PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Eli Putri. M
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
(2)
ABSTRAK
PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh Eli Putri. M
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang semakin besar mendorong bertambahnya jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten atau Kota, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Pelayanan dibidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Pasal 19 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan menyatakan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 Perda Kab. Lampung Selatan, Dinas Kesehatan menyelenggarakan salah satu tenaga kesehatan yaitu bidan yang merupakan tenaga keperawatan yang khusus menangani masalah kesehatan ibu dan anak. Untuk mewujudkan adanya keseimbangan antara jumlah bidan yang ada dengan kebutuhan ibu dan anak dalam bidang kesehatan diperlukan adanya suatu izin praktik bidan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan, sehingga tercipta pemerataan dan pengendalian tenaga keperawatan khususnya bidan yang menangani masalah kesehatan ibu dan anak. Dasar dari dikeluarkannya izin praktik bidan yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1189A/MENKES/SK/X/1999 tentang Wewenang Penetapan Izin di Bidang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan, dan (2) Apakah faktor yang mendukung Dinas Kesehatan dalam melakukan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui secara jelas pelaksanaan pemberian izin praktik bidan beserta hambatan-hambatannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kegiatan kepustakaan dan penelitian dilapangan.
(3)
Eli Putri. M
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa : (1) Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mempunyai kewenangan melaksanakan pemberian izin praktik bidan. Seluruh pengajuan permohonan dan pemberian keputusan izin diproses pada seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Pelaksanaan pemberian izin praktik bidan dimulai dengan pengajuan permohonan, yang berisikan identitas dan tanggung jawab yang dipegang, setelah itu acara persiapan dan peran serta, dan selanjutnya pemberian keputusan. Adapun dalam bidang pembinaan dan pengawasan terhadap praktik bidan merupakan kewajiban yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 33 ayat 1 tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik diwilayahnya dan (2) Faktor pendukung Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dalam melakukan pemberian izin praktik terhadap bidan harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan ruang praktik, yaitu seperti tempat tidur, peralatan, obat-obatan dan kelengkapan administrasi.
Saran yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah agar pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan dapat berjalan dengan baik, bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan agar dapat menambah petugas di Dinas Kesehatan khususnya seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM agar tidak terjadi keterlambatan dalam memproses permohonan pemberian izin praktik bidan, dilakukan penambahan petugas untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya dalam mengurus pemberian izin praktik bidan dan dalam melakukan pengawasan petugas lebih proaktif agar dapat melakukan pengawasan dengan baik sehingga tidak terjadi pelangaran dalam melakukan izin praktik bidan.
(4)
PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
ELI PUTRI. M
Skripsi
Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
(5)
Judul Skripsi : PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa :
Eli Putri. M
No. Pokok Mahasiswa : 0542011109
Bagian : Hukum Administrasi Negara Fakultas : Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H.
F. X. Sumarja, S.H., M.Hum.
NIP 196205141987031003 NIP 196506221990031001
2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara
Nurmayani, S.H., M.H.
(6)
MENGESAHKAN
1.
Tim Penguji
Ketua : Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H. ...
Sekretaris : F.X. Sumarja, S.H., M.H. ...
Penguji utama : Sri Sulastuti, S.H., M.H. ...
2. Dekan Fakultas Hukum
H. Adius Semenguk, S.H., M.S.
NIP 195609011981031003
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 12 Juli 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan dari Bapak Makmur Effendi dan Ibu Suryati Ahmad Syahri, A.Ma.Pd.
Penulis memulai riwayat pendidikannya pada Tahun 1992 di TK Dharma Wanita Natar. Kemudian di Tahun 1993 Penulis melanjutkan ke SD Negeri 1 Merak Batin Natar hingga Tahun 1999 yang kemudian dilanjutkan lagi ke SLTP Negeri 1 Natar hingga Tahun 2002. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 1 Natar dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan lulus Tahun 2005.
Tahun 2005, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan mengambil minat pada Hukum Administrasi Negara. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di UPTM FOSSI FH. Pada Tahun 2008 Penuli melakukan Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) Periode XIII A dengan memilih Program PKL yang dilaksanakan di Palembang yaitu tepatnya pada taanggal 6 – 10 April 2008. Kemudian untuk menyelesaikan skripsinya Penulis melakukan studi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan.
(8)
MOTTO
“Wahai orang
-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-
orang yang sabar”
(Al-Quran Surat Al-baqarah : 153)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(Al-Quran Surat Al-Insyirah : 6)
“Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin”
(Al-Hadist)
(9)
PERSEMBAHAN
T
eriring rasa syukur atas Ridho Allah SWT
& dengan segala ketulusan & kerendahan hati ku dedikasikan
karya berhargaku ini kepada islam, pedoman dan petunjuk hidupku,
yang telah membesarkan & mendidik dengan segenap kasih sayangnya,
mendoakan akan keberhasilan ku atas segala pengorbanan, perhatian, yang tak
pernah henti mencurahkan kasih sayangnya & jerih payahnya dengan
segenap jiwa & raganya yang tak terhitung dengan angka, tak tertulis
dengan kata, tak ternilai dengan harta, serta dalam setiap sujudnya selalu
mendoakan kesuksesan & kebahagiaan ku dunia akhirat.
(Ayah dan Ibuku)
Saudara-saudaraku serahim (Meini Yeti & Dian Syah) yang telah lama
menantikan kelulusanku.
Seseorang yang telah dipersiapkan olehNYA untuk melengkapi sebagian
Dien-ku & menjadi imamku dunia-akhirat kelak.(seseorang yang hingga kini
masih menjadi bagian dari rahasi Allah SWT,dan sesungguhnya rencana Allah
SWT lebih indah dari apa yang manusia rencanakan)
Guru-guruku yang telah mengenalkanku
dari secuil angka dan setitik huruf, yang menjadi awal
terangkainya jutaan kata dan aksara hingga membawa pemahamanku
akan arti hidup. Ilmu yang engkau berikan akan selalu mengalir hingga
sampainya ke samudera keberkahan. Kerja kerasmu tidak hanya mencerdaskan
bangsa, tetapi merubah dunia menjadi lebih baik. Tanpamu kami bukan
apa-apa, karena berartinya kami adalah hasil perjuanganmu yang suci.
Terima kasih untuk semua jasa-jasamu
Sungguh mulia dirimu.
Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung
Viva Justicia !
