KINERJA SEKSI PENAGIHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DINAS PENDAPATAN PENERIMAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD )KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

(1)

ABSTRAK

KINERJA SEKSI PENAGIHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DINAS PENDAPATAN PENERIMAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD )KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PEMUNGUTAN

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Oleh:

Rani Maria Elfiza

Kesulitan dan hambatan banyak ditemui oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan semakin besarnya target dari retribusi dan pajak daerah. Keberhasilan pemerintah dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang sesuai target sebagai wujud keberhasilan kinerja pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur.


(2)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan tambahan data kuantitatif berupa kuesioner kepada wajib pajak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur kinerjanya sedang atau cukup karena belum memenuhi pencapaian yang ditargetkan pencapaian dalam penerimaan PBB di Kabupaten lampung Timur dalam lima tahun terakhir tidak pernah mencapai hasil maksimal yaitu 100%, bahkan pada tahun 2014 terjadi penurunan penerimaan 91,19% pada tahun 2013 menjadi 90,10% pada tahun 2014. Selain itu belum ada pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar terkait dengan PBB yang diterima oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

Kata Kunci: Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur, Pajak Bumi dan Bangunan


(3)

ABSTRACT

PERFORMANCE SECTION BILLING DEPARTMENT OF TAXES AND LEVIES FINANCIAL INCOME AND ASSET ACCEPTANCE OF REGIONAL

DISTRICT LAMPUNG (DPPKAD) EAST COLLECTION OF LAND AND BUILDING TAX (PBB)

By:

Rani Maria Elfiza

Many difficulties and obstacles encountered by local governments to increase revenue (PAD), the greater the targets of local levies and taxes. The government's success in land and building tax (PBB) were on target as a manifestation of the success of the government's performance, in this case the Department of Revenue Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung Regency Collection Section Taxes and Levies. This study aims to determine clearly Performance Collection Section Taxes and Levies Revenue Service Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung district in the Collection of Land and Building Tax (PBB) in East Lampung regency.

This research is a qualitative descriptive study additional quantitative data in the form of a questionnaire to the taxpayer. Data collected by observation, interview, and documentation.


(4)

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the implementation of the activities of collecting property tax (PBB) in the Department of Revenue Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung Regency, their performance is middle because not meet the achievement target achievement in the acceptance of the United Nations in the district of Lampung East in the last five years never achieve maximum yield of 100%, even in 2014 decline acceptance of 91.19% in 2013 to 90.10% in 2014. in addition, there has been no trainings or seminars related to the UN received by the Tax Collection Section and Levies DPPKAD East Lampung regency.

Keywords: Performance Collection Section Taxes and Levies DPPKAD East Lampung district, Land and Building Tax


(5)

KINERJA SEKSI PENAGIHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

DAERAH (DPPKAD) KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

(Tesis)

Oleh:

RANI MARIA ELFIZA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

ABSTRAK

KINERJA SEKSI PENAGIHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DINAS PENDAPATAN PENERIMAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD )KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PEMUNGUTAN

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Oleh:

Rani Maria Elfiza

Kesulitan dan hambatan banyak ditemui oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan semakin besarnya target dari retribusi dan pajak daerah. Keberhasilan pemerintah dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang sesuai target sebagai wujud keberhasilan kinerja pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur.


(7)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan tambahan data kuantitatif berupa kuesioner kepada wajib pajak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur kinerjanya sedang atau cukup karena belum memenuhi pencapaian yang ditargetkan pencapaian dalam penerimaan PBB di Kabupaten lampung Timur dalam lima tahun terakhir tidak pernah mencapai hasil maksimal yaitu 100%, bahkan pada tahun 2014 terjadi penurunan penerimaan 91,19% pada tahun 2013 menjadi 90,10% pada tahun 2014. Selain itu belum ada pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar terkait dengan PBB yang diterima oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

Kata Kunci: Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur, Pajak Bumi dan Bangunan


(8)

ABSTRACT

PERFORMANCE SECTION BILLING DEPARTMENT OF TAXES AND LEVIES FINANCIAL INCOME AND ASSET ACCEPTANCE OF REGIONAL

DISTRICT LAMPUNG (DPPKAD) EAST COLLECTION OF LAND AND BUILDING TAX (PBB)

By:

Rani Maria Elfiza

Many difficulties and obstacles encountered by local governments to increase revenue (PAD), the greater the targets of local levies and taxes. The government's success in land and building tax (PBB) were on target as a manifestation of the success of the government's performance, in this case the Department of Revenue Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung Regency Collection Section Taxes and Levies. This study aims to determine clearly Performance Collection Section Taxes and Levies Revenue Service Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung district in the Collection of Land and Building Tax (PBB) in East Lampung regency.

This research is a qualitative descriptive study additional quantitative data in the form of a questionnaire to the taxpayer. Data collected by observation, interview, and documentation.


(9)

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the implementation of the activities of collecting property tax (PBB) in the Department of Revenue Finance and Asset Management (DPPKAD) East Lampung Regency, their performance is middle because not meet the achievement target achievement in the acceptance of the United Nations in the district of Lampung East in the last five years never achieve maximum yield of 100%, even in 2014 decline acceptance of 91.19% in 2013 to 90.10% in 2014. in addition, there has been no trainings or seminars related to the UN received by the Tax Collection Section and Levies DPPKAD East Lampung regency.

Keywords: Performance Collection Section Taxes and Levies DPPKAD East Lampung district, Land and Building Tax


(10)

KINERJA SEKSI PENAGIHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PEMUNGUTAN

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Oleh :

RANI MARIA ELFIZA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(11)

(12)

(13)

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 12 Maret 1989, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sarwan Saheh, SE. dan Ibu Rosdiana,S.Pd.

Penulis menyelesaikan masa pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 1995, menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 2001, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2004, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2007, menyelesaikan pendidikan sarjana pada S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.


(15)

MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”

(Bacharudin Jusuf Habibie)

“Pencapaian keberhasilan bukan hanya dilihat dari hasil

yang diperoleh, tapi juga memahami dan memaknai

bagaimana menjalani proses di dalamnya agar selalu

bersyukur...


