kesehatan sesuai dengan standar dan pedoman pelayanan kesehatan serta sesuai dengan surat izin praktik bidan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Selatan mengingat adanya laporan beberapa bidan di Kabupaten Lampung Selatan memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan serta tidak sesuai dengan surat izin praktiknya dalam fungsinya sebagai bidan. Oleh karenanya apabila keinginan
untuk melakukan pemerataan tenaga kesehatan tidak dapat terpenuhi, tentunnya pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk memperluas pemberian izin
melakukan praktik profesi kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian semua warga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menuangkan tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pemberian
Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan ”.
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan ?
b. Apakah faktor pendukung Dinas Kesehatan dalam melakukan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan ?
2. Ruang Lingkup
Berdasarkan permasalahan di atas maka ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya hukum perizinan dan
lingkup substansi yaitu pelaksanaan pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui dan mengungkapkan secara jelas tentang pelaksanaan
pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan. b. Untuk mengetahui, mengkaji dan mengungkapkan faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
a. Kegunaan Teoritis 1 Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di dalam bidang pendidikan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara yang mengenai bidang ilmu hukum perizinan tentang
pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.
2 Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa dan masyarakat agar dapat mengetahui tentang pelaksanaan pemberian izin
praktik bidan.
b. Kegunaan Praktis 1 Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang berkepentingan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan refrensi atau bacaan untuk pengembangan atau penelitian bagi yang memerlukannya sesuai dengan permasalahan
yang dibahas. 2 Sebagai bahan kajian dan memperluas pengetahuan bagi diri peneliti di
dalam bidang hukum administrasi negara khususnya tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.
3 Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan gelar Sarjana
Hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang telah diserahkan kepada pemerintah pesat ke pemerintah daerah agar
tercapai kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Penyelenggaraan
pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang
optimal dan juga ada kerja sama yang berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat.
Pelayanan dasar bidang kesehatan merupakan hak konstitusional bagi semua warga negara yang diakui oleh UUD dan diatur lebih lanjut dalam Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Sehubungan dengan hal itu maka menjadi kewajiban pemerintah dalam fungsinya sebagai provider atau
penyedia jasa
pelayanan kesehatan
dan fungsi
regulasi untuk
menyelenggarakannya bagi semua warga negara.
Dengan demikian daerah otonom pun seringkali menghadapi berbagai keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang tidak dapat diatasinya sendiri.
Sehubungan dengan hal itu Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 menentukan bahwa hubungan dalam bidang pelayanan umum antara
pemerintah dan pemerintahan daerah meliputi:
a. kewenangan, tanggung jawab dan penentuan standar pelayanan minimal;
b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah;
c. fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintahan daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan umum. Ketentuan ini memberikan jaminan terhadap kepastian akan pelayanan kesehatan
yang minimal serta ketersediaan sumber daya kesehatan dalam melakukan pelayanan. Permasalahan yang paling mendasar dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan adalah keterbatasan dan ketidakmerataan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan yang dimaksud adalah semua perangkat keras
dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, yang meliputi tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.
Kewenangan pemerintah kabupatenkota di bidang kesehatan, meliputi: penetapan
standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi, penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan, penetapan standar akreditasi sarana
dan prasarana kesehatan, penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, penetapan pedoman penggunaan, konservasi,
pengembangan dan pengawasan tanaman obat, penetapan pedoman penapisan, pengembangan, dan penerapan teknologi kesehatan, dan standar etika penelitian
kesehatan, pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi, penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan zat aditif
tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran makanan,
penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, survailans epidemilogi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan
wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa, dan penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat esensial buffer stock
nasional. Dalam urusan kesehatan, pemerintah pusat telah melimpahkan wewenangnya
kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomer 32 tahun 2004 pasal 14 ayat 1 huruf e tentang Otonomi Daerah yang menyatakan bahwa dalam
penanganan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala
kabupatenkota, yang dapat bertanggung jawab dengan bertujuan untuk dapat mensejahterakan masyarakat.
Dalam menjalani penyelenggaraan urusan kesehatan peran serta masyarakat
sangat penting dan diperlukan agar dapat melakukan fungsi dan tanggung jawab sosialnya kepada pemerintah daerah semua itu perlu diarahkan, dibina dan
dikembangkan. Peran pemerintah daerah lebih kepada pembinaan, pengaturan dan pengawasan dari kegiatan masyarakat agar tercapainya pemerataan pelayanan
kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu kewenangan pemerintah daerah terkait dengan
perizinan tenaga kesehatan meliputi, perizinan yang bersifat administratif dan perizinan yang bersifat kompetensi tenaga kesehatan melakukan praktik profesi.
B. Perizinan Vergunningen