Pengaruh Penambahan Kaporit Terhadap Kandungan Klorin Air Olahan Didalam Filter Tank Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN KAPORIT TERHADAP

KANDUNGAN KLORIN AIR OLAHAN

DIDALAM FILTER TANK

DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh :

PUTRI HANDAYANI 052410029

PROGRAM DIPLOMAT III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBARAN PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN KAPORIT TERHADAP

KANDUNGAN KHLORIN AIR OLAHAN

DIDALAM FILTER TANK

DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diplomat III Analisa Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

PUTRI HANDAYANI 052410029

Medan, Mei 2008 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si,. Apt. NIP. 131 283 718

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputtra, Apt. NIP. 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas ini adalah : “Pengaruh Penambahan Kaporit Terhadap Kandungan Klorin Air Olahan Di Dalam Filter Tank Di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada ayah bunda tercinta Syarifin Hidayat dan Nursimah serta Abang dan Kakanda tersayang atas doa dan dengan penuh kesabaran telah memberikan dorongan semangat dan pengorbanan moril maupun materil selama masa kuliah hingga selesai penulisan tugas akhir ini.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dorongan, bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Immanuel S. Meliala., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu dan pengarahan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt selaku coordinator program studi diploma III analis farmasi.

4. Bapak Drs. Saiful Bahri, MS, Apt. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf program studi Diploma III Analis Farmasi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf dan Karyawan Di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan yang membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan.


(4)

8. Sahabat-sahabatku Winda, Vie_vie, Cai, Nia, Chiemut, Ayu, Qq, Kak Rumi & Suami yang telah memberi motivasi dan doa.

9. Seluruh rekan-rekan analis farmasi 2005 yang selalu membantu dan memberi dukungan.

Penulis menyadari sepenuhnya penulisan tugas akhir ini masih belum sempurna, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga kiranya tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2008 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI………...iii

BAB I

: PENDAHULUAN………1

1.1. Latar Belakang

………...

1

1.2. Tujuan

………...

2

1.3. Manfaat

………...

2

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA………...3

2.1. Penertian Air

………...

3

2.2. Syarat-syarat Air

………...

4

2.3. Kaporit

………...

5

2.4. Klorin

………...

7

2.5. Desinfeksi

………...

9

2.5.1. Klorinasi

………...

9

2.5.2. Tahap Pelaksanaan Klorinasi

………

10

2.6. Penentuan Kadar Klorin

……….

11

2.7. Pengolahan Air Di PT. Coca-cola

………

12

BAB III

: METODOLOGI………...14

3.1. Alat-alat

………...

14

3.2. Bahan-bahan

………...

14

3.3. Prosedur Kerja

………...

14

BAB IV

: HASIL DAN PEMBAHASAN………..…………16

4.1. Hasil

………...

16


(6)

BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN………..18

5.1. Kesimpulan

………...

18 5.2. Saran

………...

18

DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri sangat cepat baik industri kecil, industri menengah, maupun industri besar seiring dengan perkembangan IPTEK. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang pembangunan industrinya cukup baik.

Untuk menghasilkan produk-produk dari industri-industri tersebut maka dibutuhkan bermacam-macam material, salah satunya adalah air dengan mutu yang baik. Air merupakan senyawa sederhana (H2O) namun merupakan kebutuhan utama kehidupan

makhluk hidup terutama manusia.

PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan industri pembuatan minuman ringan dimana pabrik minuman ini membuat minuman yang memiliki rasa tersendiri, sehingga minuman yang diproduksi berbeda dengan minuman yang dihasilkan oleh pabrik minuman yang lain. Dalam pembuatan minuman yang nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat, PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan menggunakan air sebagai bahan bakunya. Dimana air yang digunakan adalah air yang diproses melalui beberapa tahap agar memenuhi standar parameter yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu air yang baik dengan kualitas dan kuantitasnya.

Sumber air yang digunakan oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan untuk produksi minuman ringan adalah berasal dari sumur bor yang merupakan air tanah dengan kedalaman 150 m. Oleh karena itu air tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia tertentu, maka air tersebut harus melalui pengolahan tertentu dan mengacu pada beberapa parameter mutu air. Penentuan kadar chlorine merupakan salah satu parameteruntuk mendapatkan air yang baik. Pada pengolahan air yang dipakai untuk pembuatan minuman ringan penentuan kadar chlorine dititik beratkan pada filter tank.

