal pada suatu kondisi; dan (b) kesiapan untuk belajar mandiri muncul dalam kontinum dan ada dalam diri tiap individu pada tingkat tertentu (Darmayanti, 2001).

Kesiapan untuk belajar mandiri merupakan perilaku manusia yang dapat diukur. Instrumen yang dikembangkan oleh Guglielmino adalah instrumen untuk mengukur kemampuan belajar mandiri tersebut. Menurut Guglielmino, instrumen SDLR dikembangkan untuk dapat digunakan oleh


(34)

18

institusi-institusi pendidikan, dan para fasilitator pendidikan sebagai usaha untuk memilih program belajar yang membutuhkan kesiapan belajar mandiri, serta bagi siswa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar mandiri (Darmayanti, 2001). SDLR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kemandirian namun juga faktor lain termasuk lingkungan. Lingkungan yang dimaksud meliputi umur, jenis kelamin, tingkat mahasiswa, pembelajaran onlineyang dilakukan, maupun tingkat kesenangan pada suatu pelajaran (Hariyantiet al., 2014).

Instrumen SDLR berbentuk kuesioner dan terdiri dari 58 butir pertanyaan skala Likert yang didesain untuk mengetahui tingkat dimana individu melihat dirinya sendiri memiliki kemampuan dan sikap yang diasosiasikan dengan belajar mandiri. Butir SDLRS terdiri dari butir positif dan butir negatif. Respon pada instrumen SDLRS terdiri dari lima, yaitu:

1. Hampir selalu benar 2. Seringkali benar 3. Kadang-kadang benar 4. Seringkali tidak benar

5. Hampir selalu tidak benar (Darmayanti, 2001).

Setiap respon memiliki skor antara satu sampai lima, dengan total skor berkisar antara 58 sampai 290. Skor yang tinggi mengindikasikan kesiapan belajar mandiri yang tinggi dan demikian sebaliknya. Intepretasi skor SDLR adalah sebagai berikut (Guglielmino, 1978).


(35)

19

Tabel 1. Interpretasi Skor SDLRS-A (Guglielmino, 1978).

SkorSDLRS-A Kesiapan untuk belajar mandiri

58-201 Di bawah rata-rata

202-226 Rata-rata

227-290 Di atas rata-rata

Selain itu juga bisa dengan menggunakan persentase dari total skor yang didapat, yaitu tinggi bila skor > 74 %, sedang bila skor 64%-74%, rendah bila skor < 64 %. Orang dengan skor SDLR tinggi biasanya lebih suka untuk menentukan kebutuhan belajar mereka dan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran mereka sendiri. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak akan memilih untuk berada dalam situasi belajar terstruktur. Mereka juga dapat memilih kursus tradisional atau workshop sebagai bagian dari rencana pembelajaran. Orang dengan skor SDLR rata-rata lebih mungkin untuk berhasil dalam situasi yang lebih independen, tetapi tidak sepenuhnya nyaman dengan menangani seluruh proses identifikasi kebutuhan belajar mereka dan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Orang dengan skor di bawah rata-rata SDLRS biasanya lebih suka memilih cara belajar seperti metode ceramah dan pengaturan ruang kelas tradisional (Guglielmino, 1978).

SDLR memiliki beberapa komponen yang dapat digunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai perbedaan karakteristik mahasiswa yang memiliki SDLR rendah, sedang dan tinggi, yaitu manajemen diri, keinginan untuk belajar dan kontrol diri. Pada tahun 2008 Zulharman memodifikasi


(36)

20

dan mengembangkan kembali mengenai skor SDLR. Zulharman mengaitkan peran SDLR terhadap prestasi belajar pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Selain itu, skor tersebut memiliki 3 komponen yang terdapat dalam faktor internal mahasiswa pada 36 item, yaitu manajemen diri (13 item), keinginan untuk belajar (10 item) dan kontrol diri (13 item). SDLR ini terbagi dalam tiga tingkatan yaitu tinggi jika skor≥ 132, sedang jika 84 ≤ skor < 132, rendah jika <84 (Zulharmanet al., 2008).


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan skorself-directed learning readiness antara mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015 (Siswantoet al., 2013).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan Desember.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tahun pertama (angkatan 2014) yang berjumlah 233 orang dan mahasiswa tahun ketiga (angkatan 2012) yang berjumlah 168 orang di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun ajaran 2014/2015.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi


(38)

22

sebagai responden atau sampel (Siswanto et al., 2013). Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014 dan angkatan 2012.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya adalah mahasiswa angkatan 2012 dan mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Menolak menjadi subjek penelitian dengan tidak menandatangani lembar

informed consent.