(10)
SANWACANA
Alhamdulillah Wasyukrulillah, segala puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan
Pemberian Izin Praktik bidan Di Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari dan merasakan masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi substansi maupun penulisannya, terlepas dari segala curahan segala kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat dijadikan kontribusi besar untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi juga berkat bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil maka skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas kelancaran penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada : 1. Bapak Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak F.X. Sumarja, S.H., M.H. selaku Pembimbing kedua yang telah mencurahkan segenap ide dan pemikirannya serta meluangkan waktunya
(11)
memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Pembahas pertama yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas kedua sekaligus sebagai Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Nikmah Rosidah, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.
6. Bapak H. Adius Semenguk, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Hariyanto, Msi. Selaku Rektor Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan Ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis menjadi sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
9. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membimbing penulis selama perkuliahan berlangsung dan seluruh staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung atas bantuan, kerjasama dan kebaikannya.
(12)
10. Bapak Djalaluddin, SKM, M.M. selaku kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Bapak Miswanto,S.SOS. selaku kepala seksi perencanaan dan pemberdayaan
SDM Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan data dan informasi selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Seluruh staff dan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan atas data dan informasi yang penulis peroleh.
13. Keluarga tercinta yang selalu berdo’a dan telah memberikan dorongan dan
bentuan moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
14. And last but not least, kepada seseorang yang telah menambah arti dalam hidupku dan selalu memberikan motivasi, terima kasih atas bantuan, dukungan dan waktu yang diluangkan dalam menemani penulis melakukan penelitian untuk skripsi ini.
15. Saudara-saudaraku yang kucintai kerena ALLAH SWT, akhwat-akhwat dan ikhwan-ikhwan FOSSI-FH, belajarlah dewasa “tua itu pasti namun dewasa
sebuah pilihan”, Tetap Semangat dan Tetap Istiqomah.
16. Teman – teman yang telah memberikanku impian yang indah, Yulida Elliza, Eka.F, Yulistina, Sri putri w.f, Sri winarsih.S.H, Astriani.S.H, Devi anggraeni.S.H, Ame aprillia.S.H, Rakhmat fitrian, Ariotrisnapraja, Arie.o. Ari, Adhe, Meyrina, Teteh (Tanti), Bz.M, Janenudin, Edi, Ovan, Beni, Yudis, Eko, Waryono, Idrus, Alberta, Gadis, Dwi (05), Dwi (06).
(13)
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca, selain itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan. Semoga segala kebaikan Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan Teman-teman sekalian mendapat balasan yang setimpal dan ganda dari ALLAH SWT. Amien Yaa Rabbal Alamien.
Bandar Lampung, 14 Januari 2010 Penulis
(14)
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 7
1. Rumusan Masalah ... 7
2. Ruang Lingkup ... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah ... 9
B. Perizinan ( Vergunningen ) ... 12
1. Pengertian Perizinan ... 12
2. Fungsi dan Tujuan Perizinan ... 13
a. Fungsi Perizinan ... 13
b. Tujuan Perizinan ... 14
3. Bentuk, Isi dan Sifat Izin ... 15
a. Bentuk dan Isi Izin ... 15
b. Sifat Izin ... 16
C. Arti Kewenangan ... 16
1. Sifat Kewenanga ... 18
2. Sumber Kewenangan ... 19
D. Pengertian Tenaga Kesehatan dan Jenisnya ... 20
1. Pengertian Tenaga Kesehatan ... 20
2. Jenis Tenaga Kesehatan ... 21
E. Pengertian Izin Praktik Bidan dan Wewenangnya ... 22
1. Pengertian Izin Praktik Bidan ... 22
2. Wewenang Praktik Bidan ... 24
3. Kewenangan Pemberian Izin Praktik Bidan ... 26
(15)
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Pendekatan Masalah ... 29
C. Sumber Data ... 30
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32
E. Analisis Data ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 35
B. Pelaksanaan Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan ... 50
1. Prosedur Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan ... 50
2. Substansi Izin Praktik Bidan ... ... 57
3. Kewenangan Pemberian Izin Praktik Bidan ... 58
4. Pembinaan dan Pengawasan Praktik Bidan ... 61
C. Faktor Pendukung Dinas Kesehatan Dalam Melakukan Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan ... 62
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sebaran bidan di Kabupaten Lampung Selatan ... 45 2. Daftar peralatan yang tidak steril dan jumlahnya ... 46 3. Daftar peralatan yang steril dan jumlahnya ... 47
(17)
DAFTAR BAGAN
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Otonom disebut daerah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Otonomi daerah memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tanggaranya sendiri. Bidang kesehatan merupakan kewenangan wajib pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagaimana digariskan dalam Pasal 13 huruf e dan Pasal 14 huruf e Undang-undang nomor 32 tahun 2004. Urusan wajib yang dimaksudkan disini adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga Negara antara lain;
a. Perlindungan hak konstitusional
b. Perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat ketentraman dan ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI
c. Pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.
(19)
Melalui kewenangan otonom yang dimiliki, daerah mampu memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dengan memberikan payung hukum berupa perizinan dengan ketentuan-ketentuan yang terbatas. Perizinan tenaga kesehatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah merupakan instrument yang dapat digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan.
Perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (khususnya bidan) harus memenuhi persyaratan yang bersifat administratif dan persyaratan yang berkenaan dengan kompetensi atau kewenangan serta kemampuan tenaga kesehatan.
Izin adalah salah satu instrumen bagi pemerintah sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku para warganya. Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan pemberian izin pemerintah memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya di larang.
Perizinan tenaga kesehatan dapat ditujukan untuk mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya terkait dengan pemberian Surat Izin Bidan (SIB) oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Dalam hal ini izin hanyalah memberikan kewenangan secara administratif kepada yang bersangkutan, bahwa mereka diberikan kewenangan tertentu karena telah memenuhi persayaratan adminsitratif, yaitu lulus dari sebuah tempat pendidikan.
(20)
Untuk mencegah timbulnya bahaya sekaligus keinginan untuk melindungi obyek-obyek tertentu. Hal ini terkait dengan pemberian Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) kepada bidan. Untuk mencegah bahaya (kesalahan memberi obat) dan untuk melindungi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan, maka tenaga kesehatan tersebut sebelum mendapatkan izin praktik profesi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari organisasi profesinya masing-masing. Berarti perizinan di sini terkait dengan kompetensi untuk dapat melakukan praktik profesi.
Persyaratan administratif yang dimaksud adalah berkaitan dengan perizinan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan praktik. Namun demikian, yang harus diperhatikan bahwa persyaratan administratif tersebut juga tidak terlepas dari persyaratan kompetensi atau kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan melalui uji kompetensi.
Dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang kesehatan terdapat dua aspek yang akan dihadapi oleh pemerintah daerah yaitu ketersediaan sumber daya kesehatan dan pemerataan sumber daya kesehatan. Dalam menghadapi hal tersebut pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk mengelola dan mengatur sumber daya kesehatan yang ada sehingga tercapai sebuah pelayanan kesehatan yang maksimum. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan adanya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, salah satu komponen yang strategis adalah dengan peningkatan jenjang pendidikan dan kompetensinya.
Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dinyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah peningkatan
(21)
derajat kesehatan yang optimal. Untuk menjaga tujuan itu maka perlu ditingkatkan upaya-upaya kesehatan yang dititik beratkan pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas melalui upaya peningkatan, pencegahan penyembuhan dan pemulihan disertai upaya penunjang.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan terdepan kapada masyarakat mempunyai kedudukan penting, oleh karena itu perlu selalu meningkatkan mutu pelayanannya. Agar bidan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, perlu adanya pengaturan yang mudah dipahami oleh bidan. Tujuannya disini agar dapat mempermudahkan bidan untuk memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik, sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan serta meningkatkan citra yang baik bagi bidan. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi pelayanan serta masyarakat penerima pelayanan.
Dalam menghadapi masalah tentang ketersediaan tenaga kesehatan dan pemerataannya pemerintah dapat menekankan atau dapat mengaturnya melalui suatu sistem perizinan. Salah satu yang dapat dikelola dalam sistem perizinan berkenaan dengan tenaga kesehatan yaitu izin praktik bidan. Melalui instrumen izin maka dapat diarahkan berbagai motif yang berkenaan dengan izin yang dikeluarkan yaitu :
a. Pengendalian dari aktifitas tertentu dari masyarakat.
b. Mencegah bahaya lingkungan dari aktifitas-aktifitas manusia. c. Melindungi objek-objek tertentu.
(22)
d. Membagi sumber daya yang terbatas jumlahnya.
e. Mengarahkan dan menyeleksi orang dan aktifitas-aktifitasnya.
Salah satu izin praktik tenaga kesehatan yang menjadi kewenangan dari pemerintah daerah adalah izin praktik bidan yang mempunyai arti sangat penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat khususnya untuk penanganan atau pelayanan ibu hamil dan anak. Arti penting dari izin praktik bidan berkenaan dengan munculnya penyakit seperti busung lapar, gizi buruk, wabah folio, penurunan tingkat kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi. Penurunan tingkat pelayanan ini sangat dirasakan dalam bidang kesehatan.
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan merupakan unsur pelaksanaan pemerintah daerah yang bertugas menyelenggarakan sebagian kewenangan daerah di bidang kesehatan. Salah satu tugas dari dinas kesehatan kabupaten lampung selatan yaitu kaitannya dengan memberikan pelayanan dan pengawasan terhadap pemberian izin tenaga kesehatan kepada unit pelaksana teknis dinas dan cabang dinas di bidang kesehatan misalnya bidan. Salah satu jenis pemberian izin adalah pemberian lisensi kepada lembaga pelayanan kesehatan khususnya bidan, lisensi tersebut diberikan setelah dilakukan kunjungan visitasi yang menetapkan apakah standar sarana pelayanan kesehatan telah dipenuhi. Namun terhadap kendala dalam proses visitasi tersebut belum tersedianya standar yang secara spesifik mengatur tentang perizinan penyelenggaraan praktik bidan.
Pemberian izin yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yakni tujuan pemberikan izin kepada tenaga kesehatan terutama bidan adalah terintegrasi tidak terpisah-pisah agar bidan dapat memberikan pelayanan
(23)
kesehatan sesuai dengan standar dan pedoman pelayanan kesehatan serta sesuai dengan surat izin praktik bidan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mengingat adanya laporan beberapa bidan di Kabupaten Lampung Selatan memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan serta tidak sesuai dengan surat izin praktiknya dalam fungsinya sebagai bidan. Oleh karenanya apabila keinginan untuk melakukan pemerataan tenaga kesehatan tidak dapat terpenuhi, tentunnya pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk memperluas pemberian izin melakukan praktik profesi kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian semua warga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
menuangkan tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pemberian
Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan”.
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan ?
b. Apakah faktor pendukung Dinas Kesehatan dalam melakukan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan ?
(24)
2. Ruang Lingkup
Berdasarkan permasalahan di atas maka ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya hukum perizinan dan lingkup substansi yaitu pelaksanaan pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan mengungkapkan secara jelas tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
b. Untuk mengetahui, mengkaji dan mengungkapkan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
a. Kegunaan Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam bidang pendidikan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara yang mengenai bidang ilmu hukum perizinan tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.
(25)
2) Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa dan masyarakat agar dapat mengetahui tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.
b. Kegunaan Praktis
1) Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang berkepentingan sehingga dapat digunakan sebagai bahan refrensi atau bacaan untuk pengembangan atau penelitian bagi yang memerlukannya sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
2) Sebagai bahan kajian dan memperluas pengetahuan bagi diri peneliti di dalam bidang hukum administrasi negara khususnya tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.
3) Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan gelar Sarjana Hukum.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang telah diserahkan kepada pemerintah pesat ke pemerintah daerah agar tercapai kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal dan juga ada kerja sama yang berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat.
Pelayanan dasar bidang kesehatan merupakan hak konstitusional bagi semua warga negara yang diakui oleh UUD dan diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Sehubungan dengan hal itu maka menjadi kewajiban pemerintah dalam fungsinya sebagai provider atau penyedia jasa pelayanan kesehatan dan fungsi regulasi untuk menyelenggarakannya bagi semua warga negara.
Dengan demikian daerah otonom pun seringkali menghadapi berbagai keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang tidak dapat diatasinya sendiri. Sehubungan dengan hal itu Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 menentukan bahwa hubungan dalam bidang pelayanan umum antara pemerintah dan pemerintahan daerah meliputi:
(27)
a. kewenangan, tanggung jawab dan penentuan standar pelayanan minimal; b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; c. fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintahan daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan umum.
Ketentuan ini memberikan jaminan terhadap kepastian akan pelayanan kesehatan yang minimal serta ketersediaan sumber daya kesehatan dalam melakukan pelayanan. Permasalahan yang paling mendasar dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah keterbatasan dan ketidakmerataan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan yang dimaksud adalah semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, yang meliputi tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.
Kewenangan pemerintah kabupaten/kota di bidang kesehatan, meliputi: penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi, penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan, penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan, penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat, penetapan pedoman penapisan, pengembangan, dan penerapan teknologi kesehatan, dan standar etika penelitian kesehatan, pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi, penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran makanan,
(28)
penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, survailans epidemilogi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa, dan penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat esensial (buffer stock
nasional).
