Penentuan Kadar Klorin Air Baku Produksi Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan Dengan Metode Kolorimetri

(1)

PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DENGAN METODE KOLORIMETRI

KARYA ILMIAH

Oleh:

SUSAN NATALIA

072401037

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU PRODUKSI DI PT.COCA-COLABOTTLING INDONESIA MEDAN

DENGAN METODE KOLORIMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

SUSAN NATALIA

072401037

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU

PRODUKSI DI PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN DENGAN METODE KOLORIMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SUSAN NATALIA

Nomor Induk Mahasiswa : 072401037

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui/Disetujui oleh Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS

NIP: 195408301985032001 NIP: 197404051999032001 Cut Fatimah Zuhra, SSi., M.Si


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DENGAN METODE KOLORIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

072401037


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Kimia Analis Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah: “Analisa Kadar Klorin Air Baku Produksi di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dengan Metode Kolorimetri”, dan penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dalam penulisan maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dan dapat membantu penulis dalam penyempurnaan dan pengembangan di masa yang akan datang.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayah Bunda tercinta Resada Arih Sinuraya dan Mulianta Br Bangun serta Kakanda tersayang Refilda Rosa yang atas doa dan dengan penuh kesabaran telah memberi dorongan semangat dan pengorbanan moril maupun materil selama masa kuliah hingga selesai penulisan tugas akhir ini.

Tal lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dorongan, bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Cut Fatima Zuhra S.Si M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, waktu dan pengarahan kepada penulis hingga selesainya penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS. selaku ketua Departemen Kimia di Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Marpongathun, MSc. selaku ketua Program studi diploma III Kima Analis, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf di PT. Coca-cola Bottling Indonesia, Medan yang telah membimbing selama masa PKL.

5. Sahabat-sahabatku Teo, Buk cyn, Buk Die_ah, Mo_mo, Martingtong, Mutia, Malina yang telah memberikan motivasi dan doa.

6. Rekan satu patner penulis selama masa PKL, Cynthia, Martina, Maulida dan Yusdiah.

7. Seluruh rekan-rekan Kimia Analis 2007 yang selalu membantu dan memberi dukungan, doa serta keceriaan selama masa kuliah.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2010 Penulis,


(6)

PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DENGAN METODE KOLORIMETRI

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar klorin pada air baku produksi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan dengan metode kolorimetri dengan menggunakan komparator lovibond 1000 yaitu berdasarkan perbandingan warna yang terbentuk setelah sampel ditambahkan indikator DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin). Data yang diperoleh dengan penambahan klorin yang paling baik adalah 0,04 ml didalam 1000 ml air yang di lakukan secara eksperimen di laboratorium atau 5,6 liter/jam didalam 40000 liter air pada filter tank yang menghasilkan kandungan klorin 1,0 ppm. Data ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4824-1998 yaitu bahwa kandungan klorin pada air tidak melebihi batas 4,0 ppm.


(7)

RAW WATER CONTENT DETERMINATION CHLORINE PRODUCTION

IN PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN WITH

COLORYMETRY METHOD

ABSTRACT

Chlorine content analysis has been conducted on the raw water production at PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan with a colorimetric method using lovibond comparator 1000 that is based on comparison of color formed after the sample added indicators of the DPD (N-Diethyl-p-fenilendiamin). Data obtained by the addition of chlorine is best to be 0.04 ml in 1000 ml of water, which is conducted in laboratory experiments or 5.6 liters / hour in 40 000 liter water tank in the filter that produces chlorine content of 1.0 ppm. These data are in accordance with standards established by the SNI 06-4824-1998 namely that the content of chlorine in the water does not exceed the limit of 4.0 ppm.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3 Tujuan 4

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Pengertian Air 5

2.2. Karakteristik Air 7

2.2.1. Karakteristik Fisik Air 7

2.2.2. Karakteristik Kimia Air 8

2.2.3. Karakteristik Biologis Air 9 2.3. Penggolongan dan Sifat Air 10

2.3.1. Penggolongan Air 10

2.3.2 Sifat Air 11

2.4. Klorin 12

2.4.1. Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh 13 2.4.2 Fungsi Klorin Sebagai Disinfektan 13

2.5. Klorinasi 15

2.6. Penentuan Kadar Klorin 19

2.7. Kolorimetri 20

2.7.1 Komparator Lovibond 21

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 22

3.1. Alat-alat 22

3.2. Bahan-bahan 22

3.3. Prosedur Percobaan 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1. Hasil 24

4.1.1. Data Percobaan 24

4.1.2. Grafik Data Percobaan 24

4.1.3. Perhitungan 25


(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

PENENTUAN KADAR KLORIN AIR BAKU PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DENGAN METODE KOLORIMETRI

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar klorin pada air baku produksi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan dengan metode kolorimetri dengan menggunakan komparator lovibond 1000 yaitu berdasarkan perbandingan warna yang terbentuk setelah sampel ditambahkan indikator DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin). Data yang diperoleh dengan penambahan klorin yang paling baik adalah 0,04 ml didalam 1000 ml air yang di lakukan secara eksperimen di laboratorium atau 5,6 liter/jam didalam 40000 liter air pada filter tank yang menghasilkan kandungan klorin 1,0 ppm. Data ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4824-1998 yaitu bahwa kandungan klorin pada air tidak melebihi batas 4,0 ppm.