(16)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini merupakan syarat dalam meraih gelar Magister Ilmu Pemerintahan Setulus dan sepenuh hati kupersembahkan karya tulis ini kepada:

“ Buyah & Bunda”

dan


(17)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian. Kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis gunakan untuk mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku Koordinator Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga sebagai Dosen Pembimbing Utama yang


(18)

telah membimbing, mengarahkan dan memberi saran dan masukannya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Penguji dan Pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dan memberikan arahan serta motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah membantu, membimbing, mengarahkan dan memberi saran dan masukannya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dimana penulis melakukan penelitian

6. Bunda, Buyah, Rizka dan Rizqie yang selalu menjadi alasan dan penyemangat nomor satu untuk penulis. I love you guys, so much

7. Keluarga Besar (Alm) Hi. Abdul Mukti & (Alm) M. Amtenar 8. Happy Camp Institute Lampung. Finally, I’m back !

9. Rekan-rekan di Magister Ilmu Pemerintahan 2013, kebersamaan sekejap bukan berarti minim kenangan. Miss you so bad.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua dan semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Juni 2016 Penulis


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

SANWACANA ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Kegunaan Penelitian ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kinerja ... 17

B. Pajak Bumi dan Bangunan ... 28

C. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur ... 35

D. Penelitian Terdahulu ... 36

E. Kerangka Pemikiran ... 39

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 43

C. Lokasi Penelitian ... 44


(20)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Teknik Pengolahan Data ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Teknik Keabsahan Data ... 52

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ... 54

B. Visi dan Misi ... 55

C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 56

D. Sasaran dan Tujuan ... 59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 61

B. Pembahasan ... 83

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 93

B. Saran ... 94


(21)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bandar Lampung

TA. 2003-2007 ... 8

2. Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Lampung Timur TA. 2007-2011 ... 9

3. Rekapitulasi Penerimaan PBB Tahun 2014 ... 11

4. Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Selanjutnya ... 34


(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 39 2. Grafik ketercapaian PBB di Kabupaten Lampung Timur Tahun Anggaran

2007-2011 ... 66

3. Perbandingan Penerimaan PBB dan BPHTB Sebelum dan Setelah

Pengalihan ... 88 4. Matriks Persiapan Pemerintah Daerah Terkait Pengelolaan PBB... 91


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kesatuan yang sedang berkembang Indonesia melaksanakan berbagai pembangunan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan merupakan pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat yang sejalan dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

Hakikat pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini mengandung pengertian bahwa pembangunan nasional tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah ataupun kepuasan batiniah saja melainkan juga keselarasan dan keseimbangan antara keduanya.

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilaksanakan secara berkesinambungan yang mencakup seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembangunan tersebut


(24)

2

dilaksanakan secara terarah dan terpadu dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagaimana yang tercantum dalam isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pembangunan nasional juga dilaksanakan di semua aspek kehidupan berbangsa yaitu meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya pembangunan rakyat harus memperoleh manfaat dari hasil pembangunan tersebut.Pembangunan itu dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya ditujukan untuk segolongan tertentu atau sebagian masyarakat saja, akan tetapi pembangunan nasional tersebut ditujukan untuk seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka perbaikan taraf hidup yang berkeadilan sosial.

Setelah azas desentralisasi dalam pemerintahan diterapkan dan daerah diberikan otonomi, maka daerah harus mengurus sendiri urusan rumah tangganya (tanpa adanya campur tangan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah yang lebih tinggi). Karena itu pemerintahan daerah yang diselenggarakan dan dikelola sendiri oleh entitas masyarakatnya (governance) dan pengelolaan pembangunan daerah menjadi beban dan tanggung jawab dari Pemerintah Daerah dan masyarakat daerah yang


(25)

3

bersangkutan, maka konsekuensinya pemerintah daerah harus membiayai sendiri operasional penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, dan masyarakat berkewajiban pula mendukungnya.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi atau bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (UU PBB) (Darwin, 2009). PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/ tanah/ dan / atau bangunan (Resmi Siti, 2011). Menurut Supriyono, PBB merupakan pajak yang dipungut atas obyek pajak berupa bumi dan bangunan (Siahaan, 2009). Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

PBB merupakan jenis pajak pusat yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota yang selanjutnya disebut pajak daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010.

Selama ini mekanisme bagi hasil PBB dibagikan sebesar 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah kota/ kabupaten; 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi; 9% (sembilan persen) untuk


(26)

4

pemerintah pusat dimana bagian ini dibagikan kembali kepada daerah-daerah yang mencapai target penerimaan 100% (seratus persen) dalam bentuk insentif (Supramono dan Damayanti, 2005).

Pada tahun 2009 telah terjadi perubahan yang signifikan berkaitan dengan regulasi yang mengatur pemungutan PBB semana sebelumnya PBB merupakan pajak pemerintah pusat, maka dengan diterbitkannya UU PDRD pada tanggal 15 September 2009, kewenangan pemungutan PBB dialihkan kepada pemerintah kabupaten/ kota (Diana Sari, 2013). Pengalihan ini diharapkan PBB akan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial bagi daerah, dibandingkan dari keseluruhan penerimaan pajak-pajak daerah yang selama ini ada.

Sebagaimana diatur di dalam Pasal 180 angka 5 dan 6 UU PDRD, dalam angka 5 disebutkan bahwa UU PDRD yang terkait dengan peraturan pelaksanaan mengenai Perdesaaan dan Perkotaan masih tep]tap berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah Tentang PBB (Siahaan, 2009). Pengalihan pengelolaan PBB dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan ekonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kegiatan proses pendataan, penilaian,penetapan, dan pengadministrasian, pemungutan/ penagihan, dan pelayanan PBB akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah (kabupaten/ kota) dengan pengalihan ini.


(27)

5

Pengalihan pengelolaan PBB ke daerah merupakan potensi bagi peningkatan penerimaan daerah (Siahaan, 2009). Pengelolaan PBB nantinya penerimaan sepenuhnya akan menjadi milik pemerintah daerah (Darwin, 2009). Sebaliknya jika pengelolaan PBB bagi daerah yang menerimanya terjadi kegagalan, maka secara otomatis penerimaan yang bersumber dari PBB juga akan gagal. Sebab sejak deadline waktu yang telah diamanatkan dalam UU PDRD tersebut, apabila pemerintah daerah gagal mengelola PBB maka sebagai konsekuensinya pemerintah daerah tidak akan mendapat penerimaan PBB baik yang bersumber dari dana bagi hasil oajak bumi dan bangunan dari pemerintah pusat, maupun dana bagi hasil pajak bumi bangunan yang dibagiratakan kepada kabupaten/ kota.

Secara umum tujuan pengalihan pengelolaan PBB ke pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah (Siahaan, 2009). Pemerintah daerah akan terdorong untuk lebih berhati-hati dalam pengeluarannya jika sebagian besar anggaran didanai dari sumber-sumber penerimaan asli daerah. Masyarakat akan mendorong pemerintah daerah agar lebih transparan dan akuntabel karena mereka harus mebayar pajak daerah.

Pemerintah daerah juga diberikan kebebasan untuk menentukan tarif pajak dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku. Selain untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah, pengalihan PBB juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemungutan pajak melalui


(28)

6

peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak. Pengalihan Pengelolaan PBB ke pemerintah daerah akan menimbulkan dampak bagi pemerintah daerah maupun masyarakat yang bersangkutan.

Bagi pemerintah daerah, pengalihan pengelolaan PBB disamping menjalankan amanat UU PDRD juga berharap peningkatan penerimaan daerah secara signifikan. Sehingga, upaya-upaya peningkatan penerimaan pajak yang bersumber dari PBB khususnya sektor pedesaan dan perkotaan dapat terus ditingkatkan, baik secara insentifikasi maupun secara ekstensifikasi. Permasalahan yang ada di masyarakat dapat diproses secara langsung tanpa harus menunggu keputusan dari pemerintah pusat, seperti yang menjadi alasan selama ini.