Dalam urusan kesehatan, pemerintah pusat telah melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomer 32 tahun 2004 pasal 14 ayat (1) huruf e tentang Otonomi Daerah yang menyatakan bahwa dalam penanganan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota, yang dapat bertanggung jawab dengan bertujuan untuk dapat mensejahterakan masyarakat.
Dalam menjalani penyelenggaraan urusan kesehatan peran serta masyarakat sangat penting dan diperlukan agar dapat melakukan fungsi dan tanggung jawab sosialnya kepada pemerintah daerah semua itu perlu diarahkan, dibina dan dikembangkan. Peran pemerintah daerah lebih kepada pembinaan, pengaturan dan pengawasan dari kegiatan masyarakat agar tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu kewenangan pemerintah daerah terkait dengan perizinan tenaga kesehatan meliputi, perizinan yang bersifat administratif dan perizinan yang bersifat kompetensi tenaga kesehatan melakukan praktik profesi.
(29)
B. Perizinan ( Vergunningen ) 1. Pengertian Perizinan
Perizinan berasal dari kata izin yang diartikan dengan kenyataan mengabulkan (tiada melarang, dan sebagainya); persetujuan membolehkan. Sedangkan perizinan diartikan sebagai hal pemberian izin (R. Subekti, 2005; 391).
Philipus M. Hadjon membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit. Yaitu suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan hal ini menyangkut tindakan demi kepentingan umum. Disamping itu izin juga dapat dibedakan atas berbagai figure
hukum, yang meliputi izin dalam arti sempit, pembebasan atau dispensasi dan konsesi.
Dalam arti sempit izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang-Undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan yang buruk pembebasan atau dispensasi yaitu pengecualian atas larangan sebagai aturan umum, yang berhubungan erat dengan keadaan khusus peristiwa, konsensi adalah izin yang berkaitan dengan usaha yang diperuntukkan untuk kepentingan umum (Philipus M Hadjon, 1993; 2-3).
Spelt dan Ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam
(30)
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Ini adalah paparan luas dari pengertian izin (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 2-3).
Dalam arti sempit izin merupakan pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Konsepsi yang menjadi dasar filosofis dari pemberian izin adalah sebagai instrumen pengawasan terhadap perilaku masyarakat. Pemberian izin juga dapat diartikan dengan pembatasan terhadap potensi-potensi yang jumlahnya terbatas. Secara umum, izin diasumsikan sebagai keputusan yang bersifat menguntungkan.
2. Fungsi dan Tujuan Perizinan a. Fungsi Perizinan
Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 5). Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat yang adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin
(31)
dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud (Sjahran Basah, 1994; 2).
Persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Karena dengan izin pemerintah dapat melakukan pengendalian terhadap siapa saja yang meminta melakukan pemohonan izin tersebut.
Apabila dikatakan bahwa izin itu dapat difungsikan sebagai instrumen pengendali dan instrumen untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, penataan dan pengaturan izin ini sudah semestinya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat (Prajudi Admosudirjo, 1994; 23).
b. Tujuan Perizinan
Tujuan perizinan menurut Spelt dan Tan Berge hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Keinginan mengarahkan (mengendalikan “struen”) aktivitas-aktivitas
tertentu (misalnya izin bangunan).
2) Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
3) Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada monumen-monumen).
(32)
4) Izin hendak membagikan benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat penduduk).
5) Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet” dimana
pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu) (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 4-5).
perizinan mempunyai beberapa tujuan yaitu keinginan untuk mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, mencegah timbulnya bahaya, keinginan untuk melindungi obyek-obyek tertentu, keinginan untuk membagi benda-benda yang sedikit. Tujuan pemberian izin kepada tenaga kesehatan adalah terintegrasi tidak terpisah-pisah. Oleh karenanya apabila keinginan untuk melakukan pemerataan tenaga kesehatan tidak dapat terpenuhi, tentunya pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk memperluas pemberian izin melakukan praktik profesi kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian semua warga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bentuk, Isi dan Sifat Izin a. Bentuk dan Isi Izin
Izin yaitu merupakan salah satu bentuk keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha negara adalah penetapan tertulis dan izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis, yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
(33)
konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Pasal 1 ayat (3).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka izin akan selalu berbentuk tertulis dan berisikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Organ pemerintah yang memberikan izin. 2) Siapa yang memperoleh izin.
3) Untuk apa izin digunakan.
4) Alasan yang mendasari pemberiannya. 5) Ketentuan pembatasan dan syarat-syarat. 6) Pemberitahuan tambahan.
b. Sifat Izin
Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis dan merupakan suatu keputusan tata usaha negara yang menciptakan hukum sehingga dengan pemberian izin akan dapat menimbulkan hubungan hukum tertentu. Sehingga sifat izin yang tidak lain adalah bahwa izin merupakan keputusan yang bersifat menguntungkan.
C. Arti Kewenangan
Kata kewenangan berasal dari kata dasar wenang yang diartikan sebagai hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu (Tim Bahasa Pustaka, 1996; 1128). Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh
(34)
Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan (S. Prajudi Admosudirjo, 1994; 78).
Di dalam buku yang ditulis oleh Ridwan H. R. mengutip pendapat H. D. Stout yang menyatakan bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik (Ridwan H. R.,2006; 71).
Bagir Manan mengemukakan bahwa wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macth). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Di dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Di dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mastinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan (Bagir Manan, 2006; 1,2).
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal
(35)
yang dimiliki seorang pejabat atau institusi (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002; 102).
Philipus M. Hadjon mengutip pendapat Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu kebebasan kebijaksanaan
(beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian (beoordelingsverijheid) yang
selanjutnya dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis kekuasaan bebas yaitu; pertama, kewenangan untuk memutuskan mandiri; kedua, kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112).
1. Sifat Kewenangan
Mengenai sifat kewenangan pemerintahan yaitu yang bersifat terikat, fakultatif, dan bebas, terutama dalam kaitannya dalam kewenangan pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (besluiten) dan ketetapan-ketetapan (beschikkingan) oleh organ pemerintahan, sehingga dikenal ada keputusan yang bersifat terikat dan bebas. Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dan keputusan yang harus diambil; kedua, wewenang fakultatif, terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya; ketiga, wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasarnya
(36)
memberikan kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberi ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.
Philipus Mandiri Hadjon mengutip pendapat N. M. Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu kebebasan kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian (beoordelingsverijheid) yang selanjutnya disimpulkan bahwa ada dua jenis kekuasaan bebas yaitu; pertama, kewenangan untuk memutuskan mandiri; kedua, kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (vege norm) (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112).
2. Sumber Kewenangan
Di dalam negara hukum dikenal asas legalitas yang menjadi pilar utamanya dan merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap penyalenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara hukum dan sistem kontinental (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002; 65).
Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa kewenangan diperoleh melalui tiga sumber, yaitu : atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lasimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang dasar, kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112) Bedanya kewenangan delegasi terdapat adanya pemindahan atau pengalihan kewenangan yang ada, atau dengan
(37)
kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab. Sedangkan pada kewenangan mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan kewenangan, yang ada hanya janji-janji kerja intern antara penguasa dan pegawai (tidak adanya pemindahan tanggung jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberikan mandat). Setiap kewenangan dibatasi oleh isi atau materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan (onbevoegdheid) yang menyangkut cacat isi, cacat wilayah, dan cacat waktu.
D. Pengertian Tenaga Kesehatan dan Jenisnya 1. Pengertian Tenaga Kesehatan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun1996 Pasal 1 tentang Tenaga Kesehatan dijelaskan bahwa Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Substansi penting yang melekat pada diri seorang tenaga kesehatan yaitu adanya persyaratan memiliki ketrampilan atau keahlian dalam suatu bidang pelayanan kesehatan, ketrampilan atau keahlian tersebut sebagai hasil proses pendidikan bidang keahlian pelayanan kesehatan tertentu, berdasarkan keahlian bidang pelayanan kesehatan, diberikan kewenangan berdasarkan perijinan melakukan upaya kesehatan. Batasan pengertian upaya kesehatan berdasarkan Pasal 1 butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
(38)
pemerintah dan/atau masyarakat. Ruang lingkup upaya kesehatan, meliputi kegiatan pelayanan kesehatan kepada mayarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam hal ini adalah perseorangan atau badan hukum swasta , yaitu klinik kesehatan atau rumah sakit swasta.
2. Jenis Tenaga Kesehatan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Pasal 2 tentang Tenaga Kesehatan dijelaskan tentang jenis tenaga kesehatan yaitu :
a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
g. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.
(39)
E. Pengertian Izin Praktik Bidan dan Wewenangnya 1. Pengertian Izin Praktik Bidan
Izin adalah salah satu instrumen bagi pemerintah sebagai sarana yuridis untuk mengendali-kan tingkah laku para warganya. Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan pemberian izin pemerintah memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya di larang. Perkenan untuk melakukan tindakan tersebut demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus.
Dasar Hukum tentang perizinan dalam tenaga kebidanan yaitu terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 170 KUHAP tentang Wajib Simpan Rahasia Jabatan, kode etik IBI (Ikatan Bidan Indonesia), Kepres Nomor 56 tahun 1995 tentang majelis disiplin tenaga kesehatan, kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/II/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 1 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, yang dimaksud dengan bidan disini adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Seseorang yang telah lulus pendidikan
(40)
kebidanan untuk dapat menjalankan pelayanan asuhan kebidanan harus mempunyai Surat Izin Bidan (SIB). Surat Izin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Perolehan SIB dilakukan dengan cara mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana institusi pendidikan berada selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijasah bidan.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengeluarkan SIB atas nama Menteri Kesehatan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional. Jangka waktu berlakunya SIB adalah lima tahun dan dapat diperbaharui. SIB merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). Seorang bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, kecuali bidan tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti. Praktik bidan dapat dilakukan pada sarana kesehatan dan atau perorangan. SIPB diperoleh dengan jalan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan SIPB yang masa berlakunya sepanjang SIB belum berakhir serta dapat diperbaharui kembali. Pembaharuan SIPB diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 1 ayat (5) tentang Registrasi dan Praktik Bidan adalah alat bukti tertulis yang diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktik bidan.
(41)
2. Wewenang Praktik Bidan
Bidan sebagai bagian tenaga keperawatan dalam melaksanakan Praktik Bidan dapat melakukan kewenangan secara mandiri berdasarkan kompetensinya, khususnya dapat melakukan tindakan medis menolong persalinan secara mandiri. Pemberian kewenangan yang luas kepada Bidan di maksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir, agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu. Secara garis besarnya, pelayanan kebidanan kepada ibu dan anak meliputi pelayanan kesehatan pra-nikah, termasuk remaja putri, pra-hamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan .
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 14 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi sebagai berikut yaitu :
a. Pelayanan kebidanan
1) Pelayanan kebidanan yang dimaksud ditujukan kepada ibu dan anak. Pelayanan kepada ibu diberikan pada penyuluhan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pertolongan kehamilan mnecakup ibu hamil dengan abortus iminens, heperemosis gravidarum ringkat 1, preeklamasi ringan dan anemi ringan, pertolongan persalinan normal, pertolongan persalinan abnormal, letak sungsang, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia, post term dan pre term, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu nifas abnormal retyensio plasenta, renjatandan
(42)
infeksi ringan, pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi, keputihan, pendarahan tidak teratur dan penundaan haid. Dan pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada pemeriksan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemantauan tumbuh kembang, pemberian imunisasi, pemberian penyuluhan.
b. Pelayanan keluarga berencana
Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana, berwenang untuk : 1) Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi
dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom;
2) Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi; 3) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
4) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit;
5) Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, untuk : 1) Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak; 2) Memantau tumbuh kembang anak;
3) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
4) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular seksual (IMS),
(43)
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.
Berdasarkan uraian kewenangan di atas, Bidan pada dasarnya diberikan kewenangan melakukan tindakan medis, khsususnya pada ibu dan anak, sejak pra kehamilan, kehamilan dan pascakehamilan yang bersifat kewenangan mandiri. Kewenangan mandiri pada bidan, yaitu kewenangan tindakan medis dan pengobatan pada ibu dan anak,memberikan kompetensi praktik kebidanan yang penuh, meskipun Bidan digolongkan tenaga keperawatan, sedangkan perawat tidak memupnyai kewenangan melakukan tindakan medis dan pengobatan. Pengertian dan ruang lingkup kewenangan Bidan dalam memberikan pengobatan, bila mengacu pada kewenagan pada butir I Pasal 16 Kepmenkes No. 900 tahun 2002, seharusnya bersifat mandiri dan final, tetapi dalam Pasal 17 Kepmenkes selanjunta, terdapat persyaratan dapat diberikannya wewenang pada bidan melakukan pengobatan apabila di daerah tempat praktik Bidan tidak ada dokter yang berwenang, maka Bidan dapat melakukan pengobatan pada penyakit ringan bagi Ibu dan Anak sesuai kemampuannya.