Air bersih yang diharapkan harus sesuai baku mutu air yaitu batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat didalamnya.


(8)

1.2.Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penambahan kaporit terhadap kualitas air olahan yang digunakan untuk pembuatan minuman ringan sehingga memenuhi pembuatan persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan.

1.3. Manfaat

Dengan mengetahui pengaruh penambahan kaporit terhadap kualitas air olahan tersebut, maka kita dapat memastikan kualitas air yang digunakan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan minuman ringan.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air adalah zat yang tudak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan yang

bersifat universal (Linsley, 1991).

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan bagi kehidupan Manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri dan perikanan. Air yang dapat diminum adalah air yang bebas dari bakteri berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berbau dan tidak berwarna, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan (Adiono, 1987).

Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan air. Secara global tubuh manusia dewasa mengandung air sebanyak 50 – 70 % dari bobot tubuhnya. Bila tubuh air kehilangan air sebanyak 15 % dari bobot tubuhnya akan mengakibatkan kematian. Dalam tubuh manusia air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula dengan zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan keseluruh tubuh dan mengambil kembali segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh (Soemirat, 1994 )

Karena kebutuhan air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, maka penyediaan air baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas mutlak diupayakan ditengah-tengah kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok. Dari kualitasnya air dapat memenuhi kriteria atau standar air minum. Kualitas air minum perlu diperhatikan sebelum dikonsumsi, sebab air yang tidak bersih atau kualitas rendah dapat merugikan kesehatan manusia (Mahida, 1986)


(10)

2.2. Syarat-syarat air

Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum yaitu : 1. Syarat Fisik

Menurut azwar (1996) syarat fisik dari air ialah :

- Tidak boleh berwarna

- Tidak boleh berasa

- Tidak boleh berbau

- Harus jernih

- Suhu sebaiknya dibawah suhu udara, sejuk (± 250C) 2. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia dan mineral, terutama oleh zat-zat-zat-zat kimia dan mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat didalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minnum tersebut. (Azwar., 1996).

3. Syarat Biologi

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali tidak boleh mengandung bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditetukan yaitu 1 coloni/100 ml air. Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Air yang mengandung golongan coli dengan kadar yang melebihi batas yang telah ditentukan, dianggap telah terkontaminasi dengan kototan manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologi, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan coli. (Sutrisno,2002).


(11)

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam air sesuai dengan syarat air yang baik untuk kesehatan, oleh karena itu air yang ada dipersyaratan yang telah ditentukan atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Pada umumnya, persyaratan air minum pada beberapa negara berbeda-beda, tergantung kepada kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3. Kaporit

Menurut Surbakti (1987), kalsium hipoklorit, [Ca(ClO)2] disebut pula kaporit. Di

Indonesia untuk mendensifeksi air minum banyak digunakan kaporit. Harga lebih murah selain itu kaporit lebih stabil dan dapat disimpan lebih lama dari pada serbuk pengelantang.

Pada desinfektan dengan kaporit, pH air yang didesinfeksikan harus diatur agar desinfeksi dari kaporit dapat maksimal. Diketahui bahwa dalam larutan kaporit, terdapat HClO. HClO akan mengeluarkan atom-atom oksigen. Makin banyak HClO yang terbentuk, makin banyak pula atom oksigen yang lepas. Ini berarti daya desinfeksi makin besar.

Bila kaporit dilarutkan dalam air, maka reaksi kimianya berlangsung bertahap sebagai berikut :

Ca(ClO)2 + 2H2O 2HClO + Ca(OH)2

2HClO 2HCl + 2O2

+ Ca(ClO)2 + 2H2O Ca(OH)2 + 2HCl + 2O2

Jadi bila kaporit dilarutkan kedalam air maka akan menghasilkan atom-atom oksigen. Atom-atom oksigen inilah yang sebenarnya aktif membunuh bakteri-bakteri, karena bakteri-bakteri dioksidasi.