(11)

RAW WATER CONTENT DETERMINATION CHLORINE PRODUCTION

IN PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN WITH

COLORYMETRY METHOD

ABSTRACT

Chlorine content analysis has been conducted on the raw water production at PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan with a colorimetric method using lovibond comparator 1000 that is based on comparison of color formed after the sample added indicators of the DPD (N-Diethyl-p-fenilendiamin). Data obtained by the addition of chlorine is best to be 0.04 ml in 1000 ml of water, which is conducted in laboratory experiments or 5.6 liters / hour in 40 000 liter water tank in the filter that produces chlorine content of 1.0 ppm. These data are in accordance with standards established by the SNI 06-4824-1998 namely that the content of chlorine in the water does not exceed the limit of 4.0 ppm.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan Industri pembuatan minuman ringan yanng memiliki cita rasa tersendiri, sehingga minuman yang diproduksi berbeda dengan minuman yang dihasilkan oleh pabrik minuman yang lain. Dalam pembuatan minuman yaang nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat, PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan menggunakan air sebagai bahan bakunya. Dimana air yang digunakan adalah air yang diproses melalui beberapa tahap agar memenuhi standar parameter yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu air yang baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.

Sumber air yang digunakan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan untuk produksi minuman ringan adalah berasal dari sumur bor yang merupakan air tanah dengan kedalaman 125-220 m. Oleh karena air tanah dapat mengalami kontaminasi baik berasal dari mikroorganisme atau zat kimia yang berasal dari alam maupun buatan, maka air tersebut harus melalui pengolahan tertentu dan mengacu kepada beberapa parameter mutu air. Penentuan kadar klorin merupakan salah satu parameter untuk mendapatkan air yang baik yang terbebas dari mikroorganisme. Hal ini dapat dilakukan melalui proses klorinasi yaitu dengan penambahan klorin ke dalam air baku yang akan digunakan untuk produksi.

Penambahan klorin kedalam air akan memurnikan air dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Namun klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada air yang bersuhu lebih tinggi atau sekitar 180C, klorin harus berada dalam air paling tidak selama 30 menit. Jika air lebih


(13)

dingin, waktu kontak harus ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan kedalam pipa penyalur. Saat klorin dilarutkan dalam air dalam jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman penyebab penyakit tanpa membahayakan manusia. Jika klorin yang ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin dalam air yang disebut sebagai klorin bebas. Klorin bebas akan tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai untuk membunuh kontaminasi yang baru (Reed, 2004 ).

Oleh karena itu pada saat pemeriksaan air, masih terdapat klorin bebas yang tersisa, hal itu merupakan bukti bahwa sebagian besar organisme dalam air yang berbahaya telah disingkirkan dan air aman untuk di minum. Pengukuran tersebut dinamakan residu klorin. Pengukuran residu klorin dalam air merupakan metode sederhana namun penting untuk memeriksa apakah air telah layak untuk digunakan. Tingkat residu klorin yang berada dalam batas yang diterima sebagai air minum ialah 1-4 mg/l.

Apabila kadar klorin melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 1-4 mg/l, maka akan menyebabkan bau tidak enak pada air juga berakibat buruk apabila di konsumsi oleh konsumen. Dari berbagai studi, diketahui bahwa orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Kemudian pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Selain itu klorin juga memiliki daya rektifitas dan korosifitas yang tinggi. Apabila kadar


(14)

residu klorin melebihi ambang batas dapat menyebakan korosif pada pipa industri yang digunakan untuk mengalirkan air (http://aimyaya.com/id).

Metode yang paling sederhana yang biasanya digunakan untuk mengukur kadar residu klorin pada air ialah metode kolorimetri, yaitu berdasarkan warna yang terbentuk pada air ketika ditambahkan indikator DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin) yang menyebabkan warna merah muda pada air yang mengandung residu klorin. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan komparator yaitu alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan berdasarkan warna larutan. Warna dibandingkan dengan serangkaian kaca berwarna sampai pertandingan terdekat mungkin ditemukan, dimana

Dengan penambahan klorin yang cukup, diharapkan air yang dihasilkkan akan sesuai dengan baku mutu air dengan memenuhi standar batas kadar yang diperbolehkan sehingga aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah air baku produksi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan telah memenuhi standard sesuai ketentuan Badan Standar Nasional Indonesa 06-4824-1998 yang mensyaratkan batas maksimum klorin pada air adalah 0,011-4,0 mg/l.


(15)

1.2. Permasalahan

- Berapakah kadar residu klorin dalam air baku yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman ringan di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang ditentukan dengan metode kolorimetri.