2. Mahasiswa yang tidak hadir saat pembagian kuesioner.

3. Mahasiswa fakultas kedokteran yang ikut mengulang blok pada tahun perkuliahan pertama (angkatan 2014) dan ketiga (angkatan 2012). 4. Mahasiswa fakultas kedokteran yang ikut mengulang tingkat pada tahun

perkuliahan pertama (angkatan 2014) dan ketiga (angkatan 2012).

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Dalam identifikasi variabel diperlukan variabel bebas dan variabel terikat, berupa:

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas adalah mahasiswa tahun pertama dan tahun ketiga. b. Variabel terikat adalah tingkat skor SDLR.


(39)

23

2. Definisi Operasional

Tabel 2.Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala

1 Mahasiswa FK Unila Mahasiswa yang terdaftar dan mengikuti proses belajar mengajar di FK Unila Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa angkatan 2014 Mahasiswa tahun ketiga adalah mahasiswa angkatan 2012 Data mahasiswa

1. Mahasiswa tahun pertama

2. Mahasiswa tahun ketiga

Numerik

2 Skor SLDR Penilaian kesiapan dalam belajar secara mandiri yang terdiri dari 3 komponen, yaitu manajemen diri, keinginan untuk belajar dan kontrol diri.

Kuesioner SDLR yang terdiri dari 36 item,

setiap item

diukur dengan skor 1-5 dengan skor total

1. Tinggi (>132) 2. Sedang (84-<132) 3. Rendah jika (<84) (Zulharman,2008).

Numerik

E. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat–alat sebagai berikut: a. Kuesioner SDLR adaptasi Zulharman (2008) b. Alat tulis


(40)

24

2. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer akan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian responden mengisi kuesioner ketika peneliti melakukan kunjungan tersebut sehingga didapat respons rate yang tinggi. Kuesioner akan dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden. Data sekunder diperoleh dari bagian kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung berupa jumlah mahasiswa untuk perkiraan besar populasi dan sampel.

Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dilakukan, sebagai berikut: 1. Membuat surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Unila

untuk melakukan penelitian di Fakultas Kedokteran Unila, Bandar Lampung.

2. Setelah mendapatkan izin penelitian di Fakultas Kedokteran Unila dari dekan Fakultas Kedokteran Unila, peneliti menyebarkan kertas informed concent dan kuesioner skor SDLR kepada calon responden di Fakultas Kedokteran Unila, Bandar Lampung.

3. Setelah mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian, pengisian kuesioner dilakukan dengan cara terbimbing.

4. Didapatkan jawaban responden berdasarkan kuesioner. 5. Melakukan Pengolahan data.

6. Analisis data.


(41)

25

Gambar 3.Prosedur Penelitian

F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program statistik. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer, terdiri dari beberapa langkah:

a. Data entri, memasukkan data kedalam komputer.

b. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

c. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

Penyusunan proposal penelitian, perizinan, koordinasi

Pengisian lembarinformed consent

Pengisian kuesionerself-directed learning readinesssecara terpadu

Pencatatan Hasil

Input data dan analisis data 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap


(42)

26

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata, standar deviasi (SD), nilai minimum dan nilai maksimum dari variabel penelitian.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan paired T test. Sebelum malakukan paired T test diperlukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Apabila sebaran data tidak normal maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Mann Whitney. Jika hasil uji hipotesis menghasilkan nilai p<0,05, hipotesis dalam penelitian ini dianggap bermakna.


(43)

27

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin mengenai etika penelitian Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selain itu dalam pengambilan data penelitian, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian ini.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Rata-rata skor SDLR mahasiswa tahun pertama adalah 136,84. 2. Rata-rata skor SDLR mahasiswa tahun ketiga adalah 134,48.

3. Terdapat perbedaan rerata skor SDLR yang signifikan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun ketiga.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran dengan metode lain atau desain penelitian lain, seperti penelitian epidemiologi.

2. Disarankan juga untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengidentifikasi masing-masing komponen yang terdapat dalam kuesioner self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran.


(45)

37

3. Peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan skor self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran secara lebih luas lagi, bukan hanya mahasiswa tahun pertama atau tahun ketiga saja.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anonim. 2014. Program Studi Ilmu Pendidikan Kedokteran. [Internet]. Terdapat dalam: http://www.fk.ui.ac.id[diakses pada 21 September 2014].