Sifat umum kaporit cair :

Kaporit cair (NaOCl) merupakan bahan oksidasi yang kuat, berwarna kuning kehijau-hijauan, berbau, dapat dilarutkan dalam airdan diuraikan dengan air panas. Biasanya mengandung kadar khlorin (dalam berat) sebesar 14 – 15 %, bersama-sama dalam sejumlah kecil kaustik soda. Kaporit cair berasal dari pengenceran larutan sodium


(12)

hydroxid karena NaOCl tidak stabil dalam udara jika tidak bercampur dengan sodium hydroxid.

Kaporit cair bersifat korosif yang tinggi pada kulit, paling banyak pada logam. Senyawa ini harus tersimpan dalam lubang kaca atau kotak barang pecah belah, dan dalam ruangan pendingin, ruangan gelap dan jauh dari asam atau bahan makan, karena dengan perlahan-lahan menguraikan senyawa dalam tempat penyimpanan dan diubah dengan mempergunakan cahaya panas, dan juga dari logam dengan senyawa asam. Kaporit cair digunakan sebagai pembasmi kuman, menghilangkan bau dan juga sebagai pemutih.

Khlorin banyak digunakan pada pengolahan air limbah sebagai oksidasi dan mengontrol bau dan rasa serta menghilangkan warna. Pembubuhan kaporit cair bertujuan membasmi mikroba, diantaranya untuk mencegah akibat adanya pertumbuhan mikroba.

Khlorin telah terbukti hanya merupakan desinfektan yang ideal. Bila dimasukkan dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera membinasahkan kebanyakan mikroba. yang berkurang dalam air. Secara umum kebanyakan air mengalami desinfeksi yang cukup baik bila residu khlorin bebas sebanyak kira-kira 0,2 mg/L diperoleh setelah khlorinasi selama 10 menit. Residu yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak, sedangkan yang lebih kecil tidak dapat diandalkan. Khlorin akan sangat efektif bila pH air rendah.

2.4. Klorin

Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodorant dan desinfektan yang sangat baik, yang dijadikan standard an pengolahan air minum diseluruh lingkungan.

Menurut linsley (1991), klorin telah terbukti merupakan desinfektan yang ideal, bila di masukkan kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis.

Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan kedalam air, yaitu hidrolisis dan ionisasi.

Reaksi hidrolisisnya adalah :

Cl2 + H2O HOCI + CI-+ H+


(13)

Reaksi ionisasi adalah :

HOCI OCI + H+ Asam hipoklorit ion hipoklorit

Menurut Santika (1991), ion klorida (CI-) tidak aktif sedangkan CuI2, HOCI, dan

OCI- dianggap sebagai bahan yang aktif. HOCI yang tidak terionisasi adalah zat pembasmi yang paling efisien bagi bakteri.

Secara umum, kebanyakan air akan mengalami desinfeksi cukup baik bila residu klorin bebas banyak sebanyak kira-kira 0,2 mg/ I diperoleh setelah klorinasi selama 10 menit. Residu klorin yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak, sedangkan yang lebih kecil tidak dapat diandalkan. Klorin akan sangat efektif bila PH air rendah. (Linsley, 1991).

Dampak Negatif Dari Chlorine Di Dalam air

Chlorine merupakan senyawa desinfektan, yang banyak digunakan dalam proses pengolahan air. Desinfektan ini bekerja dengan baik untuk membunuh bakteri, fungi dan virus. Namun desinfektan ini juga dapat menimbulkan efek negative terhadap kesehatan manusia selain dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak pada air. Sebagai contoh Chlorine dapat bersifat merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, selain itu Chlorine juga berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan.

2.5. Desinfeksi

Yang dimaksud dengan desinfeksi adalah pembunuhan terhadap semua mikroba yang membahayakan. Zat-zat yang dipergunakan untuk usaha desinfeksi ini dinamakan desinfektan. (Surbakti., 1987)

Lebih dari 50 persen bakteri pathogen di dalam air akan mati dalam waktu 2 hari dan 90 persen akan mati dalam satu minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk penampung sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun demikian, beberapa jenis bakteri patogen mungkin masih tetap hidup selam adua tahun atau lebih, karena itu dibutuhkan desinfeksi. (Linsley., 1995)

Desinfekasi merupakan salah satu proses dari pengolahan air, yang mana proses desinfeksi adalah suatu proses atau usaha agar kuman patogen yang ada didalam air punah atau hilang.