- Apakah kadar residu klorin yang terdapat pada air baku produksi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI dan TCCQS (The Coca-cola Quality System).

1.3. Tujuan

- Untuk mengukur kadar residu klorin yang terdapat pada air baku yang digunakan untuk pembuatan minuman ringan sehingga memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan. - Untuk mengetahui apakah kadar residu klorin pada air baku produksi di PT.

Coca-cola Bottling Indonesia Medan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI dan TCCQS (The Coca-cola Quality System).

1.4. Manfaat

- Memberikan informasi tentang cara menentukan kadar klorin pada air baku untuk keperluan domestik terutama dalam produksi pembuatan minuman ringan apakah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Badan SNI 06-48248-1998 yaitu 0,011- 4,0mg/l.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan

yang bersifat universal (Linsley, 1991).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Suatu perairan merupakan ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis makhlik hidup yang berukuran kecil(mikroba) yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem didalamnya mengalami gangguan atau hambatan antara lain dalam bentuk pencemaran (Nugroho, 2006).

Agar air layak untuk dikonsumsi sebagai air minum maka air yang berasal dari berbagai jenis sumber air harus terlebih dahulu diolah. Secara umum pengolahan air dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu pengolahan untuk domestik misalnya air konsumsi rumah tangga, pengolahan untuk keperluan khusus industri, dan pengolahan air untuk layak dibuang ke lingkungan. Air untuk keperluan domestik harus di


(17)

disinfeksi terlebih dahulu untuk menghilangkan mikroorganisme patogen penyebab penyakit (Situmorang, 2007).

Sumber air untuk keperluan domestik, misalnya air minum dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari aliran sungai yang masih relatif sedikit terkontaminasi, berasal dari mata air pegunungan, berasal dari danau dan berasal dari tanah atau sumber lain seperti air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah didalam wadah pengolahan air sebelum didistribusikan kepada penggguna. Variasi dari sumber air akan mengandung senyawa yang berbeda, maka harus dikelola terlebih dahulu untuk menjadikan air minum aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia atau mikroorganisme.

Air yang akan digunakan untuk keperluan industri, misalnya untuk pendingin mesin-mesin industri, kesadahan air harus dihilangkan serendah mungkin agar tidak terjadi pengendapan di dalam mesin dan kehadiran bakteri dan mikroorganisme didalam air tidak menjadi masalah.

Air limbah yang akan dikembalikan kedalam air sungai maka pengolahannya harus lebih ketat agar semua senyawa pencemar yang membahayakan lingkungan dapat dihilangkan sehingga tidak membahayakan lingkungan. Air buangan umumnya mengandung komponen pencemar seperti senyawa kimia pengoksidasi dan pereduksi, sedimen, kotoran, lumpur, minyak, bakteri patogen, virus, garam, nutrien, pestisida, senyawa organik, logam berat dan bahan-bahan lain yang mengapung, melayang dan tersuspensi didalam air. Agar air buangan ini dapat di kembalikan atau digunakan kembali maka perlu dilakukan usaha untuk memisahkan bahan pencemar ini dari dalam air (Situmorang, 2007).


(18)

2.2. Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman.

2.2.1. Karakteristik Fisik Air

Karakteristik fisika air ialah karakter pada air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Karakteristik fisika pada air meliputi:

A. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.

B. Temperatur

Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.

C. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.


(19)

D. Solid (Zat padat)

Kandungan zat padat menimbulkan bau, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.

E. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan

oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

2.2.2 Karakteristik Kimia Air

Karakteristik kimia air menyatakan banyaknya senyawa kimia yang terdapat di dalam air, sebagian di antaranya berasal dari alam secara alamiah dan sebagian lagi sebagai kontribusi aktivitas makhluk hidup. Beberapa senyawa kimia yang terdapat didalam air dapat dianalisa dengan beberapa parameter kualitas air. Parameter kualitas air tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

A. pH

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. B. DO (dissolved oxygent)

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.


(20)

C. BOD (biological oxygent demand)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air secara biologi.

D. COD (chemical oxygent demand)

COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

E. Kesadahan

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air .

F. Senyawa-senyawa kimia yang beracun

Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligan, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia (Farida, 2002).

2.2.3 Karakteristik Biologis Air

Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak terdapat pada kebanyakan air tanah karena penyaringan oleh aquifer. Organisme yang paling dikenal adalah bakteri. Adapun pembagian mokroorganisme didalam air dapat di bagi sebagai berikut :


(21)

A. Bakteri

Dengan ukuran yang berbeda-beda dari 1-4 mikron, bakteri tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bakteri yang menimbulkan penyakit disebut disebut bakteri patogen.

B. Organisme Colliform

Organisme colliform merupakan organisme yang tidak berbahaya dari kelompok colliform yang akan hidup lebih lama didalam air daripada organisme patogen. Akan tetapi secara umum untuk air yang dianggap aman untuk dikonsumsi, tidak boleh lebih dari 1 didalam 100ml air.