Data objek dan subjek pajak secara bertahap dapat diperbaharui sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga akurasi data terjamin (Siahaan, 2009). Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dalam pelaksanaan pengalihan PBB dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tersebut telah memberikan sosialisasi ke beberapa kecamatan sebelum tanggal 1 Januari 2014. Secara efektif pengalihan kewenangan pemungutan PBB dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Tanggal 1 Januari 2014 dengan demikian merupakan awal kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur untuk memungut PBB.


(29)

7

Pemungutan PBB di Indonesia setelah dialihkannya PBB dari pemerintah pusat menjadi PBB perdesaan perkotaan menuai masalah dengan ketidaksiapannya daerah-daerah di Indonesia dalam melaksanakan pungutan PBB secara mandiri. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) tak memiliki kemampuan untuk melakukan tugas baru tersebut karena beban tugas Dispenda sebelum dibebani pemungutan pajak cukup banyak. Kapasitas SDM juga tidak kuat terutama untuk daerah-daerah yang memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah ( http://www.hukumonline.com/berita/baca/1t5115095cecec2/pemda-dinilai-tak-siap-lakukan-pungutan-pajak).

Keberhasilan pemerintah dalam realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang sesuai target sebagai wujud keberhasilan kinerja pemerintah, pengalihan PBB dari pusat ke daerah dinilai yaitu organisasi yang menegelola pajak bumi dan bangunan dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah.

Penyerahan PBB tersebut adalah dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 tentang PBB. Ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 berarti tertanggal 1 Januari 2014 Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur telah memiliki kewenangan untuk mengelola dan memungut PBB.


(30)

8

Hal yang berbeda terjadi di Kota Bandar Lampung, dapat kita lihat hasil pemungutan PBB di Kota Bandar Lampung pada tabel d bawah ini:

Tabel 1. Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bandar Lampung TA. 2003-2007

Tahun

Pokok Ketetapan (Rupiah)

Realisasi (Rupiah)

Prosentase (%) 2003 12.915.000.000 13.409.497.874 103,83% 2004 14.400.000.000 15.120.976.283 105,00% 2005 17.735.680.000 18.613.928.521 104,95% 2006 21.140.465.690 24.040.470.808 113,67% 2007 24.400.000.000 27.522.114.875 112,80% Sumber: Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung (data diolah kembali)

Keberhasilan Kota Bandar Lampung dalam pencapaian target PBB dapat kita lihat di tabel diatas, bahwa selama lima tahun anggaran yaitu antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 pencapaian pemungutan PBB diatas 100% dengan grafik naik. Pada tahun anggaran 2007 menurun sekitar 1,2% dari tahun sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa pemungutan PBB berhasil dan asumsi bahwa kinerja Dispenda dalam hal ini tim pemungutan PBB Kota Bandar Lampung maksimal dengan tercapainya target PBB lebih dari 100 % dari


(31)

9

tahun 2003 sampai dengan 2007 seperti pada tabel diatas dan berangsur - angsur naik hingga pada tahun 2006 mencapai prosentase pemungutan sebesar 113,80% dari target yang dicanangkan oleh Dispenda Kota Bandar Lampung.

Pencapaian target dengan prosentase 100% atau lebih dapat diasumsikan bahwa sebuah daerah berhasil, tetapi dapat juga diartikan bahwa target di Kota Bandar Lampung kurang maksimal sehingga dari tahun 2003 – 2007 selalu lebih dari 100%.

Kabupaten Lampung Timur sendiri, target dan realisasi PBB dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Lampung Timur TA. 2011-2013

Tahun

Pokok Ketetapan (Rupiah)

Realisasi (Rupiah)

Prosentase (%) 2010 5.622.538.981 4.454.073.464 79,22 2011 5.672.053.736 4.549.925.552 80,22 2012 6.068.286.735 5.173.754.937 85,26 2013 6.405.086.445 5.840.617.453 91,19 2014 6.013.390.933 5.418.205.679 90,10 Sumber: DPPKAD Kabupaten Lampung Timur (data diolah kembali)


(32)

10

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pokok ketetapan PBB tiap tahunnya bertambah, namun realisasi penerimaan tiap tahunnya tidak stabil. Ketercapaian angka realisasi selalu dibawah angka pokok ketetapan yang berarti tiap tahunnya selalu ada tunggakan pemungutan pajak di Kabupaten Lampung Timur.

Sedangkan tiap tahunnya pokok ketetapan selalu bertambah (kecuali tahun 2014) meskipun prosentase penerimaan ikut bertambah tetapi tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya kendala atau hambatan-hambatan dalam pemungutan PBB di Kabupaten Lampung Timur.

Pada tahun 2014, Kecamatan Metro Kibang berada pada peringkat pertama dengan tingkat realisasi tercapai 100 %. Sedangkan di peringkat akhir tingkat ketercapaian PBB ada di Kecamatan Sukadana dengan prosentase ketercapaian 48,34% sampai tanggal 31 Desember 2014 (Sumber: DPPKAD Kabupaten Lampung Timur).


(33)

11

Tabel 3. Rekapitulasi Penerimaan PBB Tahun 2014

NO KECAMATAN POKOK

KETETAPAN

CATATAN REALISASI PENERIMAAN

Hari lalu Hari Ini s/d Hari ini

1 2 3 4 5 6

(=4+5) 1 Metro Kibang Rp 183.327.422 Rp 183.327.422 Rp - Rp 183.327.422

2 Bandar

Sribawono Rp 146.268.636 Rp 146.238.037 Rp 30.599,00 Rp 146.268.636 3 Marga Tiga Rp 218.774.837 Rp 94.838.911 Rp 123.935.926,00 Rp 218.774.837 4 Mataram Baru Rp 62.733.684 Rp 35.908.214 Rp 26.825.470,00 Rp 62.733.684 5 Bumi Agung Rp 91.965.334 Rp 58.654.748 Rp 33.310.586,00 Rp 91.965.334 6 Way Bungur Rp 181.760.127 Rp 35.908.214 Rp 145.851.913,00 Rp 181.760.127 7 Melinting Rp 70.342.012 Rp 42.260.988 Rp 28.081.024,00 Rp 70.342.012 8 Braja Selebah Rp 101.140.198 Rp 71.457.919 Rp 29.682.279,00 Rp 101.140.198

9 Marga

Sekampung Rp 90.336.878 Rp 37.242.940 Rp 53.093.938,00 Rp 90.336.878 10 Pasir Sakti Rp 183.356.789 Rp 147.632.790 Rp 35.721.441,00 Rp 183.354.231

11 Gunung

Pelindung Rp 47.634.330 Rp - Rp 47.634.330,00 Rp 47.634.330 12 Purbolinggo Rp 221.487.842 Rp 174.647.162 Rp 47.166.478,00 Rp 221.813.640 13 Jabung Rp 299.627.246 Rp 41.239.514 Rp 258.387.732,00 Rp 299.627.246 14 Waway Karya Rp 179.643.859 Rp 64.734.356 Rp 114.909.503,00 Rp 179.643.859 15 Pekalongan Rp 296.602.753 Rp 199.418.812 Rp 94.193.413,00 Rp 293.612.225 16 Batanghari Rp 422.398.570 Rp 300.648.286 Rp 112.888.064,00 Rp 413.536.350 17 Raman Utara Rp 318.867.058 Rp - Rp 306.155.007,00 Rp 306.155.007 18 Labuhan

