HUBUNGAN ANTARA LEARNING APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PADA BLOK LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING APPROACH WITH STUDENT ACHIEVEMENT AT FIRST YEAR MEDICAL STUDENT ON

LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM BLOCK IN MEDICAL FACULTY UNIVERSITY OF LAMPUNG

By

MUHAMMAD MAHARDHIKA MALIK

Learning approach is one of the factors that influenced medical student achievement. The purposes of this research were to investigated the relation between learning approach with student achievement at first year medical student on learning skill and basic professionalism block with two kinds of approach, deep and surface approach.

This study was a descriptive-analytic cross-sectional study. The study sample consisted of 214 first year students in the Medical Faculty, University of Lampung. The instrument that used to determine the learning approach is Revised Study Process Questionnaire 2 Factors (R-SPQ-2F).

The results showed that from 214 first-year students, there were 207 (96.7%) of students using deep approach and there were 7 (3.3%) students using surface approach. The mean value of final block examination result of students who use deep approach was 63,83 and mean value of final block examination result of students who use students surface approach was 54,71. The data was statistically tested using Fisher Test and p value is 0,155.

From this study we could summarize that there was no significant relationship between learning approach with student achievement at first year of medical students on learning skill and basic professionalism block in Medical Faculty, University of Lampung.


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LEARNING APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PADA BLOK LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

MUHAMMAD MAHARDHIKA MALIK

Learning approach merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism melalui dua jenis pendekatan yakni deep approach dan surface approach.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan studi potong lintang. Sampel penelitian ini terdiri dari 214 mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Instrumen yang digunakan dalam penggunaan learning approach adalah Revised Study Process Questionnaire 2 Factors (R-SPQ-2F).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 214 mahasiswa tahun pertama, terdapat 207 (96,7%) mahasiswa menggunakan deep approach dan terdapat 7 (3,3%) mahasiswa menggunakan surface approach. Pada mahasiswa yang menggunakan deep approach memiliki rerata nilai ujian akhir blok sebesar 63,83 dan mahasiswa yang menggunakan surface approach memiliki rerata nilai ujian akhir blok sebesar 54,71. Data diuji secara statistik dengan uji Fisher dan didapatkan nilai p 0,155.

Simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang tidak bermakna antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(3)

HUBUNGAN ANTARA LEARNING APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PADA BLOK LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

MUHAMMAD MAHARDHIKA MALIK Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

HUBUNGAN ANTARA LEARNING APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PADA BLOK LEARNING SKILL AND BASIC PROFESSIONALISM DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD MAHARDHIKA MALIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 10 2. Kerangka Konsep ... 11 3. Alur Penelitian ... 42


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.6 Kerangka Konsep ... 11

1.7 Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.8 Belajar ... 12

1.9 Learning Approach ... 17

1.10 Hasil Belajar ... 29

1.11 Hubungan Learning Approach terhadap Hasil Belajar ... 34

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Metode Pengambilan Data ... 39

3.5 Instrumen Penelitian ... 40

3.6 Alur Penelitian ... 42


(7)

ii

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 44 3.9 Etika Penelitian ... 45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 46 4.2 Pembahasan... 51 V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 58 5.2 Saran ... 59


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (ethical clearance) 2. Kuesioner R-SPQ-2F

3. Dokumentasi Penelitian 4. Data Penelitian


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan Learning Approach ... 21

2. Perbedaan Deep Approach dan Surface Approach ... 23

3. Instrumen Penelitian ... 41

4. Definisi Operasional ... 43

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

7. Distribusi Responden Berdasarkan Skor R-SPQ-2F ... 48

8. Data Nilai Ujian Akhir Blok ... 48

9. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Belajar ... 49

10. Kategori Responden Berdasarkan Nilai Ujian Akhir Blok ... 49


(10)

(11)

(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 12 September 1993, merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Drs. Hi. M. Iskandar, MM. dan Dra. Hj. Sri Wahyuni

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Pertiwi Gadingrejo Pringsewu pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 7 Gadingrejo Pringsewu pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Gadingrejo Pringsewu pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Gadingrejo Pringsewu pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi Genitalial and Education Health (Gen-C) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai anggota.


(14)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Learning Approach Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Pada Blok Learning Skill And Basic Professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Rika Lisiswanti, M Med Ed., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Beliau adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini;


(15)

4. dr. Novita Carolia, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Beliau juga adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini;

5. dr. Oktadoni Saputra, M Med Ed., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan. Beliau juga adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini;

6. dr. Dewi Nur Fiana., selaku Pembimbing Akademik saya sejak semester 1 hingga semester 4, terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;

7. dr. Rika Lisiswanti, M Med Ed., selaku Pembimbing Akademik saya sejak semester 5 hingga semester 7, terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;

8. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita; 9. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang

turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10.Bapak, Drs. Hi. M. Iskandar, MM. yang selalu mendoakan, mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, semangat, harapan dan selalu mendukung penulis dari awal hingga akhir;


(16)

mendukung setiap langkah penulis;

12.Adik tersayang, Muhammad Maulana Malik, Muhammad Mahatma Malik, dan Muhammad Markandeya Malik yang selalu mendoakan, menghibur, memberikan semangat, serta perhatian yang tidak ada habisnya;

13.Keluarga besar saya yang berada di Pringsewu Lampung. Terima kasih atas dukungan doa dan semangatnya selama ini;

14.Teman-teman FK UNILA angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, atas kebersamaan dan dukungannya selama ini;

15.Fisca Marvidiantika dan Iqbal Reza Pahlavi beserta keluarganya terima kasih telah memberikan doa dan semangatnya sampai saat ini;

16.Teman-teman Sumber Jaya (Zaky, Prianggara, Fadil, Fila, Wayan, Satria, Okta, Mahendra, Gusti, Stevan, Gede, Yudo, Topaz, Ivan, Hanif, Gede Saputra, Reza, Firza, Tito, Agung, Juned, Eko, Obi, Mas Tikno, Mas Joko, Bang Nurdin) yang sudah menemani dan membuat kehidupan kos lebih ringan dan lebih mudah;

17.Teman-teman Cherry (Tegar, Rozi, Vandy, Diano, Ate, Ibor, Ahong, Anwar, Adit, Igoy, Danar, Baji, Kevin, Budiman) atas dukungan dan kebersamaanya selama ini;


(17)

18.Teman-teman seperjuangan Muhammad Fadlilah, Rizky Bayu Ajie, dan Satria Dharma Setiawan terimakasih atas kerjasamanya mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini, selalu membantu serta menjadi partner yang setia di kala susah maupun senang;

19.Teman-teman Sold Out (Anton, Damar, Eki, Pandu, Janar) dan semua crew yang sudah membantu. Terimakasih untuk inspirasi bermusik dan keakraban yang kalian berikan.

20.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran

21.Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa serta dukungannya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Desember 2014

Penulis


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah institusi adalah untuk menyediakan dan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada persoalan daya saing, sayang sekali kondisi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia berada pada taraf yang rendah. Laporan terbaru dari World Competitiveness Yearbook 2009, menetapkan daya saing (mahasiswa) kita berada pada peringkat ke 42. Peringkat ini masih lebih rendah dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Singapura 3), Malaysia (ke-18) dan Thailand (ke-26) (Tamidi, 2010).

Salah satu rendahnya daya saing itu terletak pada kurikulum. Kurikulum pada hakekatnya adalah sebuah program yang disusun untuk mencapai tujuan pendidikan, akan tetapi seringkali perubahan kurikulum hanya berfokus pada pengubahan dokumen saja, dan pelaksanaan pembelajaran, penciptaan suasana belajar, cara evaluasi pembelajaran seringkali tidak berubah. Perubahan kurikulum menjadi kaharusan, jika output yang dihasilkan oleh penyelanggara pendidikan telah bergeser, sesuai dengan


(19)

2

perkembangan zaman dan tuntutan dari pasar kerja. Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK) diyakini merupakan jawaban terbaik atas perubahan zaman bagi penyelenggara pendidikan, bahkan dikatakan oleh Tantra (2009) bahwa KBK merupakan jawaban untuk mencapai keunggulan bangsa sehingga mampu bersaing didunia (nation competitiveness) (Tantra, 2009).