C. Organisme Mikro Lainnnya

Disamping bakteri, air dapat mengandung organisme mikroskopis lain yang tidak diinginkan berupa ganggang dan jamur. Ganggang adalah tumbuh-tumbuhan satu sel yang memberi rasa dan bau pada air. Pertumbuh-tumbuhan ganggang yang berlebihan dapat dicegah dengan pemakaian sulfat tembaga atau klorin. Jamur adalah tanaman yang dapat tumbuh tanpa sinar matahari dan pada waktu tertentu dapat merajalela pada pipa–pipa air, sehingga menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak (Linsley, 1991).

2.3. Penggolongan dan Sifat Air 2.3.1 Penggolongan Air

Peraturan mentri No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut kegunaannya. Adapun penggolongan air menurut kegunaanya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.


(22)

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.3.2 Sifat Air

Air memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan makhluk hidup, yakni 0oC(32

o

F)-100oC, air berwujud cair. Suhu OoC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut sungai, danau, badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini karena sekitar 60%-90% bagian sel makhluk hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Sifat ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Sifat ini memungkinkan nutrien terlarut diangkut keseluruh


(23)

jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk kedalam tubuh makhluk hidup dapat dikeluarkan kembali.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, sehingga menyebabkan air memiliki sifat dapat membasahi suatu bahan secara baik(higger wetting ability) dan juga memungkinkan terjadinya sisitem kapiler, yaitu kemampuan bergerak dalam pipa kapiler.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Pada saat membeku, air meregang sehingga es memliki nilai densitas yang lebih rendah daripada air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan sehingga kehidupan organisme akuatik tetap dapat berlangsung (Effendi, 2003).

2.4. Klorin.

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III).

Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula

asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk di dalamnya. Klorin

dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin

terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik

aminoak di dalam air dengan klorin.

Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH


(24)

air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi (Farida, 2002).

Kaporit adalah senyawa kimia ( CaOCl2 ), yg pada kadar tinggi bersifat

korosif. Pada prosentase rendah bisa digunakan sebagai penjernih air, pemutih pakaian, membunuh jentik, disinfektan.

2.4.1 Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh

Klorin, khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan

kerusakan ginjal dan hati

2.4.2 Fungsi Klorin Sebagai Disinfektan

Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama


(25)

adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholera penyebab penyakit kolera, shigella dysentereae penyebab disentri basiler, salmonella typhosa penyebab tifus dan S. Paratyphy penyebab paratifus, virus polio dan hepatitis. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air, maka bakteri patogen di dalam air harus dihilangkan dengan proses disinfeksi (Fardiaz, 1992).

Kegunaan disinfeksi pada air adalah untuk mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri patogen. Penghilangan bakteri patogen tersebut terutama harus benar-benar dilakukan untuk air yang akan diminum untuk mencegah timbulnya penyakit. Program disinfeksi ini telah digunakan secara luas sejak awal tahun 1900 untuk menangani air yang akan digunakan secara luas.

Mikroba dalam hal ini bakteri patogen pada umumnya dapat bertahan selama beberapa hari tergantung juga dari kondisi lingkungannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan tersebut antara lain pH, suhu, gizi yang tersedia, kompetisinya dengan mikroba lain, kemampuan membentuk spora dan ketahanannya terhadap senyawa penghambat. Sedangkan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit antara lain ditentukan oleh konsentrasi, virulensi dan resistensi.

Lebih dari 50% bakteri patogen didalam air yang akan mati dalam waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk penampang sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun demikian, beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun lebih, karena itu dibutuhkan disinfeksi. Klorin teerbukti merupakan disinfektan yang ideal. Bila dimasukkan kedalam air akan mempunyai pengruh yang segera akn membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis (Linsley, 1991).

Penggunaan disinfektan dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik. Metode desinfeksi telah dikenal secara luas. Disinfeksi dapat dilakukan antara lain


(26)

dengan berbagai metode dan bahan kimia seperti dengan klorin, yodium, ozon, senyawa amonium kuarterner dan lampu ultraviolet. Berdasarkan perhitungan ekonomi, efisiensi dan kemudahan penggunaanya maka penggunaan klorin merupakan metode yang paling umum digunakan (Jenie, 1993).

2.5 Klorinasi

Klorinasi merupakan disinfeksi yang paling umum digunakan. Klorin yang digunakan dapat berupa bubuk, cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disinfeksi yang menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap air minum adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap bekteri.

Bermacam-macam zat kimia seprti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (ClO2),

dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-lain, digunakan sebagai disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia diatas , klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya yaitu yang disebut sebagai residu klorin (Alaerts, 1984).

Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2) (kaporit), atau larutan HOCl

(asam hipoklorit).Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga:

 semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi  amoniak hilang sebagai gas N2

 masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmi kuman-kuman(Alaerts,G, 1984).