Maringgai Rp 218.416.737 Rp 120.458.496 Rp 88.964.162,00 Rp 209.422.658 19 Sekampung Rp 435.117.519 Rp 212.511.249 Rp 200.942.877,00 Rp 413.454.126 20 Sekampung Udik Rp 616.851.229 Rp 6.352.089 Rp 554.210.658,00 Rp 560.562.747 21 Batanghari Nuban Rp 435.977.902 Rp 203.815.390 Rp 165.165.045,00 Rp 368.980.435 22 Way Jepara Rp 417.277.259 Rp - Rp 348.498.827,00 Rp 348.498.827 23 Labuhan Ratu Rp 168.050.472 Rp 94.838.911 Rp 37.746.178,00 Rp 132.585.089 24 Sukadana Rp 605.432.240 Rp 95.471.272 Rp 197.204.509,00 Rp 292.675.781

JUMLAH 6.013.390.933 2.367.605.720 2.467.150.445 Rp5.418.205.679


(34)

12

Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara dengan salah satu pegawai di Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur maka ada beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya realisasi penerimaan dari target yang telah ditentukan. Ada beberapa faktor penyebab tidak pernah tercapainya target penerimaan PBB di Kabupaten Lampung Timur, antara lain:

1. Banyak ditemukan adanya tanah yang telah dijual oleh penduduk tanpa adanya BBN (Bea Balik Nama). Sedangkan data yang digunakan untuk penagihan adalah data yang tercatat.

2. Kurang kooperatifnya penduduk asli (pribumi) dalam hal pembayaran pajak, khususnya di Kecamatan Sukadana yang merupakan sentral penduduk asli Lampung.

3. Adanya tanah kosong yang ditinggal pemiliknya atau tidak diketahui siapa WP (wajib pajak)

(sumber: hasil wawancara pra riset dengan Kasi Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur; Jum’at, 10 Oktober 2014; data telah diolah kembali)

Kesulitan dan hambatan banyak ditemui oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan semakin besarnya target dari retribusi dan pajak daerah, PBB telah dikelola oleh daerah secara otonom dan masuk ke dalam PAD sehingganya daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya.


(35)

13

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi (Mustopadidjaya, 1993). Kinerja (performance) juga dapat

didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau “degree of accomplishment” atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkat

pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan. (Rue & Byars dalam Harbani Pasolong 2010).

Potensi PBB di Kabupaten Lampung Timur sangat besar seperti terlihat pada tabel diatas. Peningkatan kinerja menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

Lunas PBB adalah suatu kewajiban dari warga negara yang menjadi wajib pajak. Kewajiban pelunasan PBB di daerah dapat dilihat dari pengurusan administrasi yang berhubungan dengan kepentingan warga negara. Sebagai contoh, pengurusan administrasi di kelurahan atau kecamatan memerlukan pra syarat pelunasan PBB. Tidak setiap daerah disiplin dalam hal ini, tetapi dapat dikatakan bahwa pelunasan PBB menajkdi tolak ukur kelancaran seorang warga negara untuk mengurus kepentingan administrasi pribadi contohnya pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun Kartu Keluarga (KK).


(36)

14

Pencapaian target PBB sangat penting karena menyangkut ke dalam pendapatan daerah dan mempengaruhi besaran PAD di daerah. Pemungutan PBB menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena bersinggungan langsung dengan objek pajak dan pemerintah daerah dalam hal ini Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur berdasarkan tugas pokok dan fungsinya memiliki kewajiban untuk melakukan penagihan pajak daerah yang termasuk didalamnya adalah PBB, hal tersebut terlihat dalam pencapaian target PBB.

PBB di tiap daerah berbeda-beda tetapi selalu sama dalam hal pencapaian target berdasarkan persentase realisasi pemungutan PBB. Semakin besar prosentase pemungutan PBB di suatu daerah maka semakin baik dalam hal kinerja dari pemungut pajak dalam hal ini Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah menjadi landasan dari pencapaian target PBB di Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat perlu dilakukan penelitian tentang kinerja pegawai dalam hal ini yang berwenang dalam hal pemungutan PBB yaitu pada Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.


(37)

15

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Bagaimana Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: MenganalisisKinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur


(38)

16

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan dari segi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan ilmu tentang keuangan daerah.

2. Kegunaan dari segi praktis; diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur, khususnya DPPKAD dalam peningkatan pendapatan sektor PBB di Kabupaten Lampung Timur.


(39)

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kinerja

1. Definisi Kinerja

Suatu organisasi jika ingin maju atau berkembang maka dituntut untuk memiliki pegawai yang berkualitas. Pegawai yang berkualitas adalah pegawai yang kinerjanya dapat memenuhi target atau sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. Untuk memperoleh pegawai yang memiliki kinerja baik maka diperlukan penerapan kinerja.

Kinerja dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu tertentu sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan bentuknya dapat bersifat tangible (dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya) atau intangible (tak dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya), tergantung pada bentuk dan proses pelaksanaan pekerjaan itu.

Kinerja yang dihasilkan oleh pegawai dalam suatu perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor dan kondisi yang baik itu yang berasal dari dalam diri pegawai ataupun yang berasal dari luar individu pegawai. Mangkuprawira dan Hubeis (2007) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu


(40)

18 secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memberikan kontribusi positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995). Kinerja adalah tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2006). kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi.

Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Lalu Mangkunegara (2005) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan Rivai (2009) kinerja diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai pegawai, dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan hasil kerjanya tersebut


(41)

19 disesuaikan dengan hasil kerja yang diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja pegawai yang berlaku dalam organisasi.

Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Rivai (2009):

1. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun kuantitas.

2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan organisasi.

3. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi.

Kinerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson, et all, 1995), antara lain:

1. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dst), dan demografis (umur, asal usul, dll).

2. Faktor organisasi, adalah sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan (job description).

3. Faktor psikologis, ialah persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar, dan motivasi. Dalam suatu organisasi pegawai dituntut untuk mampu menunjukkan kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus memiliki ciri individu yang produktif.


(42)

20 Ciri ini menurut Sedarmayanti (2001) harus ditumbuhkan dalam diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari individu yang produktif antara lain:

1. Kepercayaan diri 2. Rasa tanggung jawab

3. Rasa cinta terhadap pekerjaan 4. Pandangan ke depan

5. Mampu menyelesaikan persoalan

6. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah 7. Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan 8. Kekuatan untuk menunjukkan potensi diri.

Mengkaji kinerja aparat Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan daerah, maka konsep yang dianggap relevan untuk menelaah fokus masalah adalah konsep kinerja, mengetahui kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja.

Kinerja atau yang sering disebut performance adalah hasil kerja atau tingkat pencapaian dari aktivitas kerja untuk meraih tujuan organisasi. Secara umum kinerja diartikan sebagai pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi (Rue dan Byars dalam Yudoyono, 2011). Pada pengertian ini, yang dimaksud dengan hasil adalah hasil kerja yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang ataupun institusi dalam mencapai tujuan organisasi.