Bangun, Gladys Ema Sarlina. 2011. Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Yayasan Dharma Bakti Medan.Skripsi jurusan Psikologi USU: Tidak diterbitkan Bitran M, Zuniga D,Pedrals N, Padilla O, Mena B. 2012. Medical students'

change in learning styles during the course of the undergraduate program: from ‘thinking and watching’ to ‘thinking and doing’. Can Med Educ J. 3(2): 86-97.

Colliver JA. 2000. Effectiveness of Problem-based Learning Curricula:Research and Theory.Acad Med. 75(3): 259-266.

Darmayanti T. 2001.Self-Directed Learning Readiness Scale: Adaptasi Instrumen Penelitian Belajar Mandiri. [Internet]. Terdapat dalam: http://lppm.ut.ac.id [diakses pada 21 September 2014].

Deyo ZM, Huynh D, Rochester C,Sturpe DA, Kiser K. 2011. Readiness for Self-directed Learning and Academic Performance in anAbilities Laboratory Course.Am J Pharm Educ. 75(2): Article 25.

Gibbons M. 2014.Ways to Learn. [Internet]. Terdapat dalam: http://www.selfdirectedlearning.com[diakses pada 21 September 2014]. Guglielmino LM. 1978. Self-Directed Learning Readiness Scale. [Internet].

Terdapat dalam: http://www.lpasdlrs.com [diakses pada 21 September 2014].

Hariyanti DP, Irawanto ME, Sari Y. 2014.Hubungan Asal Sekolah Berasrama dengan SelfDirected Learning Readiness (SDLR) pada Mahasiswa


(47)

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. [Skripsi]. Surakarta: FK UNS.

Huynh D, Haines ST,Plaza CM, Sturpe DA, Williams G, de Bittner MAR, Roffman DS. 2009. The Impact of Advanced Pharmacy Practice Experiences on Students’Readiness for Self-directed Learning. Am J Pharm Educ. 73(4): Article 65.

Islam, Samsul. 2010. Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa UT dan Mahasiswa SMA Untuk Belajar Dengan Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.11(1): 1-14 Keesee GS. 2010.Andragogy--Adult Learning Theory. [Internet]. Terdapat dalam: http://teachinglearningresources.pbworks.com [diakses pada 21 September 2014].

Kocaman G, Dicle A, Ugur A. 2009. A longitudinal analysis of the self-directed learning readiness level of nursing students enrolled in a problem-based curriculum. J Nurs Educ. 48(5): 286-290.

McKee N, D’Eon M, Trinder K. 2013. Problem-based learning for inter-professional education: evidence from an inter-inter-professional PBL module on palliative care.Can Med Educ J. 4(1): 35-48.

Merriam SB. 2001. The New Update on Adult Learning Theory. New York: Jossey-Bass.

O'Shea E. 2003. Self-Directed Learning In Nurse Education. JAN.43(1): 62-70 Purser RE. 2014.Problem-Based Learning. [Internet]. Terdapat dalam:

http://online.sfsu.edu [diakses pada 21 September 2014].

Siswanto, Susila, Suyanto. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Skiff D. 2009. What is Self-Directed Learning. [Internet]. Terdapat dalam:http://www.selfdirectedlearning.org[diakses pada 21 September 2014].

Zulharman, Harsono, Kumara A. 2008. Peran Self Directed Learning Readiness pada Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 3(3): 104-108.


(1)

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata, standar deviasi (SD), nilai minimum dan nilai maksimum dari variabel penelitian.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan paired T test. Sebelum malakukan paired T test diperlukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Apabila sebaran data tidak normal maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Mann Whitney. Jika hasil uji hipotesis menghasilkan nilai p<0,05, hipotesis dalam penelitian ini dianggap bermakna.


(2)

27

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin mengenai etika penelitian Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selain itu dalam pengambilan data penelitian, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian ini.


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Rata-rata skor SDLR mahasiswa tahun pertama adalah 136,84. 2. Rata-rata skor SDLR mahasiswa tahun ketiga adalah 134,48.

3. Terdapat perbedaan rerata skor SDLR yang signifikan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun ketiga.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran dengan metode lain atau desain penelitian lain, seperti penelitian epidemiologi.

2. Disarankan juga untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengidentifikasi masing-masing komponen yang terdapat dalam kuesioner self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran.


(4)

37

3. Peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan skor self directed learning readiness pada mahasiswa kedokteran secara lebih luas lagi, bukan hanya mahasiswa tahun pertama atau tahun ketiga saja.


(5)

Anonim. 2014. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anonim. 2014. Program Studi Ilmu Pendidikan Kedokteran. [Internet]. Terdapat dalam: http://www.fk.ui.ac.id[diakses pada 21 September 2014].