(27)

Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai disinfektan adalah sebagai berikut:

1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk. 2. Relatif murah.

3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi (7000mg/l).

4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan.

5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut.

Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang digunakan sebagai disinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau

kalsium hipoklorit[Ca(OCl2)]. Namun, penambahan klor secara kurang tepat akan

menimbulkan bau dan rasa pahit.

Pada proses klorinasi, sebelum berperan sebagai disinfektan, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai oksidator, seperti persamaan reaksi :

H2S + 4 Cl2 + 4 H2O → H2SO4 + 8 HCl

Jika kebutuhan klorin untuk mengoksidasi beberapa senyawa kimia perairan telah terpenuhi, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai disinfektan. Gas klor bereaksi dengan air menurut persamaan:


(28)

Jika diperairan tidak terdapat amoniak: Cl2 + H2O → HCl + HOCl

  H+ + Cl- H+ +ClO-

(residu bebas) Jika di perairan terdapat amonia:

NH4+ + HClO → NH2Cl + H2O + H+

Monokloramin NH2Cl + HClO→ NHCl2 + H2O

Dikloramin NHCl2 + HClO→ NCl3 + H2O

Nitrogen triklorida

Reaksi kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh pH. Pada pH 2, klor berada dalam bentuk klorin (Cl2); pada pH 2-7 , klor kebanyakan terdapat dalam bentuk

HOCl; sedangkan pada pH 7,4 klor tidak hanya terdapat dalam bentuk HOCl tetapi juga dalam bentuk ion OCl-. Pada kadar klor kurang dari 1.000 mg/l, semua klor berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl) ,atau terdisosiasi menjadi H+ dan OCl- (Effendi, 2003).

Beberapa kota besar menyadari bahwa lebih ekonomis dan aman untuk mempergunakan kalsium hipoklorit sebagai disinfektan. Bahan kimia ini bereaksi dengan air untuk membebaskan hipoklorit. Jumlah klorin yang dibutuhkan tergantung pada jumlah bahan organik dan anorganik yang berkurang di dalam air. Secara umum kebanyakan air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klorin bebas sebanyak 0,2mg/l diperoleh setelah klorinasi selama 10 menit. Residu yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, sedangkan yang lebih kecil tidak


(29)

dapat menghilangkan bakteri pada air. Klorin akan sangat efektif bila pH air rendah, bila persediaan air mengandung fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi. Campuran klorin dan amoniak membentuk kloroamin, yang merupakan disinfektan yang relatif baik, walaupun tidak seselektif hipoklorit. Kloramin tidak bereaksi dengan cepat, tetapi bekerja terus untuk waktu yang lama. Karene itu, mutu disinfeksinya dapat berlanjut jauh kedalam jaringan distribusi (Linsley, 1991).

Kebutuhan klorin atau chlorine demand untuk proses disinfeksi tergantung pada beberapa faktor. Klorin adalah adalah oksidator dan akan bereaksi dengan beberapa komponen termasuk komponen organik pada air. Faktor yang mempengaruhi efisiensi disinfeksi atau kebutuhan akan klorin dipengaruhi oleh jumlah dan jenis klorin yang digunakan, waktu kontak, suhu dan jenis serta konsentrasi mikroba.

Kebutuhan klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yang mengandung suspensi padatan yang tidak terlalu tinggi biasanya relatif kecil. Klorin akan bereaksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan untuk disinfeksi. Sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai disinfektan.

Residu klorin juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan klorin karena kemampuannya sebagai agen penginaktivasi enzim mikroba setelah zat tersebut masuk kedalam sel mikroba. Klorin dapat bertindak sebagai disinfektan baik dalam bentuk klorin bebas maupun klorin terikat pada suatu larutan dapat dijumpai dalam bentuk asam hipoklorit atau ion hipoklorit. Klorin dalam bentuk klorin bebas


(30)

dan asam hipoklorit merupakan bentuk persenyawaan yang baik untuk tujuan disinfeksi (Jenie, 1993).

2.6 Penentuan Kadar Klorin

Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di laboratorium biasanya hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu analisa. Klor aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometri ataupun melalui metode kolorimetri dengan menggunakan DPD (Dietil-p-fenilendiamin). Analisa iodometris lebih sederhana dan murah tetapi tidak sepeka DPD.

Adapun prinsip kerja dari analisa dengan menggunakan DPD adalah; Bila N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi terjadi seketika dan warna larutan menjadi merah. Sebagai pereaksi digunakan iodida (KI) yang akan memisahkan klor tersedia bebas, monokloramin dan dikloramin, tergantung dari konsentrasi iodida yang dibubuhkan. Reaksi ini membebaskan iodin I2 yang mengoksidasi indikator DPD dan

memberi warna yang lebih merah pada larutan bila konsentrasi pereaksi ditambah. Untuk mengetahui jumlah klor bebas dan klor terikat maka larutan dititrasi dengan larutan FAS (Ferro Amonium Sulfat) sampai warna merah hilang. pH larutan harus antara 6,2 sampai 6,5 (Alaerts, 1984).