(14)

Bahan – bahan desinfeksi yang dipakai tadak boleh membahayakan, dapat diterima masyarakat pemakai, serta mempunyai efek desinfeksi untuk waktu yang cukup lama. Beberapa cara desinfeksi yang dapat dilakukan yaitu dengan :

- Penggunaan ozon (ozonisasi)

- Penyinaran dengan sinar ultra violet

- Perebusan

- Penambahan senyawa klor (klorinasi)

Cara-cara desinfeksi yang dikemukakan diatas tidak semuanya efektif untuk skala industri, hanya klorinasi yang umum digunakan, terhadap air minum dalam kemasan secara ekonomis.

2.5.1 klorinasi

Klorinasi merupakan desinfeksi yang paling umum digunakan. Klorin yang digunakan dapat berupa bubuk, cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin, berisi natrium hipoklorit. Desinfeksi air minum yang mempergunakan gas chlorine atau preparat chlorine disebut klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap air minum adalah penghancuran bakteri melalui daya germisidal dari klorin terhadap bakteri.

Menurut santika (1991), senyawa-senyawa klor yang biasanya digunakan adalah :

- Gas klor

- Senyawa hipoklorit, dapat berbentuk : - Ca(OCI)2 / kaporit

- CaOCI / serbuk kelantang Menurut Hammer (1986) sifat-sifat klor adalah :

- Klor lebih berat dari udara

- Bersifat racun

- Bila bereaksi dengan air akan bersifat korosif


(15)

2.5.2. Tahap Pelaksanaan Klorinasi

Tahap pelaksanaan klorinasi pada pengolahan air, yaitu : a. Tahap Pre Chorinasi

Yaitu tahap pemberian liquid chlorine yang bertujuan untuk :

- Menghilangkan polutan dalam air seperti rasa dan bau

- Semua zat yang dioksidasi teroksidasi seperti besi, mangan.

- Mencegah molekul organic seperti warna

- Mencegah pertumbuhan jamur

- Mencegah pertumbuhan alga (ganggang) b. Tahap post Chlorinasi

Yaitu tahap pemberian liquid chlorine yang bertujuan untuk membunuh mikroba yang masih terikat dalam air terutama mikroba pathogen. Konsentrasi klor yang ditambahkan adalah 0,5 mg/ml. Sisa klor yang diinginkan dalam reservoir agar memenuhi syarat kesehatan sebagai air yang layak diminum berkisar antara 0,2 – 0,5 mg/I. (Moersidik, 1999)

2.6. Penentuan Kadar Chlorine

Adapun pemeriksaan Chlorine dalam air dapat dianalisa dengan cara sebagai berikut :

Dengan menggunakan alat komperator

Pemeriksa klor dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama komperator. Air yang akan diperiksa diambil sebanyak 10 cc dan ditempatkan didalam dua tabung yang terpisah. Salah satu dari tabung ini diberikan tablet N-dietil-p-penilendiamin (DPD) dan kemudian didiamkan beberapa menit, sedangkan yang lain tidak diberikan perlakuan. Lihat perubahan warna yang terjadi pada tabung yang telah diberikan N-dietil-p-penilendiamin (DPD) dan kemudian sesuaikan warna ini dengan warna yang ada pada komperator mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Bila warna tersebut sama dengan warna yang ada pada komperator dan menunjukkan angka misalnya 0,2 ppm maka kadar klor yang ada dalam air adalah 0,2 ppm.


(16)

2.7. Pengolahan Air Di PT. Coca-cola Bootling Indonesia-Medan

Proses pengolahan air di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan adalah sebagai berikut :