Saat ini pendidikan kedokteran sudah mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Standar ini merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. Sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, terdiri atas dua jenjang pendidikan, yaitu jenjang akademik dan jenjang profesi. Perkembangan pendidikan kedokteran pada dasa warsa terakhir ini mengalami perkembangan, baik dari sisi teknologi maupun dari konsep pendidikannya itu sendiri. Peningkatan kualitas pendidikan kedokteran terutama ditujukan untuk menopang pelayanan asuhan medis dalam Sistem Pemberian Pelayanan Medis (Medical Care Delivery System) yang merupakan bagian integral dari Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan (Health Care Delivery System) kepada masyarakat. Standar Kompetensi Dokter Indonesia pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).


(20)

Salah satu instansi perguruan tinggi yang menerapkan KBK adalah Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung menerapkan KBK sejak tahun 2008. Dalam pelaksanaannya Fakultas Kedokteran Universitas Lampung menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan kriteria SPICES (Student centered, Problem based, Integrated, Community based oriented, Early clinical exposure dan Self directed learning) (Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung, 2011). Proses pendidikan melalui metode sistematis ini bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai life-long learner atau pembelajar sepanjang hayat sehingga di masa mendatang menjadi dokter yang terlatih menghadapi permasalahan dan mampu memecahkan masalah. Adapun dalam metode PBL, kegiatan belajar mengajarnya meliputi tutorial, kuliah, praktikum, keterampilan klinik (Skill’s laboratorium atau Skill’s lab), belajar mandiri dan diskusi panel (Amir & Taufik, 2010).

Berdasarkan survei awal dengan menggunakan metode wawancara terhadap beberapa mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung bahwa kebanyakan mahasiswa merasakan hasil belajar yang meliputi ujian akhir blok kurang begitu memuaskan dan kebanyakan mahasiswa tidak lulus dan harus mengikuti remediasi. Banyak faktor yang menyebabkan nilai mahasiswa rendah dalam ujian akhir blok, salah satunya adalah learning approach. Learning approach atau disebut juga dengan pendekatan belajar merupakan perilaku nyata individu sebagai seorang pelajar dalam belajar yang menentukan tingkat hasil belajarnya (Phan, 2008).


(21)

4

Menurut hasil penelitian Biggs (1985), learning approach dapat dikelompokan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu: surface approach (permukaan/bersifat lahiriah), deep approach (mendalam), dan strategic approach (pendekatan prestasi tinggi). Mahasiswa yang menggunakan surface approach akan tertarik belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, mahasiswa yang menggunakan deep approach biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi mahasiswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya (Islamuddin, 2012).

Sementara itu, mahasiswa yang menggunakan strategic approach pada umumnya dilandasi oleh motif ektrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Dia memiliki strategi dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan (plans ahead) (Islamuddin, 2012).


(22)

Mahasiswa kedokteran sadar akan tanggung jawab mereka sebagai praktisi kesehatan di masa mendatang, sehingga mendorong mereka untuk menggunakan deep approach dalam proses belajar (Bengtsson & Ohlsson, 2010). Seorang dokter memiliki tanggung jawab yang besar dalam tugasnya oleh karena itu pendekatan belajar yang baik yang diterapkan mahasiswa kedokteran adalah deep approach karena akan membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dibutuhkan sebagai dokter yang kompeten namun bukti menunjukkan bahwa situasi pembelajaran justru mengarahkan ke arah yang kurang baik yakni surface approach (Emilia, 2006).

Penelitian mengenai hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar pada mahasiswa tahun pertama belum pernah dilakukan sebelumnya di Fakultas Kedokteran Universitas lampung. Tetapi penelitian mengenai penggunaan learning approach pada mahasiswa kedokteran tahun pertama pernah dilakukan sebelumnya oleh Reid et al. (2012) pada mahasiswa kedokteran di University of Edinburg London dimana pada mahasiswa tahun pertama cenderung menggunakan deep approach dan strategic approach dibandingkan surface approach.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator dalam mencapai keberhasilan belajar. Mahasiswa yang menggunakan deep approach terbukti memiliki nilai ujian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan surface approach (Zhang, 2000).


(23)

6

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan learning approach berdampak pada hasil belajar, karena keberhasilan mahasiswa dipengaruhi learning approach yang diterapkan. Di sisi lain, penulis juga menemukan penggunaan learning approach pada penelitian Reid et al. (2012) yang menyebutkan bahwa pada mahasiswa tahun pertama cenderung menggunakan deep approach karena memiliki motivasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

“Apakah terdapat hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(24)

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran learning approach yang digunakan pada mahasiswa tahun pertama di blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2. Mengetahui hubungan antara learning approach terhadap hasil

belajar pada mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, melalui dua jenis pendekatan yakni surface approach dan deep approach dengan melihat pula aspek dan faktor yang turut mempengaruhi hasil belajar mahasiswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti. 2. Bagi institusi, dapat memberikan informasi mengenai gambaran dan

hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung serta sebagai masukan terhadap proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat membuka penelitian lanjutan mengenai learning approach pada mahasiswa kedokteran dan penelitian ini


(25)

8

diharapkan dapat memberikan informasi yang penting bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

1.5 Kerangka Penelitian

1.5.1 Kerangka Teori

Learning approach yang diterapkan mahasiswa dapat dibagi menjadi dua jenis deep approach dan surface approach. Deep approach melihat pemaknaan akan hal yang dipelajari, memeriksa bukti pendukung untuk sampai pada kesimpulan, serta mengkaitkan pengetahuan yang diperoleh dengan pengetahuan baru, sedangkan surface approach hanya mengidentifikasi dan menghafalkan fakta-fakta yang dianggap penting dan dapat sukses dalam ujian (Wijayanto, 2011).

Penerapan learning approach berdampak pada luaran belajar, karena keberhasilan mahasiswa dipengaruhi learning approach yang diterapkan. Hal ini sesuai dengan temuan Svensson dalam Mansouri et al. (2006) menemukan bahwa mahasiswa yang menerapkan deep approach lebih baik pencapaiannya dibandingkan dengan mahasiswa yang menerapkan surface approach (Wijayanto, 2011).


(26)

Hasil belajar mahasiswa fakultas kedokteran dapat dilihat dari nilai ujian akhir blok yang dicapainya selama menempuh blok tersebut. Ada dua faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada di dalam diri mahasiswa itu sendiri, yang terdiri atas taraf inteligensi, motivasi, perasaan-sikap-minat, keadaan fisik dan cara belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri mahasiswa, yang terdiri atas lingkungan keluarga dan lingkungan perguruan tinggi (Djamarah, 2011).


(27)

10

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka teori (Sumber: Biggs, 1993; Wijayanto, 2011; Djamarah, 2011)

Faktor internal - - Taraf intelegensi - - Motivasi

- - Perasaan-minat-bakat - - Keadaan fisik

Faktor eksternal - - Lingkungan keluarga - - Lingkungan kampus

Hasil Belajar Surface Approach

Deep Approach Learning Approach

Personal factors

- - Conception of learning - - Abilities

- - Locus of control

Background factors - - Parental Education


(28)

1.5.2 Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

1.5.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(29)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Definisi Belajar

Hakikat belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011). Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mahmud, 2010). Sementara Greeder (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang membuat seseorang mampu memperoleh seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku.