Pemeriksaan klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan menggunakan alat Komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan, dimana


(31)

kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi DPD (Vogel, 1994).

2.7. Kolorimetri

Kolorimetri merupakan cara yang didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya yang diserap analat. Prinsipnya: seberkas sinar dilewatkan pada analat, setelah melewati analat intensitas cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya molekul analat yang menyerap cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah melewati bahan diukur dan dari situ dapat ditentukan jumlah bahan yang bersangkutan.

Kolorimetri berarti pengukuran warna, yang berarti bahwa dalam kolorimeter, sinar yang digunakan adalah sinar daerah tampak (visible spectrum), sebaliknya, spektrofotometri tidak terbatas pada pengunaan sinar dalam daerah tampak, tetapi dapat juga sinar UV dan sinar IM. Maka timbul istilah-istilah spektrofotometri UV, spektrofotometri tampak, dan spektrofotometri IM (Harjadi, 1990).

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli kimia. Warna tersebuat biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam penyusun yang diinginkan itu sendiri.

Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat tersebut. Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding (comparator) warna. Bila mata digantikan oleh sel fotolistrik, instrumen itu disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua


(32)

ini biasanya digunakan dengan cahaya putih melalui filter-filter, yakni bahan terbuat dari lempengan berwana terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya , yang meneruskan hanya daerah spektral terbatas(Vogel, 1994).

2.7.1. Komparator Lovibond

Komparator Lovibond adalah jenis dan versi update masih tersedia.

Sampel yang akan diuji dicampur dalam tabung gelas dengan serangkaian kaca berwarna sampai pertandingan terdekat mungkin ditemukan. merupakan perkiraan tetapi komparator ini sangat berguna unt karena portabel, kasar dan mudah digunakan

Komparator livibond 1000 juga menggunakan deret standar kaca permanen. Cakram yang mengandung sembilan standar warna kaca itu pas pada komparator, yang dilengkapi dengan 4 ruang untuk dipasangi tabung uji kecil atau sel persegi. Cakram itu dapat berputar dalam komparator, dimana larutan dalam sel dapat diamati. Dengan berputarnya cakram, nilai standar warna yang tampak dalam lubang itu akan kelihatan pada jendela khusus (Vogel, 1994).


(33)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat-Alat

Peralatan yang digunakan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar klorin pada air olahan di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia unit Medan adalah sebagai berikut:

1. Komparator Lovibond 2. Kuvet Lovibond 3. Pipet volume 4. Beaker glass 5. Jar-test

3.2. Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa air produksi tersebut adalah: 1. Sampel (air karbon)

2. DPD No.1 (N-Dietil-p-fenilendiamin) 3. Kaporit

4. Air Suling

3.3. Prosedur Kerja

a.Percobaan menggunakan alat jar-test

- disediakan enam buah beaker glass, kemudian dibersihkan keenam beaker glass tersebut dengan menggunakan air suling.


(34)

- diisi keenam beaker glass tersebut dengan sampel (air sumur), masing-masing sebanyak 1000 ml.

- ditambahakan CaOCl pada masing-masing beaker glass tersebut berturut-turut dengan variasi volume 0,14, 0,12, 0,10, 0,08, 0,06, dan 0,04 ml

- kemudian disusun beaker glass pada peralatan jar-test dan agigator diturunkan - diperiksa putaran dan waktu dari jar-test apakah berfungsi dengan baik

- dihidupkan alat jar-test dengan setting waktu 5 menit - setelah jar-test berhenti, diperiksa kadar klorinnya b. Pemeriksaan kadar chlorine

- sampel sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam kuvet livibond - ditambahkan 1 tablet DPD No.1

- dikocok dan dibiarkan hingga tablet larut

- kuvet dimasukkan kedalam komparator dan dibandingkan dengan kuvet lain yang berisi aquadest


(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Percobaan

Data pemeriksaan kadar klorin pada air olahan di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, dengan 6 sampel masing-masing 1000 ml.

No Penambahan kaporit (ml)

Turbiditi awal Free chlorine (ppm)

Turbiditi akhir

1. 0,14 ml 0,1 1,0 ppm 0,32

2. 0,12 ml 0,1 0,6 ppm 0,30

3. 0,10 ml 0,1 0,4 ppm 0,26

4. 0,08 ml 0,1 0,6 ppm 0,28

5. 0,06 ml 0,1 0,4 ppm 0,12

6. 0,04 ml 0,1 0,2 ppm 0,08

Keterangan: Sampel air diambil dari filter tank

4.1.2 Grafik Data Percobaan

Grafik yang diperoleh dari data hasil percobaaan yang di lakukan untuk analisa kadar klorin pada air baku produksi di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, dengan menggunakan 6 sampel adalah sebagai berikut :


(36)

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Penambahan Kaporit

K

ada

r F

ree C

hl

or

ine

4.1.3 Perhitungan

Flow air: 40m3/jam = 40000 liter/jam

Dari data diatas,diambil hasil penambahan kaporit = 0,14 ml dengan free chlorine 1,0 ppm.