Air dipompakan dari sumur bor (deep well) dan masuk kedalam degasifier. Sebelum air dimasukkan kedalam degasifier, diinjeksi terlebih dahulu dengan H2SO4

dengan konsentrasi 3.5 – 4 % yang berfungsi untuk menurunkan alkalinitas. Karena apabila alkalinitas air tinggi atau lebih besar dari 85 ppm, maka akan mempengaruhi rasa minuman. Di dalam degasifier, ada 4 buah blower yang berfungsi menghilangkan gas-gas yang mengganggu yang terdapat didalam air dengan cara mendesak gas-gas tersebut keluar dari degasifier, lalu air akan dialirkan menuju tanki flokulator. Sebelum masuk tanki flokulator. Air akan diinjeksi dengan Ca(OH)2, yang berfungsi sebagai flokulant

atau pengendap, dengan cara menaikkan PH. Karena semakin besar PH maka kecepatan pengendapan akan semakin besar. Dan juga diinjeksikan dengan PAC (Poly Aluminium Chloride). PAC disini bertindak sebagai koagulan atau penggumpal, yang berguna untuk menggumpalkan partikel-partikel pengganggu sehingga dengan adanya kapur, maka akan membentuk endapan. Kapur memiliki berat jenis yang besar dan dikarenakan adanya gaya gravitasi, maka endapan tersebut akan mengendap kebagian bawah tangki flokulator, dan pada bagian atas tangki akan diperoleh air yang jernih. Jarak antara permukaan air dijaga agar ± 1 – 1,25 meter untuk mempertahankan kejernihan air. Air jernih dalam tangki flokulator dialirkan ke Sand filter untuk menyaring partikel-partikel yang ikut terapung didalam air. Sebelum air mengalir ke Sand filter, terlebih dahulu air diinjeksikan dengan Ca(OCI)2 atau kaporit.

Yang berfungsi sebagai desinfekatan dan untuk mengoksidasi logam yang terdapat di air. Ada 4 tangki Sand filter dan sebagai penyaring (filter) digunakan kerikil dengan ukuran :

1. Lapisan I dengan ukuran 2 – 3 mm 2. Lapisan II dengan ukuran 1 – 2 mm 3. Lapisan III dengan ukuran 0,5 – 1 mm

Lapisan penyaring tersebut mempunyai tinggi¾ dari tinggi sand filter. Setiap hari setelah selesai produksi dilakukan bachwash atau pencucian ulang pada tangki-tangki sand filter yang berguna untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak diinginkan


(17)

yang ada dalam sand filter. Kemudian dari tangki sand filter, air dialirkan ke tangki penyimpanan (stroge tank). Dimana setelah air sampai pada ketinggian maksimum, pompa dari sumur bor akan berhenti secara otomatis, dan akan hidup setelah mencapai ketinggian minimum. Dari stroge tank, air dialirkan ke buffer tank berfungsi sebagai tangki penahan air dan juga sebagai penyimpanan dan pendistribusian air. Dari buffer tank ini, air akan melewati carbon filter tank untuk menyerap klorin. Kadar klorin harus < 0,1 mg/I karena lebih dari ini akan menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak pada air minum. Setelah melewati carbon filter tank air akan didistribusikan ke paramix (pencampuran) untuk menjadi prodak.


(18)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat – Alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar khlorin pada air olahan di PT. Coca – cola Bootling Indonesia unit medan adalah sebagai berikut :

1. Komperator 2. Kuvet lovibond 3. Pipet volum 4. Beaker glass 5. jar-test 3.2. Bahan – bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam analisa air produksi tersebut adalah : 1. Sampel (air karbon)

2. DPD No.4 (N-dietil-p-penilendiamin) 3. kaporit (CaOCI)

4. Air suling 3.3. Prosedur kerja

Metode praktek yang dilakukan di laboratorium : a. Percobaan menggunakan alat jar-test

- Disediakan enam buah beaker glass, kemudian dibersihkan keenam beaker glass tersebut dengan menggunakan air suling.

- Diisi keenam beaker glass tersebut dengan sample (air sumur), masing-masing sebanyak 500 ml.

- Diperiksa putaran dan waktu dari jar-test apakah berfungsi dengan baik.

- Kemudian disusun beaker glass pada peralatan jar-test dan agigator diturunkan.

- Dihidupkan alat jar-test dengan setting waktu 5 menit.

- Ditambahkan CaOCI pada masing-masing beaker glass tersebut berturut-turut dengan variasi volume 0,1, 0,8, 0,06, 0,05, 0,04, 0,02 ml.


(19)

b. pemeriksaan kadar Chlorine

- Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam kuvet lovibond.

- Ditambahkan 1 tablet DPD No.4

- Dikocok dan dibiarkan hingga larut.