(43)

21 Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa kinerja adalah konsep utama organisasi yang digunakan agar mengetahui seberapa besar kesesuaian antara yang direncanakan sebelumnya dengan apa yang telah dicapai atau yang diraih oleh organisasi serta kesesuain pencapaian tersebut dengan tujuan organisasi.

Sementara itu, Atmosudirjo (2007) mengatakan bahwa kinerja juga dapat berarti prestasi kerja, prestasi peyelenggaraan sesuatu (performance how well you do a piece of work or activity). Faustino (2005) member batasan mengenai performansi adalah suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya.

Selain itu Bernadin dan Russel sebagaimana dikutip Jones (1991) lebih rinci memberikan batasan mengenai kinerja yakni dampak yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa kinerja adalah konsep utama organisasi yang digunakan agar mengetahui bagaimana kesesuaian antara yang direncanakan sebelumnya dengan apa yang telah dicapai atau yang diraih oleh organisasi serta kesesuaian perencanaan tersebut dengan tujuan organisasi. Organisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur dalam hal penagihan PBB di Kabupaten Lampung Timur, telah sesuai dengan perencanaan sebelumnya (pokok ketetapan) selama lima tahun terakhir (2010-2014) dengan realisasi capaian.


(44)

22 2. Ruang Lingkup Kinerja

Ruang lingkup kinerja sangat penting untuk diketahui sehingga capaian kinerja suatu organisasi dapat diketahui secara jelas. Adapun mengetahui dan ruang ruang lingkup kinerja yang dikemukakan para ahli dibahasan dibawah ini:

a. Kinerja

Cakupan dan cara mengetahui kinerja sangat menentukan apakah suatu organisasi publik dapat dikatakan berhasil atau tidak (Keban,1995). Lebih lanjut Keban menjelaskan bahwa ketepatan mengetahui seperti cara atau metode pengumpulan data untuk mengukur kinerja juga sangat mennetukan penilaian akhir kinerja.

Whittaker (2003) menyebutkan bahwa mengetahui kinerja merupakan suatu deskripsi manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas (LAN, 2000). Mengetahui kinerja mempunyai makna ganda, yaitu mengetahui kinerja sendiri dan evaluasi kinerja, di mana untuk melaksanakan kedua hal tersebut terlebih dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara jelas.

Mengetahui kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas, sehingga suatu pemerintah daerah dapat dikatakan berhasil jika


(45)

23 terdapat bukti-bukti atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran capaian yang mengarah pada pencapaian misi.

Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis kinerja kegiatan, yang pertama-tama dilakukan adalah dengan melihat sejauh mana adanya program yang direncanakan dengan kinerja yang dihasilkan. Program kegiatan merupakan program dan kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam perencanaan strategis Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Donald dan Lawton (Keban, 1995) mengatakan bahwa penilaian kinerja dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu dan penilai tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi.

Sementara itu, Bernadin (1993) mengatakan bahwa:

“Sistem penilaian kinerja harus disusun dan diimplemetasikan dengan

suatu 1) prosedur formal standar yang 2) berbasis pada analisis jabatan; dan 3) hasilnya didokumentasikan dengan baik; dengan 4) penilai yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan”.

Meskipun penilaian kinerja telah berkembang dengan pesat, akan tetapi penggunaan penilaian kinerja dalam organisasi publik belum berkembang sebagaimana yang telah terjadi dalam sector swasta. Berdasarkan data empiris menunjukkan bahwa penilaian terhadap kinerja di organisasi publik belum merupakan tradisi yang populer (Keban,1995), dan bahkan terdapat


(46)

24 banyak perbedaan pendapat mengenai kriteria kinerja pelayanan publik (Dwiyanto, 1999). Perbedaan pendapat tersebut menurut Dwiyanto (1999) disebabkan tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur akan tetapi juga bersifat multi dimensional.

Selanjutnya pada mengetahui kinerja kelompok, maka mengetahui kinerja melihat apa yang telah dihasilkan oleh kelompok tersebut (output team), proses kinerja yang dilakukan kelompok tersebut, hubungan kelompok dengan pelanggan, standar kualitas, kuantitas, kecepatan respon atau waktu, keuangan dan pengawasan biaya. Banyak cara dalam mengembangkan ukuran kinerja kelompok. Beberapa langkah yang dikemukakan oleh Zigon guna mengembangkan kinerja kelompok tersebut.

“Zigon mengusulkan langkah yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan ukuran kinerja kelompok, yaitu:

• Mereview dan merevisi ukuran organisasi

• Mengidentifikasi titik mengetahui tim, langkah proses dan

output/outcome akhir

• Mengidentifikasi penyelesaian tugas individu yang mendukung proses tim dengan langkah proses kunci yang dilakukan oleh kelompok dan penyelesaian tugas yang diperlukan untuk mendukung setiap proses.

• Mengembangkan ukuran kinerja kelompok: kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, dan biaya

• Mengembangkan sasaran kinerja kelompok (Wibowo, 2007)


(47)

25

Sedangkan pada mengetahui kinerja organisasi lebih diidentikkan dengan efektivitas organisasi. Kinerja diukur dengan mengamati seberapa jauh suatu organisasi merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Pencapaian tujuan yang berdasarkan visi dan misi organisasi menjadi indikator yang paling penting.

b. Indikator Kinerja

Kinerja aparatur erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap hasil kerja seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau standar

performance. Mitchel menyebutkan aspek-aspek yang meliputi kinerja yang dapat melihat kinerja seseorang, yaitu sebagai berikut:

• Kualitas kerja (quality of work)

• Ketepatan waktu (promptness)

• Inisiatif (inisiative)

• Kemampuan (capability)

• Komunikasi (communication)

(Sedarmayanti, 2011)

Berbicara tentang kinerja aparatur, erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau standar performance. Untuk mengidentifikasi dalam menentukan suatu kinerja dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek kinerja itu sendiri. Untuk


(48)

26 lebih jelasnya berikut diuraikan aspek-aspek kinerja menurut Mitchel dalam Sondang P. Siagian (2008), yaitu;

1. Kualitas Kerja (Quality of Work)

 Hasil kerja yang diperoleh

 Kesesuaian hasil kerja dengan pencapaian tujuan

 Manfaat hasil kerja

2. Ketepatan Waktu (Promptness)

 Penataan rencana kegiatan/ rencana kerja

 Ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja

 Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas 3. Inisiatif (Initiative)

 Pemberian ide/ gagasan

 Tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

4. Kemampuan (Capability)

 Kemampuan yang dimiliki

 Keterampilan yang dimiliki

 Kemampuan memanfaatkan sumber daya atau potensi 5. Komunikasi (Communication)

 Komunikasi intern (ke dalam) organisasi

 Komunikasi ekstern (ke luar) organisasi


(49)

27 Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indicator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya untuk mengadakan penilai terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara tentang kinerja dosen erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terjadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau standarperformance.

Standar kinerja menunjukkan sebagai tolok ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar dapat pula dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggujawaban terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

Sejalan dengan itu Mitchell dalam Sondang P. Siagian (2008) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu: quality of work, promptness, initiative, capability, dan communication (kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi).

Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur. Di samping itu, untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan komunikasi.


(50)

28 Pandangan ini jelas bahwa kinerja itu hanya dapat diketahui dengan baik berdasarkan satu penilaian jika semua tugas yang akan dilaksanakan oleh seseorang benar-benar dapat dijabarkan dengan baik, dan dapat menggambarkan suatu keseluruhan tugas organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa kinerja bukan saja menggambarkan satu bagian saja dari organisasi, tetapi secara keseluruhan.

Penelitian ini memaknai kinerja berkaitan dengan kegiatan yang telah dilakukan oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur. Mengetahui kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah dalam hal ini peneliti menggunakan teori mengetahui kinerja menurut Mitchel yang meliputi kualitas kerja (quality of work), ketepatan waktu (promptness), inisiatif (initiative), kemampuan (capability) dan komunikasi (communication)

dengan indikator-indikator yang dipaparkan oleh Siagian (1995) diatas.

B. Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Usaha pemerintah untuk memperlancar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dengan cara mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


(51)

29 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Gubernur dan/atau Bupati/Walikota.

Kemudian dalam pelaksanaannya ditindaklanjuti dengan Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor Kep-30/PJ.7/1986-973/562/1986 tentang pelaksanan Pelimpahan Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Gubernur dan atau Bupati/Walikota.

Proses pemungutan pajak itu sendiri tidak lepas dari permasalahan baik yang datang dari aparat pemerintah itu sendiri maupun dari masyarakat. Selama ini pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur belum optimal kinerjanya disebabkan oleh berbagai faktor penghambat yang belum ditemukan jalan keluarnya.

Dasar pengenaan PBB menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1985 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). NJOP ini ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.

Ketentuan ini ditindaklanjuti dengan NJOP ditentukan per wilayah berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan memperhatikan:

• Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu metode atau pendekatan penentuan nilai jual objek pajak dengan cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.


(52)

30

• Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.

• Nilai jual objek pengganti, adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak berdasakan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

• Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Berdasarkan Pasal 1 huruf (d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2000 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk penghitungan PBB ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 40% dari Nilai Jual Obyek Pajak. Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan sebagai berikut:

• Untuk Objek Pajak jenis penggunaan perumahan yang Wajib Pajaknya orang pribadi dengan objek pajak bernilai Rp 1 Milyar atau lebih dan tidak dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh PNS, ABRI dan para pensiunan, janda atau dudanya yang berpenghasilan semata-mata dari gaji atau utang pensiun ditetapkan sebesar 40%.

• Untuk objek pajak lainnya ditetapkan sebesar 20%.

Unsur-unsur yang harus diketahui agar dapat menghitung besarnya pajak terutang adalah:

• Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP),

• Nilai Jual Kena Pajak (NJKP),


(53)

31

Mardiasmo (2003) mengemukakan “besarnya tarif PBB adalah sebesar 0,5% yang

berlaku secara menyeluruh terhadap segala macam objek pajak di seluruh wilayah

Indonesia”.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal daerah, melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah telah diberikan kewenangan untuk memungut pajak (taxing power). Setidaknya ada empat perubahan fundamental yang diatur dalam undang-undang tersebut. Pertama, mengubah penetapan pajak daerah dan retribusi daerah dari open-list system menjadi closedlist system. Kedua, memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah melalui perluasan basis pajak daerah dan retribusi daerah, penambahan jenis pajak baru yang dapat dipungut oleh daerah, dan pemberiaan diskresi kepada daerah untuk menetapkan tarif sesuai batas tarif maksimum dan minimum yang ditentukan, Ketiga, memperbaiki sistem pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah melalui kebijakan bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/kota dan kebijakan earmarking untuk jenis pajak daerah tertentu. Keempat, meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif menjadi sistem preventif dan korektif.

Salah satu jenis pajak baru yang dapat dipungut oleh daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). PPB-P2 yang sebelumnya merupakan pajak pusat, dialihkan menjadi pajak daerah kabupaten/kota, dengan berbagai pertimbangan. Pertama, secara konseptual PBB-P2 dapat dipungut oleh daerah karena lebih bersifat lokal, visibilitas, objek pajak tidak berpindah-pindah (immobile), dan terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan yang menikmati hasil pajak


(54)

32 tersebut. Kedua, pengalihan PBB-P2 kepada daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD dan memperbaiki struktur APBD. Ketiga, pengalihan PBB-P2 kepada daerah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan memperbaiki aspek transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya. Keempat, berdasarkan praktek di banyak negara, PBB-P2 termasuk dalam jenis local tax.

Mengingat PBB-P2 merupakan jenis pajak baru bagi daerah, maka dalam pengelolaannya masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh daerah, antara lain masih adanya daerah yang belum menerbitkan Peraturan Kepala Daerah mengenai pelaksanaan pengelolaan PBB-P2, lemahnya sistem pengelolaan basis data objek, subjek dan wajib pajak, dan lemahnya sistem administrasi dan pelayanan kepada masyarakat wajib pajak. Hal tersebut semuanya terkait dengan terbatasnya kesiapan sarana/prasarana, organisasi, dan SDM di daerah yang akan melakukan pemungutan PBB-P2.

Pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian,


(55)

33 penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).

Adapun tujuan Pengalihan pengelolaan PBB menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

• meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah

• memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah),

• memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah,

• memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah, dan

• menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah.

Peralihan PBB perkotaan dan pedesaan dari pajak pusat menjadi pajak daerah yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009, akan memberi dampak terhadap keuangan negara dan keuangan daerah. Pada prinsipnya secara administrasi terjadi perpindahan pencatatan hasil pemungutan PBB, jika sebelumnya penerimaan PBB tercatat pada keuangan negara (APBN) dalam penerimaan perpajakan, kemudian setelah mekanisme peralihan berjalan akan masuk dalam PAD khususnya pajak daerah.

Sektor PBB bagi daerah dijadikan salah satu modal dalam pembangunan daerahnya dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditegaskan pula dalam


(56)

34 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan hasil dari perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 berbunyi:

• Bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perlu dikelola dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

• Bahwa Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai sesuatu hak atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya, dan diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak.

PBB merupakan pajak objektif yang dikenakan atas harta tak bergerak dalam hal ini yang terpenting adalah objeknya sedangkan keadaan dan status orang atau badan yang dijadikan subjek tidaklah mempengaruhi besarnya pajak.

C. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur

Menurut Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 29 Tahun 2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah, disebutkan bahwa Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah termasuk ke dalam Bidang Penagihan dan Administrasi Penerimaan. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah dipimpin oleh


(57)

35 seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala bidang. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan penagihan pajak dan retribusi daerah.

Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kegiatan penagihan pajak dan retribusi daerah

• Penyelenggaraan kegiatan penagihan pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang telah melampaui masa jatuh tempo

• Penyelenggaraan penagihan terhadap tunggakan/ piutang pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya

• Pengawasan dan penertiban terhadap objek dan subjek pajak daerah yang melanggar ketertiban dan peraturan yang berlaku

• Pelaksanaan penerbitan surat teguran atas pajak daerah dan retribusi daerah yang telah melampaui masa jatuh tempo

• Pelaksanaan penerbitan surat tagihan atas pajak daerah dan retribusi daerah yang telah melampaui masa jatuh tempo

• Pelaksanaan persiapan administrasi dalam rangka penyitaan aset milik wajib pajak daerah


(58)

36 D. Penelitian Terdahulu

Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Pelaksanaan Pengalihan

PBB Sektor Perdesaan Perkotaan (PBB-PP) dari Pusat ke Daerah

Kabupaten Lampung Timur

(Abi Zuliansyah, 2013)

Ditemukannya faktor-faktor penghambat antara lain SDM, TI, dan sarana prasarana yang belum mendukung Meneliti kemampuan dan kinerja pegawai Tidak meneliti komunikasi, ketepatan waktu, dan inisiatif

2. Kinerja Aparat Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan dalam Pengendalian Dampak Lingkungan (Nazairin, 2012)

Kinerja belum optimal dengan tiga indikator, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas yang belum optimal Meneliti kinerja pegawai Tidak meneliti kemampuan pegawai

3. Penetapan dan

Pemungutan Penerimaan PBB per kelurahan dan desa di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan 2010

Hasil penelitian menunjukkan komponen input dan

output belum efektif, sedangkan troughput

dapat dikatakan efektif Meneliti faktor penghambat Tidak meneliti kinerja


(59)

37 yang Mempengaruhi

Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan PBB Kota Makassar (Ahmad Gani, 2009)

mempounyai

pengaruh yang paling dominan

kinerja pegawai

meneliti komunikasi pegawai

E. Kerangka Pikir

Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah termasuk ke dalam Bidang Penagihan dan Administrasi Penerimaan. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala bidang. Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan penagihan pajak dan retribusi daerah.

Penelitian ini akan mengukur Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur dalam hal pemungutan PBB. Kinerja yang dimaksud disini adalah bagaimana keseuaian hasil yang dilakukan oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur dalam pencapaian pokok ketetapan PBB yang telah direncanakan sebelumnya dalam lima tahun terakhir (2010-2014).

Mengetahui kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan saasran tujuan yang


(60)

38 telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Lima indikator yang digunakan yaitu:

• Kualitas kerja (quality of work)

• Ketepatan waktu (promptness)

• Inisiatif (inisiative)

• Kemampuan (capability)

• Komunikasi (communication)

Mengetahui kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator diatas. Lima indikator tersebut mengindikasikan pencapaian kinerja. Kinerja dengan hasil tinggi tercapainya seluruh indikator (maksimal), kinerja dengan hasil sedang yaitu tercapainya beberapa indikator dalam hal ini tercapainya dua atau lebih indikator kinerja, dan kinerja dengan hasil rendah yaitu tercapainya indikator dengan hasil minimal yaitu kurang dari dua indikator kinerja.

Setelah itu akan dikeetahui bagaimana kinerja yang ada di Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Lampung Timur dalam hal pemungutan PBB yaitu hasil kinerja di Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur adalah memiliki kinerja Tinggi, sedang, atau rendah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Lampung Timur. Kerangka pikir penelitian digambarkan sebagai berikut:


(61)

39

Gambar 1. Kerangka Pikir

Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur

1. Kualitas Kerja (Quality of Work) 2. Ketepatan Waktu (Promptness) 3. Inisiatif (Initiative)

4. Kemampuan (Capability) 5. Komunikasi (Communication)

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan


(62)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang didasarkan pada analisis data kualitatif dengan tambahan data kuantitatif.

Penggunaan penelitian deskriptif ini karena peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang bertujuan untuk mencari informasi faktual yang mendetail dan menggambarkan gejala atau fenomena yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh. Nazir, 2003)

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.


(63)

41

Definisi lain menyebutkan bahwa tipe penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskriptif) mengenai situasi-situasi atau kejaidan-kejadian (Sumardi Suryabrata, 2003).

Definisi ini menggambarkan bahwa penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian jenis ini dimaksudkan sebagai suatu cara yang tidak menggunakan prosedur statistik atau dengan menggunakan alat kuantifikasi yang lain, melainkan melakukan pengamatan fenomena sosial yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis serta interpretasi berbagai data dan informasi.

Penelitian kualitatif menunjuk pada suatu penelitian tentang kehidupan seseorang, sejarah, perilaku aktor, proses dan juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan interaksi untuk mencari makna. Karenanya, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk menentukan, memahami, menjelaskan, memperoleh gambaran, dan menganalisis kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)


(64)

42

Kabupaten Lampung Timur dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Penelitian kualitatif menunjuk pada suatu penelitian tentang kehidupan seseorang, sejarah, perilaku aktor, proses dan juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan interaksi untuk mencari makna Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Lampung Timur.


(65)

43

B. Fokus Penelitian

Masalah-masalah di dalam penelitian ini dapat dipecahkan dengan memfokuskan penelitian. Pembahasan yang dilakukan menghindari sikap bias peneliti dalam melakukan analisis data. Secara sederhana fokus penelitian adalah hal-hal ataupun fenomena yang menjadi pusat perhatian dari seorang peneliti. Menurut Lexy.J.Moleong (2002:94) penetapan fokus sebagai masalah yang penting dalam penelitian artinya dalam usaha menentukan batas penelitian sehingga dengan menentukan batas penelitian dapat menemukan lokasi penelitian dan dapat menyaring informasi yang masuk.

Fokus dalam penelitian berkaitan erat bahkan sering disamakan dengan masalah yang dirumuskan dan menjadi acuan dalam penentuan fokus penelitian. Penelitian yang telah dilakukan berfokus pada beberapa hal yang menjadi fokus penelitian yaitu:

Fokus penelitian:

Mendeskripsikan Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui 5 aspek yaitu::

1. Kualitas Kerja (quality of work) 2. Ketepatan waktu (promptness) 3. Inisiatif (inisiative)


(66)

44

4. Kemampuan (capability) 5. Komunikasi (communication)

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di setiap Kabupaten/ Kota memiliki target tersendiri sesuai dengan analisa perkiraan kemampuan daerah dalam realisasi target pencapaian. Pencapaian target pemungutan PBB tidak lepas dari Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur yang kemudian dirasa menarik bagi peneliti untuk dianalisa lebih lanjut.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi ditentukan peneliti dengan sengaja. Penentuan lokasi penelitian (Lexy.J.Moleong 2002) menyatakan cara yang terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara keterbatasan geografis danpraktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.


(67)

45

Kabupaten Lampung Timur yang merupakan Kabupaten otonomi baru pecahan dari Kabupaten Lampung Tengah memiliki wilayah strategis dengan batas wilayah yang bersinggungan dengan tiga kabupaten/kota di Provinsi Lampung menjadikan Kabupaten Lampung Timur berkembang dalam hal perindustrian dan perdagangan dengan luas wilayah yang terdiri dari 24 kecamatan sangat strategis dalam hal penerimaan sektor PBB.