(30)

2.1.2 Belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lmpung

Problem-Based Learning (PBL) adalah sebuah strategi pembelajaran baru yang menitikberatkan pembelajaran pada mahasiswa atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada mahasiswa Student Centered Learning (SCL). Sejak diperkenalkan oleh Barrows pada 1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Kanada, PBL telah diadopsi oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia. Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar, persiapan kemampuan life-long learning, paparan klinis yang lebih banyak, peningkatan hubungan antar mahasiswa dan staf pengajar, dan peningkatan motivasi mahasiswa (Dolmans et al., 2005).

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung merupakan salah satu instansi perguruan tinggi yang menggunakan metode pembelajaran PBL. Metode pembelajaran ini sudah diterapkan pada tahun 2008. Sebelumnya Fakultas Kedokteran Universitas Lampung manggunakan sistem konvensional (Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung, 2011). Dalam pendidikan kedokteran konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima pengetahuan dari perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan untuk mempelajari beragam cabang ilmu kedokteran dan menghapal begitu banyak informasi.


(31)

14

Setelah lulus dan menjadi dokter, mereka menghadapi banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan dari pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah. Sistem pendidikan kedokteran konvensional cenderung membentuk mahasiswa sebagai pembelajar pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, serta aktif dalam mencari cara penyelesaiannya (Prihatanto, 2008).

Problem-Based Learning dipandang lebih efektif daripada kurikulum konvensional yang hanya berpusat pada kuliah dan praktikum semata. Pandangan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hsu dan Ong yang menyebutkan bahwa mahasiswa merasa lebih senang, termotivasi, kemampuan komunikasinya meningkat, dan sangat menikmati aktivitas belajar dalam PBL dibanding dalam kurikulum konvensional. Selain itu mereka berpendapat bahwa basic science yang diperoleh lebih relevan sehingga dapat menerapkan ilmu tersebut dalam clinical training dengan lebih baik (Cahyani et al., 2008).

Adapun metode belajar PBL yang diterapkan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung meliputi :

Kuliah

Kuliah diberikan oleh pengampu mata kuliah/ahli/pakar dibidangnya masing-masing. Fungsi dari kuliah adalah penstrukturan materi,


(32)

penjelasan subyek yang dirasa sulit, materi yang tidak terbahas dalam tutorial, memberikan pandangan berbagai ilmu, mengintegrasikan pengetahuan (Harsono, 2005).

Tutorial

Dalam PBL, dikenal istilah tutorial yang merupakan inti dari penerapan PBL. Tutorial berbentuk seperti diskusi kelompok kecil (10-12 orang) dimana mahasiswa dan tutor memiliki peran masing-masing yang harus dilaksanakan demi kelangsungan diskusi. Tutor berfungsi sebagai learning facilitator dan knowledge transmission. Untuk mensukseskan tutorial, mahasiswa berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu sama lain, berpartisipasi secara aktif, memiliki minat terhadap kelompok, dan semua mahasiswa terlibat dalam satu kelompok (Tams, 2006).

Dalam tutorial PBL, dikenal suatu metode yang dinamai The Seven Jumps atau Seven Jumps Method (SJM). The Seven Jumps atau Seven Jumps Method merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995) sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan PBL. Sesuai dengan namanya, pada metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Tutorial pertama


(33)

16

2. Mendefinisikan permasalahan

3. Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara 4. Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan

5. Menformulasi tujuan belajar Antar pertemuan

6. Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri Tutorial kedua

7. Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar.

Singkatnya, diskusi tutorial pertama bertujuan menetapkan learning objectives (LO) yang akan dipelajari mahasiswa secara mandiri. Mahasiswa secara berturut-turut melakukan belajar mandiri (self-directed learning) sebelum melakukan tutorial kedua. Tutorial kedua berupa pembahasan kelompok terhadap LO atau materi yang mereka pelajari.

Pleno dan Kuliah Pakar

Dalam PBL juga dikenal dengan istilah kuliah pakar dan pelaksanaan pleno. Kuliah pakar biasanya diberikan setelah semua skenario dalam blok terbahas. Pakar membahas mengenai kasus atau latar belakang keilmuan yang berhubungan dengan skenario. Pleno merupakan pertemuan atau diskusi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran


(34)

yang sama dari mahasiswa terhadap skenario yang dibahas. Dalam kegiatan ini kelompok mahasiswa diminta memberikan presentasi mengenai pembahasan suatu skenario kemudian diadakan sesi tanya jawab serta diakhiri dengan kuliah singkat dari pakar (Rukmini & Elisabet, 2006).

Keterampilan Klinik

Keterampilan Klinik adalah kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter, lulusan dokter perlu menguasai keterampilan klinik yang akan digunakan dalam membangun diagnosis maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinik ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter. Keterampilan Klinik (clinical skill) merupakan bagian dari kompetensi dokter dalam hal keterampilan mengaplikasikan Ilmu Kedokteran terhadap seorang pasien berdasarkan prosedur kedokteran dalam setting praktik klinik (clinical procedure). (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).

2.2 Learning Approach

Learning approach atau disebut juga dengan pendekatan belajar secara umum adalah perilaku nyata individu sebagai seorang pelajar dalam belajar


(35)

18

yang menentukan tingkat hasil belajarnya (Phan, 2008). Pendekatan dan strategi belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar seseorang. Sering terjadi seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat mahasiswa tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai titik yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan yang efisien dan efektif. Konsekuensi positifnya ialah harga diri (self-esteem) mahasiswa tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang yang diantaranya mungkin berkapasitas kognitif yang lebih tinggi (Islamuddin, 2012).

Banyak pendekatan belajar yang dapat diajarkan kepada mahasiswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Diantara pendekatan belajar yang representative (mewakili) yang klasik dan modern ialah: 1) pendekatan hukum Jost; 2) pendekatan Ballard dan Clanchy; dan 3) pendekatan Biggs (Islamuddin, 2012).


(36)

Pendekatan Hukum Jost

Menurut Reber (1988) salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost adalah mahasiswa yang sering mempraktikan materi perkuliahan akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Sebabnya, berdasarkan asumsi hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. Maksudnya, mempelajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama materi-materi yang bersifat hafalan (Islamuddin, 2012).

Pendekatan Ballard dan Clanchy

Menurut Ballard dan Clanchy (1990) Pendekatan belajar mahasiswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude of knowledge). Ada dua macam mahasiswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu : 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving); dan 2) sikap memperluas (extending). mahasiswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi. Sedangkan mahasiswa yang bersifat extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasarkan pemilihan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan


(37)

20

pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya (Islamuddin, 2012).

Pendekatan Biggs

Menurut hasil penelitian Biggs (1985), learning approach dapat dikelompokan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu: surface approach (permukaan/bersifat lahiriah), deep approach (mendalam), dan strategic approach (pendekatan prestasi tinggi).

Mahasiswa yang menggunakan surface approach akan tertarik belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, mahasiswa yang menggunakan deep approach biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi mahasiswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya (Islamuddin, 2012).

Semantara itu, mahasiswa yang menggunakan strategic approach pada umumnya dilandasi oleh motif ektrinsik yang berciri khusus yang disebut


(38)

“ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Dia memiliki strategi dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan (plans ahead) (Islamuddin, 2012).

Untuk melengkapi penjelasan mengenai prototipe-prototipe pendekatan belajar yang dikembangkan Biggs itu, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel perbandingan.

Tabel 1. Perbandingan prototipe pendekatan belajar Biggs (Biggs, 1991). Pendekatan belajar Motif dan ciri Strategi

Surface approach (pendekatan permukaan ) Deep approach (pendekatan mendalam) Strategic approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi)

Ekstrinsik dengan ciri menghindari

kegagalan tapi tidak belajar keras

Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan

terhadap isi materi Ego-enhancement dengan ciri bersaing untuk meraih prestasi tertinggi Memusatkan pada rincian-rincian materi dan mereproduksi secara persis Memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study skills) Sumber: Biggs,1991

Dari beberapa pendekatan belajar yang dijelaskan di atas, learning approach yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan belajar Biggs.