- Kuvet dimasukkan ke dalam komperator dan dibandingkan dengan kuvet lain yang berisi aquadest.


(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Data pemeriksaan kadar klorin pada air olahan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan, dengan 6 sampel masing-masing 500 ml.

No.sampel Penambahan Kaporit (ml) Free Chlorine(ppm)

1. 0,1 ml 4 ppm

2. 0,08 ml 3 ppm

3. 0,06 ml 2,5 ppm

4. 0,05 ml 2,0 ppm

5. 0,04 ml 1,5 ppm

6. 0,02 ml 1,0 ppm

Keterangan : sample air diambil dari filter tank

Flow Air : 40 m3 / jam = 40000 liter / jam

Dari data diatas, diambil hasil penambahan kaporit = 0,05 ml dengan free chlorine 2,0 ppm.

Maka penggunaan kaporit dalam setiap jam adalah : Kaporit = 0,05 ml/500 ml × 40000 liter / jam

= 0,1 ml/liter × 40000 liter/jam = 4000 ml/jam = 4 liter/jam 4.2.pembahasan

Telah dianalisa pengaruh penambahan kaporit terhadap kandungan klorin pada air olahan untuk proses produksi minuman ringan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan. Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan klorin yang terdapat pada air berdasarkan pembentukan warna merah jingga. Kandungan klorin yang diperiksa pada filter tank. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan alat komperator lovibond, dengan melihat warna larutan yang menunjukkan berapa kandungan klorin yang terdapat di dalam air tersebut.


(21)

Penambahan kaporit yang paling baik adalah 0,05 ml tiap 500 ml air atau 4 liter/jam yang menghasilkan kandungan klorin 2,0 ppm. Nilai ini sesuai dengan nilai standart yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan yaitu dalam kisaran 1-3 ppm.

Jika kadar klorin terlalu tinggi (melebihi standar) akan menyebabkan bau tidak enak pada air (bau kaporit) dan apabila kadar klor terlalu rendah akan mengakibatkan klorin tidak mampu membunuh kuman-kuman yang terdapat didalam air.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. kesimpulan

 Dari hasil yang diperoleh, penambahan kaporit yang diberikan adalah 0,05 ml atau setara dengan 4 liter/jam.

 Kandungan klorin yang terdapat pada air tersebut yaitu 2,0 ppm. 5.2.Saran

Dalam pemeriksaan kadar klorin sebaiknya dilakukan dalam waktu yang singkat setelah pengambilan sample, karena kadarnya akan menurun bila kontak dengan sinar matahari atau sumber cahaya lainnya sehingga hasil yang didapat tidak akurat.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adiono, H. P., (1987), “ILMU PANGAN”, UI Press, Jakarta.

Azwar, A, MHP., (1996), “PENGANTAR ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN”, Cetakan-8, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Linsley, R. K., (1991),”TEKNIK SUMBER DAYA AIR”, Edisi III, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Mahida, U. N, (1986),”PENCEMARAN AIR DAN PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI”, Jakarta.

Moersidik, S, (1999),”ANALISIS KUALITAS AIR”, Universitas terbuka, Jakarta. Sutrisno, C.T., (2002), “TEKNOLOGI PENYEDIAAN AIR BERSIH”, Renika Cipta,

Jakarta.

Santika, S. S., (1987), “METODE PENELITIAN AIR”, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia.

Selamet Soemirat, J, MPH., (1994), “KESEHATAN LINGKUNGAN”, Cetakan I, Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.


(1)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat – Alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar khlorin pada air olahan di PT. Coca – cola Bootling Indonesia unit medan adalah sebagai berikut :

1. Komperator 2. Kuvet lovibond 3. Pipet volum 4. Beaker glass 5. jar-test 3.2. Bahan – bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam analisa air produksi tersebut adalah : 1. Sampel (air karbon)

2. DPD No.4 (N-dietil-p-penilendiamin) 3. kaporit (CaOCI)

4. Air suling 3.3. Prosedur kerja

Metode praktek yang dilakukan di laboratorium : a. Percobaan menggunakan alat jar-test

- Disediakan enam buah beaker glass, kemudian dibersihkan keenam beaker glass tersebut dengan menggunakan air suling.