3. Kewenangan Pemberian Izin Praktik Bidan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1189A/MENKES/SK/X/1999 tentang wewenang Penetapan Izin dibidang Kesehatan. Kewenangan pemberian izin praktik bidan berada di Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang berwenang penuh untuk memberikan atau menolak izin tersebut dengan memberikan alasan apabila surat izin praktik tersebut ditolak. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 900.Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi
(44)
dan Praktik Bidan, kewenangan Kabupaten/Kota dalam hal ini Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama Menteri Kesehatan mengeluarkan surat izin bidan (SIB). Seseorang yang telah lulus pendidikan kebidanan untuk dapat menjalankan pelayanan asuhan kebidanan harus mempunyai SIB, untuk dapat menjalankan praktik bidan mereka harus mendapatkan Surat Izin Praktik dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
F. Pembinaan dan Pengawasan Praktik Bidan
Pembinaan dan pengawasan diarahkan kepada pemerataan penyebaran tenaga kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan terhadap praktik bidan telah menjadi kewajiban dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan telah membentuk tim yang terdiri dari :
a. Bidang gizi
b. Bidang kesehatan keluarga c. Bidang anak
d. Umum
Pembinaan dan pengawasan terhadap praktik bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/VII/2002 Pasal 33 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan, bahwa Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik diwilayahnya. Kegiatan pembinaan dan pengawasan tersebut dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(45)
Dalam menjalankan praktiknya bidan juga melakukan pelaporan yang ditujukan ke puskesmas setempat dengan tembusan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan dilakukan sebulan sekali, adapun data yang dilaporkan yaitu : mengenai jumlah ibu hamil yang dilayani, jumlah persalinan, jumlah persalinan abnormal, jumlah kelahiran (lahir hidup dan mati), jumlah ibu yang dirujuk dan kelainannya, jumlah ibu hamil meninggal yang dilayani, jumlah bayi yang baru lahir yang dilayani dan pelayanan yang dilakukan, jumlah ibu nifas yang dilayani, jumlah pasien yang mendapat pelayanan kontrasepsi dan sejenisnya.
Dalam melakukan pengawasannya Kepala Dinas Kesehatan Kabupatan Lampung Selatan melakukan pengawasan dalam beberapa kategori yaitu :
a. Dalam bidang obat-obatan b. Dalam bidang persalinan c. Dalam bidang kesehatan anak
Dinas kesehatan juga melakukan kegiatan pembinaan bekerja sama dengan ikatan profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) terhadap bidan yaitu dengan dilakukannya pelatihan-pelatihan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi mengenai bidang sekurang-kurangnya 2 bulan sekali.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan suatu wadah perkumpulan yang anggotanya adalah bidan-bidan. Adapun yang menjadi peran dari Ikatan Bidan Indonesia yaitu memberikan kegiatan dan pelatihan terhadap bidan-bidan dan juga memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam pemberian izin praktik bidan apabila telah terjadi pelanggaran.
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan peraturan Perundang-undangan (in abstracto) serta penerapannya pada peristiwa hukum (in concreto).
B. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pada pokok permasalahan dilakukan dengan dua cara , yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris.
a. Pendekatan normatif (library research) adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama atau mempergunakan data sekunder diantaranya ialah asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan peratturan lainnya. Pendekatan ini dikenal dengan nama pendekatan kepustakaan atau yang biasa disebut dengan studi kepustakaan atau studi dokumentasi, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dokumen lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
b. Pendekatan empiris yaitu disebut juga dengan sosiologis (field reseach) adalah peneliti yang mempergunakan data primer yang merupakan hasil dari penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari pendekatan ini digunakan untuk
(47)
melengkapi data yang diperoleh dari studi kepustakaan sebagai bahan utama penelitian ini.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pada objek penelitian tersebut, yakni dengan melakukan wawancara dari berbagai pihak yang terlibat langsung dan berhubungan dengan pembahasan dan penelitian ini, yaitu Bapak Yusirman, SKM, M.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, Bapak Drs. Meikel Sihombing Kepala Bidang Pengembangan SDK dan Pemberdayaan Kesehatan, Ibu Nur Laila Hayati Ketua Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Lampung Selatan dan Bidan-bidan yang membuka praktik di Kabupaten Lampung Selatan.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang bersumber dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan hasil penelitian dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas :
1). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
2). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041).
(48)
3). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lenbaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49)
5). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
6). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839).
7). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja
8). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
9). Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49).
10). Peraturan Bupati Kabupaten Lampung Selatan Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Jabatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan.
11). Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan.
12). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277 Tahun 2001 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
(49)
13). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
14). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/III/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut yaitu :
a. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan literatur hukum serta membaca, mengutip dan membuat ikhtisar bahan hukum yang ada kaitannya dengan pokok bahasan yang akan diteliti.
b. Studi Dokumen
Studi dokumen yaitu dilakukan dengan cara membaca dokumen yang berupa perizinan yang berhubungan dengan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan bertujuan sebagai pendukung data sekunder dengan diperolehnya informasi langsung pada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, Kepala Bidang Pengembangan SDK dan Pemberdayaan Kesehatan, Ketua Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Lampung Selatan dan Bidan yang membuka praktik di Kabupaten
(50)
Lampung Selatan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
2. Prosedur Pengolahan Data
Dalam prosedur pengolahan data yang sudah terkumpul dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Inventarisasi data, pada tahap ini seluruh data hasil studi dikumpulkan. b Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah
cukup lengkap, sudah benar, sudah sesuai (relevan) dengan masalah. c. Penandataan data (coding), yaitu memberi catatan atau tanda yang
menyatakan jenis sumber data.
d. Rekonstuksi data (reconstructingi), yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntun dan logis. Sehingga mudah untuk dipahami dan diinterprestasikan.
e. Sistematisasi data (systematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan urutan masalah.
(51)
E. Analisis Data
Dari hasil keseluruhan data yang sudah dikumpulkan dan telah dilakukan pemeriksaan, kemudian dilakukan analisis data yang dipergunakan ialah deskripsi kualitatif yaitu pembahasan skripsi ini dengan cara menyajikan dalam bentuk uraian kalimat serta memberikan interprestasi data dalam bentuk kalimat yang secara sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dimulai dari bahan yang bersifat umum berdasarkan fakta yang bersifat khusus dari permasalahan yang diteliti dalam penelitian terhadap pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
(52)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diserahkan pemerintah pusat ke pemerintah daerah agar tercapai kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam urusan kesehatan, pemerintah pusat telah melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (1) huruf c tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang diselenggarakan dan diatur oleh pemerintah daerah yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan kewenangan yang seluas-luasnya serta nyata dan bertanggung jawab yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Adapun yang memegang kewenangan tersebut yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan penyelenggara dalam bidang kesehatan yang mencakup wilayah Kabupaten/Kota di lampung.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Untuk mengetahui salah satu produk sistem informasi kesehatan sebagai sarana komunikasi dan alur informasi adalah dengan melihat profil kesehatan. Profil kesehatan kabupaten merupakan gambaran
situasi kesehatan yang ada di kabupaten yang frekuensi penerbitannya sekali dalam satu tahun. Profil ini memuat berbagai data kesehatan dan data lain yang
(53)
mendukung yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan dan data keluarga berencana. Dalam penerbitannya Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan telah mengikuti Pedoman Penyusunan Profil Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008 (data 2007) menampilkan informasi pencapaian Pembangunan Kesehatan pada Tahun 2007 dengan mengacu mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2010 serta Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Maksud penyusunan profil Dinas Kesehatan ini adalah untuk mengetahui gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun yang bersangkutan dan untuk mengetahui potensi, menganalisa permasalahan dan solusinya dalam pengembangan kesehatan di Kabupaten Lampung selatan. Dan tujuan disusunnya Profil Dinas Kesehatan Kabupaten adalah untuk menyediakan data maupun informasi yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan dalam rangka menyediakan sarana mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2007 untuk mencapai Visi Kabupaten Lampung Selatan Sehat 2010.