(39)

22

Learning approach memiliki dua aspek yang berbeda (Ramsden, 2006). Pertama berkaitan dengan apakah mahasiswa mencari makna saat terlibat dalam suatu proses pembelajaran; dan kedua adalah mengenai bagaimana mahasiswa mengorganisasikan tugas belajar tersebut. Aspek pertama adalah aspek learning approach yang dikategorikan sebagai pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan dangkal (surface approach) aspek kedua berkaitan dengan bagaimana mahasiswa mengorganisasikan informasi yang dibagi ke dalam holistik dan atomistik (Ramsden, 2006). Kedua hal ini merupakan topik yang saling berkaitan dalam learning approach, yaitu berkaitan dengan yang dilakukan mahasiswa dan cara mahasiswa menstukturkan proses tersebut. Dalam praktiknya, kedua aspek ini bergabung, karena untuk dapat mengerti tentang suatu tema, mahasiswa harus mengintegrasikan dan mengorganisasikannya, sehingga dapat mengerti secara holistik. Istilah deep-holistic dan surface-atomistic dipakai untuk mendeskripsikan kombinasi tersebut, meskipun lebih dikenal dengan istilah deep approach dan surface approach saja (Ramsden, 2006).

Meskipun demikian, penggunaan deep approach tidak selalu berarti penghindaran terhadap menghafal (Duarte, 2007). Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan strategi yang tepat, termasuk menghafalkan jika diperlukan, merupakan bagian dari deep approach. Hal ini pulalah yang mengarahkan pembagian learning approach menjadi dua bagian saja yaitu deep approach dan surface approach. Hal ini didukung dengan analisis faktorial yang mengasosiasikan strategic approach dengan deep approach


(40)

(Emilia, 2006). Dalam kaitan dengan evaluasi situasi pembelajaran, strategic approach memiliki karakteristik yang berbeda dengan deep approach dan surface approach. Deep approach dan surface approach mendeskripsikan bagaimana mahasiswa terlibat dalam tugas, sementara strategic approach berkaitan dengan bagaimana penerapan strategis keterlibatan tersebut (Emilia, 2006). Ramsden (2006) menyimpulkan karakteristik learning approach ke dalam tabel berikut.

Tabel 2. Perbedaan deep approach dan surface approach Deep approach Surface approach

Bertujuan untuk pengertian Bertujuan hanya untuk memenuhi tuntutan tugas

Mahasiswa belajar secara terstruktur Mahasiswa memecahkan pembelajaran menjadi bagian yang terpisah-pisah

Berfokus pada makna penting Berfokus pada fakta sederhana Menghubungkan pengetahuan

sebelumnya dengan pengetahuan baru

Berfokus pada tugas tanpa melihat kaitan satu dengan yang lainnya Mengaitkan teori dengan

pengalaman nyata

Tidak dapat merefleksikan fakta dan konsep

Menghubungkan dan membedakan bukti dan argumen

Tidak dapat membedakan antara contoh dengan prinsip

Mengorganisasikan dan menyusun isi menjadi satu struktur yang komprehensif

Memandang tugas sebagai kepentingan eksternal

Penekanan internal: memandang belajar sebagai proses agar realitas harian dapat dipahami

Penekanan eksternal: tuntutan assessment, pemisahan


(41)

24

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Learning Approach

Mahasiswa fakultas kedokteran dalam memilih learning approach yang akan digunakan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu personal factors dan background factors. Personal factors terdiri dari tiga komponen, yaitu conception of learning, abilities, dan locus of control. Sedangkan pada background factors terdiri dari dua komponen yaitu parental education dan experiental in learning institution (Biggs, 1993).

Komponen pertama dari personal factor adalah conception of learning yaitu bagaimana mahasiswa kedokteran memaknakan belajar bagi dirinya dan akan mempengaruhi bagaimana mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya. Mahasiswa kedokteran pada saat menerima materi blok maka ia akan mengumpulkan materi-materi tersebut, kemudian materi yang didapatkan akan disimpan untuk dapat diterapkan lagi. Mahasiswa kedokteran dengan tingkat pemaknaan belajar yang tinggi, dalam belajar mahasiswa kedokteran tidak hanya terfokus pada elemen tertentu saja, namun perhatiannya sudah lebih tertuju pada struktur materi sehingga memudahkannya untuk mempelajari materi blok secara mendalam (Biggs, 1993).

Komponen kedua adalah abilities yaitu kemampuan masing-masing individu dalam memperoleh dan mengolah informasi atau


(42)

pengetahuan sehingga menghasilkan suatu ukuran yaitu tingkat inteligensi. Mahasiswa dengan tingkat inteligensi yang lebih rendah cenderung menggunakan surface approach. Sedangkan deep approach biasa digunakan oleh mahasiswa yang memiliki inteligensi tinggi, namun pendekatan ini dapat digunakan oleh semua tingkat, kecuali tingkat inteligensi yang paling rendah (Biggs, 1993).

Komponen ketiga adalah locus of control yaitu pusat dimana orang meletakkan tanggung jawab untuk meraih kesuksesan atau menghindari kegagalan, yang berasal dari dalam diri atau luar dirinya. Dikatakan locus of control internal dapat dihubungkan dengan aktivitas metalearning atau berpikir kompleks. Beberapa penelitian mengenai locus of control mengindikasikan bahwa mahasiswa dengan locus of control internal lebih aktif memperhatikan dan menggunakan informasi yang didapatnya untuk memecahkan masalah, sehingga tidaklah mengherankan bila penerimaan materi yang didapat lebih banyak daripada siswa dengan locus of control eksternal. Mahasiswa kedokteran dengan locus of control internal akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memperoleh pemahaman secara mendalam dan akan mengarahkannya pada penggunaan deep approach. Sedangkan mahasiswa kedokteran dengan locus of control external, lebih beranggapan bahwa keberhasilannya dipengaruhi hanya tuntutan untuk mendapatkan nilai ujian kelulusan yang baik sehingga lebih mengarahkannya pada penggunaan surface approach (Biggs, 1993).


(43)

26

Faktor yang kedua adalah background factors. Komponen yang pertama adalah parental education yang akan memberikan pengaruh pada pemilihan pendekatan belajar mahasiswa. Mahasiswa kedokteran yang memiliki orang tua berlatar belakang pendidikan yang tinggi, akan memiliki tuntutan pendidikan yang lebih tinggi pada anaknya yang berkuliah di fakultas kedokteran juga karena menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting. Hal ini cendeurung mengarahkan anaknya untuk belajar secara deep approach (Biggs, 1993).

Komponen yang kedua adalah experiential in learning institution. Dalam komponen ini mencakup pandangan mahasiswa terhadap suasana kelas perkuliahan, penghayatan terhadap kualitas fakultas kedokteran, perasaan senang mengikuti perkuliahan, pandangan terhadap teman dan kecocokan dengan dosen pengajar. Suasana kelas yang nyaman bisa membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Demikian pula pandangan mahasiswa terhadap kualitas fakultas. Jika mahasiswa memandang fakultas-nya berkualitas baik disertai perasaan senang berkuliah, maka ia akan cenderung memilih deep approach (Biggs, 1993). Namun fakultas juga bisa dipandang sebagai institusi yang hanya peduli pada kemampuan literacy dan numeracy, bukan dipandang sebagai tempat untuk menemukan pengetahuan baru dan mengembangkan kemampuan inquiry (Biggs, 1993). Mahasiswa yang berpandangan demikian cenderung akan memilih surface approach.


(44)

Sistem pendidikan di perkuliahan pun turut mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap fakultas tersebut. Sistem pendidikan yang memiliki kurikulum yang terlalu padat serta tuntutan tiap mata kuliah yang hanya sekedar pada pengetahuan dan pemahaman, akan menghasilkan pandangan yang cenderung negatif terhadap fakultas dan akan mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan surface approach. Sedangkan sistem pendidikan dengan kurikulum yang proporsional dan disertai tuntutan tiap mata kuliah yang sampai pada tingkat sasaran penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang dianggap akan lebih relevan dengan tuntutan dunia kerja, akan menghasilkan pandangan yang cenderung positif terhadap fakultas dan akan mengarahkan mahasiswa menggunakan deep approach (Biggs, 1993).

2.2.2 Penilaian Learning Approach

Pengukuran learning approach diawali dari peneltian Marton dan Saljo dalam (Biggs et al., 2001) dan merupakan peletak konsep dasar penelitian tentang learning approach. Semenjak itu, berbagai instrumen dipakai untuk mengukur learning approach mahasiswa. Instrumen Approach to Studying Inventory (ASI) merupakan instrumen yang dikembangkan Entwistle (Watkins, 1982). Kuesioner ini dibangun dari berbagai data penelitian yang berdasarkan interview. Instrumen ini terdiri dari 64 butir yang dikelompokan ke dalam 4


(45)

28

subskala yaitu: pemaknaan, pengulangan, orientasi pencapaian, tipe dan kelainan. Instrumen lainnya adalah Inventory of Learning Process dikembangkan oleh Schmeck terdiri dari 62 butir yang disusun berdasarkan teori pemerosesan memori yang dikembangkan Craik dan Lockhart (Emilia, 2006).

Study Process Questionnaire (SPQ) dikembangkan dari Study Behavior Questionnare yang terdiri dari 60 butir yang terbagi dalam 10 subskala yang dikembangkan Biggs (Emilia, 2006). Biggs lalu melakukan revisi menjadi SPQ yang membagi learning approach menjadi deep approach, surface approach, dan strategic approach dengan masing-masing dua subskala motivasi dan strategi dengan total 42 butir.

Dalam kaitannya dengan evaluasi situasi pembelajaran, penggunaan SPQ, yang membagi pendekatan belajar menjadi tiga kelompok, khususnya pada skala strategic approach kurang tepat. Hasil faktor analisis menemukan bahwa strategic approach merupakan pendekatan belajar yang dapat dikaitkan dengan deep approach (Emilia, 2006).

Sebagai respon terhadap kebutuhan terhadap pengembangan SPQ yang terdiri dari 2 faktor, Biggs, Kember, dan Leung (2001), mengembangkan R-SPQ-2F (Revised-Study Process Questionnaire-2


(46)

Factors) yang terdiri dari 20 butir yang menggolongkan menjadi deep approach dan surface approach (Wijayanto, 2011).

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Definisi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Seseorang yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman 2009). Hasil belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai interaksi dengan lingkungan (Sardiman, 2009). Sedangkan menurut Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input) (Jihad, 2010).


(47)

30

2.3.2 Hasil Belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

MCQ (multiple choice question)

Penggunaan multiple choice question (MCQ – soal pilihan berganda) sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar. Sejak diberlakukannya Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) sejak tahun 2007, MCQ dipilih sebagai salah satu metode untuk menilai pencapaian kompetensi seorang lulusan dokter Indonesia. Ujian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan peserta melalui soal-soal yang berkaitan dengan mekanisme penyakit, clinical reasoning, critical thinking dan problem solving (Aras, 2014).

SOCA (Student Oral Case Analysis)

Merupakan suatu metode untuk menilai clinical reasoning/know-how. Penilaian dilakukan terhadap mahasiswa dalam menganalisis suatu kasus kemudian mempresentasikan dan menjelaskan hasil analisis dari kasus tersebut. metode dengan presentasi ini sangat penting untuk melatih mahasiswa dalam menjelaskan suatu kasus kepada pasien maupun keluarga pasien (Eustachius et al., 2010).

OSCE (Objective, Structured, Clinical Examination)

Merupakan metode untuk menguji kompetensi klinik secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu tertentu. Obyektif karena semua mahasiswa diuji dengan ujian yang sama.


(48)

Terstruktur karena yang diuji ketrampilan klinik tertentu dengan lembar penilaian tertentu. Ujian OSCE dilakukan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan, ketrampilan psikomotor, sikap serta kemampuan berkomunikasi melalui praktek pelaksanaan (Health Professional Education Quality Project, 2011).

Penilaian hasil belajar pada mahasiswa kedokteran bisa dilihat dari hasil nilai Ujian Akhir Blok (UAB) mahasiswa tersebut. Ujian merupakan hasil belajar seseorang yang merupakan akibat dari suatu proses belajar seseorang selama menjalani pendidikannya (Sudjana, 2005).

Pada penelitian ini peneliti memilih mahasiswa tahun pertama karena pada mahasiswa tahun pertama memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga diharapkan dalam penerapannya menggunakan pendekatan belajar mendalam (deep approach) dan blok learning skill and basic professonalism dipilih karena pada blok ini mahasiswa sudah mendapatkan materi tentang learning approach sehingga mahasiswa mengerti dan memahami tentang penelitian yang akan dilakukan, selain itu ditinjau dari segi waktu pelaksanaan penelitian, blok learning skil and basic professionalism merupakan blok yang paling tepat untuk diteliti karena berlangsung bersamaan dengan waktu jalannya penelitian.


(49)

32

Blok learning skill and basic professionalism merupakan blok yang pertama bagi mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Blok ini akan meyesuaikan dan memberikan bekal bagi mahasiswa untuk keterampilan belajar sepanjang hayat yaitu salah satu syarat yang harus dipunyai mahasiswa untuk menghadapi tantangan kemajuan ilmu kedokteran, menerapkan profesionalisme dan beretika. Pada blok ini mahasiswa akan mempelajari bagaimana menjadi mahasiswa kedokteran, bagaimana menghadapi masalah yang akan dihadapi selama menjadi mahasiswa kedokteran, mengenal dasar-dasar kedokteran, dasar-dasar profesionalisme baik sebagai mahasiswa kedokteran dan sebagai dokter nantinya. Blok learning skill and basic professionalism dilaksanakan pada semester 1, tahun pertama, dengan beban 6 sks selama 6 minggu, dengan 5 minggu aktif serta 1 minggu ujian. Pada akhir blok mahasiswa akan diberikan ujian akhir blok (Lisiswanti, 2014).

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada dua faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada di dalam diri mahasiswa itu sendiri, yang terdiri atas taraf inteligensi, motivasi, perasaan-sikap-minat dan keadaan fisik. Mahasiswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi mempunyai


(50)

peluang untuk mendapatkan nilai yang tinggi, sedangkan mahasiswa yang memiliki inteligensi yang lebih rendah lebih kecil peluangnya untuk mendapatkan nilai yang cukup tinggi (Djamarah, 2011).

Mahasiswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar sehingga mempunyai peluang untuk mencapai nilai yang tinggi, sedangkan mahasiswa yang bermotivasi lemah akan lebih kecil peluangnya untuk mendapatkan nilai yang cukup tinggi. Mahasiswa yang tertarik pada suatu hal atau bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut akan menimbulkan minat yang diperkuat oleh sikap positif akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai nilai yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang tertarik (Djamarah, 2011).

Keadaan fisik yang sehat akan menunjang proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh nilai yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang kesehatannya terus menerus terganggu. Mahasiswa yang belajar dengan cara memahami makna dari materi dan bukan sekedar menghapal mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh nilai yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar dengan cara menghafal saja tanpa berusaha untuk memahami (Djamarah, 2011).