Penelitian di lakukan tempat yang melakukan penagihan PBB di Kabupaten Lampung Timur, maka penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur yang berperan sebagai petugas pemungut PBB di Kabupaten Lampung Timur

D. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi ke dalam:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu penelitian. Sedangkan menurut Lexy.J.Moleong (2002) bahwa “data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancarai


(68)

46

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film”.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari informan dengan teknik wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah: a) Kepala Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah (DPPKAD)

Kabupaten Lampung Timur

b) Staf Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lampung Timur (2 orang)

Wawancara dilakukan dengan Bapak Aliando, SE, MM selaku Kepala Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur, Ibu Riana Mayasari, SE., dan Ibu Fitri Adila, SH. selaku staff di Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah.

b. Data Sekunder

Menurut Lexy. J.Moleong (2002) dikatakan bahwa “walaupun dikatakan bahwa sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi”. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini


(69)

47

adalah Standar Operasional Prosedur Pajak Bumi dan Bangunan dan profil DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data melalui:

a. Observasi

Observasi yaitu dengan melakukan peninjauan terhadap lokasi tempat penelitian, sebagaimana disesuaikan dengan objek yang diteliti untuk memperoleh data-data mengenai hal yang berhubungan dengan pemungutan PBB yang dilakukan Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur

b. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi dan interaksi dengan alat bantu daftar pertanyaan yang telah dibuat yang bersifat terbuka. Teknik tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan beberapa narasumber dalam rangka mendapatkan jawaban secara bebas terarah kebahasan yang ada dalam panduan wawancara


(70)

48

Wawancara dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur dalam Pemungutan Pajak Bumi dan Bnagunan (PBB). Informan yang diwawancarai dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti dengan kriteria informan yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang tema penelitian serta informan yang memiliki kesediaan waktu untuk memberikan informasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Aliando, SE, MM, selaku Kepala Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur, Ibu Riana Mayasari, SE., dan Ibu Adila Fitsisari, SH selaku staff di Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bahan utama dalam proses penelitian yang berfungsi menerangkan peristiwa-peristiwa yang dilakukan dalam penelitian. Dokumentasi dapat berwujud tulisan seperti peraturan dan kebijakan, gambar berupa foto maupun video, atau rekaman visual berupa suara informan dan peneliti saat melakukan wawancara.


(71)

49

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian namun melalui dokumen baik resmi atau tidak resmi. Dokumen dalam penelitian ini adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan PBB dan LAKIP DPPKAD Kabupaten Lampung Timur 2015.

Dokumentasi dalam hal ini menggunakan SOP Pemungutan PBB dan LAKIP DPPKAD Kabupaten Lampung Timur 2015 dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari wawancara untuk kemudian di analisis sehingga mendapatkan jawaban yang proporsional dan seimbang.

G. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka teknis analisis datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan yang ada di lapangan baik berupa data dan informasi hasil wawancara dan dukumentasi lainnya, seperti:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan penelitian pada penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan


(1)

60

3. Terwujudnya kesederhanaan prosedur layanan secara mudah, cepat dan tepat sasaran.

4. Terwujudnya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur pelayanan administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah

5. Tersusunnya bahan laporan keuangan daerah

6. Terkendalinya sistema penerimaan dan pengeluaran kas daerah. 7. Terwujudnya tertib administrasi pengelolaan barang daerah

Tujuan:

1. Melaksanakan penerimaan pendapatan, pengelolaan keuangan dan Aset daerah secara profesional.

2. Melaksanakan tertib administrasi pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah

3. Meningkatkan profesionalisme pegawai untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah serta meningkatkan tata kelola keuangan dan aset daerah.

4. Mewujudkan optimalisasi penerimaan pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah untuk melaksanakan pelayanan prima


(2)

94

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil bahwa Kinerja Seksi Penagiohan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur kinerjanya sedang atau cukup.

2. Pencapaian dalam penerimaan PBB di Kabupaten lampung Timur lima tahun terakhir tidak pernah mencapai hasil maksimal yaitu 100%, bahkan pada tahun 2014 terjadi penurunan penerimaan 91,19% pada tahun 2013 menjadi 90,10% pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2014 telah berlaku pendaerahan PBB

3. Belum ada pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar terkait dengan PBB yang diterima oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten lampung Timur


(3)

95

B. Saran

1. Peningkatan kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur diperlukan untuk memaksimalkan penerimaan PBB yang tidak pernah mencapai hasil maksimal yaitu 100% dari target yangt ditentukan.

2. Pengadaan seminar-seminar ataupun pelatihan terkait dengan PBB diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM di Seksi Penagihan pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten lampung Timur

3. Sosialisasi PBB dapat menjadi salah satu cara membangun komunikasi dan kesadaran masyarakat dalam hal pembayaran PBB, perbaikan sosialisasi kepada masyarakat diperlukan dalam hal ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rieneka cipta. Jakarta

Atmosudirjo, Pradjudi. 1989. Dasar-dasar Administrasi Manajemen dan Manajeme Kantor. Gunung Agung. Jakarta.

Bernadin dan Russel. 1993. Human Resources Managment. Prentice Hall. New Jersey.

Basrowi. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. PT. Refika Aditama. Bandung

Cardoso, Faustino. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Darwin, 2009. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktis. Mitra Wacana Media. Jakarta

Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. PT Refika Adimata. Bandung. Direktorat Jenderal Pajak dan Yayasan Bina Pembangunan. 1992. Buku Panduan

Pajak Bumi dan Bangunan. PT Bina Rena Pariwara. Jakarta

Dwiyanto, Agus. 1999. Penilaian Kinerja Organisasi Publik. Fisipol UGM. Yogyakarta

Effendi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3S. Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Rajawali. Jakarta

Keban, Yeremias T. 1995. Indikator Kinerja Pemda, Pendekatan Manajemen dan Kebijakan. Fisip UGM. Yogyakarta


(5)

Mangkuprawira, dan Hubeis . 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Manila. I. G. K.. 1996. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Andi Offset. Yogyakart

Miles, Mathew B dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. UI Press. Jakarta.

Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Mandar Maju. Bandung Moleong, J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Raja

Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Nazir. Moh. 1999. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung

Poerwadarminta. W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Sedarmayanti, 2011, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, CV Mandar Maju, Bandung

Siagian, Sondang P. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta

Siahaan, Marihot Pahala.2009. Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia Teori dan

Praktik. Graha Ilmu. Yogyakarta

Simone. Gusta. 2003. Keuangan Negara. Bandung

Siti, Resmi. 2011. Perpajakan II. Salemba Empat. Jakarta


(6)

Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Administrasi. Alfa Beta. Bandung

Supramono, dan Damayanti., T.W. 2005. Perpajakan Indonesia : Mekanisme dan Perhitungannya. Penerbit Andi. Yogyakarta

Suryabrata. Sumadi. 1997. Metodologi Penelitian. Gajah Mada University. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Umar. Husein. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. PT. Grafindo Parsada. Jakarta

Yudoyono, Bambang. 2011. Otonomi. Daerah. Putaka Sinar Harapan. Jakarta.

Dokumen:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah

4. UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Peralihan PBB perkotaan dan pedesaan dari pajak pusat menjadi pajak daerah

5. Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 29 Tahun 2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah