Berbagai Cara dalam Mengangkat Kecerdasan Unggulan atau Potensi Dasar Sebagai Kunci Kesuksesan

8. Kecerdasan Naturalis, kemampuan memahamai alam sekitar. Mereka

cenderung menyukai kehidupan luar dan mengamati berbagai kejadian alam sekitar, serta sangat mudah untuk mengklasifikasikan benda-benda alam. Karakter semacam ini biasa ditemukan pada para ilmuan astronomi, zoologi, dan juga botani.

2.2 Berbagai Cara dalam Mengangkat Kecerdasan Unggulan atau Potensi Dasar Sebagai Kunci Kesuksesan

Setiap individu tentunya memiliki keinginan ataupun cita-cita untuk menjadi generasi sukses di masa depan. Berbagai cara telah mereka lakukan mulai dari hal yang biasa hingga unik luar biasa yang terkadang belum mampu diterima oleh kalangan awam. Ketidakmampuan dalam menerima berbagai hal aneh yang dialami anak tersebut membuat mereka memberi label anak-anak tersebut sebagai anak nakal. Hal ini sama seperti yang dialami oleh Totto-Chan dalam serial novel “Totto-Chan Gadis Kecil di Jendela”. Nelafani 2011:18-19 menyatakan bahwa dia adalah gadis yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tetapi sikapnya yang aneh membuatnya sering dihukum dan diberi label anak nakal. Terbukti saat pelajaran berlangsung, dia lebih memilih berdiri di dekat jendela dan memanggil pengamen daripada harus memperhatikan guru di depan Putra 2012:3. Hukuman-hukuman dan label anak nakal tersebut tidak akan pernah terlontar jika mereka para pendidik mengetahui cara-cara dalam memanfatkan keunikan mereka. Ada beberapa cara yang sebaiknya patut diketahui oleh mereka para pendidik dalam menghadapi anak-anak dengan kemampuan unik mereka: 1. Mereka harus mengetahui keunikan apa yang dimiliki oleh anak didik tersebut dengan cara mengidentifikasinya sesuai karakteristik tipe kecerdasan pada pembahasan sebelumnya. 2. Memberi anak-anak sebuah pemahaman, kepercayaan tinggi atas apapun yang mereka lakukan, dan mengurangi berbagai tindakan hukuman atau pelontaran kata nakal kepada mereka. Seperti yang dilakukan oleh Kobayashi kepada anak didiknya pada cerita Totto-Chan. Kebesaran hati Kobayashi yang mampu meyakinkan dan memahami potensi anak didik, 4 membuat Totto-Chan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya di sekolah Tomoe Gakuen Putra 2012:3. 3. Mengantarkan mereka melakukan berbagai hal sesuai dengan karakter potensi dasar yang mereka miliki. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan penyesuai cara belajar atau gaya belajar yang sesuai dengan diri mereka. Amstrong dalam bukunya “Setiap Anak Cerdas”menjelaskan cara belajar tersebut sesuai dengan setiap karakter tipe kecerdasan anak. Perlu diingat hal ini disesuaikan dengan potensi dasar anak. Bukan berarti seorang anak harus diberi label satu macam kecerdasan, karena setiap anak memiliki semua kecerdasan tersebut dengan kadar yang berbeda dan lebih didominasi dengan kadar potensi dasar mereka. 2.3 Konsep Gaya Belajar Sesuai Tipe Kecerdasan Anak Potensi Dasar Anak dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan demi mampu tercapainya suatu pemahaman terhadap sesuatau yang dipelajari. Dalam kegiatan belajar, seseorang memiliki kemampuan masing-masing dalam penyerapan informasi dan metode pengaturan penyimpanan yang terjadi dalam otak masing-masing. Perbedaan kemampuan inilah yang membuat seseorang memilih berbagai cara yang sesuai dengan dirinya demi mencapai tingkat pemahaman sempurna dan menjadikan pembelajaran lebih efektif. Cara-cara yang mereka gunakan inilah yang sering kali disebut sebagai gaya belajar learning style. Selain itu, gaya belajar juga dapat dijadikan sebagai sebuah petunjuk karakteristik individu. Hal ini dikarenakan setiap gaya belajar antara satu orang dengan yang lain berbeda Dunn Dunn dalam Sugihartono dalam Prasetya 2012:25-26. DePorter dan Hernacki dalam Prasetya 2012:25-29 mengklasifikasikan gaya belajar menjadi tiga tipe gaya yaitu: 1. Gaya Belajar Visual Penglihatan indra mata