(51)

34

Faktor kedua adalah faktor yang berada di luar diri mahasiswa, yang terdiri atas lingkungan keluarga dan lingkungan perguruan tinggi. Lingkungan dan keadaan ekonomi keluarga yang baik dan memadai dapat menunjang proses belajar mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai nilai yang tinggi. Lingkungan kampus menyangkut fasilitas belajar yang memadai dan efektifitas dosen dalam mengajar. Dosen yang mengajar dengan fleksibel, memimpin dan menyesuaikan diri dengan keadaan kelas sehingga mahasiswa termotivasi dan berpeluang untuk mencapai nilai yang tinggi (Djamarah, 2011).

2.4 Hubungan Learning Approach terhadap Hasil Belajar

Keberhasilan dari hasil belajar mahasiswa berkaitan dengan pendekatan belajar yang diterapkan (Ramsden, 2006). Pentingnya mengurangi surface approach ditegaskan (Cope & Staehr, 2005) yang menemukan bahwa mahasiswa yang menerapkan surface approach berasosiasi dengan hasil belajar berkualitas buruk. Adanya ketidakberhasilan mahasiswa bukan hanya dikarenakan belajar yang kurang, tetapi juga dikarenakan pendekatan mahasiswa terhadap belajar (Mansouri et al., 2006). Mahasiswa yang konsisten menerapkan deep approach, lebih sukses dalam ujian jika dibandingkan dengan surface approach (Wijayanto, 2011).


(52)

Prosser & Miller (1989) dalam penelitiannya menemukan bahwa 21 dari 23 mahasiswa dengan pendekatan dangkal kurang menunjukkan pemahaman konsep sementara 8 dari 9 mahasiswa yang menggunakan pendekatan mendalam mencapai pemahaman konsep yang diinginkan. Marton dan Saljo menemukan bahwa pengertian yang menyeluruh ini diperlukan mahasiswa untuk memberi makna pada pembelajarannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Ditemukan juga hubungan kausal yang kuat antara pendekatan belajar yang dipakai dengan tingkat pemahaman yang dicapai (Wijayanto, 2011).

Marton dan Saljo menemukan asosiasi deep approach dengan rasa keterlibatan, ketertantangan serta pencapaian. Rasa ketertarikan ini mendorong mahasiswa untuk lebih mendedikasikan waktu untuk belajar. Sementara pada mahasiswa dengan surface approach, menghabiskan waktu untuk belajar yang makin sedikit yang berkonsekuensi pada kegagalan dalam ujian (Wijayanto, 2011).

Penelitian Van Rossum & Schenk dalam Ramsden (2006) menemukan bahwa mahasiswa yang menerapkan surface approach memandang pembelajaran sebagai proses pengetahuan atau hafalan sementara deep approach mempersepsikan pembelajaran sebagai pengertian dan abstraksi makna. Hal ini senada dengan temuan Watkins (1983) bahwa mahasiswa dengan deep approach memiliki retensi yang lebih baik pada pengujian ulang beberapa minggu kemudian. Hal ini bermakna bahwa deep approach


(53)

36

ini memiliki efek jangka panjang yang lebih baik dimana lewat pengertian mahasiswa lebih dapat mengingat dan memaknai suatu proses pembelajaran (Wijayanto, 2011).


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pengumpulan data untuk jenis penelitian ini dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus dalam satu waktu (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan November hingga Desember 2014.


(55)

38

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tahun pertama (angkatan 2014) yang terdiri dari 235 orang yang sedang mengikuti blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dimana semua populasi menjadi sampelnya yaitu seluruh mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang berjumlah 235 orang (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya adalah: a. Mahasiswa angkatan 2014 (mahasiswa tahun pertama).

b. Mahasiswa yang sedang aktif mengikuti blok learning skill and basic professionalism.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya adalah:

a. Menolak menjadi subjek penelitian dengan tidak menandatangani lembar informed consent.

b. Mahasiswa yang ikut mengulang pada tahun perkuliahan pertama (angkatan 2014).


(56)

c. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian akhir blok pada blok learning skill and basic professionalism.

d. Mahasiswa yang sedang cuti akademik dan tidak mengikuti blok learning skill and basic professionalism.

e. Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian berlangsung

3.4 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer akan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian responden mengisi kuisioner ketika peneliti melakukan kunjungan tersebut sehingga didapat respon rate yang tinggi. Kuesioner akan dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden. Data sekunder diperoleh dari bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung berupa jumlah mahasiswa untuk perkiraan besar populasi, selain itu juga peneliti akan mengambil data nilai ujian blok pada blok learning skill and basic professionalism dari bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Blok learning skill and basic professionalism dipilih untuk diteliti karena ditinjau dari segi waktu pelaksanaan penelitian blok learning skill and basic professionalism merupakan blok yang paling feasible untuk diteliti karena berlangsung bersamaan dengan waktu jalannya penelitian, Selain itu mahasiswa yang mengikuti blok learning skill and basic professionalism sudah dibekali


(57)

40

dengan perkuliahan tentang learning approach sehingga mahasiswa tersebut dapat mengerti pada saat mengisi kueioner penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesionare terjemahan langsung Revised Study Process Questionnaire 2 Factors (R-SPQ-2F) yang dikembangkan Biggs et al. (2001). Revised Study Process Questionnaire 2 Factors terdiri dari 20 butir skala likert yang mengkategorisasikan mahasiswa ke dalam dua kelompok deep approach dan surface approach. Sepuluh butir mewakili deep approach dan sepuluh butir mewakili surface approach. Kuesioner diisi dengan skala likert 1 - 5 yang secara berturut mewakili sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. Hasil pengukuran menghasilkan skala interval dengan skor terendah 10 dan skor tertinggi 50 untuk masing-masing pendekatan. Skor pada butir yang berkaitan dengan deep approach diberi bobot positif sementara untuk surface approach diberi muatan negatif. Skor dari kedua pendekatan ini dijumlahkan untuk memperoleh skor akhir. Dikategorisasikan kedalam skala nominal, dimana dikatakan deep approach jika memiliki skor akhir positif, dan dikatakan surface approach jika memiliki skor akhir negatif. (Wijayanto, 2011). Pengelompokan butir berdasarkan subskala, diuraikan dalam tabel berikut.


(58)

Tabel 3. Pengelompokan butir kuesioner R-SPQ-2F berdasarkan subskala

Kuesioner ini sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh Pada penelitian sebelumnya Wijayanto (2011) yang telah melakukan analisis kesesuaian terjemahan dengan konteks isi oleh ahli di bidang pendidikan kedokteran, dimana kuesionare diujicobakan secara acak kepada minimal 30 mahasiswa untuk melihat kesahihan dan kehandalan butir-butir dalam kuesionare. Kesahihan dilihat dari korelasi tiap butir terhadap butir keseluruhan. Apabila korelasi positif dan lebih beasr dari 0,3 maka butir tersebut akan digunakan. Pada ujicoba kuesionare ditemukan seluruh butir memiliki r > 0,3 maka seluruh butir dapat diikutsertakan dalam penelitian. Untuk keandalannya akan digunakan uji Cronbach Alfa; bila didapatkan nilai lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan sebagai kuesionare yang handal. Pada uji coba kuesionare ini ditemukan nilai Cronbach alfa 0,643.

Dari hasil uji kesahihan dan kehandalan terhadap sampel penelitian diperoleh nilai untuk kedua instrumen penelitian, yaitu nilai Cronbach Alfa sebesar 0,810 dan 0,614. Validitas untuk butir-butir dalam instrumen yang dipakai secara keseluruhan memiliki nilai r > 0,3, dengan rentang nilai 0,402 sampai dengan 0,825 dengan nilai p < 0,05. Sugiyono (2010) menyatakan suatu instrumen dikatakan sahih apabila memiliki r > 0,3 ; sementara Cohen, et al. (2007) memberikan batasan nilai kehandalan 0,6

Subskala Butir no.