Upaya untuk mencapai visi tersebut di atas diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana tersebut di atas harus didukung oleh sumber daya kesehatan, yaitu semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Sumber daya kesehatan tersebut meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan,
(54)
pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang Kesehatan.
Pemerintah dan pemerintah daerah harus menjamin hak konstituional warga di bidang kesehatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan melalui upaya kesehatan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat harus mempertimbangkan aspek ketercapaian (accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality). Sehubungan dengan hal tersebut dalam pembangunan kesehatan, diperlukan adanya kebijakan progresif dalam pemerataan sumber daya kesehatan yang sangat terbatas. Pemenuhan kebutuhan sumber daya kesehatan, khususnya tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dilandaskan pada rasio jumlah penduduk serta sebarannya. Sebaran penduduk terbagi dalam satuan wilayah desa dan kecamatan yang masing-masing mempunyai karakteristik wilayah, kondisi geografis dan kondisi infrastruktur.
Visi Kabupaten Lampung Selatan
Tercapainya pembangunan kesehatan menuju terwujudnya Indonesia sehat Tahun 2010, yakni membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.
Misi Kabupaten Lampung Selatan
a. Membangun kesehatan disegala bidang secara nasional. b. Mengerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
c. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi berkeluarga dan masyarakat. d. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan pelayanan kesehatan.
(55)
e. Memelihara dan meningkatkan kesehatan program keluarga, masyarakat serta lingkungan.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas wilayah 3180,7 km² dan mempunyai 381 desa yang tersebar di (20) dua puluh kecamatan dan (4) empat kelurahan. Badan pusat statistik Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007 mendata terdapat 1.341.258 jiwa penduduk yang terdiri dari 696.450 laki-laki dan 645.137 perempuan dengan rata-rata kepadatan 421,68 per km². Dari 345.345 KK dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4,4 jiwa, terdapat 166.418 KK (639.432 jiwa) masuk kategori penduduk miskin (47,7 %). Rencananya untuk tahun 2008 wilayah Kabupaten Lampung Selatan akan terlaksanakan pemekaran wilayah yaitu Kabupaten Pesawaran.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007 dengan seks rasio antara penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 107,95 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa perempuan terdapat 107,95 laki-laki. Sedangkan distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan golongan umur di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007 menyatakan jumlah penduduk tertinggi berada pada golongan umur muda 10 – 14 tahun (12,09 %) dan terrendah pada golongan umur >75 tahun (0,98 %).
Dari 20 (dua puluh) kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan tercatat kecamatan yang menyumbangkan angka tertinggi masih di Kecamatan Natar dengan jumlah penduduk 168.317 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah adalah di Kecamatan Rajabasa dengan jumlah penduduk 24.432 jiwa. Kepadatan penduduk tidak merata/bervariasi antara 123,49 jiwa/km² sampai
(56)
dengan 787,37 jiwa/km² tercatat bahwa Kecamatan Gedong Tataan adalah yang terpadat dan kecamatan punduh pidada adalah yang terendah.
Penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar digolongkan menjadi dua bagian yaitu Penduduk Asli Lampung dan Penduduk Pendatang. Penduduk asli lampung khususnya, suku lampung peminggir umumnya berkediaman disepanjang pantai pesisir, seperti kecamatan penengahan, kalianda, katibung, padang cermin, dan kedondong.
Data kependidikan Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun 2007 menunjukan penduduk dengan kriteria tamat SD/MI dengan jenis kelamin perempuan adalah yang tertinggi (36,5 %). Pada urutan yang kedua kriteria tidak tamat atau belum tamat SD yaitu 28,9 % pada jenis kelamin perempuan. Tamatan Universitas adapun Diploma IV masih rendah sekali (0,6 %). Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Lampung Selatan pada Tahun 2007 yang menamatkan pendidikannya pada jenjang sarjana umunnya disebabkan oleh alasan ekonomi dengan demikian secara umum penduduk Lampung Selatan sebagian besar tingkat pendidikannya masih di bawah rata-rata.
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105º14 sampai 105º45 Bujur Timur dan 5º15 sampai dengan 6º Lintang Selatan. Daerah Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah tropis. Adapun luas wilayahnya kurang lebih 3.180,78 km² yang meliputi 20 (dua puluh) kecamatan dengan 378 desa dan 4 kelurahan serta 33 desa tertinggal. Batas wilayah administrasinya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur
(57)
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Selat Sunda
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tanggamus Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Jawa
Dengan tipe daratan yang memiliki ketinggian bervariasi dari permukaan laut, Kabupaten Lampung Selatan dengan pusat kota di Kalianda terletak 17 m dari permukaan laut (Lam-Sel dalam Angka, 2006). Beberapa pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Legundi, pulau sebuku, dan pulau rakata tua. Kabupaten Lampung Selatan juga mempunyai beberapa gunung tertinggi diantaranya Gunung Pesawaran dan gunung ratai di Kecamatan Padang Cermin, juga memiliki beberapa sungai dintaranya sungai way galih merupakan sungai terpanjang yaitu 36 km dan luas aliran 217 km².
Dari segi geologis daerah Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar merupakan wilayah daratan berbatuan endesit yang ditutupi turfazam. Daratan alluvial berawa dengan pepohonan bakau. Batuan endapan meluas sampai bagian timur dengan keadaan tanah bergelombang sampai dengan berbukit-bukit. Sebagian lagi merupakan wilayah pegunungan yaitu pegunungan vulkanis muda. Sedangkan wilayah laut/ kepulauan / pantai pada 8 kecamatan yaitu : Kec. Sragi, Kec. Penengahan, Kec. Raja Basa, Kec. Kalianda, Kec. Sidomulyo, Kec. Katibung, Kec. Padang Cermin dan Kec. Punduh Pidada dengan panjang pantai sekitar 263 k. Jumlah pulau ± 31 pulau besar maupun kecil.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan
(58)
kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 Pasal 19 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Lampung Selatan, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pelayanan kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pelayanan kesehatan d. Pelayanan administratif, dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan.
Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Penyusunan Program
2. Sub Bagian Tata Usaha dan Informasi Kesehatan 3. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
(59)
c. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan, membawahi :
1. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia 2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat 3. Seksi Pendidikan Latihan dan Penelitian Pengembangan d. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, membawahi :
1. Seksi Pemberantasan Penyakit Menular 2. Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit 3. Seksi Kesehatan Lingkungan
e. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Khusus dan Rujukan 2. Seksi Gizi Masyarakat
3. Seksi Kesehatan Keluarga
f. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, membawahi : 1. Seksi Obat, Kosmetik dan Alat Kesehatan
2. Seksi Kesehatan Tradisional, Makanan dan Minuman 3. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas
h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.
Adapun Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009 dapat digambarkan dalam bagan adalah sebagai berikut :
(60)
Bagan 1. STRUKTUR DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2009 Kepala Dinas Kesehatan
DJALALUDDIN, SKM, M.M. 19580909 198103 1 007
SEKRETARIS
Drs. ASWINSYAH. AR 19530909 197903 1 004
Ka. Subbag TU dan Infokes
FIRMANSYAH, S.E 196408206 199105 1 001
Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan M. AMIN, BBA 19541016 197805 1 001 Kasubbag Penyusunan Program
TAUFIQUR ROSYAD, SKM 19620502 198801 1 002
Kepala Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan A. RODHI, SKM, M.Kes
19620505 198803 1 005 Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
dr. JIMMY B HUTAPEA, MARS 19601130 198901 1 001 Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
FATMAWATI, S.E., M.M. 19570504 197608 2 001
Kepala Bidang Pengembangan SDK dan Pemberdayaan Kesehatan Drs. MEIKEL SIHOMBING
19550609 197710 1 001
Kepala Seksi Obat, Kosmetik dan Alkes Drs. Ani Nurdiani, Apt, M.Kes
19671214 199312 2 002 Kepala Seksi Yankesdas, Khusus dan Rujukan
Suherman, S.E., M.M 19631120 198803 1 003 Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit menular
Marsono, SKM, M.Kes 19650703 198603 1 009
Kepala Seksi Perencanaan & Pemberdayaan SDM
Miswanto, S.Sos 19600715 198303 1 031
Kepala Seksi Kesehatan Tradisional dan Makmin Murniaty Y, Amd, M.Keb
19541219 198107 2 001 Kepala Seksi Gizi Masyarakat
Hasnawati, SKM 140 225 834
Kepala Seksi Pencegahan & Pengamatan Penyakit
Kristi Indarwati, SKM 19690730 199202 2 001 Kepala Seksi Promosi & Pemberdayaan Kesmas
Syafik Sholah, S.E, M.Kes 19640331 198901 1 002
UPTD
Kepala Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Endang Suparman, SKM, M.Kes
19650317 198803 1 008 Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
dr. Media Apriliana 140 367 581 Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan
Sawizar, B. Sc 19530714 197801 1 003 Kepala Seksi Diklat dan Litbang
Siti Debora P, S.E. 19590727 198003 2 007
KEL. JABFUNG KEL. JABFUNG
KEL. JABFUNG
(1)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Dalam menjalankan kewajiban dan tugasnya pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan sudah cukup baik. Dalam pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan, yaitu dalam pengajuan izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan harus malalui tahapan-tahapan seperti permohonan yang berisikan berkaitan dengan identitas dan tanggung jawab yang dipegang, melalui acara persiapan dan peran serta, setelah itu pemberian keputusan izin praktik bidan. Dalam pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan seluruh pelayanan perizinan di proses di seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM yang termasuk dalam sub Dinas Pemberdayaan Kesehatan dan proses permohonan izin sampai dengan pemberian izin praktik bidan. Dinas Kesehatan Kabupaten Lmapung Selatan juga memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik bidan sehingga dalam menjalankan praktiknya bidan dapat menjalankan hak dan kewajibannya kepada pasien.
(2)
b. Harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan ruangan praktik, tempat tidur, peralatan, obat-obatan dan kelengkapan administrasi menjadi faktor pendukung Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal yang kiranya dapat merupakan saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dalam melaksanakan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan yaitu :
a. Sebaiknya agar tidak terjadi keterlambatan dalam memproses permohonan izin praktik bidan dilakukan penambahan petugas untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya dalam mengurus pemberian izin praktik bidan dan dalam melakukan pengawasan petugas lebih proaktif agar dapat melakukan pengawasan dengan baik sehingga tidak terjadi pelangaran dalam melakukan praktik bidan.
b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan agar lebih memperbanyak jadwal pembinaan, sehingga seorang bidan yang melakukan praktik lebih memiliki ilmu pengetahuan dan informasi yang banyak yang berkaiatan dengan penyelenggaraan praktik bidan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Admosudirjo, S. Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Basah, Sjahran. 1994. Hukum Tata Negara Perbandingan. Alumni. Bandung. Berge. Ten dan Spelt, N. M. 1992. Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya.
Universitas Airlangga.
H. R, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Manan, Bagir. 2006. Wewenang Provinsi, Kabupaten dan Kota Dalam Rangka
Otonomi Daerah. FH Universitas Padjajaran. Bandung.
Mandiri Hadjon, Philipus. 1993. Hukum dan Perizinan. Yuridika, Universitas Air Langga. Surabaya.
Mandiri Hadjon, Philipus. Dkk. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bhakti. Bandung.
Nugraha, Safri. 2007. Hukum Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.
Purwadarminia, W. J. S. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Rahman Nitibaskara, Tubagus Ronny. 2002. Paradoksal Konflik dan Otonomi Daerah, Sketsa Bayang-Bayang Konflik Dalam Prospek Masa Depan Otonomi Daerah. Jakarta.
Subekti, R. 2005. Kamus Hukum. Pradnya Paramitha. Jakarta. Sudarsono. 2002. Kamus Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.
Tim Bahasa Pustaka. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
(4)
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Unila Press.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2007. Dinkes Lampung Selatan.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lenbaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839).
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49).
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Masyarakat (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090).
Peraturan Bupati Kabupaten Lampung Selatan Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Jabatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan.
(5)
Keputusan Tata Usaha Negara
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 Tahun 2000 tentang Standar Pelayanan Minimal Berorentasi Pada Masyarakat.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277 Tahun 2001 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/III/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah.
(6)