Maka penggunaan kaporit setiap jam adalah: Kaporit = 0,14 ml/L x 40000 L/jam

= 5600 ml/jam = 5,6 L/jam


(37)

4.2. Pembahasan

Analisa kadar klorin pada air olahan untuk proses produksi minuman ringan di PT Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan dilakukan secara kolorimetri, yaitu berdasarkan perbedaan warna. Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan klorin yang terdapat pada air berdasarkan pembentukan warna merah jingga dengan menggunakan pereaksi DPD N-Dietil-p-Fenilendiamin. Kandungan klorin yang diperiksa adalah sampel air pada filter tank. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan alat komparator Lovibond 1000, dengan melihat warna larutan yang dibentuk oleh pereaksi DPD dan diukur dengan disk pembanding pada komparator, dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan perbedaan warana larutan yang terbentuk.

Penambahan kaporit yang paling baik adalah diukur 0,04 ml didalam 1000 ml air atau 5,6 liter/jam didalam 40000 liter air yang menghasilkan kandungan klorin 1,0 ppm. Nilai ini sesuai dengan nilai standar yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan, TCCQS (The Coca-cola Quality Siystem)yaitu 1,0-5,0 ppm dan juga standar SNI 06-48248-1998 yaitu 0,011- 4,0mg/l.

Adapun residu klorin yang di analisa yaitu berasal dari sisa klorin ketika ditambahkan kedalam air baku, dimana sebagian klorin akan mengoksidasi mikroorganisme pada air dan apabila seluruh kuman telah mati maka kelebihan klorinatau sisa klorin yang tidak bereaksi lagi, dinamakan residu klorin ataupun free chlorine.

Kadar free chlorine ini tidak boleh melebihi ataupun kurang dari standar yang ditetapkan. Jika kadar klorin pada air terlalu tinggi (melebihi standar) akan menyebabkan bau tidak enak (bau kaporit) dan dapat berbahaya bagi kesehatan orang


(38)

yang mengkonsumsinya,dan apabila kadar klorin terlalu rendah akan mengakibatkan klorin tidak mampu membunuh kuman-kuman yang terdapat didalam air.

Melalui data yang dihasilkan pada analisa di laboratorium dapat pula diketahui bahwa klorin juga berpengaruh terhadap kejernihan air, walaupun tidak menunjukkan pengaruh yang sangat besar, namun kebutuhan klorin untuk air yang lebih jernih biasanya relatif kecil. Klorin akan bereaksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air, sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai disinfektan. Jadi diusahakan air yang akan digunakan terlebih dahulu disaring agar tidak terlalu banyak pengotor pada air tersebut sehingga penggunaan klorin tidak boros.


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisa, pengukuran yang kadar residu klorin yang dilakukan pada air baku yang digunakan untuk pembuatan minuman ringan adalah 1,0 ppm. - Melalui analisa yang dilakukan pada air baku produksi pembuatan air minum

di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan, dapat diketahui bahwa kadar residu klorin pada air baku produksi telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI yaitu 0,11-4,0 mg/l dan standar TCCQS (The Coca-cola Quality System) yaitu 1,0-5,0 mg/l.

5.2. Saran

- Dalam pemeriksaan kadar klorin hendaknya analisa dilakukan dengan memvariasikan waktu dalam pengambilan sampel air baku, agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan mana yang lebih baik, pengambilan sampel pada pagi hari atau sore hari.

- Hendaknya klorin yang akan ditambahkan kedalam sampel diambil langsung pada tangki klorin, dan jarak antara sampel dengan tangki klorin harus berdekatan agar klorin tidak terlalu lama kontak dengan udara yang dapat menyebabkan terbentuknya lapisan kerak pada permukaan larutan klorin.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G., (1984), “METODE PENELITIAN AIR”, Usaha Nasional, Surabaya. Effendi, H., (2003), “TELAAH KUALITAS AIR”, Kanisius, Yogyakarta. Fardiaz, S., (1992), “POLUSI AIR DAN UDARA”, Kanisius, Yogyakarta.

Farida, (2002), “PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK KEPERLUAN AIR MINUM”, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Harjadi, W., (1990), “ILMU KIMIA ANALITIK DASAR”, PT. Gramedia, Jakarta.

Jenie,B., (1993), “PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI PANGAN”, Kanisius,

Yogyakarta

Linsley, R, K., (1991), “TEKNIK SUMBER DAYA AIR”, Edisi III, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Manihar, S., (2007), “KIMIA LINGKUNGAN”, Universitas Negri Medan, Medan. Nugroho, A., (2006), “BIOINDIKATOR KUALITAS AIR”, Universitas Trisakti,

Jakarta

Reed, R, A., (2004), “GUIDELINES FOR DRINKING WATER QUALITY”, 3th Edition, Loughborough University, Geneva.

Vogel, (1994) , “KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK”, Penerbit Buku Kedokteran, Jakart


(41)

(42)

Komparator Lovibond 1000


(1)

4.2. Pembahasan

Analisa kadar klorin pada air olahan untuk proses produksi minuman ringan di PT Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan dilakukan secara kolorimetri, yaitu berdasarkan perbedaan warna. Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan klorin yang terdapat pada air berdasarkan pembentukan warna merah jingga dengan menggunakan pereaksi DPD N-Dietil-p-Fenilendiamin. Kandungan klorin yang diperiksa adalah sampel air pada filter tank. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan alat komparator Lovibond 1000, dengan melihat warna larutan yang dibentuk oleh pereaksi DPD dan diukur dengan disk pembanding pada komparator, dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan perbedaan warana larutan yang terbentuk.

Penambahan kaporit yang paling baik adalah diukur 0,04 ml didalam 1000 ml air atau 5,6 liter/jam didalam 40000 liter air yang menghasilkan kandungan klorin 1,0 ppm. Nilai ini sesuai dengan nilai standar yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan, TCCQS (The Coca-cola Quality Siystem)yaitu 1,0-5,0 ppm dan juga standar SNI 06-48248-1998 yaitu 0,011- 4,0mg/l.

Adapun residu klorin yang di analisa yaitu berasal dari sisa klorin ketika ditambahkan kedalam air baku, dimana sebagian klorin akan mengoksidasi mikroorganisme pada air dan apabila seluruh kuman telah mati maka kelebihan klorinatau sisa klorin yang tidak bereaksi lagi, dinamakan residu klorin ataupun free chlorine.

Kadar free chlorine ini tidak boleh melebihi ataupun kurang dari standar yang ditetapkan. Jika kadar klorin pada air terlalu tinggi (melebihi standar) akan menyebabkan bau tidak enak (bau kaporit) dan dapat berbahaya bagi kesehatan orang


(2)

yang mengkonsumsinya,dan apabila kadar klorin terlalu rendah akan mengakibatkan klorin tidak mampu membunuh kuman-kuman yang terdapat didalam air.

Melalui data yang dihasilkan pada analisa di laboratorium dapat pula diketahui bahwa klorin juga berpengaruh terhadap kejernihan air, walaupun tidak menunjukkan pengaruh yang sangat besar, namun kebutuhan klorin untuk air yang lebih jernih biasanya relatif kecil. Klorin akan bereaksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air, sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai disinfektan. Jadi diusahakan air yang akan digunakan terlebih dahulu disaring agar tidak terlalu banyak pengotor pada air tersebut sehingga penggunaan klorin tidak boros.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisa, pengukuran yang kadar residu klorin yang dilakukan pada air baku yang digunakan untuk pembuatan minuman ringan adalah 1,0 ppm. - Melalui analisa yang dilakukan pada air baku produksi pembuatan air minum

di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan, dapat diketahui bahwa kadar residu klorin pada air baku produksi telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI yaitu 0,11-4,0 mg/l dan standar TCCQS (The Coca-cola Quality System) yaitu 1,0-5,0 mg/l.

5.2. Saran

- Dalam pemeriksaan kadar klorin hendaknya analisa dilakukan dengan memvariasikan waktu dalam pengambilan sampel air baku, agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan mana yang lebih baik, pengambilan sampel pada pagi hari atau sore hari.

- Hendaknya klorin yang akan ditambahkan kedalam sampel diambil langsung pada tangki klorin, dan jarak antara sampel dengan tangki klorin harus berdekatan agar klorin tidak terlalu lama kontak dengan udara yang dapat menyebabkan terbentuknya lapisan kerak pada permukaan larutan klorin.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G., (1984), “METODE PENELITIAN AIR”, Usaha Nasional, Surabaya. Effendi, H., (2003), “TELAAH KUALITAS AIR”, Kanisius, Yogyakarta. Fardiaz, S., (1992), “POLUSI AIR DAN UDARA”, Kanisius, Yogyakarta.

Farida, (2002), “PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK KEPERLUAN AIR MINUM”, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Harjadi, W., (1990), “ILMU KIMIA ANALITIK DASAR”, PT. Gramedia, Jakarta.

Jenie,B., (1993), “PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI PANGAN”, Kanisius,

Yogyakarta

Linsley, R, K., (1991), “TEKNIK SUMBER DAYA AIR”, Edisi III, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Manihar, S., (2007), “KIMIA LINGKUNGAN”, Universitas Negri Medan, Medan. Nugroho, A., (2006), “BIOINDIKATOR KUALITAS AIR”, Universitas Trisakti,

Jakarta

Reed, R, A., (2004), “GUIDELINES FOR DRINKING WATER QUALITY”, 3th Edition, Loughborough University, Geneva.

Vogel, (1994) , “KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK”, Penerbit Buku Kedokteran, Jakart


(5)

(6)