Deep approach 1, 2, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 17, 18 Surface approach 3, 4, 7, 8, 11, 12, 15, 16, 19, 20


(59)

42

sebagai nilai yang dapat diterima. Merujuk pada kedua literatur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dipakai merupakan instrumen yang sahih dan handal.

3.6 Alur Penelitian

Gambar 3. Bagan alur penelitian 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pengolahan Data

Penyusunan proposal penelitian, perizinan, koordinasi

Pencatatan Hasil

Pengisian kuesioner Revised Study Process Questionnaire 2 Factors

(R-SPQ-2F) secara terpadu Pengisian lembar informed consent

Input data dan analisis data Pengambilan data nilai ujian akhir

blok learning skill and basic professionalism


(60)

3.7 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi variabel

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah learning approach b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mahasiswa tahun pertama blok learning skill and basic professionalism. 2. Definisi operasional variabel

Tabel 4. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 2009).

Data ujian akhir blok learning skill and basic

professionalism

Skor dikategorikan menjadi :

a. Lulus (skor >56) b. Tidak lulus

(skor<56) (FK Unila, 2011)

Kategorik Learning Approach Perilaku nyata individu sebagai seorang pelajar dalam belajar yang menentukan tingkat hasil belajarnya (Phan, 2008). Revised Study Process Questionnaire 2

Factors

(R-SPQ-2F) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan skala Likert 1-5

Skor dikategorikan menjadi :

a. Surface

approach (total skor -40 – 1)

b. Deep approach

(total skor 0 – 40)

(Wijayanto, 2011)


(61)

44

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan program statistik. Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis. b. Data entry, memasukan data kedalam komputer.

c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan kedalam komputer.

d. Computer output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak.

3.8.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian lembar kuesioner Revised Study Process Questionnaire 2 Factors (R-SPQ-2F) diuji analisis statistik menggunakan program analisis statistika. dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.


(62)

1. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik data dengan skala pengukuran kategorik, data yang disajikan berupa jumlah atau frekuensi tiap kategori (n) dan persentase tiap kategori (%), serta ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik (Dahlan, 2011). 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat maka dalam penelitian ini digunakan uji statististik non parametrik Chi-Square karena kedua variabel merupakan variabel kategorik (Dahlan, 2011).

3.9 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin mengenai etika penelitian kepada Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah disetujui. Selain itu dalam pengambilan data penelitian, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan diminta untuk menandatangani menjadi responden penelitian.


(63)

58

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung lebih banyak yang menggunakan deep approach dibandingkan surface approach.

2. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara learning approach terhadap hasil belajar mahasiswa tahun pertama pada blok learning skill and basic professionalism di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(64)

5.2 Saran

1. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan mempengaruhi learning approach pada mahasiswa kedokteran dengan metode lain atau desain penelitian lain.

2. Peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang menghubungkan learning approach terhadap hasil belajar pada mahasiswa kedokteran secara lebih luas, bukan hanya pada blok learning skill and basic professionalism dan bukan hanya pada mahasiswa tahun pertama saja, selain itu peneliti juga menyarankan untuk dilakukannya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang banyak.

3. Bagi pihak fakultas khususnya bagi pemegang kebijakan dan dosen pengajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegitan belajar mengajar di dalam kelas yang lebih merangsang minat sehingga mahasiswa lebih termotivasi untuk memahami lebih dalam terhadap materi yang disajikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

4. Mahasiswa kedokteran memiliki tanggung jawab yang besar dalam tugasnya oleh karena itu diharapkan mahasiswa kedokteran menggunakan pendekatan belajar yang mendalam agar dapat membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dibutuhkan sebagai dokter yang kompeten.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amir & Taufik M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui PBL. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Aras, I. 2014. Dampak Ujian dengan MCQ terhadap Proses Belajar pada Mahasiswa FK Unhas. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Azwar. 1997. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Beckwith, J.B. 1991. Approaches to learning their context and relationship to assessment performance. Higher Education 22: 17-30.

Bengtsson, M. & B. Ohlsson. 2010. The nursing and medical students motivation to attain knowledge. Nurse Education Today 30: 150-6.

Biggs, J. 1985. The Role of Metalearning Study Process, British Journal of Educational Psychology. 55. 185-212.

Biggs, J. 1991. Teaching for learning: The View from cognitive Psychology, Howthom: The Australia Council for Educational Reaserch Ltd.

Biggs, J. 1993. British Journal of Educational Psychology. Great Britain: The British Psychology Society.

Biggs, J., D. Kember, & Y.P. Leung. 2001. The revised two factor study process quetionnaire: R-SPQ-2f. Brit. J. Of Educ. Psychology 77: 133-149.


(66)

Cahyani, N., C.R.P. Marchira, & Sumarni. 2008. Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap Tutorial dengan Prestasi Belajar Blok 16 “Endocrine and Metabolism” di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 3(3): 115-122.

Cohen, L., L. Manion, & K. Morrison. 2007. Research method in education. London: Routledge 501-542

Cope, C. & L. Staehr. 2005. Improving student’ learning approaches through intervention in an information system learning environtment. Studies in Higher Educ 30(2): 181-197.

Dahlan, M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka

Dolmans, D., W. Grave, I. Wolfhagen, & C. Vluten. 2005. Problem-based learning: future challanges for educational practice and research. Medical Education 39:732-41.

Duarte, M.A. 2007. Conception of learning and approach to learning in portuguese student. Higher Educ 54: 781-794.

Emilia, O. 2006. Students’ approach to learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 1(3): 61-68

Eustachius, H.W., B.M. Syahrizal, D. Purnaning, I.A.E. Widiastuti, A. Ekawanti, & M..F. Wajdi. 2010. Introduction of Student Oral Case Analysis (SOCA) to

Assess Student’s Performance in Pre-clinical Setting in Faculty of

Medicine, Mataram University, Mataram : Faculty of Medicine, Mataram University

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2011. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.


(67)

Gijbels, D., G. Van de Watering, F. Dochy, & P. Van den Bossche. 2005. The relationship between learning approach to learning and assessment of learning outcome. European J of Physichology of Educ 20(4): 327-341

Gijselaers. (1995). The tutorial process in problem-based learning. Diakses

pada tanggal 1 Januari 2014 dari

http://www2.glos.ac.uk/offload/ceal/resources/tutorial.pdf.

Greeder, M.E. 2009. Learning and instruction: theory and practice. New Jersey: Pearson 445.

Harsono. 2005. Pengantar Problem-Based Learning. Yogyakarta. Medika Fakultas Kedokteran UGM

Health Professional Education Quality Project. 2011. Panduan Penyelenggaraan Ujian OSCE. Jakarta Selatan.

Islamuddin, H. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jihad. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta Pusat : Konsil Kedokteran Indonesia.

Lisiswanti, R. & E. Apriliana. 2014. Panduan Mahasiswa Blok I. Learning Skill and Basic Profesionalism. Bandarlampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Mahmud, D. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dept P dan K. Dirjen Perguruan Tinggi.

Mansouri, P., F. Soltani, S. Rahmeni, M.M. Nasab, A.R. Ayattolahi, & A.A. Nekooaian. 2006. Nursing and midwivery students’ approaches to study and learning. J. of Advanced Nursing 54(3): 351-358.


(68)

Phan, P.H. 2008. Multiple regression analysis of epistemological belief, learning approaches and self regulated. Electronic Journal of Research in Educational Psychology 6(1): 157‐184.

Prihatanto, F.S.I. 2008. Hubungan antara Latar Belakang Dosen dan Persepsi Mahasiswa tentang Peran Dosen Sebagai Tutor. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 3(3): 109-114.

Ramsden, P. 2006. Learning to teach in higher education. New york: RoutledgeFalmer.