Bangun, Gladys Ema Sarlina. 2011. Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Yayasan Dharma Bakti Medan.Skripsi jurusan Psikologi USU: Tidak diterbitkan Bitran M, Zuniga D,Pedrals N, Padilla O, Mena B. 2012. Medical students'

change in learning styles during the course of the undergraduate program: from ‘thinking and watching’ to ‘thinking and doing’. Can Med Educ J. 3(2): 86-97.

Colliver JA. 2000. Effectiveness of Problem-based Learning Curricula:Research and Theory.Acad Med. 75(3): 259-266.

Darmayanti T. 2001.Self-Directed Learning Readiness Scale: Adaptasi Instrumen Penelitian Belajar Mandiri. [Internet]. Terdapat dalam: http://lppm.ut.ac.id [diakses pada 21 September 2014].

Deyo ZM, Huynh D, Rochester C,Sturpe DA, Kiser K. 2011. Readiness for Self-directed Learning and Academic Performance in anAbilities Laboratory Course.Am J Pharm Educ. 75(2): Article 25.

Gibbons M. 2014.Ways to Learn. [Internet]. Terdapat dalam: http://www.selfdirectedlearning.com[diakses pada 21 September 2014]. Guglielmino LM. 1978. Self-Directed Learning Readiness Scale. [Internet].

Terdapat dalam: http://www.lpasdlrs.com [diakses pada 21 September 2014].

Hariyanti DP, Irawanto ME, Sari Y. 2014.Hubungan Asal Sekolah Berasrama dengan SelfDirected Learning Readiness (SDLR) pada Mahasiswa


(6)

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. [Skripsi]. Surakarta: FK UNS.

Huynh D, Haines ST,Plaza CM, Sturpe DA, Williams G, de Bittner MAR, Roffman DS. 2009. The Impact of Advanced Pharmacy Practice Experiences on Students’Readiness for Self-directed Learning. Am J Pharm Educ. 73(4): Article 65.

Islam, Samsul. 2010. Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa UT dan Mahasiswa SMA Untuk Belajar Dengan Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.11(1): 1-14 Keesee GS. 2010.Andragogy--Adult Learning Theory. [Internet]. Terdapat dalam: http://teachinglearningresources.pbworks.com [diakses pada 21 September 2014].

Kocaman G, Dicle A, Ugur A. 2009. A longitudinal analysis of the self-directed learning readiness level of nursing students enrolled in a problem-based curriculum. J Nurs Educ. 48(5): 286-290.

McKee N, D’Eon M, Trinder K. 2013. Problem-based learning for inter-professional education: evidence from an inter-inter-professional PBL module on palliative care.Can Med Educ J. 4(1): 35-48.

Merriam SB. 2001. The New Update on Adult Learning Theory. New York: Jossey-Bass.

O'Shea E. 2003. Self-Directed Learning In Nurse Education. JAN.43(1): 62-70 Purser RE. 2014.Problem-Based Learning. [Internet]. Terdapat dalam:

http://online.sfsu.edu [diakses pada 21 September 2014].

Siswanto, Susila, Suyanto. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Skiff D. 2009. What is Self-Directed Learning. [Internet]. Terdapat dalam:http://www.selfdirectedlearning.org[diakses pada 21 September 2014].

Zulharman, Harsono, Kumara A. 2008. Peran Self Directed Learning Readiness pada Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 3(3): 104-108.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT STRES MAHASISWA KEDOKTERAN PADA TAHUN PERTAMA DAN TAHUN KETIGA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2 20 24

GAMBARAN TINGKAT STRESSOR PSIKOSOSIAL DAN PREVALENSI DEPRESI PADA MAHASISWA BARU TAHUN AJARAN 2010/2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER DI KABUPATEN JEMBER

0 4 17

HUBUNGAN TINGKAT STRESSOR PSIKOSOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA BARU TAHUN AJARAN 2012/2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

0 13 16

KEKUATAN GIGIT GIGI PREMOLAR PERTAMA KANAN DAN KIRI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER USIA 19-21 TAHUN

0 8 49

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR LDL DAN HDL PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2013

1 17 53

PERBEDAAN RERATA KOLESTEROL TOTAL SERUM SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MINUMAN SARI BROKOLI TERFORTIFIKASI SERAT INULIN PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

0 3 1

PERBEDAAN TINGKAT STRES ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

20 58 57

PERBEDAAN RERATA SKOR SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) ANTARA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN TAHUN KETIGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 47

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN KE-4 PADA BLOK EMERGENCY FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

16 39 62

HUBUNGAN ANTARA LEARNING APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PADA BLOK LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

10 65 69