menjadi pemegang peran penting dalam siswa yang bergaya belajar visual. Selain itu, mereka mudah mengerti pembelajaran jika mereka dapat melihat bahasa tubuh dan ekspresi wajah sang guru. Secara umum individu visual memiliki ciri-ciri: rapi dan teratur, 5 berbicara cepat, teliti terhadap detail, pengeja yang baik, mengingat apa yang dilihat dan didengar, tidak merasa terganggu dengan adanya keributan, pembaca cepat dan tekun, suka membaca daripada dibacakan, lebih suka demonstrasi daripada berpidato, mengingat dengan asosiasi visual, lebih suka seni daripada musik, berpikir dengan gambar, dan sebagainya. Menurut beberapa ciri-ciri tersebut, ada beberapa karakter yang memiliki kesamaan dengan karakteristik kecerdasan unik atau potensi dasar yang dimilki individu. Diantaranya adalah spasial paling dominan karena memiliki kemampuan visualisasi yang baik, verbal-linguistik meskipun ada beberapa kendala dalam urusan penyampain pesan verbal, kemampuan membaca, kesukaan berdemostrasi yang baik sudah mewakili karakter dalam jiwa verbal, interpersonal mampu mengendalikan dalam situasi ramai, logis matematis karakter ketelitian akan sebuah kedetailan. 2. Gaya Belajar Auditorial Siswa dengan gaya auditori cenderung menggunakan alat pendengarannya. Lebih mudah menangkap materi dengan diskusi verbal dan mendengarkan perkataan guru. Kemampuan mereka dalam menghafal juga lebih cepat dari yang lain. Secara umum individu auditori memiliki ciri-ciri: suka berbicara pada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu dengan keramaian, senang membaca keras dan mendengarkan, mudah dalam kemampuan berbasis musikal, mereka kesulitan menulis tetapi mudah dalam berbicara, suka berdiskusi dan menejelaskan secara detail, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, memiliki masalah dalam pekerjaan visual, menggerakkan bibir saat membaca, dan sebagainya. Seperti pembahasan sebelumnya, ada beberapa karakter yang memiliki kesamaan dengan karakteristik kecerdasan unik atau potensi dasar yang dimilki individu. Diantaranya adalah intrapersonal mudah terganggu dalam keramaian, interpersonal suka berdiskusi, musikal mampu memahami musik, logis matematis penejelasan detail. 3. Gaya Belajar Kinestetik Siswa bergaya belajar kinestetik cenderung belajar dengan berbagai tingkah fisik bergerak, menyentuh, dsb. Mereka sangat hiperaktif dan tidak 6 bisa duduk berlama-lama. Namun, kemampuan mereka dapat dialihkan menjadi pengoordinasi tim yang hebat. Secara umum mereka yang kinestetik adalah selalu berorientasi pada fisik dan kegitan yang banyak bergerak, baik dari cara mengahafal sambil berjalan, membaca dengan menggunakan penunjuk jari, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, dan lainnya. Berdasarkan pernyatan tersebut sudah pasti karakter ini sesuai dengan tipe kecerdasan kinestetik. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan meskipun setiap gaya belajar berbeda, tetapi potensi dasar yang dimiliki seseorang tetap dapat dikaitkan dengan semua macam-macam gaya belajar tersebut. Sehingga setiap individu berhak memilih jenis gaya belajar apa pun yang sesuai dan mampu memberi rasa nyaman. Hal ini dikarenakan suatau kenyamanan tersebut akan menimbulkan suatu kesan mudah dan pemahaman yang kuat akan materi yang dipelajari. Kesuksesan akan penerapan gaya belajar terbukti dengan adanya pernyataan Bahtiar 2011 “adanya pengalaman di Swedia dan Selandia Baru yang menyatakan bahwa akibat penerapan gaya belajar ini para siswa menujukkan prestasi akademik yang baik, kerjasama antar staf juga baik, kedispilinan anak membaik, dan minat orang tua dalam pembelajaran juga meningkat”. Selain itu pada kenyataan hidup, anak yang memiliki prestasi rendah dikarenakan mereka belum bisa mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan diri mereka. Jadi, sangat penting bagi seseorang untuk mengetahui gaya belajarnya agar mampu meraik keberhasilan maksimal.

3. Simpulan