Reid, W.A., P. Evans, & E. Duvall. 2012. Medical students’ approaches to

learning over a full degree programme. Medical Education Online. 17: 10.3402

Reteng, P., Wungouw, I.S.H., & Polii H. 2014. Nilai intelligence quotient (IQ) dan nilai ujian modul mahasiswa angkatan 2013 fakultas kedokteran universitas sam ratulangi. Jurnal eBM. 2(3) :1 -5.

Rukmini, & Elisabeth. 2006. Evaluation of Pilot PBL Implementation at The Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 3: 69-76.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Radjagrafindo Persada.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan RdanD. Bandung: Alfabet 134.

Syah, M. 2011. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya 127-39.

Tamidi. 2010. Peranan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Terhadap Pembentukan Softskill Mahasiswa, Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(1)

59

5.2 Saran

1. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan mempengaruhi learning approach pada mahasiswa kedokteran dengan metode lain atau desain penelitian lain.

2. Peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang menghubungkan learning approach terhadap hasil belajar pada mahasiswa kedokteran secara lebih luas, bukan hanya pada blok learning skill and basic professionalism dan bukan hanya pada mahasiswa tahun pertama saja, selain itu peneliti juga menyarankan untuk dilakukannya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang banyak.

3. Bagi pihak fakultas khususnya bagi pemegang kebijakan dan dosen pengajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegitan belajar mengajar di dalam kelas yang lebih merangsang minat sehingga mahasiswa lebih termotivasi untuk memahami lebih dalam terhadap materi yang disajikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

4. Mahasiswa kedokteran memiliki tanggung jawab yang besar dalam tugasnya oleh karena itu diharapkan mahasiswa kedokteran menggunakan pendekatan belajar yang mendalam agar dapat membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dibutuhkan sebagai dokter yang kompeten.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amir & Taufik M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui PBL. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Aras, I. 2014. Dampak Ujian dengan MCQ terhadap Proses Belajar pada Mahasiswa FK Unhas. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Azwar. 1997. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Beckwith, J.B. 1991. Approaches to learning their context and relationship to assessment performance. Higher Education 22: 17-30.

Bengtsson, M. & B. Ohlsson. 2010. The nursing and medical students motivation to attain knowledge. Nurse Education Today 30: 150-6.

Biggs, J. 1985. The Role of Metalearning Study Process, British Journal of Educational Psychology. 55. 185-212.

Biggs, J. 1991. Teaching for learning: The View from cognitive Psychology, Howthom: The Australia Council for Educational Reaserch Ltd.

Biggs, J. 1993. British Journal of Educational Psychology. Great Britain: The British Psychology Society.

Biggs, J., D. Kember, & Y.P. Leung. 2001. The revised two factor study process quetionnaire: R-SPQ-2f. Brit. J. Of Educ. Psychology 77: 133-149.


(3)

Cahyani, N., C.R.P. Marchira, & Sumarni. 2008. Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap Tutorial dengan Prestasi Belajar Blok 16 “Endocrine and Metabolism” di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 3(3): 115-122.

Cohen, L., L. Manion, & K. Morrison. 2007. Research method in education. London: Routledge 501-542

Cope, C. & L. Staehr. 2005. Improving student’ learning approaches through intervention in an information system learning environtment. Studies in Higher Educ 30(2): 181-197.

Dahlan, M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka

Dolmans, D., W. Grave, I. Wolfhagen, & C. Vluten. 2005. Problem-based learning: future challanges for educational practice and research. Medical Education 39:732-41.

Duarte, M.A. 2007. Conception of learning and approach to learning in portuguese student. Higher Educ 54: 781-794.

Emilia, O. 2006. Students’ approach to learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 1(3): 61-68

Eustachius, H.W., B.M. Syahrizal, D. Purnaning, I.A.E. Widiastuti, A. Ekawanti, & M..F. Wajdi. 2010. Introduction of Student Oral Case Analysis (SOCA) to

Assess Student’s Performance in Pre-clinical Setting in Faculty of

Medicine, Mataram University, Mataram : Faculty of Medicine, Mataram University

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2011. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.


(4)

Gijbels, D., G. Van de Watering, F. Dochy, & P. Van den Bossche. 2005. The relationship between learning approach to learning and assessment of learning outcome. European J of Physichology of Educ 20(4): 327-341

Gijselaers. (1995). The tutorial process in problem-based learning. Diakses

pada tanggal 1 Januari 2014 dari

http://www2.glos.ac.uk/offload/ceal/resources/tutorial.pdf.

Greeder, M.E. 2009. Learning and instruction: theory and practice. New Jersey: Pearson 445.

Harsono. 2005. Pengantar Problem-Based Learning. Yogyakarta. Medika Fakultas Kedokteran UGM

Health Professional Education Quality Project. 2011. Panduan Penyelenggaraan Ujian OSCE. Jakarta Selatan.

Islamuddin, H. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jihad. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta Pusat : Konsil Kedokteran Indonesia.

Lisiswanti, R. & E. Apriliana. 2014. Panduan Mahasiswa Blok I. Learning Skill and Basic Profesionalism. Bandarlampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Mahmud, D. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dept P dan K. Dirjen Perguruan Tinggi.

Mansouri, P., F. Soltani, S. Rahmeni, M.M. Nasab, A.R. Ayattolahi, & A.A. Nekooaian. 2006. Nursing and midwivery students’ approaches to study and learning. J. of Advanced Nursing 54(3): 351-358.


(5)

Phan, P.H. 2008. Multiple regression analysis of epistemological belief, learning approaches and self regulated. Electronic Journal of Research in Educational Psychology 6(1): 157‐184.

Prihatanto, F.S.I. 2008. Hubungan antara Latar Belakang Dosen dan Persepsi Mahasiswa tentang Peran Dosen Sebagai Tutor. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 3(3): 109-114.

Ramsden, P. 2006. Learning to teach in higher education. New york: RoutledgeFalmer.

Reid, W.A., P. Evans, & E. Duvall. 2012. Medical students’ approaches to learning over a full degree programme. Medical Education Online. 17: 10.3402

Reteng, P., Wungouw, I.S.H., & Polii H. 2014. Nilai intelligence quotient (IQ) dan nilai ujian modul mahasiswa angkatan 2013 fakultas kedokteran universitas sam ratulangi. Jurnal eBM. 2(3) :1 -5.

Rukmini, & Elisabeth. 2006. Evaluation of Pilot PBL Implementation at The Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 3: 69-76.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Radjagrafindo Persada.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan RdanD. Bandung: Alfabet 134.

Syah, M. 2011. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya 127-39.

Tamidi. 2010. Peranan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Terhadap Pembentukan Softskill Mahasiswa, Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(6)

Tams, F.H., Rahayu, G.R., & Hadianto, T. 2006. Kongruensi Faculty Learning Objectives (FLO) dengan Students Learning Objectives (SLO) dalam Kurikulum Problem-based Learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 3: 77-81.

Tantra, D.K. 2009. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah pada Kegiatan Penyempurnaan Kurikulum Fakultas Seni Rupa dan Desain. ISI Denpasar.

Trisianto, D. 2006. Hubungan Antara Learning Approach Dan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2003 Di Universitas X Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Watkins, D. 1983. Factors influecing the study methods of australian tertiary students. Higher Educ 11: 369-380.

Wijayanto, R. 2011. Hubungan antara persepsi situasi pembelajaran dengan pendekatan belajar mahasiswa blok muskuloskeletal di fakultas kedokteran universitas pelita harapan. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Yulia, F. 2012. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Dengan Indeks Prestasi Askeb II Persalinan Mahasiswi Tingkat II. skripsi. Banda Aceh. Stikes U’budiyah

Zhang, L.F. 2000. University student’ learning approaches in three culture: an investigation of Biggs’s 3P model. Journal of Psycology Interdisciplinary and Applied 134(1) 37-55.