- Diisi keenam beaker glass tersebut dengan sample (air sumur), masing-masing sebanyak 500 ml.

- Diperiksa putaran dan waktu dari jar-test apakah berfungsi dengan baik.

- Kemudian disusun beaker glass pada peralatan jar-test dan agigator diturunkan.

- Dihidupkan alat jar-test dengan setting waktu 5 menit.

- Ditambahkan CaOCI pada masing-masing beaker glass tersebut berturut-turut dengan variasi volume 0,1, 0,8, 0,06, 0,05, 0,04, 0,02 ml.

- Setelah alat jar-test berhenti, diperiksa kadar klorinnya.


(2)

- Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam kuvet lovibond.

- Ditambahkan 1 tablet DPD No.4

- Dikocok dan dibiarkan hingga larut.

- Kuvet dimasukkan ke dalam komperator dan dibandingkan dengan kuvet lain yang berisi aquadest.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Data pemeriksaan kadar klorin pada air olahan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan, dengan 6 sampel masing-masing 500 ml.

No.sampel Penambahan Kaporit (ml) Free Chlorine(ppm)

1. 0,1 ml 4 ppm

2. 0,08 ml 3 ppm

3. 0,06 ml 2,5 ppm

4. 0,05 ml 2,0 ppm

5. 0,04 ml 1,5 ppm

6. 0,02 ml 1,0 ppm

Keterangan : sample air diambil dari filter tank

Flow Air : 40 m3 / jam = 40000 liter / jam

Dari data diatas, diambil hasil penambahan kaporit = 0,05 ml dengan free chlorine 2,0 ppm.

Maka penggunaan kaporit dalam setiap jam adalah : Kaporit = 0,05 ml/500 ml × 40000 liter / jam

= 0,1 ml/liter × 40000 liter/jam = 4000 ml/jam = 4 liter/jam 4.2.pembahasan

Telah dianalisa pengaruh penambahan kaporit terhadap kandungan klorin pada air olahan untuk proses produksi minuman ringan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan. Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan klorin yang terdapat pada air berdasarkan pembentukan warna merah jingga. Kandungan klorin yang diperiksa pada filter tank. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan alat komperator lovibond, dengan melihat warna larutan yang menunjukkan berapa kandungan klorin yang terdapat di dalam air tersebut.


(4)

liter/jam yang menghasilkan kandungan klorin 2,0 ppm. Nilai ini sesuai dengan nilai standart yang telah ditetapkan oleh PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan yaitu dalam kisaran 1-3 ppm.

Jika kadar klorin terlalu tinggi (melebihi standar) akan menyebabkan bau tidak enak pada air (bau kaporit) dan apabila kadar klor terlalu rendah akan mengakibatkan klorin tidak mampu membunuh kuman-kuman yang terdapat didalam air.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. kesimpulan

 Dari hasil yang diperoleh, penambahan kaporit yang diberikan adalah 0,05 ml atau setara dengan 4 liter/jam.

 Kandungan klorin yang terdapat pada air tersebut yaitu 2,0 ppm. 5.2.Saran

Dalam pemeriksaan kadar klorin sebaiknya dilakukan dalam waktu yang singkat setelah pengambilan sample, karena kadarnya akan menurun bila kontak dengan sinar matahari atau sumber cahaya lainnya sehingga hasil yang didapat tidak akurat.


(6)

Adiono, H. P., (1987), “ILMU PANGAN”, UI Press, Jakarta.

Azwar, A, MHP., (1996), “PENGANTAR ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN”, Cetakan-8, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Linsley, R. K., (1991),”TEKNIK SUMBER DAYA AIR”, Edisi III, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Mahida, U. N, (1986),”PENCEMARAN AIR DAN PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI”, Jakarta.

Moersidik, S, (1999),”ANALISIS KUALITAS AIR”, Universitas terbuka, Jakarta. Sutrisno, C.T., (2002), “TEKNOLOGI PENYEDIAAN AIR BERSIH”, Renika Cipta,

Jakarta.

Santika, S. S., (1987), “METODE PENELITIAN AIR”, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia.

Selamet Soemirat, J, MPH., (1994), “KESEHATAN LINGKUNGAN”, Cetakan I, Gajah Mada U

niversitas Press, Yogyakarta.